Globalisasi merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari dan telah memengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk budaya dan identitas keislaman masyarakat. Perkembangan teknologi, arus informasi, dan interaksi antarbangsa menghadirkan peluang sekaligus tantangan yang signifikan. Di satu sisi, globalisasi membuka ruang pertukaran ilmu pengetahuan, ekonomi, serta kebudayaan secara lebih luas. Namun, di sisi lain, ia juga berpotensi melemahkan nilai-nilai lokal, mengikis tradisi, dan mengaburkan identitas keislaman generasi muda. Dalam konteks ini, pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional memiliki posisi yang sangat strategis. Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai institusi keilmuan dan keagamaan, tetapi juga sebagai penjaga moral, pelestari budaya, dan penguat karakter bangsa.Artikel ini menggunakan metode studi literatur dengan menelaah berbagai sumber tertulis berupa buku, artikel jurnal, dokumen resmi, serta laporan penelitian terdahulu. Melalui pendekatan ini, penulis berupaya mengkaji secara mendalam kontribusi pesantren dalam menghadapi arus globalisasi, terutama dalam menjaga budaya dan identitas keislaman. Hasil kajian menunjukkan bahwa pesantren mampu mengintegrasikan nilai-nilai agama dengan kearifan lokal, sehingga santri tidak hanya dibekali dengan ilmu agama, tetapi juga dengan kesadaran identitas, sikap toleransi, dan keterampilan sosial yang relevan dengan perkembangan zaman. Pesantren juga berperan sebagai pusat pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan berbasis nilai, pelestarian seni tradisional, serta penguatan solidaritas komunitas.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pesantren memiliki peran vital dalam membentuk generasi yang berkarakter, beridentitas keislaman kuat, serta tetap adaptif terhadap dinamika global. Relevansi pesantren dalam menjaga budaya dan karakter bangsa membuktikan bahwa lembaga ini tetap aktual di era modern, bahkan menjadi benteng utama dalam menjaga jati diri bangsa di tengah derasnya arus globalisasi.