cover
Contact Name
Yahya Wijaya
Contact Email
gemateologika@staff.ukdw.ac.id
Phone
+62274563929
Journal Mail Official
gemateologika@staff.ukdw.ac.id
Editorial Address
Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin no 5-25 Yogyakarta 55225
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
GEMA TEOLOGIKA : Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
ISSN : 25027743     EISSN : 25027751     DOI : https://doi.org/10.21460/gema.2020.52.614
GEMA TEOLOGIKA receives articles and book reviews from various sub disciplines Theology, particularly contextual theology Divinity Studies in the context of socio cultural religious life Religious Studies Philosophy of Religion Received articles will be reviewed through the blind review process. The submitted article must be the writers original work and is not published in another journal or publisher in any language. Writers whose articles are accepted and have account in google scholar profile will be requested to participate as peer reviewers.
Articles 175 Documents
Pendidikan Kristiani sebagai Instrumen Penyadaran Pentingnya Pertumbuhan Spiritualitas dalam Konteks Budaya Populer Daniel Syafaat Siahaan
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 1 No. 2 (2016): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2016.12.218

Abstract

Abstract This article is written based on my observation and experience, who "sucked" into populer culture. People inevitably will always "sucked" into the black hole of culture. In popular culture, people are considered to be humans if only they satisfy their libido. So, popular culture can blurring self identity in the society, because communal similarity is preferred. Self identity formed from communal understanding of popular culture concept and force someone to follow it. Therefore, the challenge of popular culture to spirituality is very obvious because it concerns a person identity. Spirituality always departs from the inside to the outside. While the phenomenon of popular culture, the meaning is controlled by the community and adapted into self. This article written to realizing the importance of spiritual growth in the context of popular culture, which can be done firstly through Christian Education. Abstrak Artikel ini ditulis berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis sendiri yang turut "terhisap" dalam budaya populer. Manusia mau tidak mau akan selalu terhisap ke dalam lubang hitam kebudayaan. Dalam budaya populer, manusia dianggap menjadi manusia ketika kepuasan libidonya dapat terpenuhi. Budaya populer yang demikian dapat mengaburkan identitas individu dalam masyarakat, karena kesamaan komunallah yang lebih diutamakan. Identitas diri terbentuk dari pemahaman komunal akan konsep budaya yang populer dan "memaksa" individu untuk mengikutinya. Oleh karena itu, tantangan budaya populer terhadap spiritualitas sangatlah jelas karena menyangkut identitas diri seseorang. Spiritualitas selalu berangkat dari dalam diri menuju ke luar. Sedangkan dalam fenomena budaya populer, makna dikendalikan oleh masyarakat dan berujung pada adaptasi ke dalam diri. Artikel ini ditulis untuk menyadarkan pentingnya pertumbuhan spiritualitas dalam konteks budaya populer, yang pertama-tama dapat dilakukan melalui Pendidikan Kristiani.
Resensi: Hospitality and Islam—Welcoming in God's Name Hutabarat, Haleluya Timbo
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 4 No 1 (2019): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2019.41.448

Abstract

Buku ini membahas topik hospitality dari sudut pandang berbagai tradisi, termasuk Islam. Penulisnya, Mona Siddiqui adalah seorang multikultural yang memiliki latar belakang akademis yang recomended dan record pengalaman di bidang dialog lintas iman. Pembaca utama buku ini, sebaiknya orang yang memiliki keahlian, paling tidak minat di bidang dialog agama-agama. Tetapi peminat lain seperti studi Islam, Feminism, hermeneutics, atau studi postcolonial, juga direkomendasikan untuk membaca buku ini.
Agama dan Kerusakan Ekologi: Mempertimbangkan “Tesis White” dalam Konteks Indonesia Singgih, Emanuel Gerrit
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 5 No. 2 (2020): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2020.52.614

Abstract

Abstract This article is an evaluation of two anthologies which respond to Lynn T. White Jr., who traces the cause of the present ecological destruction to implementation of religious worldviews in the past, and concludes that Christianity as a very anthropocentric religion, is responsible for this destruction. Although the majority of the responders regard that White's article from 1967, which become famous as the "White Thesis", is one sided, they still acknowledge its continuing relevance. This study suggests that in the context of Indonesia, Christians could respond accordingly to the thesis by engaging in dialogue with local or nature religions concerning the Divine immanence and transcendence, for the common struggle to prevent further ecological destructions. Abstrak Tulisan ini merupakan evaluasi dari dua antologi yang berisi tanggapantanggapan terhadap tulisan Lynn T. White Jr., yang menelusuri kerusakan ekologi pada masa kini dalam penerapan-penerapan pemahaman religius, dan berpendapat bahwa agama Kristen yang antroposentrik bertanggung jawab atas kerusakan tersebut. Meskipun mayoritas dari penanggap memperlihatkan bahwa tulisan White dari tahun 1967, yang kemudian terkenal sebagai "tesis White" agak berat sebelah, mereka tetap mengakui relevansinya. Dalam bagian penutup diperlihatkan bagaimana dalam konteks Indonesia, orang Kristen bisa menanggapi tesis White, dengan jalan berdialog dengan pemahaman lokal mengenai imanensi Yang Ilahi, dalam rangka berjuang bersama menghadapi kerusakan ekologi.
Mendekonstruksi Ciptaan: Sebuah Tafsir Ayub Pasal 3:1-26 Emanuel Gerrit Singgih
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 3 No. 2 (2018): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2018.32.362

Abstract

Abstract In this article the conventional image of the character of Job as patient and trusting in face of a series of calamities, and such receives back all that he has lost before as can be found in the prologue (chapters 1-2) and the epilogue (chapter 42) of the Book of Job, is contrasted with the character of Job in chapter 3, in which Job is pictured as facing the end of everything, including the end of his life himself. For him it is the end of the world, the collapse of creation, or better, the return of creation to chaos. That is why the title contained the term “deconstruction”, and by employing the theory of deconstruction, the stages where Job is deconstructing creation are described and analysed.   Abstrak Pemahaman yang agak umum mengenai karakter Ayub yang sabar dan tawakal sebagaimana dihayati berdasarkan pendahuluan (prolog) dan penutup (epilog) kitab Ayub, dan karena itu pada akhirnya mendapat pemulihan, dipertentangkan dengan karakter Ayub dalam pasal 3, yang sungguh-sungguh menggambarkan sedang menghadapi akhir dari segala-galanya bagi dirinya, bagaikan sebuah kiamat. Dunia ciptaan baginya sudah berakhir, atau lebih baik, ciptaan telah kembali menjadi khaos. Maka di sini dipergunakan istilah "dekonstruksi", dan berdasarkan teori dekonstruksi akan diperlihatkan tahap-tahap tokoh Ayub ini mendekonstruksikan ciptaan.  
Membangun Persaudaraan Lintas Iman dengan Berbasis pada Kebudayaan Masyarakat Adat Kei Yosep Harbelubun
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 2 No. 1 (2017): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2017.21.279

Abstract

Abstract Building interfaith relationship is a relevant topic for people who live in the plurality of religions and beliefs. All religions are called to maintain diversity by building interfaith relationship. A true brotherhood is the objective of building interfaith relationship. There are various ways which could be taken by religions in building interfaith relationship. Those ways could be found in all spheres of human life. One way which could be required by religions in building interfaith relationship is to go through the wisdom of local communities. This way can lead the religions to be present relevantly and contextually in society. According to the author, the local wisdom of Keiese (Kei) community has a relevance to the efforts of building interfaith relationship. The values of Keiese (Kei) local wisdom are in accordance with the universal values on religions, which could be used as a powerful way in building interfaith relationship up. Abstrak Tema tentang membangun relasi lintas iman merupakan topik yang sangat relevan bagi masyarakat yang hidup dalam kemajemukan agama dan keyakinan. Agama-agama terpanggil untuk memelihara keberagaman itu dengan membangun relasi lintas iman. Sasarannya ialah terciptanya persaudaraan sejati. Ada berbagai cara yang dapat ditempuh oleh agama-agama dalam membangun relasi lintas iman. Cara-cara itu tersedia seluas bidang-bidang kehidupan manusia. Salah satu cara yang dapat ditempuh agama-agama dalam membangun relasi lintas iman adalah melalui kearifan lokal masyarakat setempat. Dengan cara itu, agama-agama dapat hadir secara relevan dan kontekstual di tengah masyarakat. Penulis melihat bahwa kearifan lokal masyarakat Kei memiliki relevansi dengan upaya untuk membangun relasi lintas iman. Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Kei memiliki kesesuaian dengan nilai-nilai universal pada agama-agama, sehingga dapat dipakai sebagai salah satu cara yang ampuh dalam membangun relasi lintas iman.
Teologi Guanxi: Sebuah Upaya Memahami Aspek Teologi Relasional dalam Budaya Tionghoa Baito, Linus
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 4 No 2 (2019): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2019.42.434

Abstract

AbstractThis article aims at constructing a theology of business starting from the Chinese principle of relationship which is known as guanxi. Many have seen the role of guanxi in the process of China’s economic growth. Guanxi plays a philosophical role not only in economic life, but also in social as well as cultural ones. Using Robert Schreiter’s method of intercultural theology, this study finds that the philosophical concept of guanxi offers values compatible with a Christian theology of relationship. Interacting the two resources would provide a strong basis for constructing a theology of business. AbstrakArtikel ini bertujuan membangun sebuah teologi bisnis yang bertitik tolak dari prinsip Tionghoa yang dikenal sebagai guanxi. Banyak orang telah menyadari peran guanxi dalam proses pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Guanxi memainkan peran filosofis bukan hanya dalam kehidupan ekonomi, tetapi juga sosial dan kultural. Menggunakan metode teologi interkultural dari Robert Schreiter, studi ini menemukan bahwa konsep filosofis guanxi menawarkan nilai-nilai yang kompatibel dengan teologi relational Kristen.
Resensi Buku: Model Khotbah Integratif Kristianto, Paulus Eko
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 5 No 1 (2020): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persepsi Anggota Gereja Atas Pengendalian Internal Eka Adhi Wibowo; Heru Kristanto
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 3 No. 1 (2018): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2018.31.348

Abstract

Abstract This study aims at analyzing differences in perceptions of church members (pastors, treasurers, and congregations) on internal control and the relationship between the amount of offerings and the church’s perception of internal control. Respondents come from Protestant Christian churches in particular which are the supporting synods of Duta Wacana Christian University, Yogyakarta. They consist of 31 congregations with 92 people as respondents. The result of Kruskal Wallis statistic test shows that there is no difference of perception among the three members of the church about internal control. The Pearson correlation test results between the amount of offerings and the church member’s perception of financial control is positive, but very low. The development of the amount of offerings is followed by internal control, albeit at low levels. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan persepsi anggota gereja (pendeta, bendahara, dan jemaat) tentang pengendalian internal dan hubungan antara jumlah persembahan dengan persepsi gereja terhadap pengendalian internal. Responden berasal dari Gereja-gereja Kristen Protestan khususnya yang menjadi sinode gereja pendukung Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, sebanyak 31 jemaat dengan 92 orang sebagai responden. Hasil uji statistik Kruskal Wallis tidak terdapat perbedaan persepsi di antara ketiga anggota gereja tentang pengendalian internal. Hasil uji statistik korelasi Pearson antara jumlah persembahan dengan persepsi anggota gereja terhadap pengendalian keuangan adalah positif, tetapi sangat rendah. Perkembangan jumlah persembahan diikuti pengendalian internal, meskipun dengan kadar rendah.
Persoalan Status Sebagai Anak-anak Abraham dalam Surat Galatia Samuel Benyamin Hakh
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 1 No. 1 (2016): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2016.11.209

Abstract

Abstract In the apostle Paul's letter to the Galatians, one of the principal theological debate sticking to the surface is the status as children of Abraham through circumcision. Because according to a group of Jews Christian who came to Galatia, Gentile Christians shall be circumcised, and implement the law, if they want to obtain salvation. Because safety is only given to those who become the children of Abraham in full. On the other hand, Paul rejected that obligation. According to Paul, by faith in Christ, the son of Abraham, Christians in Galatia, having status as the children of Abraham and inherit the blessings of God's promise that is salvation. In this article I argue that the debate was due on the one hand, Jewish Christian groups that cling to the tradition of circumcision because of the tradition that has been in effect since Abraham and believed to be the way of salvation, while Paul emphasis on faith and obey the decision of the council in Jerusalem that circumcision is not required for the non-Jewish. Abstrak Dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia, salah satu pokok perdebatan teologis sosiologis yang mencuat ke permukaan adalah status sebagai anak-anak Abraham melalui sunat. Sebab menurut kelompok orang Kristen Yahudi yang datang ke Galatia, orang Kristen non-Yahudi wajib disunat dan melaksanakan hukum Taurat, jika mereka ingin beroleh selamat. Sebab keselamatan hanya diberikan kepada orang-orang yang menjadi anak-anak Abraham secara penuh. Di pihak lain, Paulus menolak kewajiban itu. Menurut Paulus, oleh iman di dalam Kristus, anak Abraham itu, orang Kristen di Galatia telah beroleh status sebagai anak-anak Abraham dan mewarisi janji berkat Allah itu, yakni keselamatan. Dalam artikel ini saya berargumentasi bahwa perdebatan itu terjadi karena pada satu pihak, kelompok Yahudi itu berpegang teguh kepada tradisi sunat karena tradisi itu telah diberlakukan sejak Abraham dan diyakini sebagai jalan keselamatan, sementara Paulus menekankan pada iman serta taat kepada keputusan sidang di Yerusalem bahwa sunat tidak diwajibkan bagi orang non-Yahudi.
Teologi Proses Mengenai Allah dan Problem Kejahatan: Suatu Tinjauan atas Kasus Al-Nakba Anodya Ariawan Soesilo
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 2 No. 2 (2017): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2017.22.326

Abstract

Abstract This article presents process theology which is seen as an alternative modus offered by particular group of Christianity in dealing with radical evil. Process theology is a philosophical theology. It passes through the principles of concrescence and prehension offering the idea to identify that God's works are more likely imanent persuasion, namely, the action of love and suavity. Concrescence is acknowledgement that the actual entities not denying if its existence was formed by past objective data (experience), but deliberately work onto prehension that grasp goodness for transforming and rehabilitating the sensitivity of human history. This article will expose the space for acting faith in the mode of human responsibility, keeping an open dialogue as well restraining the false arogancy of identity fanatism of quasi-religious, persisting, and defending humanity. Such concept is based on the hope of the God who is perceptive and saving as a contribution to solve the problem of the complexity of Al-Nakba. In the mechanism of thinking process, the shadow of the failure does not disappear so that humans are asked to be seriously responsible for this. The idea of process has described God as the God who involves in relationships with humans, refuting the monarch description of the God who demands and punishes. God in theology process is a figure who does not exercise power excessively. The God who guides, accompanies, and participates patiently in the world's events still appreciates the independency of humans. That does not mean a justifi cation of irresponsible freedom. The true freedom is aligned with the God's design, namely, the righteousness, sublimity, and kindness.   Abstrak Artikel ini menghadirkan pemikiran teologi proses, yang dilihat, sebagai modus alternatif kekristenan tertentu dalam menghadapi bengal kejahatan radikal. Teologi proses adalah teologi filosofis. Teologi proses melalui prinsip konseptual konkresi, prehensi, menawarkan gagasan untuk mengenali bahwa karya Tuhan lebih mengarah kepada himbauan imanensi, yaitu tindakan cinta dan rahmat kelembutan. Konkresi sebagai pengakuan adalah bahwa entitas aktual tidak memungkiri dirinya turut dibentuk oleh data objektif (pengalaman) masa silam, namun mengusahakan kepada prehensi yakni kesengajaan untuk mencengkeram kebaikan, demi perubahan dan perbaikan sejarah manusia yang sensitif. Hasil penelusuran artikel ini mengintrodusir ketersembunyian Allah akan mengekspos ruang bagi iman yang bertindak dalam tanggung jawab manusia. Untuk terus melakukan dialog terbuka, yang mengempangkan kemangkakan semu fanatisme identitas dari kuasi religius, seraya gigih mempertahankan martabat manusia. Mendasarkan harapan kepada Allah yang tanggap dan menyelamatkan sebagai kontribusi memulihkan problem Al-Nakba yang muskil. Dalam pemikiran proses, bayang-bayang kegagalan tidak sirna, sehingga menuntut tanggung jawab serius manusia. Terobosan gagasan proses menggambarkan Allah sebagai pribadi yang melibati relasi dengan manusia daripada menyodorkan gambaran Tuhan monarkis yang banyak menuntut dan menghakimi. Gambaran Allah dalam pemikiran teologi proses adalah Pribadi yang dapat menahan diri dari penggunaan kekuasaan eksesif. Allah yang dengan sabar membimbing, menyertai, berpartisipasi dalam menjejaki perisiwa dunia, dan masih menghargai kemandirian individu, kendati bukan kebebasan mana suka, melainkan yang selaras dengan kehendak Allah yang luhur, yakni mengejar visi kebenaran, keindahan, dan kebaikan.

Page 6 of 18 | Total Record : 175


Filter by Year

2016 2025


Filter By Issues
All Issue Vol. 10 No. 2 (2025): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 10 No. 1 (2025): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 9 No. 2 (2024): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 9 No. 1 (2024): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 8 No. 2 (2023): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 8 No. 1 (2023): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 7 No. 2 (2022): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 7 No. 1 (2022): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 6 No 2 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 6 No. 1 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 6 No 1 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 5 No. 2 (2020): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 5 No 2 (2020): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 5 No 1 (2020): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 4 No 2 (2019): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 4 No 1 (2019): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 4 No. 1 (2019): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 3 No. 2 (2018): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 3 No 2 (2018): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 3 No. 1 (2018): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 3 No 1 (2018): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 2 No. 2 (2017): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 2 No. 1 (2017): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 1 No. 2 (2016): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 1 No 2 (2016): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 1 No. 1 (2016): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian More Issue