cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 566 Documents
ANALISIS KEMUNCULAN AWAN HUJAN BERDASARKAN JENISNYA UNTUK MENDUKUNG KEGIATAN MODIFIKASI CUACA Renggono, Findy
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 16, No 2 (2015): December 2015
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (967.149 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v16i2.1050

Abstract

Untuk memenuhi kebutuhan cadangan air di tiga danau yang ada di DAS Larona, telah beberapa kali dilakukan penyemaian awan dengan menggunakan Teknologi Hujan Buatan. Teknologi yang selama ini dilakukan adalah penyemaian awan dari udara dengan menggunakan pesawat terbang sebagai sarana penghantar bahan semainya. Namun akhir-akhir ini di Balai Teknologi Modifikasi Cuaca, BPPT telah mulai dikembangkan teknologi penyemaian awan dari darat yang menggunakan menara. Penempatan menara ini perlu mempertimbangkan unsur meteorologi agar bahan semai secara efektif dapat masuk ke dalam awan yang potensial menghasilkan hujan. Dari data satelit dan penakar hujan didapatkan gambaran secara umum sebaran awan hujan. Dengan melakukan analisis reflektifitas radar diperoleh sebaran awan hujan berdasarkan jenis awan hujannya. Dengan metoda ini diketahui bahwa awan-awan hujan yang muncul di Matano, Timampu dan Tokalimbo kebanyakan awan hujan jenis shallow convective. Awan hujan shallow convective dan convective pada bulan Januari-Maret lebih banyak tumbuh di bagian Utara dan Timur DAS. Di bagian tengah DAS, kemunculan awan hujan lebih sedikit.Kata Kunci: radar, awan hujan, sorowako, modifikasi cuacaCloud seeding project has been carried out in Larona watershed to enhanced the rainfall in this area. Until now the cloud seeding technology has been done by delivering the seeding material directly to the cloud by aircraft. But recently, the National Laboratory of Weather Modification Technology of Indonesia is developing a new method of ground based seeding by building some towers for delivering the seeding agent to the cloud. Location of the tower should consider elements of Meteorology in order for the seeding materials can effectively enter into cloud which potentially produce rain. By doing an analysis of the radar reflectivity obtained the distribution of clouds based on the type of precipitation cloud. With this method it is known that rain clouds that appeared in Matano, Timampu and Tokalimbo are mostly shallow convective clouds. In January-March, shallow convective clouds and convective grew more in the North and East of the Larona watershed. In the central part of the watershed, there is less precipitating clouds appear.Keywords: radar, rain cloud, sorowako, weather modification
PENGARUH ANGIN TERHADAP PERTUMBUHAN AWAN HUJAN DI DAS WADUK PLTA KOTA PANJANG Mulyana, Erwin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 15, No 2 (2014): December 2014
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2256.956 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v15i2.2674

Abstract

Abstrak Telah dianalisis hubungan antara pembentukan awan hujan dengan kecepatan angin di Waduk PLTA Kota Panjang. Penelitian ini menggunakan data angin dan kelembaban udara dari NCEP reanalysis, data angin hasil pengukuran dengan pilot balon, pengamatan awan dengan pesawat terbang serta data hujan dari penakar hujan terpasang serta data hujan TRMM. Hasil analisis menunjukkan kejadian hujan sangat terkait dengan besarnya kecepatan angin di lapisan atas. Kejadian tidak ada hujan pada tanggal 12 ? 19 April 2013 berhubungan dengan tingginya kecepatan angin pada lapisan 700 ? 600 mb yang merncapai 40 knot serta kelembaban udara kurang dari 60%. Angin kencanag terkait dengan adanya pusat tekanan rendah di Samudra Hindia di sebelah barat Sumatera Barat. Sebaliknya pada tanggal 20 ? 30 April 2013, ketika kecepatan angin jauh berkurang hingga di bawah 5 knot, terjadi peningkatan curah hujan di DAS Waduk PLTA Kota Panjang. Agin kencang pada lapisan 700 ? 600 mb mengakibatkan pertumbuhan awan terganggu sehingga sulit membentuk awan hujan. Awan yang terbentuk umumnya berupa awan Stratocumulus dan Stratus yang tidak berpotensi hujan.
PERCOBAAN MENJALANKAN REGIONAL SPECTRAL MODEL (RSM) DAN VALIDASINYA BAGI DAERAH PANTURA 21 DAN 22 DESEMBER 1998 Kudsy, Mahally; Goenawan, R. Djoko
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 1, No 1 (2000): June 2000
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (605.929 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v1i1.2107

Abstract

Paper ini membahas hasil-hasil dari percobaan menjalankan Regional Spectral Model(RSM) menggunakan data ECHAM. Percobaan menjalankan RSM dilakukan untuk simulasi kondisi cuaca tanggal 21 dan 22 Desember 1998 dan hasilnya dibandingkan dengan kondisi cuaca yang actual. Percobaan dilakukan dengan menggunakan interval 6 jam. RSM mampu membuat prediksi 1-3 bulan kedepan. Luaran dari model untuk area tertentu telah dianalisa dan dikalibrasi dengan menggunakan data satelit dan synop, sementara hubungan dari luaran telah dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil analisa menunjukkan bahwa prediksi seperti tutupan awan, curah hujan, gerakan ke atas dan surface lifted index sesuai dengan nilai aktual.This paper discusses about the results of experimental run of the Regional Spectral Model (RSM) using the ECHAM data. The run was made to simulate conditions of 21 and 22 December 1998 and the results were compared with the actual condition. The run was made by using 6-hour intervals. The RSM is capable to make 1 to 3-month forecasts. The output of this model for the selected area were analysed and calibrated using satellite and synoptic data, while the relationship of the output was qualitatively and quantitatively analized. The analyses revealed that the results of predictions such as cloud coverage, rainfall, upmotion and the surface lifted index were in accordance to the actual values.
KAJIAN PENGELOLAAN TATA AIR DAN PRODUKTIVITAS SAWIT DI LAHAN GAMBUT (STUDI KASUS : LAHAN GAMBUT PERKEBUNAN SAWIT PT JALIN VANEO DI KABUPATEN KAYONG UTARA, PROPINSI KALIMANTAN BARAT) Soewandita, Hasmana
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 19, No 1 (2018): June 2018
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.739 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v19i1.3112

Abstract

Pengembangan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit sudah demikian pesatnya akibat terbatasnya lahan mineral yang tersedia dalam hamparan yang luas. Tidak sedikit pemahaman akan karakteristik lahan gambut untuk pengembangan kebun kelapa sawit juga sangat terbatas baik aspek ekologi maupun agronomi dan tanah. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengkaji sistem tata air pada lahan gambut dalam kaitannya dengan karakteristik lahan baik aspek biofisik maupun lingkungan. Hasil kajian menunjukkan bahwa saluran reklamasi baik pada saluran utama maupun pada saluran blok banyak terjadi overdrainage dan hal ini sangat rentan terhadap bahaya kebakaran lahan gambut. Pemahaman karakteristik lahan gambut yang kurang memadai serta pengelolaan ketinggian muka air saluran yang kondisinya dibawah kedalaman lapisan pirit mengakibatkan terbentuknya oksidasi pirit. Saluran yang terindikasi terjadi oksidasi pirit terjadi pada saluran blok lahan pertanaman berimplikasi terbentuknya racun (jarosit), sehingga hal ini sangat berbahaya bagi pertumbuhan tanaman dan produksi kelapa sawit. Pirit yang teroksidasi ini mempunyai pH yang sangat masam sehingga kelaruran logam seperti Al sangat tinggi dan berdampak pada keracunan bagi tanaman. Pengendalian muka air diatas lapisan pirit, flushing dengan fresh water dan pengapuran merupakan solusi dalam penangan oksidasi pirit, sehingga produktivitas sawit bisa berkelanjutan.
PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA Mulyana, Erwin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 3, No 1 (2002): June 2002
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.538 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v3i1.2158

Abstract

Hubungan antara anomali suhu permukaan laut di Samudra Hindia dengan variasi curah hujan di Indonesia telah dihitung dengan menggunakan data bulanan suhu permukaan laut dari GISST (Global Sea Surface Suhue) serta data bulanan curah hujan dari GHCN (Global Historical Climate Network) selama 33 tahun (1961 ? 1993). Penomena dipole mode yang terdapat di Samudra Hindia ditandai oleh munculnya anomali negatif suhue permukaan laut di sebelah barat Sumatra sementara pada saat yang bersamaan di bagian barat Samudra Hindia terdapat anomali positif. Fenomena tersebut mempengaruhi intensitas curah hujan yang terjadi di Indonesia. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa korelasi sangat kuat ( ? 0.6) ditemui di Sumatra bagian selatan, Pulau Jawa dan Nusatenggara yang terjadi pada bulan September -Oktober - Nopember. Selama berlangsungnya dipole mode, curah hujan di daerahtersebut mengalami penurunan.The correlation of Indian Ocean sea surface temperature anomaly and precipitation over Indonesia have been analyzed. This study used monthly mean data of sea surface temperature from GISST (Global Ice and Sea surface Temperature) and precipitation from GHCN (Global Historical Climate Network) for period 1961 -1993. The dipole mode phenomena in the Indian Ocean: anomalously low sea surface temperature off Sumatra and high sea surface temperature in the western Indian Ocean accompanied with precipitation anomalies over Indonesia. Strong correlation ( ?0.6) found over SouthSumatra, Java and Nusa Tenggara on September -October -November season. Precipitation over South Sumatra, Java, and Nusa Tenggara decreases during dipole mode event.
DISTRIBUSI TEMPORAL DAN SPASIAL TEKANAN UDARA TERKAIT PERTUMBUHAN AWAN DI DAS LARONA, SULAWESI SELATAN Seto, Tri Handoko
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 12, No 2 (2011): December 2011
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2076.602 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v12i2.2191

Abstract

Telah dilakukan anĂ¡lisis temporal dan spasial data tekanan udara dan curah hujan menggunakan data hasil pengukuran dengan AWS dan penakar hujan manual di DASLarona, Sulawesi Selatan. Dari hasil analisis temporal nampak bahwa tekanan udarapermukaan cenderung turun saat pertumbuhan awan. Penurunan tekanan menjadi energi yang digunakan untuk menarik massa udara di sekitarnya. Ketika terjadi hujan maka tekanan udara menjadi tinggi akibat adanya pendinginan masa udara. Dari analisisspasial nampak bahwa daerah yang memiliki tekanan lebih rendah cenderung memilikicurah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah di sekitarnya. Hasilpenelitian ini bisa dijadikan referensi bahwa ketika terjadi pertumbuhan awan di suatulokasi maka aliran udara akan masuk menuju lokasi pertumbuhan awan. Semakin kuat pertumbuhan awannya maka semakin kuat tarikan massa udara dari sekitarnya. Dalam teknologi modifikasi cuaca, usaha memperkuat pertumbuhan awan mungkin bisa dijadikan salah satu strategi untuk menarik massa udara atau awan-awan yang lebih kecil ke area dengan pertumbuhan awan yang kuat. Namun masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hipotesa ini.Temporal and spatial data analysis of air pressure and rainfall data using AWS andrain gauges in the watershed of Larona, South Sulawesi has been done. From theresults it appears that surface air pressure tends to fall when clouds develop. Pressuredecreasing became energy which is used to draw air mass from the vicinity. When itrains then the air pressure increased due to the cooling of the air. From the spatialanalysis it appears that areas with lower pressure tend to have higher rainfall than thesurrounding areas. The results of this study can be used as a reference that when thereis cloud growth in a location, air flow will go to the location of cloud growth. The stronger cloud?s growth the stronger pull of the surrounding air mass. In weather modification technology, strengthen the growth of cloud technique may be used as one strategy to attract the mass of air or clouds of smaller clouds to the area with strong growth. But it still needs to do further research to prove this hypothesis.
DESAIN KONSEPTUAL GROUND-BASED GENERATOR (GBG) OTOMATIS DAN KONSEP OPERASIONAL BERBASIS WIRELESS SENSOR NETWORK (WSN) Purwadi, Purwadi; Seto, Tri Handoko
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 15, No 1 (2014): June 2014
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (823.39 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v15i1.2651

Abstract

IntisariDilatarbelakangi oleh beberapa permasalahan operasional Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan wahana pesawat terbang dan juga permintaan TMC yang semakin meningkat, maka dilakukan pengembangan teknologi Ground-Based Generator berupa desain konseptual Ground-Based Generator (GBG) otomatis dan konsep operasional berbasis wireless sensor network (WSN). Dari kajian teori, teknologi GBG efektif diterapkan dilereng pegunungan, sehingga konsep pengembangan teknologi ini dimaksudkan untuk operasional TMC waduk PLTA di Indonesia yang sebagian besar dikelilingi oleh daerah aliran sungai (DAS) berupa pegunungan. Di dalam tulisan ini dijelaskan 4 topografi waduk PLTA yang telah lama menggunakan jasa TMC yaitu DAS Riamkanan, DAS Larona, DAS Koto Panjang, dan DAS Singkarak. Data topografi yang menunjukkan kelayakan suatu DAS dapat diterapkan GBG diperoleh dari Digital Elevation Model (DEM) dan ditampilkan dengan software Global Maper. Selanjutnya, rancangan GBG otomatis di ilustrasikan dalam sketsa gambar. GBG otomatis memiliki fitur; autoloading flare, rak penyimpanan flare, solar panel, dan dikontrol dengan mikroprosesor. Dengan menerapkan konsep WSN, pengoperasian GBG dapat dilakukan secara terpusat untuk beberapa DAS sekaligus, sehingga kegiatan TMC mejadi lebih efektif dan efisien. AbstractMotivated by some operational problems of Weather Modification Technology (TMC) with airplane medium and also increasing the demand of TMC, then the development of Ground-Based Generator technology in the form of conceptual design of automatic Ground-Based Generator (GBG) and operational concepts based wireless sensor network (WSN) is done. From the study of theory, GBG effectively applied on mountain slope, so the concept of development of this technology is intended for TMC operation in hydroelectric (PLTA) dam in Indonesia that were mostly surrounded by watersheds (DAS) in the form of mountains. This paper describe four hydroelectric dams topography which has long used the TMC service (Riam Kanan DAS, DAS Larona, DAS Koto Panjang, and DAS Singkarak). The topographic data that indicate the feasibility of applied GBG in a watershed is obtained from the Digital Elevation Model (DEM) and displayed with Global Mapper software. Furthermore, the design of automatic GBG is illustrated in sketch drawings. The designed GBG has automatic features; autoloading flares, flare storage racks, solar panels, and controlled by a microprocessor. By applying the concept of WSN, GBG operation can be performed centrally for multiple DAS at once, so that the activities of TMC becoming more effective and efficient.
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA DI JAWA BARAT MENGGUNAKAN ANALISIS DATA CURAH HUJAN Harsoyo, Budi; Haryanto, Untung; Seto, Tri Handoko; Tikno, Sunu; Tukiyat, Tukiyat; Bahri, Samsul
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 14, No 2 (2013): December 2013
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (782.272 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v14i2.2689

Abstract

-
PREDIKSI KEKERINGAN PENGARUH EL NINO TAHUN 2001-2002 DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA UNTUK MENGANTISIPASINYA Nugroho, Sutopo Purwo
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 2, No 1 (2001): June 2001
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.704 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v2i1.2149

Abstract

El Nino diperkirakan akan terjadi kembali pada akhir tahun 2001 hingga 2002. Akibatnya beberapa wilayah Indonesia akan mengalami kekeringan sehingga kondisi air semakin berkurang ketersediaannya. Adanya kekeringan dapat menyebabkan penurunan produksi pertanian, kebakaran hutan, krisis air, dan penurunan pendapatan petani di beberapa wilayah serta timbulnya masalah-masalah sosial dan ekonomi di masyarakat. Untuk mengatasi kekeringan dan menambah ketersediaan air, maka dapat diterapkan teknologi hujan buatan. Teknologi hujan buatan dapat meningkatkan curah hujan dan debit aliran sehingga cadangan air bertambah.El Nino is predicted to return at the end of 2001 or later. As a consequence some areas in Indonesia might experience drought that will jeopardize the water availability. This drought could cause declining agriculture production, forest fire, water crisis, and other economic social costs. Rain enhancement technology can be applied to overcome this water storage. The rain enhancement technology could enhance rainfall and increaserunoff, therefore, water availability will increase.
APPENDIX JSTMC VOL.20 NO.2 DECEMBER 2019 : AUTHOR INDEX & KEYWORD INDEX Wirahma, Samba
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 20, No 2 (2019): December 2019
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (36.666 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v20i2.4069

Abstract


Filter by Year

2000 2022


Filter By Issues
All Issue Vol. 23 No. 2 (2022): December 2022 Vol. 23 No. 1 (2022): June 2022 Vol. 22 No. 2 (2021): December 2021 Vol. 22 No. 1 (2021): June 2021 Vol. 21 No. 2 (2020): December 2020 Vol. 21 No. 1 (2020): June 2020 Vol 20, No 2 (2019): December 2019 Vol. 20 No. 2 (2019): December 2019 Vol. 20 No. 1 (2019): June 2019 Vol 20, No 1 (2019): June 2019 Vol 19, No 2 (2018): December 2018 Vol. 19 No. 2 (2018): December 2018 Vol 19, No 1 (2018): June 2018 Vol 19, No 1 (2018): June 2018 Vol. 19 No. 1 (2018): June 2018 Vol 19, No 2 (2018) Vol. 18 No. 2 (2017): December 2017 Vol 18, No 2 (2017): December 2017 Vol 18, No 2 (2017): December 2017 Vol 18, No 1 (2017): June 2017 Vol. 18 No. 1 (2017): June 2017 Vol 18, No 1 (2017): June 2017 Vol 17, No 2 (2016): December 2016 Vol. 17 No. 2 (2016): December 2016 Vol 17, No 2 (2016): December 2016 Vol 17, No 1 (2016): June 2016 Vol. 17 No. 1 (2016): June 2016 Vol 17, No 1 (2016): June 2016 Vol 16, No 2 (2015): December 2015 Vol. 16 No. 2 (2015): December 2015 Vol 16, No 2 (2015): December 2015 Vol 16, No 1 (2015): June 2015 Vol 16, No 1 (2015): June 2015 Vol. 16 No. 1 (2015): June 2015 Vol. 15 No. 2 (2014): December 2014 Vol 15, No 2 (2014): December 2014 Vol 15, No 2 (2014): December 2014 Vol. 15 No. 1 (2014): June 2014 Vol 15, No 1 (2014): June 2014 Vol 15, No 1 (2014): June 2014 Vol 14, No 2 (2013): December 2013 Vol. 14 No. 2 (2013): December 2013 Vol 14, No 2 (2013): December 2013 Vol 14, No 1 (2013): June 2013 Vol 14, No 1 (2013): June 2013 Vol. 14 No. 1 (2013): June 2013 Vol. 13 No. 2 (2012): December 2012 Vol 13, No 2 (2012): December 2012 Vol 13, No 2 (2012): December 2012 Vol 13, No 1 (2012): June 2012 Vol. 13 No. 1 (2012): June 2012 Vol 13, No 1 (2012): June 2012 Vol 12, No 2 (2011): December 2011 Vol 12, No 2 (2011): December 2011 Vol. 12 No. 2 (2011): December 2011 Vol 12, No 1 (2011): June 2011 Vol 12, No 1 (2011): June 2011 Vol. 12 No. 1 (2011): June 2011 Vol 11, No 2 (2010): December 2010 Vol. 11 No. 2 (2010): December 2010 Vol 11, No 2 (2010): December 2010 Vol. 11 No. 1 (2010): June 2010 Vol 11, No 1 (2010): June 2010 Vol 11, No 1 (2010): June 2010 Vol. 3 No. 2 (2002): December 2002 Vol 3, No 2 (2002): December 2002 Vol 3, No 2 (2002): December 2002 Vol 3, No 1 (2002): June 2002 Vol 3, No 1 (2002): June 2002 Vol. 3 No. 1 (2002): June 2002 Vol 2, No 1 (2001): June 2001 Vol. 2 No. 1 (2001): June 2001 Vol 2, No 1 (2001): June 2001 Vol 1, No 2 (2000): December 2000 Vol 1, No 2 (2000): December 2000 Vol. 1 No. 2 (2000): December 2000 Vol 1, No 1 (2000): June 2000 Vol 1, No 1 (2000): June 2000 Vol. 1 No. 1 (2000): June 2000 More Issue