Artikel ini mengeksplorasi Pendidikan Agama Kristen (PAK) inklusif di era post-truth melalui pendekatan dialog interspiritual. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif berbasis kajian literatur dengan pendekatan fenomenologi, bertujuan menggali dinamika dan tantangan dalam implementasi PAK di tengah pluralitas keagamaan dan disrupsi teknologi digital. Masalah utama yang diangkat adalah bagaimana PAK dapat mengatasi eksklusivisme dan dogmatisme di era post-truth, yang ditandai oleh dominasi emosi atas fakta, serta polarisasi sosial akibat distorsi informasi. Novelty penelitian ini terletak pada integrasi pendekatan dialog interspiritual, literasi digital, dan keterampilan berpikir kritis untuk menciptakan model PAK yang inklusif dan transformatif. Temuan menunjukkan bahwa model ini mampu memperkuat identitas keimanan peserta didik sambil menghormati keberagaman. Kesimpulan artikel ini menegaskan perlunya transformasi pedagogis dalam PAK, didukung oleh kompetensi pendidik yang memadai, guna membangun generasi yang toleran, berpikir kritis, dan tangguh secara spiritual di era yang penuh tantangan ini.