cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
POLYGLOT
ISSN : 1907 6134     EISSN : 2549 1466     DOI : -
Core Subject : Education,
Started in 2006, Polyglot is a scientific journal of language, literature, culture, and education published biannually by the Faculty of Education at the Teachers College, Universitas Pelita Harapan. The journal aims to disseminate articles of research, literature study, reviews, or school practice experiences.
Arjuna Subject : -
Articles 212 Documents
Penerapan Metode Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif IPA di SD Kristen Gunungsitoli Utara [The Implementation of the Numbered Heads Together (NHT) Strategy to Increase Cognitive Achievement of Grade IV Students in a Science Class Learning about Plants at a Christian Primary School in Gunung Sitoli Utara] Ayunda Putri Putranti; Widiastuti -
Polyglot Vol 12, No 2 (2016): April
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/pji.v12i2.370

Abstract

Science learning in grade IV requires students to be able explain the structure and function of plants. Students who could not explain the structure and the function of plants had low  cognitive learning scores. The researcher used the Numbered Heads Together (NHT) strategy to increase the students’ cognitive learning score and also to discover the steps involved in applying NHT in a science class learning about plants structures. The research method used was Classroom Action Research model by  Kemmis and Taggart for 2 cycles. The research was conducted at SD Kristen Gunungsitoli Utara grade IV on 26 October 2016. The instruments that were used were test sheets, students’ questionnaire sheets, researcher checklist sheets, mentor’s observation sheets, mentor’s interview sheets, students’ interview sheets, mentor’s feedback sheets, and the researcher's reflective journal. The result from this research showed that the NHT method could increase the students’ cognitive learning score when students were divided into groups, given questions,  thought together, and answered the given questions. It could be concluded that the Numbered Heads Together strategy is the right method to increase cognitive learning scores. BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Pembelajaran IPA kelas IV menuntut siswa untuk mampu menjelaskan struktur dan fungsi tumbuhan. Namun realitanya siswa belum mampu menjelaskan struktur dan fungsi tumbuhan dengan tepat sehingga menyebabkan perolehan hasil belajar kognitif siswa menjadi rendah. Peneliti menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT) untuk mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa melalui metode NHT dan juga untuk mengetahui langkah penerapan metode NHT pada pembelajaran IPA materi bagian tumbuhan. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis dan Taggart selama dua siklus. Penelitian dilaksanakan di SD Kristen Gunungsitoli Utara kelas IV tanggal 26 Oktober 2016 sampai 29 Oktober 2016. Instrumen yang digunakan selama siklus antara lain lembar tes, lembar angket siswa, lembar check-list peneliti, lembar observasi guru pamong, lembar wawancara guru pamong, lembar wawancara siswa, lembar feedback guru pamong, dan jurnal refleksi peneliti. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa metode NHT dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA materi bagian tumbuhan dengan cara melakukan pembagian kelompok, memberikan pertanyaan, berpikir bersama dan menjawab pertanyaan yang diberikan. Maka dapat disimpulkan bahwa metode Numbered Heads Together merupakan metode yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar kognitif.
Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Ketrampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX dalam Pelajaran Ekonomi [Problem-Based Learning Implementation to Increase Grade IX Students' Critical Thinking Skill in Learning Economics] Asih Enggar Susanti; Selvi Ester Suwu
Polyglot Vol 12, No 1 (2016): January
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/pji.v12i1.383

Abstract

This study aims to determine grade IX students’ response to the application of problem-based learning in economics and to determine the increase in students' critical thinking skills using the problem-based learning method. The design of this research is Class-Action Research (CAR), with the subjects being 31 grade IX students at a Christian junior high school in the city of Tangerang. The research instruments used in the application of problem-based learning are the students’ daily test scores, surveys, feedback from supervising teachers and fellow students, interviews with mentor teachers, and journal reflections. Analysis of the data used is descriptive analysis of the value of students' daily tests, observations of feedback from fellow students and their teachers, interviews, and students’ questionnaires. The results show that students' response to problem-based learning can improve critical thinking skills of students in learning economics. It could be seen from the increase in students' critical thinking skills in both students’ ability to ask questions, answer questions, and analyze and solve problems presented by the author.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa kelas IX terhadap penerapan pembelajaran berbasis masalah dalam pelajaran ekonomi, dan untuk mengetahui peningkatan ketrampilan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran berbasis masalah. Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IX yang terdiri dari 31 siswa pada salah satu SMP Kristen di kota Tanggerang. Instrumen penelitian yang digunakan pada penerapan pembelajaran berbasis masalah adalah nilai ulangan harian siswa, angket, hasil observasi berupa umpan balik dari guru pembimbing dan rekan mahasiswa, hasil wawancara bersama dengan guru mentor, dan jurnal refleksi. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu pada nilai ulangan harian siswa, hasil observasi, wawancara serta angket siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah adalah positif dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis para siswa dalam mempelajari ekonomi. Hal ini terlihat dari peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa baik dalam kemampuan bertanya siswa, menjawab pertanyaan, menganalisis serta menyelesaikan permasalahan yang diajukan oleh penulis.
Panggilan Sebagai Guru Kristen Wujud Amanat Agung Yesus Kristus Dalam Penanaman Nilai Alkitabiah Pada Era Digital [A Christian Teacher’s Calling in Response to Jesus Christ’s Great Commission in Instilling Biblical Values in a Digital Era] Jossapat Hendra Prijanto
Polyglot Vol 13, No 2 (2017): July
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/pji.v13i2.325

Abstract

The purpose of this paper is to discuss a Christian teacher’s calling in response to the great commission of Jesus Christ in building character in digital era. The main task of a teacher in the context of Christian education is to assist students in knowing God in Jesus Christ and being like Christ in their daily lives. Christian teachers become co-workers with God in conveying the values of His kingdom in a digital era that is filled with individualism, selfishness, and self-righteousness, all of which lead to the loss of love. The teaching that is delivered by Christian teachers can bring students to God’s truth which will affect students’ character, intellect, and spirituality. These not only help students but can also be used to serve and help other people to face the challenges of this digital era.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Tulisan ini bertujuan untuk membahas panggilan guru Kristen sebagai wujud amanat agung Yesus Kristus dalam penanaman nilai pada era digital. Tugas utama seorang guru dalam konteks pendidikan Kristen adalah membantu para siswa untuk belajar mengenal Allah di dalam Yesus Kristus dan melalui firmanNya. Mereka dapat menjadi serupa dengan Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu penting sekali mahasiswa menangkap panggilanNya sebagai Guru Kristen, karena dengan demikian akan menjadi rekan sekerja Allah dalam menyampaikan nilai-nilai kerajaanNya di era digital yang sarat dengan egoisme, mementingkan diri sendiri, bahkan merasa diri benar, sehingga kasih menjadi pudar. Dengan demikian, pengajaran yang disampaikan guru Kristen akan membawa para siswa memiliki nilai-nilai kebenaran yang justru kembali kepadaTuhan dan berpusat kepada Kristus, yang berdampak kepada pertumbuhan karakter intelektual, spiritual, intelegensi tidak hanya menjadi kebanggaan sendiri melainkan dipakai untuk melayani dan menolong orang lain dalam menghadapi era digital ini.
Karakteristik Pendidikan yang Menebus di Suatu Sekolah Kristen [The Characteristics of Redemptive Education In a Christian School] Erni Hanna Nadeak; Dylmoon Hidayat
Polyglot Vol 13, No 2 (2017): July
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/pji.v13i2.439

Abstract

The vision and mission of a Christian School are to implement redemptive education in the school that includes learning processes and other school components. The purpose of this research is to determine the understanding of leaders and teachers about redemptive education. The research constitutes theory-grounded qualitative research. The instruments were interview guideline, documents, and observation. The subjects were 13 teachers and leaders of the school. The data processing was conducted by means of analyzing open coding, axial coding and selective coding. The research revealed 5 characteristics of redemptive education in the school, namely education that is consciousness of sin, Christ-centered education, education that has eternal perspective, education with holistic subjects, and discipleship education.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Visi dan misi dari suatu sekolah Kristen adalah untuk menerapkan pendidikan yang menebus di dalam sekolah yang meliputi proses pembelajaran dan komponen sekolah lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemahaman pimpinan dan guru tentang pendidikan yang menebus di sekolah ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif grounded theory. Instrumen yang digunakan adalah wawancara, dokumen, dan observasi. Subjek penelitian adalah 13 guru dan pimpinan dari Sekolah Kristen tersebut. Pengolahan data yang dilakukan adalah dengan analisis kode terbuka, kode aksial, kode selektif. Penelitian ini mengungkap 5 karakteristik pendidikan yang menebus pada sekolah tersebut, yaitu pendidikan yang memiliki kesadaran akan dosa, pendidikan yang berpusat kepada Kristus, pendidikan yang memiliki perspektif kekekalan, pendidikan dengan holistik subjek dan pendidikan yang memuridkan.
Peran Guru Kristen sebagai Agen Restorasi dan Rekonsiliasi dalam Mengembangkan Karakter Kristus pada Diri Remaja sebagai Bagian dari Proses Pengudusan [The Role of Christian Educator as Agent of Restoration and Reconciliation in Developing Christ-like Character in Adolescence as part of the Sanctification Process] Novel Priyatna
Polyglot Vol 13, No 1 (2017): January
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/pji.v13i1.333

Abstract

Sanctification is a process of maturation to becoming more Christ-like in character after a person experiences regeneration. In the context of adolescent faith development, apart from parents and church clergy, regenerated adolescents also need support from Christian teachers as the agent of restoration in order to restore the image of God in themselves and as the agent of reconciliation in order to restore their relationship with God, others, and themselves all of which have been affected by sin. Christian teachers can function as role models for these adolescents both inside and outside classroom settings. One of the biggest barriers for adolescents to develop a more Christ-like character are their irrational beliefs that influence their thoughts and behaviors. This article will discuss the role of Christian teachers in helping adolescents to become more Christlike in character in their daily life. BAHASA INDONESIA ABSTRAK:  Pengudusan merupakan suatu proses pendewasaan menuju karakter Kristus setelah seseorang mengalami kelahiran baru. Dalam konteks perkembangan iman remaja, selain dari peran orangtua dan pendeta, para remaja yang telah lahir baru membutuhkan dukungan guru Kristen sebagai agen pemulihan untuk memulihkan gambar dan rupa Allah dalam diri mereka dan agen pendamaian untuk memulihkan relasi mereka dengan Allah, sesama, dan diri sendiri yang telah rusak karena dosa. Guru Kristen memiliki peran sebagai teladan bagi para remaja baik didalam maupun diluar konteks kelas. Salah satu hambatan terbesar bagi remaja untuk memiliki dan menghidupi karakter Kristus adalah irrational beliefs mereka yang mempengaruhi pikiran dan perilaku mereka. Artikel ini akan membahas bagaimana peran guru-guru Kristen dalam menolong para remaja untuk memiliki dan menghidupi karakter Kristus dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Konflik dalam Tim Mahasiswa Guru Internship [Conflict Within a Team During Their Student Teaching Internship] Yanuard Putro DwiKristanto
Polyglot Vol 13, No 1 (2017): January
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/pji.v13i1.347

Abstract

Conflict within a team of student teachers during their internship is one problem that needs to be managed and overcome in order to make their performance better. Student teachers are expected to establish good communication and resolve conflicts wisely. The subjects of this study were six student teachers who had internships in a YSKI school in Semarang from July to November 2016. This study used a qualitative descriptive approach. Data were collected through observation, interviews and documentation. The results are presented in descriptive narration to explain the conflict and how it was resolved.BAHASA INDONESIA ABSTRAK:  Konflik dalam tim mahasiswa guru internship merupakan salah satu masalah yang dapat harus dikelola dan diatasi agar tidak meluas dan mengganggu kinerja mereka dalam praktek mengajar di sekolah. Mahasiswa guru diharapkan dapat membangun komunikasi yang baik dan menyelesaikan konflik dengan bijaksana. Subyek penelitian ini adalah enam mahasiswa guru yang melakukan internship di sekolah YSKI Semarang periode Juli-November 2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasilnya disajikan secara deskriptif narasi menjelaskan terjadinya konflik dan mengatasinya. 
Penerapan Metode Tutor Sebaya dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas XI SMA ABC Yogyakarta pada Topik Sistem Gerak [The Implementation of Peer Tutoring to Increase Cognitive Achievment about the Movement System for Grade XI Students at SMA ABC] Marshelly Christyanna da Lopez; Zein Mario Purba; Siane Indriani
Polyglot Vol 12, No 2 (2016): April
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/pji.v12i2.366

Abstract

Based on low student test scores in a grade XI science class at ABC Senior High School in Yogyakarta, the observer found that the students had difficulties understanding the Movement System. This happened because the learning process in the classroom focused on the teacher and was monotone in nature so the instructional objective was not reached as proven by the low test results. Based on this problem, the observer planned and designed a peer tutor learning process to increase the students' cognitive results. The observer used Classroom Action Research which went from October 20, 2015 to October 29, 2015. There were two cycles that involved 22 students. The instruments used were test sheets, student feedback sheets, observation sheets, mentor interviews with the observer, and the observer’s journal reflections. In the process of analyzing the instruments, the observer used simple mathematic calculations and qualitative analysis techniques. The research showed that the students’ cognitive level (knowledge) increased from 77.27% to 86.36% and the cognitive level (understanding) increased from 63.64% to 90.9% which suggests that cognitive learning can be increased through the implementation of peer tutoring learning method. BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Dari hasil tes siswa XI MIPA di SMA ABC Yogyakarta, peneliti menemukan siswa kesulitan dalam mengerjakan tes yang diberikan sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar kognitif siswa. Hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang berpusat pada guru dan berjalan monoton sehingga tujuan instruksional tidak tercapai yang dibuktikan dengan hasil tes yang rendah. Berdasarkan permasalahan ini, peneliti merencanakan dan merancang metode tutor sebaya dalam pembelajaran. Hal ini ditujukan untuk melihat peningkatan hasil belajar kognitif siswa. Peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan sejak 15 Oktober 2015 hingga 29 Oktober 2015. Penelitian yang dilaksanakan berlangsung sebanyak dua siklus dengan melibatkan 22 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar tes, lembar kusioner siswa, lembar observasi dan wawancara mentor dan rekan sejawat serta jurnal refleksi peneliti. Dalam menganalisis instrumen tersebut, peneliti menggunakan penghitungan matematika sederhana dan analisis secara kualitatif deskriptif. Dari hasil penelitian, diperoleh peningkatan kognitif pada level mengetahui dari 77,27% menjadi 86,36% dan peningkatan kognitif dari 63,64% menjadi 90,9% pada level memahami dalam materi Sistem Gerak sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kognitif dapat ditingkatkan melalui penerapan metode pembelajaran tutor sebaya. 
Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah [Transformational Leadership in School Principals] Maria Octaviana; Desri Kristina Silalahi
Polyglot Vol 12, No 1 (2016): January
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/pji.v12i1.376

Abstract

For an organization to thrive, it must have a good leader.  A good leader is one who has the ability to influence his/her followers, putting them at ease, helping them experience joy in their work, and bringing about positive change. There are various kinds of leadership styles today -- one of them is transformational leadership. Transformational leadership is regarded as an ideal style to be applied in an educational organization, specifically a school. It is believed that transformational leadership will help a school better development. To apply this kind of leadership, there are 7 principles that must be considered. They are simplification, motivation, determination, mobilization, preparation, facilitation, and innovation. Using these 7 principles, the head of the school should: determine and communicate the school’s vision and mission; evaluate and innovate the school policies; facilitate teacher and staff development; accept criticism and suggestions from teachers, staffs, parents, and students and respond positively. The head of the school should also be able to evaluate teacher and staff performance objectively, solve problems quickly and accurately, make good decisions, create a comfortable workplace, and motivate every person to give their best. Finally, the head of the school should be a role model for others.BAHASA INDONESIA ABSTRAK:  Organisasi yang berkembang pada kenyataannya tidak lepas dari seorang pemimpin yang baik. Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mampu mempengaruhi pengikutnya, membuat orang- orang yang dipimpinnya merasa nyaman dan sukacita, serta membawa perubahan positif. Banyak terdapat berbagai macam gaya kepemimpinan yang baik di era modern ini, salah satunya adalah gaya kepemimpinan transformasional. Gaya kepemimpinan transformasional ini dipandang ideal untuk diaplikasikan di sebuah organisasi sekolah untuk membawa sekolah ke perkembangan lebih baik. Untuk mengaplikasikan gaya kepemimpinan ini, maka ada 7 prinsip yang harus diperhatikan. Ketujuh prinsip tersebut adalah simplification, motivation, determination, mobilization, preparation, facilitation, dan innovation. Mengacu pada prinsip tersebut, maka hal yang dapat dilakukan kepala sekolah adalah dengan mengkomunikasikan visi dan misi, membuat standard kinerja yang jelas dan melakukan evaluasi, memperbaharui kebijakan, memfasilitasi guru dan staff untuk melakukan kebijakan baru yang ada dan untuk mengembangkan diri, mau menerima kritik dan saran dari segala pihak, guru, staff, orang tua murid, dan murid serta meresponinya dengan positif, menilai kinerja guru dan staff secara obyektif, cepat tanggap dalam mengatasi masalah dan mampu mengambil keputusan secara tepat dan benar, menciptakan suasana kerja yang nyaman dan memotivasi setiap individu yang ada di dalamnya untuk memenuhi dan melakukan tanggung jawabnya sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal, memberikan dirinya sendiri sebagai contoh nyata. 
The Use of a Relay Race Game to Increase Grade V Students’ Motivation in Learning English in an Elementary School in Karawaci Erinca Simarmata; Siane Indriani
Polyglot Vol 12, No 1 (2016): January
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/pji.v12i1.384

Abstract

Through an observation done of fifth graders in an elementary school at Karawaci, Tangerang, it was found that the students did not show much motivation in learning English in the classroom. They did not show interest in doing their tasks and they did not show respect while doing activities with their friends during lesson times. Motivation is important in energizing, directing, and sustaining (good) behavior of students during the learning process in the classroom. Therefore, the researcher decided to use a relay race game to solve the problem. It was expected that through the relay race game, the students’ motivation would be increased and how the steps of the game would increase the students’ motivation in learning English. The method used was Classroom Action Research and data was collected by using several instruments, such as an observation checklist done by the mentor and researcher’s partner, questionnaires done by the students, and reflective journals done by the researcher. After conducting the research, the results showed that the motivation of students learning English increased using a relay race game and the steps of the game must be done consistently to make it effective.BAHASA INDONESIA ABSTRAK: Selama masa pengamatan yang dilakukan di kelas V di sebuah sekolah dasar di Tangerang, ditemukan bahwa siswa tidak menunjukkan ketertarikan terhadap pelajaran dan usaha dalam mengerjakan tugas- tugas di kelas. Siswa tidak menunjukkan motivasi yang besar dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas. Metode yang diadakan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana permainan Relay Race dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar Bahasa Inggris dan bagaimana prosedur permainan Relay Race diterapkan di pembelajaran tersebut. Instrumen yang digunakan adalah observasi checklist oleh mentor dan rekan peneliti, kuisioner oleh siswa, dan jurnal refleksi oleh peneliti. Setelah mengadakan penelitian ini, hasil yang diperoleh adalah bahwa motivasi siswa dalam belajar Bahasa Inggris dapat meningkat menggunakan permainan Relay Race.
Student Teacher's Language Ability and Its Effects toward Teaching and Learning Process Asihlya Sandu
Polyglot Vol 13, No 2 (2017): July
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/pji.v13i2.359

Abstract

This paper attempts to explain how a student teacher’s language ability influences the process of teaching and learning in the classroom. Data was in the form of sentences taken from written reflections written by a student teacher. The reflections were written during the student teacher's four-month practicum in a school of the Pelita Harapan Foundation. The approach used in this paper is qualitative descriptive in which data was gathered, analyzed and presented using words. The results show that there are 6 forms of language that show the student teacher’s low language ability: phoneme, prefix, insertion, diction, indirect sentence, and repetition. Besides that, the effects of low language ability toward the teaching and learning process is in instruction and as a result, in classroom management.BAHASA INDONESIA ABSTRAK:Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan kemampuan berbahasa mahasiswa guru yang mempengaruhi proses belajar mengajar di dalam kelas. Data yang dianalisis berupa kalimat-kalimat yang diambil dari refleksi tertulis mahasiswa guru yang ditulis selama empat bulan praktek mengajar kelas tiga di salah satu sekolah YPPH. Pendekatan yang digunakan dalam tulisan ini adalah kualitatif deskriptif dimana data dikumpulkan, dianalisis serta dipaparkan menggunakan kata-kata. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat enam bentuk bahasa yang menunjukkan rendahnya kemampuan berbahasa mahasiswa guru yaitu fonem, prefiks, sisipan, diksi, kalimat tidak langsung serta pengulangan. Selain itu, pengaruh kemampuan berbahasa yang rendah dapat dilihat pada instruksi mahasiswa guru yang pada akhirnya juga mempengaruhi manajemen kelas.

Page 2 of 22 | Total Record : 212