Keterbacaan wacana merupakan aspek penting yang menentukan sejauh mana teks dapat dipahami siswa sesuai dengan jenjang pendidikannya. Wacana yang tidak sesuai dengan tingkat keterbacaan siswa berpotensi menimbulkan kesulitan memahami isi teks, menurunkan motivasi belajar, hingga menghasilkan interpretasi yang keliru. Permasalahan ini juga ditemukan dalam soal Penilaian Sumatif Akhir Jenjang (PSAJ) mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 12 di SMA Negeri 1 Purwokerto tahun ajaran 2024/2025. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keterbacaan wacana yang terdapat pada soal PSAJ menggunakan Formula Grafik Fry. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik simak dan catat. Data berupa wacana dalam soal PSAJ kemudian dianalisis melalui tahapan perhitungan jumlah kata, jumlah kalimat, jumlah suku kata, konversi faktor bahasa, serta pemetaan ke dalam Grafik Fry. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 22 wacana yang dianalisis, sebanyak 18 wacana (81,82%) berada pada tingkat keterbacaan yang lebih rendah dari kelas 12, satu wacana (4,55%) sesuai dengan kelas 12, satu wacana (4,55%) berada pada tingkat keterbacaan lebih tinggi, dan dua wacana (9,09%) tergolong tidak valid. Temuan ini menunjukkan bahwa mayoritas wacana berada di bawah tingkatan yang seharusnya yaitu kelas 12. Wacana yang terlalu sederhana tidak hanya memengaruhi pemahaman siswa terhadap teks, tetapi juga berdampak pada perkembangan literasi serta validitas instrumen evaluasi yang digunakan. Oleh karena itu, diperlukan peninjauan ulang dalam pemilihan dan penyusunan wacana soal, baik oleh guru maupun tim penelaah, agar wacana yang digunakan sesuai dengan perkembangan kognitif siswa dan mampu mendukung pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal.