cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 566 Documents
ANALISIS VARIABILITAS CURAH HUJAN KOTA MARTAPURA KALIMANTAN SELATAN AKIBAT PERUBAHAN IKLIM M. Djazim Syaifullah; Fikri Nur Muhammad; Ibnu Athoillah; Samba Wirahma
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 15 No. 1 (2014): June 2014
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v15i1.2650

Abstract

IntisariNegara Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terletak di Khatulistiwa sehingga rentan terhadap perubahan iklim.Curah hujan yang terjadi di suatu tempat dipengaruhi oleh faktor alam dan topografi daerah tersebut. Dengan melihat histori kejadian hujan selama 70 tahun (1915 – 2000) akan mengetahui pola hujan distribusi curah hujan suatu wilayah. Untuk memperoleh hasil  tersebut digunakan analisa regresi. Dalam analisa tersebut didapatkan dari tahun 1915 sampai dengan tahun 2000 untuk stasiun di Kota Martapura menunjukan pola kecerendungan kenaikan 4,5898 mm/tahun dengan persamaan regresi Y=4.5898 X-6600.4 with R2=0.0513.AbstractState of Indonesia is a country located on the equator that are vulnerable to climate change.  Rainfall (precipitation) that occurs in a place influenced by nature and topography of the area. By knowing historical rainfall events during 70 years (1915-2000) will determine the distribution pattern of rainfall in the area. To obtain the result about distribution pattern used regression analysis. In the regression analysis obtained that from 1915 until 2000 year for station in Martapura shows the rise pattern 4,5898 mm/years with a regression equation  Y=4.5898 X-6600.4 with R2=0.0513.
DESAIN KONSEPTUAL GROUND-BASED GENERATOR (GBG) OTOMATIS DAN KONSEP OPERASIONAL BERBASIS WIRELESS SENSOR NETWORK (WSN) Purwadi Purwadi; Tri Handoko Seto
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 15 No. 1 (2014): June 2014
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v15i1.2651

Abstract

IntisariDilatarbelakangi oleh beberapa permasalahan operasional Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan wahana pesawat terbang dan juga permintaan TMC yang semakin meningkat, maka dilakukan pengembangan teknologi Ground-Based Generator berupa desain konseptual Ground-Based Generator (GBG) otomatis dan konsep operasional berbasis wireless sensor network (WSN). Dari kajian teori, teknologi GBG efektif diterapkan dilereng pegunungan, sehingga konsep pengembangan teknologi ini dimaksudkan untuk operasional TMC waduk PLTA di Indonesia yang sebagian besar dikelilingi oleh daerah aliran sungai (DAS) berupa pegunungan. Di dalam tulisan ini dijelaskan 4 topografi waduk PLTA yang telah lama menggunakan jasa TMC yaitu DAS Riamkanan, DAS Larona, DAS Koto Panjang, dan DAS Singkarak. Data topografi yang menunjukkan kelayakan suatu DAS dapat diterapkan GBG diperoleh dari Digital Elevation Model (DEM) dan ditampilkan dengan software Global Maper. Selanjutnya, rancangan GBG otomatis di ilustrasikan dalam sketsa gambar. GBG otomatis memiliki fitur; autoloading flare, rak penyimpanan flare, solar panel, dan dikontrol dengan mikroprosesor. Dengan menerapkan konsep WSN, pengoperasian GBG dapat dilakukan secara terpusat untuk beberapa DAS sekaligus, sehingga kegiatan TMC mejadi lebih efektif dan efisien. AbstractMotivated by some operational problems of Weather Modification Technology (TMC) with airplane medium and also increasing the demand of TMC, then the development of Ground-Based Generator technology in the form of conceptual design of automatic Ground-Based Generator (GBG) and operational concepts based wireless sensor network (WSN) is done. From the study of theory, GBG effectively applied on mountain slope, so the concept of development of this technology is intended for TMC operation in hydroelectric (PLTA) dam in Indonesia that were mostly surrounded by watersheds (DAS) in the form of mountains. This paper describe four hydroelectric dams topography which has long used the TMC service (Riam Kanan DAS, DAS Larona, DAS Koto Panjang, and DAS Singkarak). The topographic data that indicate the feasibility of applied GBG in a watershed is obtained from the Digital Elevation Model (DEM) and displayed with Global Mapper software. Furthermore, the design of automatic GBG is illustrated in sketch drawings. The designed GBG has automatic features; autoloading flares, flare storage racks, solar panels, and controlled by a microprocessor. By applying the concept of WSN, GBG operation can be performed centrally for multiple DAS at once, so that the activities of TMC becoming more effective and efficient.
STANDAR HUJAN EKSTRIM DI RIAU MENGGUNAKAN METODE REGRESI KUANTIL Aristya Ardhitama; Yessy Christy Ulina
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 15 No. 1 (2014): June 2014
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v15i1.2653

Abstract

IntisariSalah satu akibat dari adanya fenomena penamasan global dan perubahan iklim adalah meningkatnya kasus kejadian cuaca ekstrim dan iklim ekstrim yang terjadi di hampir sebagian besar wilayah Indonesia khususnya di wilayah Riau. Hingga kini belum ada batasan yang jelas atau standar tentang suatu kondisi cuaca dan iklim yang dapat dikategorikan ekstrim. Dari hasil perhitungan curah hujan ekstrim di Riau dengan 2 daerah sampel pos hujan yaitu data Stamet Pekanbaru dan Stamet Japura Rengat, menggunakan metode regresi kuantil, untuk Kota Pekanbaru nilai ekstrim tertinggi pada bulan November 518 mm dan nilai ekstrim terendah 28 mm pada bulan Juli. Sedangkan untuk di daerah Rengat nilai batas atas untuk curah hujannya pada bulan Desember 431.4 mm dan untuk batas bawah 14.3 mm. Nilai ekstrim untuk curah hujan bermanfaat untuk peringatan dini banjir dan kekeringan. AbstractOne of the global warming and climate change effects is increased number of extreme weather events and extreme climate events that occurred in most of Indonesia region, Riau in particular. Yet, there are no distinct border or any standard definition for those events to be categorized as extreme events. Extreme rainfall events have been calculated using 2 weather station data as sample in this paper, those are Pekanbaru and Japura Rengat station, with quantile regression method. For Pekanbaru station, the highest rainfall event is in November with 518 mm monthly rainfall, and the lowest rainfall event is in July with 28 mm monthly rainfall. For Japura Rengat station the highest rainfall event is in December with 431.4 mm monthly rainfall, and the lowest rainfall event is 14.3 mm monthly rainfall. Extreme rainfall can be used for flood and drought early warning.
TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI INDONESIA -SEBUAH USULAN- Tri Handoko Seto; Budi Harsoyo; F. Heru Widodo
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 15 No. 1 (2014): June 2014
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v15i1.2654

Abstract

IntisariMasalah pangan bagi suatu negara adalah suatu hal yang sangat krusial mengingat pangan adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Iklim yang fluktuatif berpengaruh terhadap produksi beras. Saat terjadi anomali iklim di Indonesia yang berakibat pada kekeringan yang berkepanjangan, produksi beras nasional terganggu akibat kurangnya pasokan air irigasi. Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) adalah suatu upaya manusia untuk memodifikasi cuaca dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi cuaca seperti yang diinginkan. Penerapan TMC di Indonesia yang sudah dilakukan sejak tahun 1977 memiliki berbagai tujuan, antara lain menambah curah hujan untuk mengatasi kekeringan, serta pengisian air waduk/danau untuk kebutuhan irigasi dan PLTA. TMC pernah diterapkan pada tahun 2007 untuk menambah cadangan air guna meningkatkan produksi beras di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lampung terkait program pemerintah untuk meningkatkan produksi beras nasional sebanyak 2 juta ton. Pada saat itu, TMC berhasil menyumbang peningkatan sebesar 25 %. Berbekal pengalaman tersebut maka TMC diusulkan untuk dilaksanakan di 10 provinsi penghasil beras tertinggi nasional setiap tahun. Penerapan TMC ini diperkirakan dapat meningkatkan produksi beras nasional sehingga tidak diperlukan impor beras bahkan menjadikan Indonesia menjadi surplus beras.AbstractFood problem for a country is a very crucial thing because food is a basic necessity for human life. Climate variability affects rice production. When climate anomalies occurred in Indonesia that resulted in prolonged drought, national rice production disrupted due to the lack of irrigation water supply. Weather Modification Technology (TMC) is a human attempt to modify the weather in order to get the weather conditions as needed. TMC implementation in Indonesia, which has been conducted since 1977 has a variety of purposes, such as rainfall enhancement to overcome the drought, as well as replenishing water reservoirs/lakes for irrigation and hydropower. TMC had applied in 2007 to increase water reserves in order to increase rice production in West Java, Central Java, East Java, and Lampung related government programs to increase national rice production by 2 million tons. At that time, TMC successfully accounted for an increase of 25 %. Based on that experience, TMC is proposed to be implemented in 10 top rice-producing provinces every year. TMC is expected to increase national rice production so as not necessary to import rice even make Indonesia a rice surplus.
ANALISIS CUACA PADA SAAT PELAKSANAAN PENYEMAIAN AWAN DI WADUK PLTA KOTA PANJANG BULAN APRIL - MEI 2013 Erwin Mulyana
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 15 No. 1 (2014): June 2014
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v15i1.2655

Abstract

ABSTRAKTelah dilakukan analisis cuaca selama pelaksanaan TMC pada bulan April dan Mei 2013 di Waduk PLTA Kota Panjang. Temperatur permukaan laut di daerah Nino 3.4 menunjukkan ENSO netral dengan temperatur rata-rata pada bulan April dan Mei 2013 antara 27.6 s.d  27.7 oC serta nilai anomaly antara -0.03 s.d -0.1 oC. Penjalaran MJO aktif yang menunjukkan terjadinya peningkatan aktifitas konvektif di wilayah Sumatra terjadi pada awal April dan akhir Mei 2013. Arah angin pada level gradient bertiup dari barat daya – barat laut dengan kecepaan 5-15 knot. Siklon Tropis Mahasen di utara Sumatera yang terjadi pada pertengahan bulan Mei  berpengaruh terhadap berkurangnya hujan di daerah target. Kecepatan angin yang cukup tinggi di level 700-600 mb pada  awal kegiatan mengakibatkan pertumbuhan awan di daerah target tidak berkembang dengan optimal. Dalam kondisi kelembaban rendah masih dijumpai pembentukan awan orografik di sepanjang pegunungan Bukit Barisan bagian barat DAS Waduk PLTA Kota Panjang.
PEMANFAATAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA UNTUK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Samba Wirahma; Tri Handoko Seto; Ibnu Athoillah
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 15 No. 1 (2014): June 2014
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v15i1.2656

Abstract

IntisariTanaman Kelapa Sawit (Elais sp) adalah sumber utama minyak nabati sesudah kelapa di Indonesia. Tanaman tersebut merupakan komoditi andalan ekonomi Indonesia karena selain merupakan penghasil devisa, kelapa sawit merupakan salah satu alternatif upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pembukaan lapangan pekerjaan dan lapangan usaha. Distribusi tanaman kelapa sawit di Indonesia dapat dijumpai di setiap pulau seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Jawa. Pada tahun 2013, dari total luas perkebunan kelapa sawit sebesar 9,14 juta hektar, sekitar 65% berada di pulau Sumatera, disusul Kalimantan (31%), Sulawesi (3%), kemudian Jawa dan Papua di bawah satu persen. Tanaman kelapa sawit tergolong ke dalam tanaman xerophyte yang dapat beradaptasi dengan kondisi air yang kurang, walaupun demikian tanaman tetap akan mengalami gejala stres air pada saat musim kemarau yang berkepanjangan. Salah satu upaya untuk mengantisipasi musim kemarau panjang dan kebakaran lahan yaitu dengan melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Penerapan TMC di Indonesia sudah dilakukan sejak tahun 1979 dengan berbagai tujuan, yaitu menambah curah hujan untuk mengatasi kekeringan, pengisian air waduk untuk irigasi dan PLTA; mengurangi curah hujan untuk mengatasi banjir; longsor; dan mengurangi kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Simulasi proyeksi curah hujan dengan skenario pelaksanaan TMC 120 hari dilakukan di wilayah Riau, Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara sebagai daerah dengan luas perkebunan sawit terbesar di Indonesia. Hasil dari simulasi tersebut adalah menghitung besarnya jumlah curah hujan tahunan yang dapat dihasilkan apabila dilakukan TMC 120 hari pada bulan April-Mei 2014 dan Agustus-September 2014 dengan asumsi tingkat pertambahan hujan ketika berada pada periode penyemaian awan sebesar 30%. Berdasarkan hasil simulasi curah hujan dengan skenario pelaksanaan TMC 120 hari, untuk wilayah Riau akan didapatkan penambahan curah hujan sebesar 198 mm/tahun, wilayah Kalimantan Tengah sebesar 254 mm/tahun dan wilayah Sumatera Utara sebesar 233 mm/tahun. Abstract Palm (Elais sp) is the main source of vegetable oil after coco in Indonesia. This plant is mainstay commodity of Indonesia because in addition to foreign exchange earner, palm oil is one alternative efforts to improve the welfare of society through the opening of employment and business field. Distribution of palm oil plantations in Indonesia can be found in every island like Sumatra, Kalimantan, Sulawesi and Java. In 2013, total area of palm oil plantations amounted to 9.14 million hectares, approximately 65% were on the island of Sumatra, Kalimantan followed (31%), Sulawesi (3%), then Java and Papua under one percent.  Palm oil plants belonging to the plant xerophyte that can adapt to conditions that are less water, however the plant will continue to experience symptoms of water stress during the long dry season. One effort to anticipate the long dry season and forest fires by performing the Weather Modification Technology. Application of this technology in Indonesia have been carried out since 1979 with a variety of purposes, namely to rain enhancement to overcome drought, filling water reservoirs for irrigation and hydropower; reduce rainfall to overcome floods; landslides; and reduce smog from forest fires and land.  Simulation of rainfall projection with applying weather modification technology for 120 days in Riau, Central Kalimantan, and North Sumatra as the area with the largest palm oil plantations in Indonesia. Result of this simulation is to calculate the amount of annual rainfall if weather modification for 120 days applied in April-May 2014 and AugustSeptember 2014, assuming growth rate when cloud seeding period is 30%. Based on this simulation resulted for Riau regoin will get additional rainfall 198 mm/year, Central Kalimantan Region 254 mm/year and North Sumatra Region 233 mm/year
KORELASI ANTARA DATA CURAH HUJAN PENAKAR MANUAL DAN TRMM (TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSION) GIOVANNI TOVAS. (STUDI KASUS TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA UNTUK MENANGGULANGI KABUT ASAP KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI RIAU TAHUN 2014) Alfan Muttaqin; Tukiyat Tukiyat; Purwadi Purwadi; Tri Handoko Seto
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 15 No. 2 (2014): December 2014
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v15i2.2670

Abstract

Intisari  Telah dilakukan kajian tentang korelasi antara data curah hujan yang terukur di Pos Meteorologi dan data curah hujan yang terukur pada TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission). Data curah hujan merupakan data curah hujan rata – rata harian dibeberapa titik yang ada di Provinsi Riau. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data hujan dari tanggal 16 Maret sampai dengan 28 April 2014. Pengujian korelasi dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson dengan asumsi bahwa data terdistribusi normal. Dari hasil perhitungan dengan korelasi Pearson didapatkan nilai korelasi sebesar 0,52. Korelasi yang terhitung sebesar 0,52 masuk kedalam kategori CUKUP. Selain pengujian korelasi, data curah hujan juga dianalisa dengan uji perbandingan streamline yang terbentuk pada diagram kartesius. Tanpa melihat besarnya nilai curah hujan tetapi dengan melihat pola terbentuknya streamline terlihat tanggal 16 Maret sampai dengan tanggal 21 Maret 2014 pola yang terbentuk cenderung berkebalikan dimana ketika data curah hujan pada Posmet turun curah hujan pada TRMM justru malah naik. Sementara mulai tanggal 22 Maret 2014 sampai akhir tanggal 28 April 2014 terlihat tren stream line yang cenderung berpola mirip walaupun ada beberapa titik yang saling berkebalikan sehingga secara umum terlihat polanya mirip.Abstract  Studied correlation between data rainfall in Post Meteorological (Posmet) and rainfall data on TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission) have been done. Precipitacion  is average rainfall data at the daily average some point in Province of Riau. Data used in this study is  data from 16 March to 28 April, 2014. Correlation testing was done by using Pearson Product Moment correlation with assumption that data were normally distributed. From the calculation of Pearson correlation obtained correlation value is 0.52. Correlations were calculated is 0.52, category ENOUGH. In addition to testing the correlation, data rainfall were also analyzed with a streamlined comparison test were formed on Cartesian diagram. Without seeing the value of rainfall but by looking at the pattern formation of streamlined look dated March 16 until March 21, 2014 established pattern which tends to reverse when the rainfall data Posmet down on TRMM rainfall actually even go up. While the start date of March 22, 2014 until the end date of 28 April 2014 visible trends that tend to stream line pattern is similar, although there are a few points of each other so that in general the pattern looks similiar. 
APLIKASI MOBILE ZAPPELINE SEBAGAI MEDIA TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA (TMC) DAN PENIPISAN POLUTAN UDARA (ASAP) Purwadi Purwadi; Faisal Sunarto; Alfan Muttaqin; Tri Handoko Seto
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 15 No. 2 (2014): December 2014
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v15i2.2671

Abstract

IntisariTelah dilakukan kajian aplikasi mobile zappeline sebagai media teknologi modifikasi cuaca (tmc) dan media penipisan polutan udara (asap) pada sebuah truk Mitsubishi Colt Diesel berukuran 5,960 x 1,970 meter. Dengan kendaraan tersebut, direkomendasikan dimensi zappeline berbentuk bangun ruang eliptical dengan jari-jari diagonal a dan b masing-masing 3,25 dan 0,65 meter. Selanjutnya, karakteristik aerodinamik dan fisika dihitung dengan memecahkan beberapa persamaan fisika secara numerik pada kondisi atmosfer standart yaitu internasional standart of atmosphere (ISA). Pada kondisi standart ISA, maksimal beban pada ketinggian 1500 meter (5000 feet) sebesar 5,67 kg dan mampu mencapai ketinggian tersebut dalam waktu 1221.93 sekon (+/- 20 menit). Selanjutnya dilakukan perhitungan drag zappeline relatif terhadap udara yang disajikan dalam sebuah grafik yang dapat digunakan bahan pertimbangan dalam desain pendorong zappeline dan perhitungan kekuatan tali.   AbstractStudies of mobile zeppeline aplication as a medium of weather modification technology and media thinning air pollutants (smoke) on a Mitsubishi Colt Diesel truck with dimensions of 5,960 x 1,970 meters have been done. With these vehicles, an elliptical zappeline shape geometry are recommended with diagonal radii a and b, 3.25 and 0.65 meters, respectively. Then, the aerodynamics and physics characteristic are calculated by solving some physics equations numerically at standard atmospheric conditions of the international standard atmosphere (ISA). In the ISA standard conditions, the maximum load at 1500 meters altitude (5000 feet) is 5.67 kg and it is capable to reach that altitude in 1221.93 seconds (+/- 20 minutes). Furthermore, calculation of the air drag relative are presented in a graph that can be used in the design considerations of driving force zappeline and calculation of rope tension.  
KAJIAN PENENTUAN AWAL MUSIM DI DAERAH NON ZOM 14 RIAU DENGAN MENGGUNAKAN DATA CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN Aristya Ardhitama; Rias Sholihah
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 15 No. 2 (2014): December 2014
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v15i2.2672

Abstract

IntisariDaerah Riau termasuk kedalam wilayah ZOM (Zona Musim) dan Non ZOM. Daerah Non ZOM merupakan daerah-daerah yang tidak mempunyai batas yang jelas secara klimatologis antara  periode musim hujan dan musim kemarau. Propinsi Riau memiliki wilayah Non ZOM 14 yang menurut teori tidak memilki perbedaan musim hujan dan musim kemarau. Dalam kajian penelitian ini penulis ingin membuktikan bahwa daerah Non ZOM 14 terdapat musim hujan dan musim kemarau. Data yang digunakan adalah data curah hujan (CH) dan hari hujan (HH) dasarian yang diambil dari stasiun daerah Dumai dan Sungai Pakning untuk menentukan Awal Musim. Dari hasil penelitian yang didapatkan daerah Non Zom 14 memiliki pola musim hujan dan musim kemarau yaitu awal musim kemarau yang pertama jatuh pada dasarian bulan Feb I sampai Feb III  dan terjadi kembali pada bulan Mei II sampai bulan Juli II diperoleh hari hujan sebesar ≤ 2(HH) dengan nilai CH sebesar <30 mm. Awal musim hujan yang pertama terjadi pada dasarian pada bulan Maret I sampai bulai Mei II, kemudian musim hujan kembali terjadi pada bulan Juli II sampai bulan Desember II yang diperoleh dari hari hujan ≥ 4 (HH) dengan batas CH sebesar >50mm diperoleh besar jumlah CH ≥ 100mm. Sehingga dapat disimpulkan untuk daerah Non ZOM 14 Riau dapat direkomendasikan menjadi daerah ZOM (Zona Musim).   AbstractRiau area included into the territory of ZOM (Season Zone) and Non ZOM. The Non ZOMS were areas that do not have a clear limit for climatologist between the period of rainy season and dry season. Riau Province has an area of 14 which according to Non ZOMS theory do not have differences in rainy season and dry season. In this research studies the author want to prove that the Non ZOMS 14 there is a rainy season and a dry season. The data used are the precipitation data (CH) and rainy day (HH) decade taken from local station in Dumai and Sungai Pakning to determine the start of the season. From the results obtained by research area Non Zoms 14 has the pattern of rainy season and dry season is the beginning of the dry season the first fell on the decade month of Feb I until Feb III and going back in May II until July II obtained a rainy day at ≤ 2 (HH) with CH value < 30 mm. the Beginning of the rainy season the first one occurred at decade in March I until May II, later rainy season occurred in july II until december II obtained from rainy days ≥ 4 (HH) with limits of CH > gained an enormous amount of CH 50 mm ≥ 100 mm. so it can be inferred for the Non ZOMS 14 Riau can be recommended to be ZOMS (zone seasons).
ANALISIS PENGARUH SIKLON TROPIS GILLIAN TERHADAP CURAH HUJAN DI WILAYAH RIAU DAN SEKITARNYA Rini Mariana Sibarani
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 15 No. 2 (2014): December 2014
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v15i2.2673

Abstract

IntisariSiklon Tropis merupakan gangguan meteorologi yang disebabkan karena adanya pusat tekanan rendah di lautan. Syarat terbentuknya siklon tropis di daerah perairan adalah suhu muka laut (sst) cukup panas (T > 260C). Salah satu Siklon Tropis yang terjadi di perairan Indinesia adalah Siklon Tropis Gillian. Siklon Tropis ini terjadi di Selatan Perairan Indonesia, yang berlangsung selama 5 hari dari tanggal 21 Maret – 25 Maret 2014. Siklon Tropis Gillian ini mempengaruhi kondisi curah hujan di wilayah Indonesia bagian Utara, tepatnya di Pulau Sumatera Bagian Utara. Selama terjadinya Siklon Tropis Gillian mengakibatkan pengurangan Curah hujan di wilayah tersebut, terutama di daerah Provinsi Riau. Dari data yang diperoleh baik dari data Penakar POS METEOROLOGI maupun dari data Satelit TRMM Jaxa mulai tanggal 23 Maret – 27 Maret 2014, curah hujan yang tercatat di wilayah Riau dan sekitarnya mendekati 0 mm. Hal ini membuktikan bahwa Siklon Tropis Gillian di selatan Perairan Jawa mempengaruhi curah hujan di Pulau Sumatera Bagian Utara (Riau).  AbstrackTropical Cyclone is the meteorological disturbance due to the low pressure center in the ocean. Terms of tropical cyclone formation in the waters is the sea surface temperature (sst) is quite warm (T> 260C). Tropical Cyclone Gillian is one of Tropical Cyclone that occurred in the waters of Indinesia. This tropical cyclones occur in the Southern waters of Indonesian, which lasted for 5 days from March 21 to March 25, 2014. Tropical Cyclone Gillian affects rainfall in the northern part of Indonesia, precisely in Northern Sumatra Island. During the Tropical Cyclone Gillian lead to a reduction in rainfall in the region, especially in the province of Riau. Rainfall data from the POS METEOROLOGY and TRMM Satellite Jaxa began on March 23 to March 27, 2014, was recorded in Riau area close to 0 mm. This proves that the Tropical Cyclone Gillian in southern waters of Java affecting rainfall in Northern of Sumatera Island (Riau).

Filter by Year

2000 2022


Filter By Issues
All Issue Vol. 23 No. 2 (2022): December 2022 Vol. 23 No. 1 (2022): June 2022 Vol. 22 No. 2 (2021): December 2021 Vol. 22 No. 1 (2021): June 2021 Vol. 21 No. 2 (2020): December 2020 Vol. 21 No. 1 (2020): June 2020 Vol 20, No 2 (2019): December 2019 Vol. 20 No. 2 (2019): December 2019 Vol. 20 No. 1 (2019): June 2019 Vol 20, No 1 (2019): June 2019 Vol 19, No 2 (2018): December 2018 Vol. 19 No. 2 (2018): December 2018 Vol 19, No 1 (2018): June 2018 Vol. 19 No. 1 (2018): June 2018 Vol 19, No 1 (2018): June 2018 Vol 19, No 2 (2018) Vol. 18 No. 2 (2017): December 2017 Vol 18, No 2 (2017): December 2017 Vol 18, No 2 (2017): December 2017 Vol 18, No 1 (2017): June 2017 Vol. 18 No. 1 (2017): June 2017 Vol 18, No 1 (2017): June 2017 Vol 17, No 2 (2016): December 2016 Vol. 17 No. 2 (2016): December 2016 Vol 17, No 2 (2016): December 2016 Vol. 17 No. 1 (2016): June 2016 Vol 17, No 1 (2016): June 2016 Vol 17, No 1 (2016): June 2016 Vol 16, No 2 (2015): December 2015 Vol 16, No 2 (2015): December 2015 Vol. 16 No. 2 (2015): December 2015 Vol 16, No 1 (2015): June 2015 Vol 16, No 1 (2015): June 2015 Vol. 16 No. 1 (2015): June 2015 Vol 15, No 2 (2014): December 2014 Vol 15, No 2 (2014): December 2014 Vol. 15 No. 2 (2014): December 2014 Vol. 15 No. 1 (2014): June 2014 Vol 15, No 1 (2014): June 2014 Vol 15, No 1 (2014): June 2014 Vol. 14 No. 2 (2013): December 2013 Vol 14, No 2 (2013): December 2013 Vol 14, No 2 (2013): December 2013 Vol 14, No 1 (2013): June 2013 Vol. 14 No. 1 (2013): June 2013 Vol 14, No 1 (2013): June 2013 Vol. 13 No. 2 (2012): December 2012 Vol 13, No 2 (2012): December 2012 Vol 13, No 2 (2012): December 2012 Vol 13, No 1 (2012): June 2012 Vol. 13 No. 1 (2012): June 2012 Vol 13, No 1 (2012): June 2012 Vol 12, No 2 (2011): December 2011 Vol 12, No 2 (2011): December 2011 Vol. 12 No. 2 (2011): December 2011 Vol 12, No 1 (2011): June 2011 Vol. 12 No. 1 (2011): June 2011 Vol 12, No 1 (2011): June 2011 Vol 11, No 2 (2010): December 2010 Vol. 11 No. 2 (2010): December 2010 Vol 11, No 2 (2010): December 2010 Vol 11, No 1 (2010): June 2010 Vol 11, No 1 (2010): June 2010 Vol. 11 No. 1 (2010): June 2010 Vol. 3 No. 2 (2002): December 2002 Vol 3, No 2 (2002): December 2002 Vol 3, No 2 (2002): December 2002 Vol 3, No 1 (2002): June 2002 Vol 3, No 1 (2002): June 2002 Vol. 3 No. 1 (2002): June 2002 Vol. 2 No. 1 (2001): June 2001 Vol 2, No 1 (2001): June 2001 Vol 2, No 1 (2001): June 2001 Vol 1, No 2 (2000): December 2000 Vol 1, No 2 (2000): December 2000 Vol. 1 No. 2 (2000): December 2000 Vol 1, No 1 (2000): June 2000 Vol 1, No 1 (2000): June 2000 Vol. 1 No. 1 (2000): June 2000 More Issue