Penelitian ini menganalisis interpretasi simbolisme visual dalam kampanye politik Fitrianti-Nandriani yang menggunakan nuansa warna hitam dan pink, terinspirasi dari estetika budaya pop K-pop, khususnya grup musik Black Pink. Studi ini mengkaji persepsi audiens terhadap simbolisme warna dalam konteks politik lokal di Palembang, serta bagaimana elemen visual ini memengaruhi citra kandidat di mata pemilih, terutama generasi muda. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan hermeneutik Gadamer, yang melibatkan konsep-konsep seperti prasangka, lingkaran hermeneutik, dan kesatuan perspektif (fusion of horizons). Fokus utama adalah memahami bagaimana audiens menginterpretasikan warna-warna ini dalam ranah politik, menghubungkannya dengan nilai-nilai modernitas dan pemberdayaan yang umumnya dikaitkan dengan budaya K-pop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan warna hitam dan pink tidak hanya berfungsi sebagai estetika, tetapi juga berperan sebagai simbol budaya yang menghubungkan nilai-nilai global dengan kepentingan lokal. Warna hitam mencerminkan kekuatan dan kepercayaan diri, sementara warna pink memberikan kesan segar dan modern yang sesuai dengan selera pemilih muda. Kombinasi warna ini memperkuat citra kandidat sebagai sosok progresif dan inovatif, sehingga meningkatkan daya tariknya di kalangan audiens muda. Pendekatan hermeneutik Gadamer membantu mengungkap keterkaitan emosional antara elemen visual dalam kampanye politik ini dengan persepsi audiens, serta bagaimana elemen-elemen tersebut berperan dalam membentuk pemahaman politik lokal. Identitas visual dengan elemen Black Pink memberikan nuansa kontemporer yang signifikan dalam membentuk koneksi emosional antara kandidat dan pemilih dalam konteks budaya pop yang semakin populer.