Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Band pass filter comparison of Hairpin line and square open-loop resonator method for digital TV community Budi Prasetya; Yuyun Siti Rohmah; Dwi Andi Nurmantris; Sarah Mulyawati; Reza Dipayana
Bulletin of Electrical Engineering and Informatics Vol 10, No 1: February 2021
Publisher : Institute of Advanced Engineering and Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/eei.v10i1.2003

Abstract

The selection of the right filter design method is a very important first step for a radio frequency engineer. This paper presents the comparison of two methods of band pass filter design using hairpin-line and square open-loop resonator. Both methods were applied to obtain filter designs that can work for broadcasting system in digital television community. Band pass filter was simulated using design software and fabricated using epoxy FR-4 substrate. The results of simulation and measurement shown return loss value at 27.3 dB for hairpin line band pass filter and 25.901 for square open-loop resonator band pass filter. Voltage standing wave ratio parameter values were 1.09 and 1.1067 for hairpin line and square open-loop band pass filter respectively. The insertion loss values for the Hairpin line band pass filter and square open-loop band pass filter were 0.9692 and near 0 dB, respectively. Fractional bandwidth, for hairpin line band pass filter, was 6.7% while for square open-loop band pass filter was 4.8%. Regarding the size, the dimension of square open-loop resonator was approximately five times larger than hairpin-line band pass filter. Based on the advantages of the hairpin line method, we recommend that researchers choose the filter for digital TV broadcasting.
Simulasi dan Analisa Pemodelan Sinkronisasi untuk Arah Reverse pada Sistem Penerima CDMA 2000 Dedhy Sudarmono; Bambang Sumajudin; Budi Prasetya
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) 2006
Publisher : Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sistem CDMA 2000 untuk arah reverse sangat berbeda dengan versi sebelumnya yaitu CDMA IS-95. Pada sistem ini user dapat mengirimkan beberapa kanal dengan kecepatan data yang berbeda-beda pada saat yang sama. Hal ini dimungkinkan karena adanya orthogonal spreading dan Code Multiplex. Dimana pada orthogonal spreading ini setiap kanal disebar menggunakan walsh code dengan panjang yang berbeda dan saling orthogonal kemudian dijumlahkan, proses penjumlahan ini bisa disebut juga Code Multiplex. Kemudian pada complex multiplier data dikalikan dengan quadrature spreading, dimana quadrature spreading ini terdiri dari Long code, short code In-Phase dan Quadrature. Karena itu, proses sinkronisasi harus mampu mensinkronkan ketiga kode tersebut secara bersamaan.Penelitian ini akan membahas bagaimana proses sinkronisasi kode pada kode scrambling dan kode spreading di penerima dengan mensimulasikannya mengunakan software Matlab simulink. Pembahasan penelitian ini difokuskan pada pemodelan sistem sinkronisasi kode pada CDMA 2000. Proses sinkronisasi kode harus melalui 2 proses. Yaitu proses akuisisi untuk menentukan fasa awal kode yang akan mensinkronkan pengirim dan penerima dan proses tracking untuk menjaga kode antara pengirim dan penerima tetap dalam keadaan sinkron.Hasil simulasi menunjukkan bahwa kinerja waktu akuisisi dan tracking sangat dipengaruhi oleh adanya interferensi dan derau pada kanal. Semakin besar periode integrasi akan membuat sistem lebih kebal dari noise baik akibat kanal maupun interferensi. Tetapi waktu akuisisi yang semakin lama. Karena itulah diamati efek noise baik kanal maupun interferensi terhadapberbagai periode integrasi. Dari simulasi diambil periode integrasi sebesar 16 x 32Tc dengan alasan waktu ini masih cukup kecil dibandingkan periode frame preamblenya.Kata kunci: CDMA 2000, PN Long Code, PN Short Code, Walsh Code, code synchronization.
PENENTUAN POSISI USER PADA SISTEM KOMUNIKASI SELULER DENGAN METODA TIME OF ARRIVAL (TOA) DAN TIME DIFFERENCE OF ARRIVAL (TDOA) Budi Prasetya; Renyati Renyati; Ujang Agus Tatang; Dharu Arseno; Budianto Budianto
Seminar Nasional Informatika (SEMNASIF) Vol 1, No 4 (2008): Network And Security
Publisher : Jurusan Teknik Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penentuan posisi user pada sistem komunikasi seluler saat ini menjadi hal yang sangat penting karena banyak sekali keuntungannya terutama untuk memantau posisi kejadian-kejadian luar biasa seperti pelaku kejahatan, tempat kebakaran, bencana kerusuhan dan lain-lain.Metoda Time of Arrival (TOA) merupakan salah satu teknik penentuan posisi user berdasarkan waktu kedatangan sinyal dari transmitter yang diterima oleh receiver.  Sistem penentuan posisi hiperbola yang juga dikenal sebagai teknik penentuan posisi Time Difference of Arrival (TDOA) adalah suatu teknologi yang bisa memberikan informasi penentuan lokasi secara akurat sesuai dengan ukurannya dengan menggunakan infrastruktur seluler yang telah ada tanpa memerlukan adanya penambahan implementasi hardware  pada perangkat Mobile Station (MS).Pada Penelitian ini, sistem komunikasi seluler dimodelkan kemudian disimulasikan dengan bantuan software Matlab. Hasilnya, untuk metoda TOA  dianalisa delay propagasi antara objek dengan setiap receiver menggunakan algoritma MUSIC (Multiple Signal Classification) dan algoritma Chan digunakan sebagai algoritma pembantu dalam perhitungan matematis penentuan posisi objek dalam koordinat (x,y).  Untuk metoda TDOA, algoritma yang digunakan untuk mendapatkan estimasi posisi yaitu algoritma Taylor-series. Dimana algoritma ini menawarkan estimasi posisi yang akurat dan aplikatif pada beberapa pengukuran jarak yang berbeda. 
KOMBINASI ADAPTIVE MODULATION DAN CODING DENGAN CROSS LAYER UNTUK JARINGAN WIRELESS Budi Prasetya; Adit Kurniawan
Jurnal Ilmiah Teknologi Infomasi Terapan Vol. 1 No. 1 (2014)
Publisher : Universitas Widyatama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.521 KB) | DOI: 10.33197/jitter.vol1.iss1.2014.40

Abstract

Pertumbuhan komunikasi wireless mendorong meningkatnya pemenuhan  kebutuhan  disisi  pengguna  dalam  hal  layanan data kecepatan tinggi secara real time, memperbaiki kualitas sinyal  dan  peningkatan data  rate dengan  tetap  menjaga efisiensi  spektrum, delay yang  rendah,  penghematan  energi bahkan  sebisa  mungkin  dengan  kompleksitas  sistem  yang rendah.  Permasalahan  komunikasi  data  kecepatan  tinggi adalah  frequency  selective  fading  yang  muncul  ketika dihadapkan dengan kanal propagasi multipath, hal ini diatasi dengan  OFDM  (Orthogonal  Frequency  Division Multiplexing).  Untuk  mengatasi  masalah  kanal  yang berfluktuatif,  dibutuhkan  suatu  cara  agar  sistem  mampu menyesuaikan  terhadap  kondisi  kanal.  Pada makalah  ini menerapkan  teknik cross-layer dengan  mengkombinasikan AMC (adaptive modulation and coding) pada layer fisik dan  ARQ (automatic repeat request)  yang terpotong pada layer data link. Dari hasil simulasi awal dapat dilihat bahwa sistem adaptive  memberikan  performansi  yang  lebih  baik  dibandingkan sistem non adaptive dalam efisiensi bandwidth maupun efisiensi daya.
Antena Slot Waveguide Segi Empat Segala Arah pada Frekuensi 2.4 GHz Sri Hardiati; Yuyu Wahyu; Hanindya Permatasari; Budi Prasetya R.
Jurnal Elektronika dan Telekomunikasi Vol 16, No 2 (2016)
Publisher : LIPI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jet.v16.46-51

Abstract

Antena diharapkan memiliki desain dengan konstruksi yang lebih mudah, murah dan efisien. Antena slot waveguide adalah antena gelombang mikro. Antena ini berupa suatu waveguide yang mempunyai slot–slot membentuk array dan terletak pada dinding waveguide untuk memperoleh gain tinggi. Dalam paper ini dibahas mengenai eksperimen antena slot waveguide segi empat (rectangular) dengan enam slot yang tersusun secara paralel sepanjang waveguide dan beroperasi pada frekuensi 2.4 GHz. Hasil pengukuran dari antena slot waveguide ini diperoleh karakteristik antena dengan spesifikasi bandwidth sebesar 33 MHz pada batas nilai VSWR ≤ 1.5. Antena slot waveguide ini menghasilkan pola radiasi omnidireksional dengan gain sebesar 4.121 dBi pada frekuensi operasi 2.4 GHz. Sehingga antena tersebut dapat diestimasikan layak untuk diimplementasikan pada sistem Wi-Fi dan system komunikasi lain dengan frekuensi operasi 2.4 GHz.
Determination of Operational Threshold for Coding and Modulation Combination to Improve The Quality of High Throughput Satellite in Ka-Band Frequency in Indonesia M. Pasaribu; Heroe Wijanto; Budi Prasetya
JMECS (Journal of Measurements, Electronics, Communications, and Systems) Vol 2 No 1 (2016): JMECS
Publisher : Universitas Telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/jmecs.v2i1.1483

Abstract

The vast enhancement of telecommunication technology has encouraged the increase of demand for more satellite capacity. HTS in Ka-Band frequency, that can deliver more capacity up to 50 GHz, can be a solution. Unfortunately, Ka-Band is susceptible to rain attenuation which is potentially difficult to be implemented in Indonesia because of its high rain rate. But, According to the previous research by Suwadi, Marrudani, and Lye, the combination of coding and modulation technique can be used as a solution to improve the performance of service dealing with rain attenuation. In this research, the writer will try to improve whether the combination of coding and modulation is also able to improve HTS Ka-Band communication link here ini in Indonesia with the high rain rate per year and to determine threshold of which the combination of coding and modulation that is best suited to each weather condition, in order to get the minimum required performance with BER min = 10 − 8. The conclusion of this research shows that the quality of HTS in Ka-Band frequency in Indonesia with BER = 10 − 8 can be improved by using QPSK, 8-APSK, 16-APSK, and 9 types of FEC. Furthermore, the 17 pairs of ModCod can be categorized into 8 thresholds that will determine with that ModCod that should be used in order to get the link quality of BER = 10 − 8 for each certain rain condition.
ON THE DESIGN OF BCH CODES POLYNOMIALS FOR DIGITAL TELEVISION DVB-T2 BROADCASTING SYSTEMS Hilman Auzan Mulyono; Khoirul Anwar; Budi Prasetya
JMECS (Journal of Measurements, Electronics, Communications, and Systems) Vol 6 No 1 (2020): JMECS
Publisher : Universitas Telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/jmecs.v6i1.2828

Abstract

Digital Video Broadcasting Terrestrial{Second Generation (DVB-T2) requires a high coding rate to transmit data of high-quality video. This paper evaluates Bose-Chaudhuri-Hocquenghem (BCH) codes for the DVB-T2 to measure the gain of BCH codes. This paper evaluates the BCH codes as outer coding to be combined with other different inner encoding schemes such as Low Density Parity Check (LDPC) codes and convolutional codes to measure the best suitable inner encoding scheme. This paper also studies the performances of BCH codes for DVB-T2 specified by two different standards, i.e., (a) The European Telecommunications Standards Institute (ETSI) Technical Specification (TS) 102 831 and (b) ETSI European Standard (EN) 302 755. To obtain better error correcting capability, we propose new BCH polynomials based on the general guideline from ETSI TS 102 831 for Galois Field GF(214). We perform computer simulations to evaluate bit-error-rate (BER) performances under additive white Gaussian noise (AWGN) channel and Indonesia DVB-T2 channel model. We revealed the superiority of BCH codes in high data rate transmission, which is required for DVB-T2, and found that BCH codes are better suited to the LDPC codes as inner encoding rather than to the convolutional codes. We also confirmed that BCH codes of DVB-T2 from ETSI TS 102 831 using the proposed BCH polynomials have better performances compared to the standard polynomial of ETSI EN 302 755. We are expecting that the obtained polynomials can be adopted by the BCH codes of Indonesia DVB-T2 system. These results are expected to support the Indonesian government in determining the parameters of the BCH codes of DVB-T2 for Indonesia.
Perancangan Dan Realisasi Patch Array Antena Radar Fmcw Pada Frekuensi 9,4 Ghz Dengan Catuan Probe Coaxial Marthin Purba; Budi Prasetya; Yuyu Wahyu
eProceedings of Engineering Vol 2, No 3 (2015): Desember, 2015
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Radar merupakan adalah suatu sistem gelombang elektromagnetik yang berguna untuk mendeteksi, mengukur jarak, ketinggian dan memetakan suatu objek. Dewasa ini banyak terjadi pelanggaran di wilayah teritorial perairan indonesia oleh pihak asing yang ingin memanfaatkan luasnya perairan Indonesia . Hal ini terlihat dengan banyaknya praktek illegal fishing oleh kapal asing yang mengambil kekayaan laut Indonesia , banyaknya imigran gelap yang masuk tanpa sepengetahuan pemerintah , terjadinya human trafficking , penyelundupan bahan bakar minyak ke pihak asing dan sebagainya telah mengakibatkan kerugian besar bagi negara Indonesia . Hal inilah yang mengakibatkan teknologi radar semakin berkembang untuk menanggulangi masalah di perairan indonesia . Radar yang akan dibuat berbentuk sebuah antena . Pada tugas akhir ini telah dirancang sebuah antena mikrostrip array bentuk rectangular pada frekuensi 9,4 GHz menggunakan substrat Roger 5880 / Duroid (2.2) . Proses perancangan antena ini dimulai dengan membuat perhitungan terhadap parameter - parameter antena ,penentuan spesifikasi , melakukan perancangan di software CST dan membuat simulasi serta merealisasikan antena tersebut . Setelah perancangan , realisasi dan pengukuran antena , diperoleh parameter – parameter yang menunjukkan bahwa antena tersebut dapat bekerja sesuai dengan spesifikasi awal dimana Gain = 21.4 dBi , VSWR < 1.5 , Impedansi sebesar 55,517999+j0.571636 Ω, Bandwidth sebesar 60 MHz . kata kunci : mikrostrip, array ,radar , duroid ,rectangular
Perancangan Dan Implementasi High Power Amplifier Standar DVB - T2 Pada Pemancar TV Komunitas Dalam Frekuensi UHF Rahmat Sopian; Budi Prasetya; Yuyu Wahyu
eProceedings of Engineering Vol 1, No 1 (2014): Desember, 2014
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Globalitas TV digital sudah semakin meningkat, di Indonesia masih menggunakan modulasi analog sebagai sistem penyiaran televisi. Selain frekuensi UHF sangat terbatas, permasalahannya dalam satu kanal televisi analog hanya dapat diduduki oleh satu stasiun TV saja. Ketika LPK(Lembaga Penyiaran Komunitas) masih menggunakan sistem modulasi analog, Tel-U TV(Komunitas Televisi Telkom University) akan sulit mendapatkan ISR (Izin Spektrum Radio Frekuensi). Karena frekuensi UHF kedepannya akan digunakan untuk teknologi LTE, oleh karena itu pemerintah mengeluarkan regulasi baru untuk berpindah ke TV digital. TV digital adalah solusi untuk membuat efisiensi penggunaan pita frekuensi UHF yang mampu menduduki 9 kanal televisi dalam bandwidth 8 Mhz. Pada tugas akhir ini akan membahas perancangan dan implementasi pembuatan HPA (High Power Amplifier) standar DVB-T2. HPA adalah salah satu blok diagram transmisi pada bagian RF (Radio Frekuensi) yang berfungsi sebagai penguat sinyal. Daerah cangkupan yang dibangun standar LPK yaitu sekitar radius 2 km untuk model analog dan radius 20 km untuk model digital. Maka dengan power amplifier 5-50 watt dapat menjangkau koverage area LPK yang tercantum dalam Permen Kominfo No.28. Hasil dari perancangan dan Implementasi HPA standar DVB-T2, dapat bekerja di frekuensi 470-695Mhz. Tegangan input yang dapat digunakan pada HPA ini sekitar (Vd: 40-70 Volt) tergantung dari kebutuhan power daya pancar. Impedansi Perangkat dari hasil pengukuran sekitar 45-50 Ohm, tergantung frekuensi kerja. SWR rata-rata dengan frekunsi 470-695Mhz yang diukur menghasilkan nilai return loss 17 dB atau setara dengan SWR 1.329. Gain rata-rata pada power amplifier ini tergantung tunning tegangan input HPA (Vd), sehingga gain yang dihasilkan dari HPA ini bisa menghasilkan 10-18 dB. Kata kunci : Tel-U TV, High Power amplifier, DVB-T2.
Design And Simulation Of Lte Radio System For Broadband Wireless Access In Central Phnom Penh Siren Seven; Rina Pudji Astuti; Budi Prasetya
eProceedings of Engineering Vol 2, No 2 (2015): Agustus, 2015
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract—The huge number of users and new applications need higher  access  speeds  and  lower  latency  of  wireless communication. As a result, operators need more capacity and higher efficiency to serve their costumer. LTE is designed to have wider channels up to 20MHz, with low latency and packet optimized radio access technology. The peak data rate envisaged for LTE is 100 Mbps in downlink and 50 Mbps in the uplink. In order to support the simultaneous use of legacy and new systems, the operator need to provide a better radio system, especially in central  Phnom  Penh.  The  aim  of  this  study  is  to  designs, simulates,  analyzes  and  expose  the  state  of  the  art  of  map planning LTE radio system. Special emphasis is laid on radio link budget  along  with  detailed  coverage  area  and  capacity.  The results cover the interference limited coverage calculation, the traffic capacity calculation and radio frequency assignment. The implementation is achieved on the software platform for the LTE Radio  Planning  and  also  can  see  the  simulation  antenna  in Google Earth. The study will present a detailed LTE radio dimensioning procedure such as coverage area and capacity in Phnom Penh city. The simulation and analysis of the coverage by signal level and overlapping zone also a part of this work. Keywords— Long Term Evolution; MIMO; Coverage area; Capacity; Cost 231-Hata.