Rahmat, Maulana Bagus
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Manuskrip Kuno dan Perdebatan Autentisitas Teks Al-Qur’an: Tinjauan Filologis Kritis Terhadap Manuskrip Birmingham, Sana’a, dan Topkapi Masruchin, Masruchin; Rahmat, Maulana Bagus
KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin Vol. 15 No. 1 (2025): Februari
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Al Fithrah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36781/kaca.v15i1.1100

Abstract

Penelitian ini bertujuan menguji autentisitas teks Al-Qur’an melalui pendekatan filologis-kritis terhadap tiga manuskrip kuno: manuskrip Birmingham, Sana’a, dan Topkapi, yang kemudian dibandingkan dengan mushaf Uthmani standar. Latar belakang penelitian ini didorong oleh dominasi wacana akademik Barat yang kerap meragukan keaslian teks Al-Qur’an, serta keterbatasan keterlibatan akademisi Muslim dalam kajian tekstual kritis. Studi ini menggunakan metode kualitatif berbasis pustaka (library research) dengan teknik analisis deskriptif-komparatif terhadap aspek ortografi (rasm), tanda baca (dhabt), dan struktur teks. Hasil penelitian menunjukkan adanya varian minor yang bersifat ortografis dan tidak berdampak pada perubahan makna substansial, dengan tingkat perbedaan di bawah 0,01%. Temuan ini menguatkan narasi tentang terjaganya teks Al-Qur’an sejak masa kodifikasi Utsmani, sekaligus menunjukkan validitas sejarah wahyu dalam perspektif keilmuan. Studi ini merekomendasikan pendekatan integratif antara filologi, sejarah kodifikasi, dan teologi sebagai kontribusi konstruktif dalam studi Al-Qur’an kontemporer.
Fenomena Hustle Culture di Era Kontemporer dan Pandangan Al-Qur’an Tentang Etos Kerja: Analisis Penafsiran M. Quraish Shihab Tauhid, Muhammad; Rahmat, Maulana Bagus; Fadhlurrahman, Hafizh Dhoifa; Azizah, Dwima Dini; Syafira, Klara
KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin Vol. 15 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Al Fithrah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36781/kaca.v15i2.1131

Abstract

Fenomena hustle culture yang menekankan kerja tanpa henti sebagai standar keberhasilan, telah menjadi bagian dari gaya hidup modern, khususnya di kalangan generasi muda dan masyarakat perkotaan. Budaya ini sering mengabaikan keseimbangan antara kerja, ibadah, dan istirahat, yang berdampak negatif terhadap kesehatan mental dan kualitas hidup secara keseluruhan. Dalam perspektif Islam, kerja bukan sekadar aktivitas ekonomi, melainkan bentuk ibadah yang harus dijalani secara seimbang antara tujuan duniawi dan spiritual. Ayat-ayat Al-Qur'an yang terkait adalah subjek penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan kerja dan istirahat dengan menggunakan tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab, guna mengeksplorasi bagaimana nilai-nilai Islam dapat menjadi alternatif etis terhadap dominasi hustle culture. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Islam mengajarkan prinsip keseimbangan antara kerja, ibadah, dan istirahat sebagaimana tercermin dalam QS. Al-Mulk:15, Al-Inshirah:7, dan Al-Naba’:9–11.Tafsir Al-Misbah menekankan bahwa produktivitas dalam Islam harus menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan.
Makna Semiotik Cahaya Ilahi dalam QS. An-Nur Ayat 35: Analisis Komparatif atas Tafsir Klasik dan Kontemporer Kibtiyah, Mariyatul; Rahmat, Maulana Bagus; Baihaqi, Yusuf; Badi'ah, Siti; Yamin, Sabanul
Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol. 27 No. 2 (2025)
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/substantia.v27i2.32014

Abstract

The symbol of divine light (nūr ilāhī) in Surah An-Nūr verse 35 contains one of the deepest metaphors in the Qur’an. It describes the human spiritual process of receiving divine guidance and awareness. This study explores how classical and contemporary exegetes interpret the symbol of light and how semiotic analysis reveals its multiple layers of meaning. The research uses a library-based qualitative approach that combines classical tafsir such as Mafātīḥ al-Ghayb, Al-Jāmiʿ li Aḥkām al-Qurʾān, and Mishkāt al-Anwār with modern interpretations by Sayyid Quṭb, Muhammad Asad, and Seyyed Hossein Nasr. The semiotic theories of Roland Barthes and Charles S. Peirce are applied to analyze how elements such as mishkāt, miṣbāḥ, zujājah, and syajarah mubārakah form a symbolic structure that represents the journey of the human soul from potential faith to full spiritual awareness. The findings show that the symbol of light is not only theological in nature but also serves as an ontological and psychological guide for modern humans who seek meaning in their spiritual life. This study contributes to Qur’anic interpretation by offering an integrative framework that connects classical exegesis, linguistic study, and modern spiritual context. Abstrak: Simbol cahaya ilahi (nūr ilāhī) dalam Surah An-Nūr ayat 35 mengandung salah satu metafora paling mendalam dalam Al-Qur’an. Ayat ini menggambarkan proses spiritual manusia dalam menerima petunjuk dan kesadaran ilahi. Penelitian ini menelaah bagaimana para mufasir klasik dan kontemporer menafsirkan simbol cahaya serta bagaimana analisis semiotik dapat mengungkap lapisan maknanya. Penelitian dilakukan melalui studi kepustakaan dengan pendekatan kualitatif yang menggabungkan tafsir klasik seperti Mafātīḥ al-Ghayb, Al-Jāmiʿ li Aḥkām al-Qurʾān, dan Mishkāt al-Anwār dengan tafsir modern karya Sayyid Quṭb, Muhammad Asad, dan Seyyed Hossein Nasr. Teori semiotika Roland Barthes dan Charles S. Peirce digunakan untuk menganalisis bagaimana unsur seperti mishkāt, miṣbāḥ, zujājah, dan syajarah mubārakah membentuk struktur simbolik yang menggambarkan perjalanan ruhani manusia dari potensi iman menuju pencerahan spiritual yang utuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simbol cahaya tidak hanya memiliki makna teologis tetapi juga berfungsi sebagai panduan ontologis dan psikologis bagi manusia modern dalam mencari makna kehidupan spiritual. Kajian ini memberikan kontribusi bagi pengembangan tafsir Al-Qur’an dengan menawarkan kerangka yang menghubungkan penafsiran klasik, analisis kebahasaan, dan konteks spiritual masa kini.