Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENINGKATAN PHBS MELALUI KETERAMPILAN MEMILAH DAN MENGELOLA SAMPAH RUMAH TANGGA DI PULAU LAE-LAE KOTA MAKASSAR Mappe, Ulfa Utami; Idrus, Idham Irwansyah; Amsal, Bahrul; Syam, Agus; Hafid, Umy Qalzum
Paramacitra Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 02 (2025): Volume 02 Nomor 02 (Mei 2025)
Publisher : PT Ininnawa Paramacitra Edu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat Pulau Lae-Lae dalam memilah dan mengelola sampah rumah tangga. Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat dilakukan dengan metode sosialisasi dan pelatihan. Sosialisasi dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam memilah sampah sesuai jenisnya. Sedangkan pelatihan dilakukan untuk meningkat pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam mengolah sampah organik rumah tangga seperti kulit buah dan sisa sayuran menjadi eco-enzyme yang dapat digunakan sebagai produk ramah lingkungan untuk kebutuhan rumah tangga. Pelaksanaan yang kegiatan melalui tahap: (1) persiapan; (2) perencanaan; (3) pelaksanaan; dan (4) evaluasi. Berdasarkan hasil evaluasi PkM menunjukkan terkait sosialisasi PHBS dan pemilhan sampah 100% peserta mendapatkan pengetahuan dan akan mulai mempraktekkan hal-hal sederhada yang dapat dilakukan dalam mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat di rumah termasuk memilah sampah rumah tangga. Sedangkan, terkait pelatihan pembuatan eco-enzyme 100% peserta mendapatkan pengetahuan terkait pembuatan eco-enzyme dan manfaatnya.
Penyuluhan Lingkungan dan Gerakan Kelola Sampah Berbasis Warga sebagai Upaya Mitigasi Perubahan Iklim di Kota Makassar Kurniawan, Anis; Sri Ikhsan; Hafid, Umy Qalzum
KATALIS : Jurnal Inovasi Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 1 (2025): KATALIS : Jurnal Inovasi Pengabdian Masyarakat
Publisher : Candela Edutech Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63288/jipm.v1i1.5

Abstract

Indonesia sebagai negara dengan populasi besar menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022, timbulan sampah nasional mencapai 21,1 juta ton, dengan 34,29% di antaranya belum terkelola secara optimal. Kondisi ini berkontribusi pada pencemaran lingkungan, termasuk pencemaran laut, di mana sekitar 80% sampah laut berasal dari daratan. Tidak hanya sampah anorganik, Indonesia juga merupakan penghasil sampah makanan terbesar kedua di dunia, yang berdampak signifikan terhadap emisi gas rumah kaca. Menanggapi tantangan tersebut, kegiatan “Penyuluhan Lingkungan dan Gerakan Kelola Sampah Berbasis Warga” dilaksanakan pada 6 Agustus 2024 di Lapangan Bitowa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan literasi dan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah dari sumbernya, sekaligus mendukung kebijakan nasional dalam mitigasi perubahan iklim. Metode kegiatan meliputi penyuluhan, aksi bersih lingkungan, edukasi pemilahan sampah, pelatihan pembuatan eco enzyme, pembagian bibit pohon produktif, serta pameran hasil daur ulang. Kegiatan ini melibatkan partisipasi aktif warga, khususnya ibu rumah tangga, dan memperkuat peran pelaku sistem pengelolaan sampah lokal. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan pemahaman masyarakat, komitmen terhadap lingkungan, serta potensi replikasi model kolaboratif ini di wilayah lain. Kegiatan ini menegaskan bahwa pendekatan berbasis masyarakat dan kolaborasi multipihak merupakan kunci keberhasilan pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan adaptif terhadap tantangan lingkungan global.
Permukiman Kumuh Di Kota Makassar: Sebuah Tinjauan Sosiologis Mappe, Ulfa Utami; Hafid, Umy Qalzum; Amandaria, Riri
PREDESTINATION: Journal of Society and Culture Vol 6, No 2 (2024): Volume 6 No.2 Maret 2024
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/prd.v6i2.63354

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan permukiman kumuh di Kota Makassar. Metode yang digunakan adalah studi literatur dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan denga mencari data yang telah terdokumentasi terkait pemukiman kumuh di Kota Makassar. Analisis data dilakukan melalui tahap; reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat miskin di Kota Makassar masih tinggal di permukiman kumuh. Data dianalisis dengan teori kemiskinan John Friedman. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persoalan utama yang perlu diselesaikan berkaitan dengan permukiman kumuh di Kota Makassar adalah kemiskinan. Akses yang setara pada basis kekuatan sosial merupakan cara untuk menyelesaikan fenomena kemiskinan ini. Karena ketika secara masyarakat dapat mengakses basis kekuatan sosial secara merata, maka kemiskinan dapat menurun dan masyarakat miskin dapat meningkatkan taraf hidupnya. Dengan begitu, kemungkinan meluasnya permukiman kumuh pun semakin kecil.
Exploring The Value Of Mappasilasae Local Wisdom To Prevent Early Marriage As An Effort To Preserve The Identity Of The Classic Bugis Tribe In The Era Of Disruption Nurhasmiah, Siti; Hafid, Umy Qalzum; Ratmila, Sri Reski; Ramli, Mauliadi
Jurnal Pattingalloang Vol. 10, No. 3 Desember 2023
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v10i3.53726

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi pemaknaan dan menjadikan nilai kearifan lokal mappasilasae untuk mencegah pernikahan dini sebagai upaya pemertahanan identitas Suku Bugis klasik di era disrupsi. Menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi Creswell. Tahapan penelitian yaitu, 1) Penyusunan instrumen penelitian, 2) Pengumpulan data, 3) Analisis data, validasi data, dan penyusunan laporan penelitian. Sumber data penelitian yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data, 1) Observasi 2) Wawancara informan secara purposive subjective dengan kriteria anak yang menikah dini 4 informan, orang tua/keluarga dari anak menikah dini 3 informan, masyarakat sekitar 6 informan, budayawan yang mengetahui kearifan lokal mappasilasae 2 informan, dan pemerintah setempat 1 informan, 3) Dokumentasi. Hasil yang diperoleh, 1) Makna kearifan lokal mappasilasae yaitu ade’, siri’, sipakainge’, ammaccangeng, dan manini’ /makkaritutu yang jika diterapkan, dapat mencegah pernikahan dini. 2) Tahap pencegahan pernikahan dini berbasis kearifan lokal mappasilasae, yaitu naisseng pasilaingngi tuju na salae, mappallaiseng “issengngi maja’e panassaiwi madecengnge”, appilengeng, dan sippettungeng. Di era disrupsi, masyarakat dapat mempertahankan kearifan lokal mappasilassae dengan cara patettongngi ade’ mappasilasae ri assilessurengnge, rilaleng paddissengeng dan rilaleng wanua. Jadi, disimpulkan bahwa kearifan lokal mappasilasae dapat digunakan sebagai upaya pencegahan pernikahan dini dan juga sebagai pemertahanan identitas Suku Bugis klasik di era disrupsi.Kata kunci : Mappasilasae, Pernikahan Dini, Suku Bugis, Era DisrupsiAbstractThis research endeavors to elucidate the significance and value of the local wisdom known as "mappasilasae" in averting early marriages, aiming to safeguard the distinct identity of the traditional Bugis community amidst contemporary disruptions. Employing qualitative methodologies following Creswell's phenomenological approach, the research comprises specific stages: 1) Preparation of research instruments, 2) Data collection, 3) Data analysis, validation, and research report compilation. Primary and secondary data sources are utilized, employing data collection techniques such as observation, purposive subjective informant interviews, and documentation. The findings reveal that the local wisdom of mappasilasae embodies principles like "ade'," "siri'," "sipakainge'," "ammaccangeng," and "manini'/makkaritutu," which, when applied, effectively deter early marriages. Furthermore, the research delineates stages for early marriage prevention rooted in mappasilasae, namely "naisseng pasilaingngi tuju na salae," "mappallaiseng," "appilengeng," and "sippettungeng." In the context of contemporary disruption, the preservation of mappasilasae involves adherence to its core principles "patettongngi ade' mappasilasae ri assilessurengnge," "rilaleng paddissengeng," and "rilaleng wanua." Consequently, this study concludes that the local wisdom of mappasilasae serves as a significant strategy to combat early marriages and uphold the enduring classical Bugis identity during times of disruption.Keywords : Mappasilasae, Early Marriage, Bugis Tribe, Disruption