Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Edukasi Melalui Flipbook Berbasis Digital Sebagai Upaya Pencegahan Resiko Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja: Digital Flipbook-Based Education as an Effort to Prevent the Risk of Drug Abuse Among Adolescents Wati, Ni Made Nopita; Thrisna Dewi, Ni Luh Putu; Lisnawati, Ketut; Sanjiwani, A.A Sri Sanjiwani; Sudarma, Nyoman
Jurnal Abdi Keperawatan dan Kedokteran Vol 4 No 2 (2025): Jurnal Abdi Kesehatan dan Kedokteran
Publisher : Chakra Brahmanda Lentera Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55018/jakk.v4i2.86

Abstract

Drug abuse among adolescents continues to rise and poses a serious threat to the future of the younger generation. Existing educational efforts still rely heavily on conventional methods that are less appealing to today’s digital-native youth. Thus, an innovative and interactive educational medium is urgently needed. This community service project applied a participatory-educational approach and was conducted at a vocational health school in Bali. Participants included school counselors and students. Activities included situation analysis, development and validation of a digital flipbook, delivery of drug education using the flipbook, and evaluation of knowledge through pre- and post-tests. The use of digital flipbook significantly improved participants' knowledge. The proportion of students with good knowledge increased from 7.4% to 81.5%, while those with poor knowledge drastically decreased. Participants found the flipbook engaging and easy to use. The digital flipbook is an effective educational tool to enhance adolescent knowledge on drug abuse prevention. It is recommended for integration into school-based youth development and anti-drug programs.
HUBUNGAN SELF EMPOWERMENT DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN: The Correlations Between Self Empowerment With Quality Of Life in Patients Type 2 Diabetes Mellitus at Public Health Center I South Denpasar anggreni, ni putu putri; Pramesti, Theresia Anita; Thrisna Dewi, Ni Luh Putu
Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar Vol 16 No 1 (2025): Media Keperawatan: Poltekkes Kemenkes Makassar
Publisher : Jurusan Keperawatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diabetes melitus tipe 2 memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup penderitanya, mulai dari segi fisik, psikologis, maupun psikososial. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup adalah dengan meningkatkan self empowerment. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan self empowerment dengan kualitas hidup pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional, melibatkan 75 orang responden yang diambil menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki self empowerment yang masuk ke dalam kategori cukup sebanyak 49 orang (65,3%) dan memiliki kualitas hidup dalam kategori sedang sebanyak 46 orang (61,3%). Berdasarkan hasil uji rank spearman dengan α = 5% didapatkan p value sebesar 0,000, dengan nilai correlation Coefficient sebesar 0,841. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat tinggi dan bersifat positif antara self empowerment dengan kualitas hidup, artinya semakin tinggi self empowerment maka semakin tinggi juga kualitas hidupnya. Self empowerment yang tinggi dapat membantu pasien memilih strategi yang sesuai untuk meningkatkan kesehatan, menetapkan tujuan, dan mengembangkan kemampuan untuk mengambil keputusan tentang perawatan kesehatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup secara menyeluruh.
HUBUNGAN ANTARA KADAR PSA DENGAN DERAJAT KEGANASAN PADA PENDERITA KANKER PROSTAT Masitoh, Irma; Abadi, Moh. Fairuz; Thrisna Dewi, Ni Luh Putu
Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 14 No. 5 (2025): Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kanker prostat merupakan salah satu keganasan utama pada pria di atas usia 50 tahun. Meskipun pemeriksaan kadar Prostate-Specific Antigen (PSA) digunakan secara luas untuk deteksi awal, akurasinya dalam memprediksi derajat keganasan histopatologis (Gleason Score) masih menjadi perdebatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kadar PSA pre-operasi dengan derajat keganasan pada penderita kanker prostat di Rumah Sakit Pusat Pertamina. Studi analitik observasional ini menggunakan desain potong lintang (cross-sectional) dengan data sekunder dari 79 pasien kanker prostat periode Januari 2019 hingga Desember 2024. Kadar PSA dianalisis menggunakan metode ECLIA, sedangkan derajat keganasan ditentukan berdasarkan sistem Gleason Score, dengan analisis hubungan antar variabel menggunakan uji Rank Spearman. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar PSA dengan derajat keganasan (p = 0,937; r = 0,009), di mana mayoritas pasien dengan derajat keganasan tinggi (poorly differentiated) justru menunjukkan kadar PSA yang bervariasi dan tidak selalu ekstrem tinggi. Disimpulkan bahwa kadar PSA serum tidak selalu berkorelasi linier dengan agresivitas biologis kanker prostat. Fenomena ini dapat terjadi karena jaringan tumor yang terdiferensiasi sangat buruk (poorly differentiated) sering kali kehilangan ekspresi gen penghasil PSA. Oleh karena itu, penentuan prognosis dan strategi terapi tidak boleh hanya bergantung pada kadar PSA, melainkan harus melibatkan evaluasi histopatologis yang komprehensif. Prostate cancer remains a leading malignancy among men aged over 50. While Prostate-Specific Antigen (PSA) levels are widely used as an initial screening tool, their reliability in predicting histological malignancy grade (Gleason Score) remains controversial. This study aimed to investigate the correlation between preoperative PSA levels and the degree of malignancy in prostate cancer patients at Pertamina Central Hospital. This observational analytic study employed a cross-sectional design using secondary data from 79 prostate cancer patients admitted between January 2019 and December 2024. PSA levels were analyzed using the ECLIA method, while malignancy grade was determined via histopathological examination using the Gleason Score system, utilizing the Spearman Rank test for bivariate analysis. Statistical analysis revealed no significant correlation between PSA levels and malignancy grade (p = 0.937; r = 0.009). Notably, a significant proportion of patients with high-grade malignancy (poorly differentiated) did not exhibit proportionally elevated PSA levels. It is concluded that serum PSA levels do not linearly reflect the biological aggressiveness of prostate cancer, potentially due to the loss of PSA-expressing genes in poorly differentiated tumor cells. Consequently, malignancy assessment should not rely solely on PSA levels but must integrate comprehensive clinical and histopathological evaluations to prevent under-diagnosis in aggressive cases.