Artikel ini mengkaji sintesis antara Pancasila dan Islam dalam konteks teologi politik di Indonesia. Fokus kajian diarahkan pada pemahaman bahwa hubungan antara Islam dan negara tidak harus diwujudkan melalui bentuk negara Islam secara formalistik, tetapi melalui pendekatan substansialistik yang menekankan nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, dan keadaban publik yang sejalan dengan ajaran Islam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka terhadap sumber-sumber historis, karya akademik, dan pemikiran tokoh-tokoh Islam Indonesia. Hasil kajian menunjukkan bahwa organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah memainkan peran penting dalam memperkuat nilai-nilai Pancasila melalui pendekatan Islam moderat dan inklusif. Selain itu, konsep Islam Nusantara muncul sebagai model teologi politik alternatif yang menekankan pentingnya lokalitas, kebangsaan, dan pluralisme. Sintesis antara Islam dan Pancasila dalam bentuk teologi politik substansialistik terbukti mampu merespons tantangan radikalisme dan mendukung pembangunan politik yang berlandaskan nilai-nilai spiritual dan kebangsaan. Kajian ini menyimpulkan bahwa penguatan diskursus teologi politik substansialistik di ruang publik dan institusi pendidikan sangat penting untuk menjaga keutuhan bangsa dan menjawab tantangan zaman.