Articles
566 Documents
PERFORMA MODEL WRF ASIMILASI DATA SATELIT CUACA PADA KEJADIAN CURAH HUJAN LEBAT DI JABODETABEK
Ismail, Prayoga;
Silitonga, Andreas Kurniawan;
Fadlan, Ahmad
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 19, No 2 (2018): December 2018
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (619.813 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v19i2.3141
Prediksi cuaca numerik saat ini terus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan prakiraan curah hujan beresolusi tinggi. Namun, prediksi cuaca numerik di Indonesia masih bermasalah dalam hal akurasi model numerik. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa akurasi pemodelan sangat dipengaruhi oleh error pada data kondisi inisial. Penelitian ini mengkaji upaya untuk memperbaiki data inisial model Weather Research and Forecasting (WRF) dengan menggunakan prosedur asimilasi radiance satelit untuk prakiraan curah hujan di wilayah Jabodetabek untuk empat studi kasus pada musim yang berbeda selama 2017. Enam eksperimen model dijalankan dengan data satelit AMSUA, MHS, HIRS4, dan ATMS menggunakan WRFDA 3DVar. Penelitian ini dilakukan dengan analisis pengaruh asimilasi terhadap data inisial model, analisis skill model berdasarkan diagram taylor, kriteria curah hujan, curah hujan spasial, dan akumulasi curah hujan time series dibandingkan dengan data observasi curah hujan BMKG dan data curah hujan GSMaP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksperimen DA AMSUA, MHS, dan MIX dapat memodifikasi data kondisi inisial model dengan baik. Sementara itu, hasil verifikasi diagram taylor mengungkapkan bahwa eksperimen DA-MHS memiliki performa terbaik dibandingkan dengan asimilasi lainnya, sedangkan verifikasi prediksi curah hujan berdasarkan kriteria hujan, verifikasi spasial, dan akumulasi curah hujan time series pada eksperimen DA-AMSUA adalah yang terbaik dengan skill model yang cukup konsisten di wilayah Jabodetabek pada berbagai musim.
KAJIAN KEGIATAN MODIFIKASI CUACA DI CATCHMENT AREA TOWUTI, SULAWESI SELATAN
Arifian, Jon
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 3, No 2 (2002): December 2002
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (123.09 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v3i2.2163
Musim kemarau yang panjang dan fenomena el-niñ o selama tahun 1997 telah menyebabkan menurunnya sumberdaya air di tempat-tempat penyimpanannya. Adanyapenurunan tersebut menyebabkan terbatasnya jumlah air yang dapat digunakan untukberbagai aktifitas di masyarakat sehingga berdampak luas secara ekonomi. Untuk itulahmaka diterapkan teknologi modifikasi cuaca sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi penurunan tersebut. Berbeda dengan teknik konvensional, kegiatan kali ini menerapkan teknik seeding di dasa r awan pada awan-awan yang berpotensi hujan agar terjadi penambahan curah hujan. Bahan semai yang digunakan adalah bersifat hygroscopic yang dikemas dalam bentuk flare. Secara umum selama kegiatan ini berlangsung terjadi penambahan jumlah curah hujan dan tinggi muka air danau di daerah target.Long dry season and el -ni ño phenomena during 1997 had caused the decrease of water resource in place for storing it. That decrease caused limited amount of water for various public activities and economically impacted negative. Weather modification as one of alternative technology had applied for solving it problem. Different from conventional technique, this activity had applied base cloud seeding technique on seedable cloud in order to create rainfall enhancement. Seeding agent used was hygroscopic type and was packed into flare. During this activity, there was generally increase amoun of rainfall and lake level in target area.
STUDI PULAU PANAS PERKOTAAN DAN KAITANNYA DENGAN PERUBAHAN PARAMETER IKLIM SUHU DAN CURAH HUJAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT TM STUDI KASUS DKI JAKARTA DAN SEKITARNYA
Belgaman, Halda Aditya;
Lestari, Sri;
Lestiana, Hilda
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 13, No 1 (2012): June 2012
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (9497.946 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v13i1.2206
Pulau panas adalah suatu fenomena dimana suhu udara di suatu daerah lebih tinggi daripada suhu udara terbuka di sekitarnya. Daerah urban (perkotaan) sering mempunyai suhu lebih tinggi 1-6 derajat Celsius dibandingkan daerah sekitarnya (daerah pinggiran/ rural). Fenomena inilah yang dikenal sebagai ?Pulau Panas perkotaan? atau ?Urban Heat Island? (UHI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fenomena pulau panas perkotaan terhadap parameter iklim terutama suhu dan curah hujan di daerahJakarta dan sekitarnya. Data yang digunakan pada tugas akhir ini adalah data curah hujan dan temperatur udara harian pada 5 stasiun pengamatan iklim, periode Januari 1991 ? Desember 2001 sebagai data permukaan. Citra satelit Landsat 7 ETM+ path / row 122/064 akuisisi tanggal 15/07/2001 band 5,4,2 digunakan untuk menganalisis tutupan lahan dan band 6 digunakan untuk distribusi temperatur permukaan. Hasil menunjukkan nilai temperatur permukaan Kota Jakarta dan sekitarnya berada antara 15.07?C hingga 33.28?C. Lokasi pulau panas perkotaan terdapat di daerah Jakarta pusat dan Jakarta utara, dengan perbedaan temperatur sebesar 3?C dibandingkan dengan daerah sekitarnya.Tutupan lahan yang terdapat di lokasi tersebut merupakan lahan terbangun yang terdiri dari bangunan perumahan, perkantoran, dan jalan raya. Perhitungan nilai korelasi Spearman antara data temperatur udara dari lima stasiun pengamatan dengan nilai piksel temperatur permukaan memperlihatkan adanya korelasi positif antara dua variabel tersebut yang ditunjukkan oleh indeks korelasi sebesar 0.6.Dengan persamaan regresi diperoleh citra temperatur permukaan di seluruh daerah pengamatan yang hasilnya menggambarkan bahwa lokasi pulau panas perkotaan sangat berpengaruh terhadap distribusi temperatur udara di atasnya.Heat island was a phenomenon where the temperature of air in one region higher than the temperature of the open air around it. Urban areas often had the temperature higher 1-6 Celsius when compared the area of surrounding area (the area of outskirts/rural). This phenomenon that was known as ?Pulau Panas Perkotaan? or ?Urban Heat Island? (UHI). This Research aimed to knowing influence of the heat islands of urban areas to climate parameter especially the temperature and the rainfall in the Jakarta and surrounding area. Data used in this research was rainfall data and daily air temperaturefrom 5 climate observation stations, within time period from January 1991 to December 2001 as the surface data. The Landsat satellite image 7 ETM+ path/row 122/064 acquisition date 15/07/2001, band 5, 4, 2 was used to analyze the cover of land and the band 6 was used for the distribution of surface temperature was based on the pixels value.Results showed the value of surface temperature in Jakarta and surrounding area was between 15.07?C through to 33.28?C. Location of heat island were in the centre Jakarta and north Jakarta, with the difference of the temperature as big as 3?C with thesurrounding area. The land cover in this location were the housing building, the office complex, and the highway. Calculation of Spearman correlation value between the air temperature and surface temperature showed the existence of the positive correlation between two variables that it was demonstrated by the correlation index 0.6. From the regression equation we get the interpolated air temperature in Jakarta area.
REKOMENDASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WADUK/ DANAU PLTA DI INDONESIA MELALUI PEMANFAATAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA
Harsoyo, Budi;
Yananto, Ardila;
Athoillah, Ibnu;
Nugroho, Ari
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 16, No 2 (2015): December 2015
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1261.896 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v16i2.1046
Melalui program Sistem Inovasi Nasional (SINas) oleh Kementerian Ristek Dikti telah dilakukan inventarisasi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang ada di seluruh Indonesia melalui penyusunan sistem informasi waduk/danau PLTA berbasis webGIS, yang mampu menyajikan informasi mengenai lokasi, kondisi hidrologi dan cuaca serta karakteristik fisik catchment area untuk masing-masing lokasi PLTA. Dari hasil monitoring data curah hujan serta analisis data hidrologi di setiap lokasi PLTA, diketahui sekitar 80% PLTA yang ada di seluruh Indonesia (kecuali yang ada di wilayah Aceh dan Sumatera Utara) mengalami defisit air akibat berkurangnya curah hujan sejak bulan Mei ? Agustus sebagai dampak fenomena El Nino kuat yang mempengaruhi iklim global pada tahun 2015. Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) telah banyak dimanfaatkan untuk menjaga ketersediaan air waduk/danau, baik untuk keperluan irigasi maupun PLTA. Output penelitian ini juga menghasilkan Peta Rencana Waktu Pelaksanaan TMC untuk Mitigasi Bencana Kekeringan di Indonesia dan Peta Rencana Waktu Pelaksanaan TMC untuk Pengisian Waduk/Danau PLTA di Indonesia.Kata Kunci: Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Sistem Informasi, Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC)=Through the National Innovation System (SINas) by the Ministry of Research Technology and Higher Education has conducted an inventory of Hydroelectric Power Plant which exist throughout Indonesia through the development of an information system reservoir / lake Hydroelectric Power Plant based WebGIS, which is able to present information about the location, hydrology and weather as well as physical characteristics of the catchment area for each location Hydroelecric Power Plant. From the results of the monitoring of rainfall data and analysis of hydrological data at each location Hydroelectric Power Plant, known to about 80% Hydroelectric Power Plant that exist throughout Indonesia (except in Aceh and North Sumatra) experienced water deficit due to reduced rainfall since the month of May to August as the impact Strong El Nino phenomena that affect the global climate in 2015. Weather Modification Technology (TMC) has been used to maintain the availability of water reservoirs / lakes Hydroelectric Power Plant, both for irrigation and hydropower. The output of this research also generates Execution Time Plan Map of TMC for Drought Mitigation in Indonesia and Execution Time Plan Map of TMC for filling Reservoir/ Lake Hydroelectric Power Plant in Indonesia.Keywords: Hydroelectric Power Plant, System Information, Weather Modification Technology (TMC)
KORELASI ANTARA DATA CURAH HUJAN PENAKAR MANUAL DAN TRMM (TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSION) GIOVANNI TOVAS. (STUDI KASUS TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA UNTUK MENANGGULANGI KABUT ASAP KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI RIAU TAHUN 2014)
Muttaqin, Alfan;
Tukiyat, Tukiyat;
Purwadi, Purwadi;
Seto, Tri Handoko
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 15, No 2 (2014): December 2014
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29122/jstmc.v15i2.2670
Intisari Telah dilakukan kajian tentang korelasi antara data curah hujan yang terukur di Pos Meteorologi dan data curah hujan yang terukur pada TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission). Data curah hujan merupakan data curah hujan rata ? rata harian dibeberapa titik yang ada di Provinsi Riau. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data hujan dari tanggal 16 Maret sampai dengan 28 April 2014. Pengujian korelasi dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson dengan asumsi bahwa data terdistribusi normal. Dari hasil perhitungan dengan korelasi Pearson didapatkan nilai korelasi sebesar 0,52. Korelasi yang terhitung sebesar 0,52 masuk kedalam kategori CUKUP. Selain pengujian korelasi, data curah hujan juga dianalisa dengan uji perbandingan streamline yang terbentuk pada diagram kartesius. Tanpa melihat besarnya nilai curah hujan tetapi dengan melihat pola terbentuknya streamline terlihat tanggal 16 Maret sampai dengan tanggal 21 Maret 2014 pola yang terbentuk cenderung berkebalikan dimana ketika data curah hujan pada Posmet turun curah hujan pada TRMM justru malah naik. Sementara mulai tanggal 22 Maret 2014 sampai akhir tanggal 28 April 2014 terlihat tren stream line yang cenderung berpola mirip walaupun ada beberapa titik yang saling berkebalikan sehingga secara umum terlihat polanya mirip.Abstract Studied correlation between data rainfall in Post Meteorological (Posmet) and rainfall data on TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission) have been done. Precipitacion is average rainfall data at the daily average some point in Province of Riau. Data used in this study is data from 16 March to 28 April, 2014. Correlation testing was done by using Pearson Product Moment correlation with assumption that data were normally distributed. From the calculation of Pearson correlation obtained correlation value is 0.52. Correlations were calculated is 0.52, category ENOUGH. In addition to testing the correlation, data rainfall were also analyzed with a streamlined comparison test were formed on Cartesian diagram. Without seeing the value of rainfall but by looking at the pattern formation of streamlined look dated March 16 until March 21, 2014 established pattern which tends to reverse when the rainfall data Posmet down on TRMM rainfall actually even go up. While the start date of March 22, 2014 until the end date of 28 April 2014 visible trends that tend to stream line pattern is similar, although there are a few points of each other so that in general the pattern looks similiar.
UJI PERFORMA WRF DENGAN DATA ASIMILASI RADAR, SATELIT DAN SYNOP UNTUK PREDIKSI HUJAN DI JAKARTA
Lestanto, Ardi Widi;
Paski, Jaka Anugrah Ivanda
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 19, No 1 (2018): June 2018
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1821.449 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v19i1.2818
Asimilasi data merupakan suatu metode estimasi yang diperoleh dari penggabungan antara output model NWP dan data-data pengukuran. Dalam beberapa tahun terakhir, model mesoscale resolusi tinggi diinisialisasi dengan menggunakan teknik data asimilasi (3DVAR/4DVAR) yang diterapkan untuk mempelajari fenomena meteorologi. Penelitian ini dilakukan di wilayah Jakarta dengan memanfaatkan data observasi sinoptik, data radiance satelit dan data radar Doppler C-Band EEC (Enterprise Electronics Corporation) di Jakarta. Penelitian ini menggunakan model numerik Weather Research and Forecasting (WRF) untuk menjalankan model tanpa asimilasi dan model dengan asimilasi data radar, satelit dan sinoptik menggunakan sistem 3DVAR. Analisis dilakukan secara kuantitatif untuk menguji performa model terhadap data observasi dan analisis spasial dengan mencari nilai selisih curah hujan dengan data GSMaP melalui metode overlay. Hasil membuktikan performa terbaik dari hasil prediksi distribusi hujan spasial adalah model asimilasi satelit kemudian model asimilasi radar dan terakhir model asimilasi synoptic. Uji performa melalui tabel kontingensi untuk mengetahui nilai PC, TS, FAR, dan POD. Model asimilasi satelit memiliki performa paling baik daripada model asimilasi lain. Untuk prediksi sesuai kategori hujan ringan model asimilasi satelit yang terbaik, sementara untuk kategori hujan sangat lebat model asimilasi synop adalah yang paling unggul.
SPATIAL PATTERNS OF ENSO IMPACT ON INDONESIAN RAINFALL
Aldrian, Edvin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 3, No 1 (2002): June 2002
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (338.712 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v3i1.2154
A monthly temporal and spatial assesment on ENSO impact on Indonesian rainfall hasbeen done. The study uses monthly ensemble averages of El Nino and La Nina years from 1961 to 1993. There are 6 El Niño years and 5 La Niña years during that period. Indonesia experiences negative ENSO influences from April on both El Niño (warm phase) and La Niña (cold phase). The influences of ENSO reach their peaks in August and September by both types of events and decay afterward. The influences diminish totally by December. Since the influences occur in the dry season, El Niño contributes a negative impact, while La Niña a positive impact to the Indonesian climate. The maximum spatial extension of ENSO reaches almost all parts of Indonesia except north Sumatera and some parts of Kalimantan. There is an indication of a negative influence of ENSO to the onset of Asian monsoon in the Southeast Asian.Kajian bulanan secara temporal dan geografis tentang pengaruh ENSO terhadap curahhujan Indonesia telah dilakukan. Penelitian ini memakai nilai rata-rata gabungan bulanan dari tahun El Niño dan La Niña dari 1961 hingga 1993. Ada 6 tahun El Niño dan 5 tahun La Niña pada perioda tersebut. Indonesia menerima pengaruh negatif dari ENSO mulai April pada tahun ENSO. Pengaruh ENSO mencapai puncaknya pada bulan Agustus dan September pada keduanya dan menurun setelahnya. Pengaruhnya benar-benar hilang pada bulan Desember. Karena pengaruh ENSO terjadi pada musim kering, El Niño memberikan kontribusi negative terhadap iklim Indonesia, sementara La Niña memberikan kontribusi positive. Luasan daerah pengaruh ENSO yang maksimal terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia kecuali bagian utara Sumatera dan sebagian Kalimantan. Ada indikasi pengaruh negative dari ENSO terhadap kedatangan muson Asia ke wilayah Asia Tenggara.
KONSEP AIR VIRTUAL (VIRTUAL WATER CONCEPT)
Harsoyo, Budi
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 12, No 1 (2011): June 2011
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1246.061 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v12i1.2187
Munculnya konsep air virtual berasal dari kesadaran tentang menipisnya persediaanair dari dunia saat ini yang mengharuskan kita untuk mulai memikirkan cara-cara untukmenghemat air. Konsep yang telah mengungkapkan realitas paradoks transfer air daridaerah surplus ke daerah air krisis air secara virtual telah diterapkan oleh beberapanegara yang mulai mengalami kelangkaan air saat ini dalam kegiatan perdaganganinternasional. Makalah ini bertujuan untuk meninjau konsep air virtual, berdasarkanreview beberapa makalah dan artikel yang berhubungan dengan tema terkait. Makalahini juga menjelaskan tentang definisi air virtual, bagaimana cara menghitungnya,dan signifikansi konsep ini dalam kaitannya dengan perdagangan internasional danpergerakan air konservasi air secara global.The emergence of virtual water concept originated from the awareness about thedepletion of water supplies from the world today that require us to begin to think of waysto save the water. The concept which has revealed the reality of paradoxical transfer ofwater from water surplus areas to water crisis areas in virtual has been applied by somecountries that began experiencing water scarcity is currently in its international tradeactivities. This paper aims to review the concept of virtual water, based on a review ofseveral papers and articles dealing with related themes. This paper also explained about the definition of virtual water, how is it calculated, and the significance of this concept in relation to international water trading and water conservation movement globally.
IDENTIFIKASI KEKERINGAN HIDROLOGI DI DAS CITARUM HULU
Zahroh, Nyayu Fatimah;
Syafira, Sara Aisyah
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 16, No 1 (2015): June 2015
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (720.952 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v16i1.2635
Intisari DAS Citarum Hulu merupakan salah satu subdas yang paling berpengaruh di DAS Citarum dengan Waduk Sagulingnya. Besarnya debit yang masuk ke waduk menjadi sangat penting demi keberlangsungan kinerja waduk tersebut, misalnya untuk pembangkit listrik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kekeringan hidrologi, relasinya dengan curah hujan, dan analisis frekuensi kejadian kekeringan hidrologi di DAS Citarum Hulu. Data dari pos duga air Nanjung digunakan dalam menentukan ambang batas kekeringan hidrologi yang kemudian diperoleh karakteristik kekeringan hidrologi. Hasil menunjukan bahwa rata-rata periode kekeringan di DAS Citarum Hulu terjadi mulai dari bulan Juni hingga Oktober. Terdapat keterlambatan antara waktu curah hujan turun dan waktu ketika debit naik akibat input dari curah hujan. Hasil analisis frekuensi menunjukan bahwa kekeringan maksimum yang terjadi pada tahun 1994 memiliki periode ulang 52 tahun dan kekeringan sering terjadi dengan durasi kurang dari 20 hari. Abstract Citarum Hulu is one of the most influential Citarum sub-basin with the Saguling Reservoir. The amount of discharge into the reservoir is very important for the sustainability of the reservoir's performance for power plants in example. This study aims to determine the characteristics of hydrological drought, its relationship with precipitation, and frequency analysis of hydrological drought occurrence in Citarum Hulu. Data from Nanjung post are used in determining the threshold of hydrological drought which then acquired the characteristics of hydrological drought. The results showed that the average period of drought in Citarum Hulu occurred from June to October. There is a lag between the time when rainfall drops and the time when the discharge rise due to the input of rainfall. Frequency analysis results showed that the maximum drought that occurred in 1994 had a 52-year return period and drought often occurs with a duration of less than 20 days.
PARAMETERIZATION OF SURFACE MOMENTUM FLUX DURING CONVECTIVE CONDITIONS
Santoso, Edi
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 1, No 1 (2000): June 2000
Publisher : BPPT
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (133.479 KB)
|
DOI: 10.29122/jstmc.v1i1.2103
Parameterization of surface momentum flux estimates near-surface turbulent momentum fluxes from differences of mean wind speeds between the surface skin and the mid-mixed layer (ML). The rate of this turbulent transport is proportional to the product of a convective velocity times an empirical transport coefficient. To further investigate parameterization of surface momentum flux, some topics are discussed. New data from three different sites within Boundary Layer Experiment - 1996 (BLX96) are presented, and used to evaluate surface momentum flux parameterization. Old data from three other field programs (BLX83, Koorin, and TOGA-COARE) are re-analyzed to test this parameterization. Evidence from virtually all of these experiments indicates that the empirical transport coefficients for momentum fluxes depend on surface roughness.Fluks momentum turbulen dekat permukaan dapat diestimasi dari selisih antara kecepatan angin di batas permukaan (surface skin) dan di bagian tengah lapisan tercampur (mid-mixed layer). Kecepatan dari transpor turbulen ini sebanding dengan perkalian antara koefisien empiris transpor dengan kecepatan konvektif. Untuk pengamatan lebih lanjut akan didiskusikan beberapa hal. Data baru dari hasil pengukuran BLX96 pada 3 lokasi yang berbeda akan digunakan untuk mengevaluasi parameterisasi ini. Sementara data yang diperoleh dari yang pernah dilakukan sebelumnya (BLX83, Koorin, and TOGA-COARE) digunakan untuk menguji hasil parameterisasi ini. Hasil yang diperoleh mengindikasikan bahwa koefisien empiris transpor untuk fluks momentum tergantung pada kekasaran permukaan (surface roughness).