cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
GIZI INDONESIA
Published by DPP PERSAGI Jakarta
ISSN : 04360265     EISSN : 25285874     DOI : -
Core Subject : Health,
Gizi Indonesia (Journal of The Indonesian Nutrition Association) is an open access, peer-reviewed and inter-disciplinary journal managed by The Indonesia Nutrition Association (PERSAGI). Gizi Indonesia (Journal of The Indonesian Nutrition Association) has been accredited by Indonesian Institute of Sciences since 2004. Gizi Indonesia aims to disseminate the information about nutrition, therefore it is expected that it can improve insight and knowledge in nutrition to all communities and academics. Gizi Indonesia (Journal of The Indonesian Nutrition Association) offers a specific forum for advancing scientific and professional knowledge of the nutrition field among practitioners as well as academics in public health and researchers
Arjuna Subject : -
Articles 14 Documents
Search results for , issue "Vol 46, No 1 (2023): Maret 2023" : 14 Documents clear
CONICITY INDEX, LINGKAR PINGGANG, DAN RASIO LINGKAR PINGGANG-TINGGI BADAN DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA DEWASA Etika Ratna Noer; Fillah Fithra Dieny; Ani - Margawati; destiana - florencia
GIZI INDONESIA Vol 46, No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v46i1.737

Abstract

Central obesity is closely related to various metabolic diseases such as diabetes mellitus (DM). Several studies examined the correlation between central obesity parameters such as waist circumference (WC) and waist-to-height ratio (WtHR) with fasting blood glucose (FBG) levels. One of the parameters of central obesity that is still rarely used in Indonesia is a conicity index (CI). This study analyzed the correlation between CI, WC, and WtHR with FBG levels among 59 subjects aged 35 – 59 years who were selected by consecutive sampling. Venous blood samples were collected for the FBG profile. Data on energy intake and physical activity were taken by interview using the SQ-FFQ and GPAQ. Data were analyzed by Rank Spearman, Mann-Whitney, and linear regression test. Most of the subjects (69,5%) were obese but FBG levels (57,62%) were normal. There was a significant correlation between CI, WC, and WtHR with FBG levels (p0,05, r=0,313, r=0,336, r=0,389) respectively. To date, WC was the most closely related variable to FBG levels (p0,001). Keywords: conicity index, fasting blood glucose, waist circumference, waist-to-height ratio ABSTRAK  Obesitas sentral berkaitan erat dengan berbagai penyakit metabolik seperti diabetes melitus (DM). Beberapa penelitian mengkaji hubungan parameter obesitas sentral seperti lingkar pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang-tinggi badan (RLPTB) dengan kadar glukosa darah puasa (GDP). Salah satu parameter obesitas sentral yang masih jarang digunakan di Indonesia yaitu conicity index (CI). Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan CI, LP, dan RLPTB dengan kadar GDP pada dewasa dengan subjek 59 orang berusia 35 – 59 tahun yang dipilih secara consecutive sampling. Sampel darah melalui vena diambil untuk mendapatkan profil GDP. Data asupan energi dan aktivitas fisik diambil dengan wawancara menggunakan kuesioner ­SQ-FFQ dan GPAQ. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Rank Spearman, Mann-Whitney, dan regresi linear. Sebagian besar subjek (69,5%) memiliki status gizi obesitas, namun kadar GDP (57,62%) tergolong normal. Korelasi signifikan positif ditemukan antara CI, LP, dan RLPTB dengan kadar GDP  (p0,05, r=0,313, r=0,336, r=0,389). Uji multivariat menunjukkan LP merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kadar GDP yang dibuktikan dengan nilai p0,001.Kata kunci: conicity index, glukosa darah puasa, lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-tinggi badan 
MATERNAL AGE AT BIRTH AND LOW BIRTH WEIGHT (LBW) IN INDONESIA (ANALYSIS OF RISKESDAS 2018) Novriani - Tarigan; Rohani Retnauli Simanjuntak; Olwin Nainggolan
GIZI INDONESIA Vol 46, No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v46i1.694

Abstract

Low birth weight (LBW) is one of the health problems that cause long-term and short-term consequences to a child, mainly due to maternal age, which is determined by very young or old maternal age. This study aims to determine maternal age's effect on LBW in a larger population while controlling for factors such as maternal education and occupation, residence area, socioeconomic status, iron consumption during pregnancy, Maternal and Child Health (MCH) book, gestational age, and ANC K4. The data for this study were obtained from the Basic Health Research 2018, and the unit of analysis was mothers with children under the age of five. A risk factor model approach was adopted to determine the association between maternal age variables and the incidence of LBW using multiple logistic regression with complex samples. The risk of LBW for mothers aged 20 or 35 years compared to mothers aged 21-34 years was 1.342 (95%CI:1.165-1.546). The final model equation included confounding variables such as socioeconomic status, MCH card ownership, gestational age, complete ANC, and CED in mothers. As a result, thus very young or old women were also at risk of having LBW children. The final multivariate analysis showed that maternal age at delivery had a highly significant association with LBW in Indonesia. This makes it necessary to educate pregnant women in particular and all levels of society to minimize the risk of LBW by preventing early marriage or delivering a baby at a very old age. Keywords: LBW, maternal age, Riskesdas, Indonesia ABSTRAK Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menyebabkan konsekuensi jangka panjang dan jangka pendek pada seorang anak, terutama karena usia ibu,  yang ditentukan oleh usia ibu yang sangat muda atau tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh usia ibu terhadap BBLR pada tingkat populasi yang lebih besar dan dikendalikan untuk beberapa karakteristik seperti pendidikan dan pekerjaan ibu, pendidikan dan pekerjaan ayah, daerah tempat tinggal, status sosial ekonomi, konsumsi zat besi selama kehamilan, kepemilikan buku KIA, usia kehamilan, dan ANC K4. Data yang digunakan diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar 2018, dan unit analisisnya adalah ibu yang memiliki anak di bawah usia 5 tahun. Pendekatan model faktor risiko diadopsi untuk menentukan hubungan antara variabel usia ibu dan kejadian BBLR menggunakan regresi logistik berganda dengan kompleks sampel. Besarnya risiko ibu usia 20 atau 35 tahun untuk kejadian BBLR dibandingkan dengan usia ibu 21-34 tahun adalah 1,342 (95%CI: 1,165-1,546). Variabel perancu yang dimasukkan dalam persamaan model akhir adalah status sosial ekonomi, kepemilikan buku KIA, usia kehamilan, ANC lengkap, dan KEK pada ibu dengan demikian wanita usia sangat muda atau tua juga berisiko memiliki anak dengan BBLR. Hasil akhir analisis multivariat menunjukkan bahwa usia ibu saat melahirkan memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan kejadian BBLR di Indonesia. Hal ini membuat perlu adanya edukasi bagi ibu hamil khususnya dan semua lapisan masyarakat untuk meminimalkan risiko BBLR dengan mencegah pernikahan dini atau melahirkan seorang bayi  di usia yang sangat tua.     Kata kunci:  BBLR, usia ibu, Riskesdas, Indonesia         
EFEK KOMBINASI BUBUK MENGKUDU DAN KELOR TERHADAP GLUKOSA DARAH PUASA TIKUS DMT2 DISLIPIDEMIA Alfian Abdul Rajab; Adi Magna Patriadi Nuhriawangsa; Setyo Sri Rahardjo
GIZI INDONESIA Vol 46, No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v46i1.765

Abstract

The prevalence of people with diabetes mellitus type 2 (DMT2) with dyslipidemia complications continues to increase. Hyperglycemia that occurs in DMT2 patients can cause oxidative stress that disrupts lipid metabolism. Combination of kelor and mengkudu powder has the potential to help lower blood glucose in T2DM with dyslipidemia because it contains flavonoids that can prevent oxidative stress and fiber that can slow the absorption of blood glucose. This study aims to determine the effect of giving a combination of kelor and mengkudu powder on changes in GDP levels in T2DM with dyslipidemia. This type of research is true-experimental with pretest-posttest with control group design. This study used 30 male Wistar rats aged 2-3 months, weighing 150-250 grams. The rats were divided into 6 groups, KN normal conditioned rats, K- T2DM rats without treatment, K+ T2DM rats given the drug atorvastatin and groups P1, P2, P3, T2DM rats given a combination powder of 600 mg/200 gBB /day in the ratio of P1 (0.5: 1.5), P2 (1: 1) and P3 (1.5: 0.5) for 14 days. GDP levels were examined using the GOD-PAP method, data analysis using the Wilcoxon test. After 14 days of intervention, the P2 group experienced the highest decrease in GDP levels of 176.20 ± 20.25 mg/dL (p=0.043) while in the control group there was no significant difference (p=0.416). Giving combination powder has an effect in reducing GDP levels. Combination powder can be considered to reduce glucose levels.Keywords: diabetes, GDP, kelor, mengkudu, powder ABSTRAK Prevelansi penyandang diabetes melitus tipe 2 (DMT2) dengan komplikasi dislipidemia terus mengalami peningkatan. Hiperglikemia yang terjadi pada pasien DMT2 dapat menimbulkan stress oksidatif sehingga mengganggu metabolisme lipid. Bubuk kombinasi kelor dan mengkudu berpotensi membantu menurunkan glukosa darah pada DMT2 dislipidemia karena mengandung flavonoid yang dapat mencegah stres oksidatif dan serat yang dapat memperlambat penyerapan glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian bubuk kombinasi kelor dan mengkudu terhadap perubahan kadar GDP pada DMT2 dislipidemia. Jenis penelitian ini adalah true-experimental dengan pretest-posttest with co ntrol group design. Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus jantan Wistar usia 2-3 bulan dengan berat 150-250 gram. Tikus dibagi menjadi 6 kelompok yaitu KN tikus dikondisikan normal, K- tikus DMT2  tanpa perlakuan, K+ tikus DMT2 yang diberi obat atorvastatin dan kelompok P1, P2, P3 yaitu tikus DMT2 yang diberi bubuk kombinasi sebanyak 600 mg/200 gBB/Hari dengan perbandingan  P1 (0,5:1,5), P2 (1:1) dan P3 (1,5:0,5) selama 14 hari. Kadar GDP diperiksa dengan metode GOD-PAP, analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Setelah 14 hari intervensi kelompok P2 mengalami penurunan kadar GDP paling tinggi 176,20 ± 20,25 mg/dL (p=0,043) sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,416). Pemberian bubuk kombinasi berpengaruh dalam menurunkan kadar GDP. Bubuk kombinasi dapat dipertimbangkan untuk menurunkan kadar glukosa.Kata kunci: bubuk, diabetes, GDP, kelor, mengkudu
PREDIKSI TINGGI BADAN BERDASARKAN TINGGI LUTUT PADA PASIEN DEWASA PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT Astrine Permata Leoni; Wita Rizki Amelia; Ahmad Syauqy; Purwita Wijaya Laksmi
GIZI INDONESIA Vol 46, No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v46i1.762

Abstract

Stature data accuracy is very important in hospital care. However, the condition of the patient that does not allow standing makes actual stature measurement difficult. This study aimed to compare the results of measuring actual stature with a stadiometer and estimated stature using the Chumlea, Cheng, Tanchoco, Shahar and Pooy, and Fatmah knee height formula for adult patients in Indonesia. The study design was cross-sectional with internal medicine adult patients aged 18–59 at Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). The study was conducted in January–April 2022. A sample of 100 patients was selected using the consecutive sampling method. Stature measurement was carried out using a stadiometer and knee height with knee height calipers and filling out a questionnaire. Analysis used paired t-test, Wilcoxon, one sample T, Bland-Altman plot, and simple linear regression. The results showed no significant difference between actual stature and estimated stature using the Shahar and Pooy knee height formula (p=0.379) and had the smallest bias compared to the other two formulas (bias= -0.25 cm); however, it was not reached the agreement. The new formula also has no significant difference from the actual stature (p=0.859) and has a bias of 0.05 cm. In conclusion, the stature prediction formula based on Shahar and Pooy's knee height can be applied to adult patients who cannot stand as the first alternative compared to the other five formulas. The new formula for predicting stature needs to be researched further because it has not yet reached the agreement.Keywords: stature, knee height, anthropometric measurement, nutritional status ABSTRAKData tinggi badan yang akurat sangat penting dalam perawatan di rumah sakit. Akan tetapi, kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk berdiri membuat pengukuran tinggi badan aktual menjadi sulit dilakukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara hasil pengukuran tinggi badan aktual dengan stadiometer dan estimasi tinggi badan dengan rumus tinggi lutut Chumlea, Cheng, Tanchoco, Shahar dan Pooy, serta Fatmah untuk pasien dewasa di rumah sakit di Indonesia. Desain penelitian ini cross-sectional dengan subjek pasien dewasa penyakit dalam berusia 18–59 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Penelitian dilaksanakan pada Januari–April 2022. Sampel sebanyak 100 pasien dipilih dengan metode consecutive sampling. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan stadiometer dan tinggi lutut dengan kaliper tinggi lutut serta pengisian kuesioner. Analisis menggunakan uji-T berpasangan, Wilcoxon, T satu sampel, plot Bland-Altman, dan regresi linear sederhana. Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tinggi badan aktual dan estimasi tinggi badan dengan rumus tinggi lutut Shahar dan Pooy (p=0,379) serta mempunyai bias terkecil dibandingkan lima rumus lainnya (bias= -0,25 cm), tetapi masih di luar batas kesepakatan yang diharapkan. Rumus baru prediksi tinggi badan juga tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dengan badan aktual (p=0,859) dan mempunyai bias sebesar 0,05 cm. Rumus prediksi tinggi badan berdasarkan tinggi lutut Shahar dan Pooy dapat diterapkan bagi pasien dewasa yang tidak dapat berdiri sebagai alternatif pertama dibandingkan lima rumus lainnya. Rumus baru prediksi tinggi badan perlu diteliti lebih lanjut karena belum mencapai batas kesepakatan.Kata kunci: tinggi badan, tinggi lutut, pengukuran antropometri, status gizi
HUBUNGAN POLA MAKAN, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG DAN SOSIAL BUDAYA DENGAN STATUS GIZI CALON PENGANTIN Dwi Dini Krisdayani; Agustina Agustina; Laily Hanifah
GIZI INDONESIA Vol 46, No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v46i1.721

Abstract

Malnutrition in a prospective married couple is the risk of problems during pregnancy and labor. To prevent the problems of malnutrition, they need to apply balanced nutrition guidelines. The application of balanced nutrition guidelines can be influenced by knowledge and social-culture beliefs. This study aimed to determine the relationship between diet, nutritional knowledge, and socio-culture with prospective married couples' nutritional status by using a cross-sectional design. The population is 208 prospective married couples. Subjects were 136 respondents, selected by consecutive sampling technique. The study was conducted in March–June 2022. Data analysis was carried out univariate and bivariate with a chi-square test. The majority of respondents have normal nutritional status (63.2%) and the chi-square test showed that there is a relationship between food diversity (p=0.047) and nutrition knowledge (p=0.020) with nutritional status, however, there is no relationship between meal frequency (p=0.834), dietary restrictions (p=0.178) and myths (=-0.470) with nutritional status. The conclusion is food diversity and nutrition knowledge are associated with prospective married couples' nutritional status, while meal frequency, dietary restrictions, and myths are not associated. A prospective married couple should seek information about nutrition from trusted sources and apply balanced nutrition guidelines.Keywords: diet, nutritional knowledge, nutritional status, prospective married couple, socio-culture ABSTRAKStatus gizi kurang dan berlebih pada calon pengantin menjadi risiko permasalahan pada saat kehamilan dan kelahiran. Agar tidak terjadi permasalahan gizi, maka calon pengantin perlu menerapkan pedoman gizi seimbang termasuk pola makan sehat yang penerapannya dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sosial budaya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pola makan, pengetahuan gizi seimbang dan sosial budaya dengan status gizi calon pengantin di KUA Kecamatan Pancoran Mas. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif desain cross-sectional. Populasi penelitian adalah 208 calon pengantin yang mendaftarkan pernikahannya pada bulan Juni. Sampel yang diambil sebesar 136 calon pengantin dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Maret–Juni 2022. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji Chi-square. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar calon pengantin memiliki status gizi normal (63,2%) Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan antara jenis makanan (p=0,047) dan pengetahuan gizi seimbang (p=0,020) dengan status gizi dan tidak terdapat hubungan antara frekuensi makan (p=0,834), pantangan makan (p=0,178) dan mitos (p=0,470) dengan status gizi. Kesimpulan penelitian ini adalah jenis makanan dan pengetahuan gizi seimbang berhubungan dengan status gizi calon pengantin, sedangkan frekuensi makan, pantangan makan dan mitos tidak berhubungan dengan status gizi calon pengantin. Calon pengantin diharapkan untuk menambah pengetahuannya mengenai gizi dengan mencari informasi dari sumber terpercaya serta mengonsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang agar siap dalam menghadapi kehamilan dan melahirkan generasi sehat.Kata kunci: calon pengantin, pengetahuan gizi seimbang, pola makan, sosial budaya, status gizi
PENGEMBANGAN SOYGURT LABU KUNING SEBAGAI TERAPI KOMPLEMENTER DIABETES MELITUS Annisa Avelia; Didik Gunawan Tamtomo; Yulia Sari
GIZI INDONESIA Vol 46, No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v46i1.807

Abstract

Soygurt is lower in fat and has more active compounds than yogurt. Pectin acts as a prebiotic, increasing the number and activity of probiotic bacteria and preventing oxidative stress, one of the triggers for insulin resistance. Substitution of pumpkin in the formulation of soygurt to increase the organoleptic properties and lactic acid bacteria in the product to optimize its benefits as an anti-diabetes mellitus functional food. The research design was an experiment with a completely randomized design with one control formula and three treatment formulas with comparisons of soybeans and pumpkin as follows F0 100:0, F1 80:20, F2 70:30, and F3 60:40. Organolpetic tests with a scale of 1–6 from dislike to like. The best formula was continued for physicochemistry and proximate tests. The results of the organoleptic test showed that the best treatment was a 20 percent substitution of pumpkin (F1) with a preference scale of 4, which means that this formula was sensory acceptable to the panelists. The nutritional quality of F1 was 3.15 percent protein, 1.35 percent fat, 0.26 percent carbohydrates, 1.03 percent fiber, LAB 9.5x107, and pH 4.13. Substitution of pumpkin in yogurt has the potential to control blood glucose levels because it is low in carbohydrates and fat. Further research is needed to analyze the content of anti-nutritional substances such as phytate, tannins, and trypsin inhibitors, which are generally found in soybeans, the raw material for this product. Keywords: diabetes mellitus, pumpkin, soybean, soygurt ABSTRAK  Soygurt lebih rendah lemak dan memiliki senyawa aktif daripada yogurt konvensional. Pektin berperan sebagai prebiotik yang dapat meningkatkan jumlah maupun aktivitas dari bakteri probiotik serta mampu mencegah terjadinya stres oksidatif yang merupakan salah satu faktor pencetus resistensi insulin. Subsitusi labu kuning dalam pengembangan soygurt diharapkan mampu meningkatan sifat organoleptik dan jumlah bakteri asam laktat pada produk sehingga dapat mengoptimalkan manfaatnya sebagai pangan fungsional anti diabetes melitus. Desain penelitian adalah eksperimen dengan rancangan acak lengkap dengan satu formula kontrol dan tiga formula perlakuan dengan perbadingan kedelai dan labu kuning sebagai berikut F0 100:0, F1 80:20, F2 70:30 dan F3 60:40. Uji mutu organolpetik dilakukan skala 1–6 dari tidak suka sampai dengan sangat suka. Formula terbaik dilanjutkan untuk uji fisikokimia dan proksimat. Hasil uji organoleptik menunjukkan perlakuan terbaik adalah substitusi labu kuning sebanyak 20 persen (F1) dengan skala kesukaan 4 yang artinya formula ini secara sensori dapat diterima oleh panelis. Mutu gizi dari produk terpilih yaitu protein 3,15 persen, lemak 1,35 persen, karbohidrat 0,26 persen, serat 1,03 persen, kadar BAL 9,5x107 dan pH 4,13. Subtitusi labu kuning pada soygurt berpotensi mengendalikan kadar glukosa darah karena rendah karbohidrat dan lemak serta mengandung BAL. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menganalisis kandungan zat anti gizi seperti fitat, tanin dan tripsin inhibitor yang umumnya terdapat pada kedelai yang menjadi bahan baku dari produk ini. Kata kunci: diabetes melitus, kedelai, labu kuning, soygurt
HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DAN KONDISI PENYERTA DENGAN PREVALENSI STROK PADA USIA DEWASA DI INDONESIA: ANALISIS DATA RISKESDAS 2018 Ahmad Syauqy; Lydia Ratnadewi Wiragapa; Moesijanti Yudiarti Endang Soekatri; Fitrah Ernawati; Choirun Nissa; Fillah Fithra Dieny
GIZI INDONESIA Vol 46, No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v46i1.785

Abstract

The prevalence of stroke tends to increase with age. Several risk factors for stroke including frequent unhealthy food patterns and having comorbidities would be analyzed. The study aimed to evaluate the association between food patterns and comorbidities with stroke among adults in Indonesia. This study utilized 2018 Indonesian Basic National Health Survey (Riskesdas) data with a cross-sectional design among 15,539 subjects aged ³45 in Indonesia. Data were taken using a food frequency questionnaire and a structured questionnaire. Logistic regression analysis was used to analyze food patterns and comorbidities with stroke. The results showed that frequent consumption of sugary drinks (OR: 1.389; 95% CI: 1.142-1.689), salty foods (OR: 1.936; 95% CI: 1.639-2.286), processed foods (OR: 1.694; 95% CI: 1.321-2.172), instant food (OR: 2,104; 95% CI: 1,771-2.498), fatty rich foods (OR: 2,139; 95% CI: 1,757-2,605), and grilled goods (OR: 1,473; 95% CI: 1,166-1,860), and low consumption of fruits (OR: 1.474; 95% CI: 1.164-1.865) and vegetables (OR: 1.358; 95% CI: 1.087-1.698) were significantly associated with an increased risk of stroke. Central obesity (OR:1.198; 95% CI:1.021-1.405), hypertension (OR:1.802; 95% CI:1.528-2.125), dyslipidemia (OR:1.187; 95% CI:1.012-1.392), and diabetes mellitus (OR:1.902; 95% CI:1.516-2.386) were significantly associated with an increased risk of stroke. Consumption of unhealthy food ≥3 times/week, consumption of less healthy food 5 servings/week, and having comorbidities increased risks of stroke among adults in Indonesia.Keywords: food patterns, comorbidities, adults, stroke  ABSTRAK Prevalensi strok cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Beberapa faktor penyebab strok yaitu sering mengonsumsi makanan berisiko, kurang mengonsumsi buah dan sayur, serta memiliki kondisi penyerta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pola makan dan kondisi penyerta dengan prevalensi strok pada usia dewasa di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2018 dengan desain cross-sectional pada 15.539 subjek berusia 45 tahun keatas di Indonesia. Pengumpulan data  menggunakan food frequency questionnaire dan kuesioner terstruktur. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, chi-square, independent t-test, serta regresi logistik. Sering mengonsumsi minuman manis (OR:1,389; 95% CI:1,142-1,689), makanan asin (OR:1,936; 95% CI:1,639-2,286), makanan olahan berpengawet (OR:1,694; 95% CI:1,321-2,172), makanan instan (OR:2,104; 95% CI:1,771-2,498), makanan berlemak (OR:2,139; 95% CI:1,757-2,605), dan makanan yang dibakar (OR:1,473; 95% CI:1,166-1,860), serta kurang mengonsumsi buah (OR:1,474; 95% CI:1,164-1,865) dan sayur (OR:1,358; 95% CI:1,087-1,698) berhubungan signifikan dengan peningkatan risiko strok. Obesitas sentral (OR:1,198; 95% CI:1,021-1,405), hipertensi (OR:1,802; 95% CI:1,528-2,125), dislipidemia (OR:1,187; 95% CI:1,012-1,392), diabetes melitus (OR:1,902; 95% CI:1,516-2,386) berhubungan signifikan dengan peningkatan risiko strok. Sering mengonsumsi makanan berlemak dan menderita diabetes melitus merupakan faktor risiko strok terbesar pada subjek. Konsumsi makanan berisiko ≥3 kali/minggu, konsumsi buah dan sayur 5 porsi/minggu, serta memiliki kondisi penyerta meningkatkan risiko strok pada dewasa di Indonesia.Kata kunci: pola makan, kondisi penyerta, dewasa, strok
EVALUASI PENGGUNAAN METODE FOTO DIGITAL UNTUK PEMANTAUAN ASUPAN MAKANAN PASIEN DI RUMAH SAKIT Dwi Budiningsari; Firma Syahrian; Susetyowati Susetyowati; Retno Pangastuti
GIZI INDONESIA Vol 46, No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v46i1.723

Abstract

Monitoring the patient's food intake is important to ensure the patient's food intake meets the required nutritional intake. However, patients’ meal plates often have been cleared before dietitians have  opportunity to measure patients’ plate wastes. This study aimed to compare Digital Dietary Assessment Tool (DDAT) and the current method (Comstock) with food weighing in Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta. A total of 144 patients’ meal plates of breakfast and lunch were observed by dietitians in this cross-over intervention study design. Nutrient intakes and duration in measuring food intakes were analyzed by Paired t-test. Dietitians’ satisfaction was collected by questionnaire and analyzed using Mann-Whitney. There were no statistical differences in measuring nutrient intake between DDAT and food weighing (331.8±128.9 VS 332.6 ±131.3 kcal energy; 15.7±5.4 VS 15.2±5.7g protein; p0.05). The duration in measuring food intakes with DDAT was shorter than Comstock (38.5±16.4 VS 355.6± 38.9 seconds; p=0.000). The satisfaction of dietitians in measuring food intakes was significantly higher for DDAT than for Comstock (p=0.000). DDAT is a valid method for measuring nutrient intakes among hospitalized patients. DDAT has a shorter duration of measurement and higher satisfaction in measuring food intakes than Comstock. The DDAT method has the potential to be applied in hospitals.Keywords: digital photo method, patient's food intake, plate waste, satisfaction ABSTRAK Pencatatan terhadap asupan makanan pasien adalah penting untuk memastikan asupan makanan pasien memenuhi asupan gizi. Namun alat makanan pasien seringkali sudah dibersihkan sebelum nutrisionis/dietisien sempat mengamati sisa makanan tersebut. Penelitian validasi metode foto digital yang telah dilakukan sebelumnya menemukan bahwa metode ini berhubungan signifikan dengan metode penimbangan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metode foto digital/Digital Dietary Assessment Tool (DDAT) dengan metode Comstock dalam pemantauan asupan makanan pasien di RS Dr. Sardjito Yogyakarta, menggunakan metode penimbangan sebagai standar emas. Sebanyak 144 sisa makanan dari sarapan dan makan siang pasien diamati oleh nutrisionis/dietisien dalam penelitian dengan desain cross over intervention ini. Perbandingan asupan gizi dan durasi waktu yang dibutuhkan dalam melengkapi pencatatan di antara kedua metode dianalisis menggunakan Paired t-test. Perbandingan kepuasan pengguna antara kedua metode dianalisis dengan Mann-Whitney test.  Berdasarkan hasil analisis antara metode DDAT dengan baku emas penimbangan, tidak ada perbedaan signifikan asupan gizi (331.8±128.9 VS 332.6 ±131.3 kkal energi; 15.7±5.4 VS 15.2±5.7 g protein; p0.05). Durasi waktu yang dibutuhkan lebih singkat secara signifikan menggunakan metode DDAT dibandingkan dengan metode Comstock (38.17±15.6 VS 358.7± 39.1 detik; p=0.000). Kepuasan nutrisionis/dietisien dalam mencatat asupan makanan pasien lebih tinggi saat menggunakan metode DDAT dibandingkan dengan metode Comstock (p= 0.00). Metode DDAT berpotensi untuk dapat diterapkan di rumah sakit.Kata kunci: metode foto digital, asupan makanan pasien, sisa makanan, kepuasan
PENGARUH PEMBERIAN SNACK CUP PISANG, KURMA, DAN MADU TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI ANEMIA Vadira Rahma Sari; Adi Magna Patriadi Nuhriawangsa; Setyo Sri Rahardjo
GIZI INDONESIA Vol 46, No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v46i1.808

Abstract

Approximately 50 percent of anemia in women is caused by iron deficiency. Using bananas, dates, and honey in a snack cup can be an alternative to fulfilling daily iron needs. This study aims to determine the effect of giving the snack cup on the hemoglobin levels of anemic adolescent girls. This study is a randomized control trial with a pretest-posttest with control groups design, which was conducted for two weeks with 32 anemic adolescent girls aged 13-18 years old and menstruating as subjects. Divided randomly into four groups Groups K- (regular food), K+ (iron tablets), P1 (snack cup containing 11,45 mg of iron), and P2 (snack cup containing 13,44 mg of iron). Hemoglobin levels were checked using the Autoanalyzer method. The paired-sample t-test showed that there were no significant differences before and after treatment in the four groups, as indicated by the values of p= 0.922 (K-), p= 0.619 (K+), p= 0.784 (P1) and p= 0.922 (P2). Kruskal Wallis test showed no difference in the mean change in hemoglobin between groups (p= 0.355). Consumption of SangKurMa F2 and F4 for two weeks did not affect the hemoglobin levels of anemic adolescent girls. It is necessary to balance the intake of other nutrients, such as protein which also plays a role in the process of hemoglobin synthesis. Keywords: anemia, hemoglobin, sangkurma snack cup, vitamin C, iron ABSTRAK  Sekitar 50 persen kejadian anemia pada perempuan disebabkan defisiensi zat besi. Penggunaan pisang, kurma dan madu dalam pembuatan snack cup dapat menjadi alternatif pemenuhan kebutuhan zat besi harian remaja putri anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian snack cup terhadap kadar hemoglobin remaja putri anemia. Penelitian ini merupakan randomized control trial dengan rancangan pretest posttest with control group. Penelitian dilakukan selama 2 minggu dengan subjek 32 remaja putri anemia berusia 13-18 tahun dan telah menstruasi yang kemudian dibagi secara random kedalam 4 kelompok. Kelompok K- (hanya mengonsumsi makanan biasa), K+ (diberikan  TTD), P1 (diberikan snack cup mengandung 11,45 mg zat besi)) dan P2  (diberikan snack cup mengandung 13,44 mg zat besi). Kadar hemoglobin diperiksan menggunakan metode Autoanalyzer. Uji paired-sample t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan sebelum dan sesudah perlakuan pada keempat kelompok yang ditunjukkan dengan nilai p= 0,922 (K-),  p= 0,619 (K+), p= 0,784 (P1) dan p= 0,922 (P2). Uji kruskal wallis menunjukkan tidak terdapat perbedaan perubahan rerata hemoglobin antar kelompok (p= 0,355).  Konsumsi snack cup SangKurMa F2 dan F4 selama 2 minggu tidak berpengaruh terhadap kadar hemoglobin remaja putri anemia. Perlu adanya penyeimbangan asupan zat gizi lainnya seperti protein yang juga berperan dalam proses sintesis hemoglobin.  Kata kunci: anemia, hemoglobin, snack cup sangkurma, vitamin C, zat besi
Back matter Vol.46(1) 2023 Admin Admin
GIZI INDONESIA Vol 46, No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Page 1 of 2 | Total Record : 14


Filter by Year

2023 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 46 No 2 (2023): September 2023 Vol 46, No 1 (2023): Maret 2023 Vol 45, No 2 (2022): September 2022 Vol 45, No 1 (2022): Maret 2022 Vol 44, No 2 (2021): September 2021 Vol 44, No 1 (2021): Maret 2021 Vol 43, No 2 (2020): September 2020 Vol 43, No 1 (2020): Maret 2020 Vol 42, No 2 (2019): September 2019 Vol 42, No 1 (2019): Maret 2019 Vol 41, No 2 (2018): September 2018 Vol 41, No 2 (2018): September 2018 Vol 41, No 1 (2018): Maret 2018 Vol 41, No 1 (2018): Maret 2018 Vol 40, No 2 (2017): September 2017 Vol 40, No 2 (2017): September 2017 Vol 40, No 1 (2017): Maret 2017 Vol 40, No 1 (2017): Maret 2017 Vol 39, No 2 (2016): September 2016 Vol 39, No 2 (2016): September 2016 Vol 39, No 1 (2016): Maret 2016 Vol 39, No 1 (2016): Maret 2016 Vol 38, No 2 (2015): September 2015 Vol 38, No 2 (2015): September 2015 Vol 38, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 38, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 37, No 2 (2014): September 2014 Vol 37, No 2 (2014): September 2014 Vol 37, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 37, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 36, No 2 (2013): September 2013 Vol 36, No 2 (2013): September 2013 Vol 36, No 1 (2013): Maret 2013 Vol 35, No 2 (2012): September 2012 Vol 35, No 2 (2012): September 2012 Vol 35, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 35, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 34, No 2 (2011): September 2011 Vol 34, No 2 (2011): September 2011 Vol 34, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 34, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 33, No 2 (2010): September 2010 Vol 33, No 2 (2010): September 2010 Vol 33, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 33, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 32, No 2 (2009): September 2009 Vol 32, No 2 (2009): September 2009 Vol 32, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 32, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 31, No 2 (2008): September 2008 Vol 31, No 2 (2008): September 2008 Vol 31, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 31, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 30, No 2 (2007): September 2007 Vol 30, No 2 (2007): September 2007 Vol 30, No 1 (2007): Maret 2007 Vol 30, No 1 (2007): Maret 2007 Vol 29, No 2 (2006): September 2006 Vol 29, No 2 (2006): September 2006 Vol 29, No 1 (2006): Maret 2006 Vol 29, No 1 (2006): Maret 2006 Vol 28, No 2 (2005): September 2005 Vol 28, No 2 (2005): September 2005 Vol 28, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 28, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 27, No 2 (2004): September 2004 Vol 27, No 2 (2004): September 2004 More Issue