Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

EFFECT OF KECOMBRANG ETHANOL EXTRACT (ETLINGERA ELATIOR) ON FUSOBACTERIUM NUCLEATUM BIOFILM DEGRAGATION Djati, Fanni Kusuma; Ichsyani, Meylida; Widodo, A. Haris Budi; Dewi, Aisha Tiara
Biomedika Vol 17, No 1 (2025): Biomedika August 2025
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v17i2.12008

Abstract

Fusobacterium nucleatum is a Gram-negative anaerobic bacterium that plays a crucial role in periodontal disease progression through biofilm formation. Kecombrang (Etlingera elatior) is a traditional medicinal plant containing bioactive compounds with antimicrobial properties. This study aimed to evaluate the effect of kecombrang extract on F. nucleatum biofilm degradation. This experimental study used ethanolic extracts from three parts of kecombrang (leaves, stems, and flowers) at concentrations of 1.56, 3.12, 6.25, 12.50, 25, and 50 mg/mL. F. nucleatum biofilm was formed and treated with various extract concentrations. Chlorhexidine 0.2% was used as positive control and DMSO 1% as negative control. Biofilm degradation percentage was measured using crystal violet assay at 490 nm wavelength. Data were analyzed using Two-Way ANOVA to evaluate the main effects of plant parts and extract concentrations, followed by Tukey’s HSD post-hoc test. All kecombrang extracts showed dose-dependent biofilm degradation activity. Flower extract demonstrated the highest efficacy with degradation percentages ranging from 36.37% to 86.22% at concentrations 1.56-25 mg/mL. Leaf extract showed degradation of 38.2—82.08%, while the stem extract achieved 34.00-80.22% degradation at the same concentration range. The MBEC50 values were 2.62 mg/mL for flower extract, 3.68 mg/mL for leaf extract, and 4.99 mg/mL for stem extract. Kecombrang extracts possess significant biofilm degradation activity against F. nucleatum, with flower extract showing the most promising results comparable to chlorhexidine positive control
Laporan Kasus: Kandidiasis Oral pada Pasien Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) Dewi, Aisha Tiara; Rimawati, Adninda; Purnama, Ryana Budi; Saksana, Rachmad Aji; Silva, Ghea de
Journal of Dental and Biosciences Vol 2 No 02 (2025): Journal of Dental and Biosciences
Publisher : Jurusan Kedokteran Gigi Fakultas Kedoketaran Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jdentbios.2025.2.02.11528

Abstract

Latar belakang : Pasien HIV/AIDS memiliki kekebalan tubuh yang lemah karena imunosupresi yang menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi sistemik. Manifestasi oral pasien HIV/AIDS antara lain kandidiasis oral, penyakit periodontal, xerostomia, Kaposi’s sarcoma, stomatitis aftosa rekuren, oral hairy leukoplakia, hiperpigmentasi oral, serta karies. Kandidiasis oral merupakan lesi yang paling sering terjadi pada pasien HIV/AIDS yang disebabkan oleh infeksi Candida albicans. Kasus : Pasien laki-laki berusia 53 tahun datang ke RSUD Margono Soekarjo, Purwokerto dengan keluhan lapisan putih seperti sariawan dan terasa tidak nyaman sejak 1 bulan yang lalu, demam, nafsu makan dan minum menurun, merasa kebingungan, keringat dingin, dan tangan terkadang tremor. Rapid test anti-HIV menunjukkan hasil positif. Penegakan diagnosis kandidiasis oral pada kasus ini yaitu melalui anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang. Tanda dan gejala klinis dari kandidiasis oral yaitu adanya plak berwarna putih multipel pada mukosa rongga mulut, dapat dikerok yang meninggalkan bekas kemerahan, dan terasa nyeri. Manajemen Kasus : Obat yang diberikan pada pasien HIV dengan kondisi kandidiasis adalah ARV berupa FDC TLD, antijamur berupa Nystatin dan Fluconazole, obat kumur Chlorhexidine Gluconate 0,2%, dan kombinasi antibiotik berupa Azithromycin serta Cotrimoxazole. Simpulan : Keberhasilan pengobatan kandidiasis oral merupakan kombinasi keberhasilan pengobatan penyakit sistemik, pengobatan penyakit mulutnya, serta didukung oleh kedisiplinan pasien dalam menggunakan obat secara benar dan teratur dan menjaga kebersihan rongga mulut.