Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Disaster Vulnerability Assessment of Low-Cost Houses in Java Island Adamy, Aulina; Meillyta, Meillyta; Maharani, Lisa; Aidina, Faiza; Aini, Qurratul
Journal of Contemporary Urban Affairs Vol. 7 No. 2 (2023): Journal of Contemporary Urban Affairs
Publisher : Alanya Üniversitesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25034/ijcua.2023.v7n2-2

Abstract

Among all of the Indonesian islands, Java poses the highest risk for all types of disasters, making it a significant threat to low-cost houses due to its high population vulnerability. The objective is to enhance comprehension of it by conducting a building typology analysis concerning various natural hazards/ risks. The methodology consists of 10 sample houses field observation, AutoCAD drawing, literature analysis, and built environment expert interviews. The results developed four categories of houses emphasising brick or timber walls with a combination of clay tile or zinc roofs. Related to disaster vulnerability, an improper building structure is the main problem. Smooth roof material is significant in a volcano eruption, a complete interconnection of structure is a must for the tornado, light materials are preferable in an earthquake zone, natural material is not recommended for high risk of forest fire, and elevating floor is mandatory in flooding. Focus on designing the four categories’ houses and quality control of the construction process are two strategies recommended. Also, a minimum of two types of disasters in the area should be considered in the design. Resilient low-cost houses will have an impact on reducing casualties, environmental damage, and economic losses. Covering more samples and areas in Java in future studies will provide a comprehensive understanding of low-cost houses.
Multi-Criteria Analysis Method For Determining The Priority of Bridge Construction Meillyta, Meillyta; Fatimah, Aldina; Zulfahmi, Zulfahmi
Jurnal Komposit: Jurnal Ilmu-ilmu Teknik Sipil Vol. 7 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Ibn Khaldun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/komposit.v7i1.9011

Abstract

Bridge is one of the important infrastructure facilities which functioned to connect roads that support the development of social and economic in a region. In Indonesia, each year, the limited fund is available to accommodate all construction projects.  In practice, the government of Aceh Besar District has limited District Revenue and Expenditure Budgets (APBK) to finance the entire project of bridge construction. Considering that many other sectors still require APBK funding, the priority rank of the bridge development needs to be determined. This study aims to identify the dominant criteria in determining the development of bridges and the priority rank of bridge development projects. This study used a mixed method approach which is a qualitative and quantitative method. The Qualitative method is related to respondent perception through distributing questionnaires and the qualitative method is related to numbers used through the perception score of respondents from the analysis.  Respondents are stakeholders and policymakers as many as 8 people. The questionnaire contains some criteria, namely the length of the bridge, construction costs, land use, accessibility, population, and regional development. Based on the literature review, those criteria can be used to obtain which bridge needs to be prioritized. Multi-Criteria Analysis is used to analyze those criteria from respondent perception. The results show that the dominant criteria in determining the construction of bridges in the project were construction costs with a weight of 0.35. It is also obtained that the bridge development project at first rank is the Kr. Keumeuruek with a value of 7.56.
Tipologi Rumah Masyarakat Menengah Bawah Di Pulau Jawa Adamy, Aulina; Maharani, Lisa; Aini, Qurratul; Meillyta, Meillyta; Pazeth, Naufal Sulthana
Jurnal RAUT VOLUME13, No 1(2024): EDISI JANUARI-JUNI 2024
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/raut.v13i1.38128

Abstract

Low-cost houses occupied by the middle to lower economic class make up the majority in Indonesia, especially on the island of Java with the biggest population. This type of house generally does not involve architects and civil engineering to keep it affordable. The purpose of this study is to understand this type of houses in Java Island through architectural history timelines and typology analysis as the methodology. This study covers three provinces: West, Central and East Java. Two special regions, namely Jakarta and Yogyakarta, are excluded in this study and will need a specific study in the future. Vernacular houses are excluded too because they require special analysis. As a result, this study produced four groups: brick walls with clay tile roofs; brick walls with tin roof; wood/bamboo walls with clay tile roofs; wooden/bamboo walls with tin roofs. While, thatched roofs and stilt houses are considered closer to the vernacular. Usually, these houses are grounded and self-built (without the help of architects or civil engineering experts). Or built by developers for subsidy schemes. Based on timeline analysis, all of these simple houses can be in the form of post-independence architecture to the contemporary era.
PENILAIAN KUALITAS RUMAH BANTUAN PASKA TSUNAMI DI BANDA ACEH, INDONESIA SETELAH SATU DEKADE DITEMPATI Adamy, Aulina; Meillyta, Meillyta; Fata, Abrarul; Sukena, Ilham
ALUR :Jurnal Arsitektur Vol 7 No 2 (2024): SEPTEMBER 2024
Publisher : Unika Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/alur.v7i2.3741

Abstract

Dari seluruh kabupaten atau kota di Aceh, Banda Aceh sebagai ibu kota merupakan daerah yang paling parah terkena dampak gempa dan tsunami pada tahun 2004. Perumahan merupakan proyek bantuan dengan jumlah terbesar dan desain yang beragam karena bersumber dari berbagai bantuan. Setelah 15 tahun, kelayakan perumahan tersebut terlihat lebih jelas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas rumah yang dihuni setelah lebih dari satu dekade melalui pengukuran kualitas lingkungannya. Umumnya, rumah bantuan terlihat bagus pada saat serah terima, tetapi kualitas sebenarnya perlu diuji setelah beberapa tahun ditempati. Penelitian dilakukan di Kecamatan Meuraxa dengan memilih lima desa secara acak. Sebanyak 45 hunian dengan 9 jenis desain dievaluasi. Metode penelitian kuantitatif dengan pengukuran mekanis untuk intensitas cahaya, kelembaban, dan suhu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum rumah bantuan belum memenuhi standar lingkungan rumah sehat yang ditetapkan pemerintah. Rumah yang dibangun oleh P2KP menunjukkan kinerja lingkungan dan kualitas bangunan yang lebih baik, sedangkan rumah dari YLKI dan BRR justru sebaliknya. Setelah lebih dari satu dekade, nampaknya kombinasi bantuan perumahan berkualitas rendah dan penduduk berpenghasilan rendah berkontribusi terhadap terbentuknya permukiman kumuh. Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai rekonstruksi rumah di Aceh dan Nias pasca Tsunami, penelitian di masa depan perlu mencakup lebih banyak variasi desain rumah dengan cakupan wilayah yang lebih luas. Tingginya angka kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Banda Aceh kemungkinan disebabkan oleh buruknya kualitas lingkungan rumah bantuan sehingga diperlukan kajian korelasi khusus di masa depan.
PENILAIAN KUALITAS RUMAH BANTUAN PASKA TSUNAMI DI BANDA ACEH, INDONESIA SETELAH SATU DEKADE DITEMPATI Adamy, Aulina; Meillyta, Meillyta; Fata, Abrarul; Sukena, Ilham
ALUR :Jurnal Arsitektur Vol 7 No 2 (2024): SEPTEMBER 2024
Publisher : Unika Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/alur.v7i2.3741

Abstract

Dari seluruh kabupaten atau kota di Aceh, Banda Aceh sebagai ibu kota merupakan daerah yang paling parah terkena dampak gempa dan tsunami pada tahun 2004. Perumahan merupakan proyek bantuan dengan jumlah terbesar dan desain yang beragam karena bersumber dari berbagai bantuan. Setelah 15 tahun, kelayakan perumahan tersebut terlihat lebih jelas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas rumah yang dihuni setelah lebih dari satu dekade melalui pengukuran kualitas lingkungannya. Umumnya, rumah bantuan terlihat bagus pada saat serah terima, tetapi kualitas sebenarnya perlu diuji setelah beberapa tahun ditempati. Penelitian dilakukan di Kecamatan Meuraxa dengan memilih lima desa secara acak. Sebanyak 45 hunian dengan 9 jenis desain dievaluasi. Metode penelitian kuantitatif dengan pengukuran mekanis untuk intensitas cahaya, kelembaban, dan suhu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum rumah bantuan belum memenuhi standar lingkungan rumah sehat yang ditetapkan pemerintah. Rumah yang dibangun oleh P2KP menunjukkan kinerja lingkungan dan kualitas bangunan yang lebih baik, sedangkan rumah dari YLKI dan BRR justru sebaliknya. Setelah lebih dari satu dekade, nampaknya kombinasi bantuan perumahan berkualitas rendah dan penduduk berpenghasilan rendah berkontribusi terhadap terbentuknya permukiman kumuh. Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai rekonstruksi rumah di Aceh dan Nias pasca Tsunami, penelitian di masa depan perlu mencakup lebih banyak variasi desain rumah dengan cakupan wilayah yang lebih luas. Tingginya angka kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Banda Aceh kemungkinan disebabkan oleh buruknya kualitas lingkungan rumah bantuan sehingga diperlukan kajian korelasi khusus di masa depan.
PERENCANAAN STRUKTUR ATAP RANGKA RUANG BERBENTUK BRACED BARREL VAULT UNTUK HANGGAR PESAWAT KOMERSIAL Meillyta, Meillyta; Munawir, Munawir; Siddiq, Ilham Munawar
Tameh Vol. 7 No. 1 (2018): JURNAL TEKNIK SIPIL
Publisher : University of Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/2ykgeh04

Abstract

Pertumbuhan ekonomi Indonesia telah ikut mendorong tumbuhnya industri transportasi penerbangan, sehingga dibutuhkan fasilitas perbaikan dan perawatan pesawat, yakni hanggar di setiap bandara, Tulisan ini merupakan sebuah perencanaan bangunan hanggar yang menggunakan struktur baja rangka ruang untuk menampung sebuah pesawat Boeing 747-400, yang memiliki lebar 64,4 m, panjang 70,7 m, dan tinggi 19,4 m. Manfaat pereneanaan ini adalah untuk menentukan bentuk rangka atap, desain profil rangka baja dan sambungan ball joint dan desain base plate untuk hanggar tersebut, serta menjadi modul untuk pereneanaan struktur atap space frame dengan sambungan ball joint dimasa yang akan datang. Desain dan evaluasi struktur ini menggunakan program SAP2000 dengan mengaeu pada SNI-03-1729-2002 dan AISC-LRFD. Hasil dari pereneanaan ini adalah struktur space frame tipe braced barrel vault berdimensi 120 x 100 m setinggi 30 m. Struktur space frame terdiri dari 4800 batang Rangka Lengkung Bawah berukuran Circular Section Steel (CSS) 250,00 x 45,00; 4941 batang Rangka Lengkung Atas berukuran CSS 114,3 x 4,78; 2379 batang Rangka Bagi Atas berukuran CSS 76,3 x 3,2; 4819 batang Rangka Bagi Bawah berukuran CSS 114,3 x 3,5; 19520 batang Rangka Redundant berukuran 165,20 x 30,00; 5022 batang Rangka Dudukan Gording berukuran CSS 237,00 x 70,00; 4941 batang Rangka Gording Melintang berukuran CSS 240 x 70,00; dan 4880 batang Rangka Gording Memanjang berukuran C 150 x 75 x 4,5. Defleksi maksimum struktur yang terjadi adalah 10,19 em di tengah bentang. Sambungan menggunakan 9902 buah balljoint berdiameter 28 em. Rangka atap ditumpu ke lantai beton dengan base plate berdimensi 2000 x 1800 x 210 mm menggunakan 30 buah angkur berdiameter 45,6 mm yang ditanam sedalam 1055 mm. Berdasarkan hasil pereneanaan yang dilakukan, struktur rangka ruang tersebut aman dan desain ini dapat dijadikan sebagai pedoman pembangunan hanggar.
ANALISIS PERBANDINGAN RASIO KAPASITAS KOLOM BAJA DAN KOLOM KOMPOSIT BAJA BETON PADA STRUKTUR PORTAL Meillyta, Meillyta; Vuardi, Israk
Tameh Vol. 8 No. 2 (2019): JURNAL TEKNIK SIPIL
Publisher : University of Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/fekdd324

Abstract

Kolom merupakan batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari atas bangunan dan meneruskannya ke pondasi. Kapasitas kolom adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui kuat tekan suatu kolom. Perkembangan yang terjadi dalam dunia konstruksi tidak menutup kemungkinan adanya perubahan pada fungsi konstruksi sehingga diperlukan peningkatan pada kapasitas kolom. Berawal dari peningkatan yang terjadi maka material pembentuk kolom pun mulai dimodifikasi, dari yang awalnya beton bertulang atau baja hingga pada saat ini sudah mulai digunakan komposit baja beton. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbandingan rasio kapasitas dari kolom baja dan kolom komposit baja yang diselimuti beton. Adapun variabel penelitian adalah variasi ukuran berbeda antara kolom baja dan kolom komposit baja beton, tanpa adanya perubahan ukuran pada penampang baja dengan 4 kolom yang ditinjau yaitu Kolom Garuda Steel Satu (KGS1), Kolom Garuda Steel Dua (KGS2), Kolom Garuda Steel Tiga (KGS3), Kolom Garuda Steel Empat (KGS4). Pembebanan dibatasi terhadap beban mati dan beban hidup. Penelitian ini menggunakan software ETABS V17 dengan pemodelan gedung lapangan futsal berlantai 2. Pengujian awal dilakukan pada kolom baja dengan memasukkan besaran dari beban mati dan beban hidup sehingga mendapatkan hasil analisis yang aman dilanjutkan dengan pengujian kolom komposit baja beton. Hasil analisis menunjukkan peningkatan kekuatan kolom komposit KGS1 sebesar 22%, kolom KGS2 sebesar 68%, kolom komposit KGS3 dan KGS4 mengalami peningkatan kekuatan masingmasing sebesar 58% dan 56%. Dari hasil tersebut dapat disiumpulkan nilai rasio kapasitas kolom komposit baja beton lebih besar dibandingkan rasio kapasitas kolom baja.
ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN PENGGUNA DAN PENYEDIA JASA TERHADAP RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA DI KABUPATEN PIDIE JAYA Fatimah, Aldina; Meillyta, Meillyta; Rizki Syaputrah, Gusdy
Tameh Vol. 9 No. 1 (2020): JURNAL TEKNIK SIPIL
Publisher : University of Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/xkr42f50

Abstract

Penyedia jasa pada penelitian ini adalah tukang atau pekerja banguan. Sementara pengguna jasa adalah pemilik rumah pada bangunan khusus rumah sederhana tahan gempa. Pengguna dan penyedia jasa merupakan responden pada penelitian ini. Pengetahuan dan pemahaman yang kurang terhadap pelaksanaan konstruksi akan menyebabkan kualitas bangunan yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman pengguna dan penyedia jasa melalui gambar pada kuesioner yang telah disediakan mewakili aspek pondasi, pembesian, kolom, dinding, atap, adukan beton, dan material, serta juga untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap gambar teknis rumah sangat sederhana tahan gempa. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner masing-masing kepada 30 responden pengguna dan 30 responden penyedia jasa. Metode yang digunakan adalah metode simple random sampling. Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Pidie Jaya khususnya kota Meuredu dan Kecamatan Trienggadeng. Dari hasil pengujian validitas yang diperoleh, nilai rata-rata Rhitung yaitu 0,766 dari setiap variabel lebih besar dari nilai Rtabel dan nilai Rtabel untuk signifikan 5% diperoleh sebesar 0,361. Maka Rhitung ≥ Rtabel yang menunjukkan bahwa uji validitas yang dilakukan pada pertanyaan. Selanjutnya hasil uji Reliabilitas pada setiap variabel rata-rata yaitu 0,955 lebih besar dari nilai Cronbach Alpha. Selanjutnya analisis deskriptif hasil dilakukan terhadap Pondasi (X1), Pembesian (X2), Kolom (X3), Dinding (X4), Atap (X5), Adukan Beton (X6), dan Material (X7). Hasil analisis deskriptif terdapat nilai tertinggi menunjukkan tingkat pemahaman penyedia jasa pada faktor X4 dan X5 dengan persentase 93% dan pengguna jasa hanya pada faktor X1 dengan persentase 85%. Maka secara keseluruhan dari hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman pengguna dan penyedia jasa adalah tingkat parsial.
Penggunaan Abu Sekam Kopi dan Ordinary Portland Cement terhadap Kuat Tekan Beton Normal Citra SZ, Keumala; Meillyta, Meillyta; Tonayu HSB, Nauly
Tameh Vol. 11 No. 2 (2022): Tameh: Journal of Civil Engineering
Publisher : University of Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/tameh.v11i2.231

Abstract

Cement is one of the binders which is commonly used as a concrete-forming material. Currently, there is a lot of coffee husk waste in Takengon, Central Aceh Regency, which contains silica. The basis of using coffee husk ash and OPC cement as an adhesive on the normal compressive strength of concrete. This study aims to determine the influence of using coffee husk ash and OPC cement as an adhesive on the compressive strength of normal concrete at a percentage of 5%, 10% and 15%. The research specimen is cylindrical shape with 15 cm diameter and 30 cm height. The test was carried out at the age of 7 and 28 days by using a compressive strength testing machine. The method of making the specimen is in accordance with the SNI 7656-2012 standard. It is found from the results in the laboratory, coffee husk ash obtains silicate compounds (SiO2) 29.11%, magnesium oxide (MgO) 4.92%, calcium oxide (Cao) 5.33%, ferrioxide (Fe2O3) 4.25% and aluminum oxide (Al2O3). The average compressive strength test results of 7-day old concrete at the percentage of 5% coffee husk ash mixture was 20.21 MPa, at 10% was 20.03 MPa and at 15% was 17,25 MPa. The average compressive strength of concrete at 28 days of age with 5% coffee husk ash mixture is 20.27 MPa at 10% coffee husk ash mixture percentage 19.70 MPa and 15% coffee husk ash mixture 15.46 MPa. Comparison of the results of the compressive strength test for concrete at 7 and 28 days was higher for concrete at 7 days. The results of the different compressive strength tests between the ages of the concrete are caused by the high percentage of coffee husk ash mixture where the higher the coffee husk ash percentage, the weaker the adhesion to the concrete. The percentages of coffee husk ash and OPC cement that meet the design compressive strength of 20 MPa are at 5% and 10% respectively.