cover
Contact Name
Andi Suwirta
Contact Email
aspensi@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
aspensi@yahoo.com
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
SUSURGALUR
Published by Minda Masagi Press
ISSN : 23025808     EISSN : -     DOI : -
This journal, with ISSN 2302-5808, was firstly published on March 24, 2013, in the context to commemorate the BLA (Bandung Lautan Api or Bandung a Sea of Flames)’s Day in Indonesia. The SUSURGALUR journal has jointly been organized by the Lecturers of APB UBD (Academy of Brunei Studies, University of Brunei Darussalam) and International & History Studies FASS (Faculty of Arts and Social Sciences) UBD in Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, since issue of September 2013 to date; and published by Minda Masagi Press, a publishing house owned by ASPENSI (the Association of Indonesian Scholars of History Education) in Bandung, West Java, Indonesia. The articles published in SUSURGALUR journal are able to be written in English as well as in Indonesian and Malay languages. The SUSURGALUR journal is published every March and September. The SUSURGALUR journal is devoted, but not limited to, history education, historical studies, and any new development and advancement in the field of history education and historical studies. The scope of our journal includes: (1) History Education and National Character Building; (2) Political, Social, Cultural and Educational History; (3) Education, History, and Social Awareness; (4) Economic History and Welfare State; (5) Science, Technology and Society in Historical Perspectives; (6) Religion and Philosophy in Historical Perspectives; and (7) Visual Arts, Dance, Music, and Design in Historical Perspectives.
Arjuna Subject : -
Articles 65 Documents
How India Perceives Southeast Asia? Pakeer Mohamed, Ahmad Shah
SUSURGALUR Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : SUSURGALUR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.528 KB)

Abstract

ABSTRACT: India, a country from South Asia, gained independence in 1947, after receiving British’s approval. British’s approval also meant the division of India into two large territories, that is India and Pakistan. When India emerged as a new power, it caused worry in the security aspect among the countries in the Southeast Asian region. This is mainly due to its geographical location. India is a country that has the strength and ability like that of what China has currently, and it is also the second largest country after China. India has the second largest population in the world after China, and has the potential of becoming a massively powerful country in the world. India is capable of serving power balance in Asia by facing China and Pakistan with a few evolution made in the country’s foreign policy. At the same time, India also hopes to have a good relationship with Southeast Asia; and it is seen from its foreign policy towards Southeast Asia or more commonly known as ASEAN (Association of South East Asian Nations). The closeness of the relationship was portrayed through the enthusiasm of India to accept ASEAN’s invitation to become a member of ASEAN in 1991. In the 1990s, there was an improvement in the interaction between the two parties, and firm steps were taken to integrate and cooperate in economy as well as politics and security. In fact, India also managed to provide a huge potential in developing and giving economic cooperation to ASEAN.KEY WORD: India; Foreign Policy; Bilateral; Power Balance; Good Relationship. IKHTISAR: “Bagaimana India Melihat Asia Tenggara?”. India, sebuah negara daripada Asia Selatan, mencapai kemerdekaan pada tahun 1947 setelah mendapat persetujuan pihak British. Persetujuan British ini juga telah menandakan terpisahnya India kepada dua wilayah besar, iaitu India dan Pakistan. Kemunculan India sebagai kuasa baru telah menyebabkan kebimbangan ke atas keselamatan rantau Asia Tenggara. Ini kerana dari sudut geografi, India adalah sebuah kuasa yang memiliki kekuatan dan kemampuan sepertimana kuasa China pada hari ini. India merupakan negara kedua selepas China yang mempunyai penduduk paling ramai di dunia dan mempunyai potensi menjadi kuasa besar dunia. India dapat menyediakan keseimbangan kuasa di Asia dalam menghadapi China dan Pakistan dengan berberapa evolusi di dalam dasar luarnya. Dalam pada itu, India juga inginkan hubungan yang baik dengan Asia Tenggara dan dapat dilihat melalui dasar luar India terhadap Asia Tenggara atau lebih dikenali sebagai ASEAN. Keakraban hubungan digambarkan melalui semangat India menerima jemputan ASEAN untuk menjadi ahli ASEAN pada tahun 1991. Pada tahun 1990-an, terdapat peningkatan dalam interaksi antara kedua-dua pihak, dan langkah-langkah tegas telah diambil untuk mengintegrasikan dan bekerjasama dalam ekonomi serta politik dan keselamatan. Malah, India juga berjaya memberikan potensi besar dalam membangunkan dan memberikan kerjasama ekonomi dengan ASEAN.KATA KUNCI: India; Dasar Luar; Hubungan Dua Hala; Keseimbangan Kuasa; Hubungan Baik.About the Author: Ahmad Shah Pakeer Mohamed is a Lecturer at the Faculty of Administrative Science and Policy Studies UiTM (Technology University of MARA or Majelis Amanah Rakyat), UiTM Campus Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia. Corresponding author is able to be contacted via phone: +6006-63422691 or e-mail: ahmadshah6767@gmail.comHow to cite this article? Pakeer Mohamed, Ahmad Shah. (2015). “How India Perceives Southeast Asia?” in SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, Vol.3(2), September, pp.169-180. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press and UBD Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, ISSN 2302-5808.Chronicle of the article: Accepted (May 8, 2015); Revised (July 28, 2015); and Published (September 30, 2015).
Mengenal Lebih Dekat Triad dan Serikat Rahasia Tiongkok Muas, Tuty Enoch
SUSURGALUR Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : SUSURGALUR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

IKHTISAR: Ketika mendengar atau membaca kata “Triad”, hampir semua orang akan menghubungkannya dengan kelompok “bawah tanah” atau kriminal di Tiongkok. Stigma itu memang tidak salah, karena dalam sejarah Tiongkok, “Triad” tercatat sebagai bagian dari Serikat Rahasia atau “Mimi Shehui”, yang aktivitasnya ada di sekitar perjudian, pelacuran, penyelundupan, perampokan, dan bahkan pembunuhan. Di sisi lain, tokoh penggerak revolusi Tiongkok, Sun Yatsen, mengakui peran Serikat Rahasia dalam revolusi. Fakta yang kontradiktif tersebut menarik untuk diteliti. Bagaimana sebenarnya asal-usul dan seluk-beluk Serikat Rahasia di Tiongkok?; mengapa “Triad” yang menjadi ikon Serikat Rahasia Tiongkok sampai sekarang?; serta apa saja aktivitasnya dan bagaimana respon rakyat Tiongkok terhadapnya? Beberapa pertanyaan tersebut merupakan pokok bahasan yang dianalisis melalui pendekatan sejarah. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan secara lebih utuh tentang Serikat Rahasia di Tiongkok, terutama perkembangannya di abad ke-19 dan awal abad ke-20. Perkembangan “Triad” berjalan beriringan dengan perkembangan diaspora bangsa Tionghoa di seluruh dunia. Dewasa ini, baik sistem rekrutmen keanggotaan dan tata-kelola organisasi maupun aktivitas “Triad” pasti lebih kompleks. Oleh karena itu, kajian tentang “Triad” tetap relevan untuk ditelusuri dan didalami. KATA KUNCI: “Triad”, Serikat Rahasia, asal-usul, seluk-beluk, kontradiksi, pendekatan sejarah, dan bangsa Tionghoa. ABSTRACT: This paper entitled “Knowing More of the Triad and Secret Society in China”. When hear or read the word of Triads, almost everyone will associate it with the Chinese “under ground” or criminal community. This stigma of course did no wrong, because in Chinese history, Triads was recorded as part of a Secret Society or “Mimi Shehui”, which its activities were around gambling, prostitution, smuggling, robbery, and even murder. On the other hand, Sun Yatsen as a leader of Chinese revolution, has recognized the role of Secret Societies in the revolution. The facts of being contradictory is interesting to be researched. How exactly the origin and the ins and outs of Secret Societies in China?; why until now Triads become the icon of China Secret Societies?; and what are their activities and how the Chinese peoples response to them? The questions are the subjects that will be analyzed through historical approach. The goal is to introducing the Chinese Secret Societies in a more comprehensive way, especially their development in the 19th century until the early 20th century. The development of Triads run in tandem with the development of Chinese people diaspora around the world. Nowadays, the system of recruitment, membership, and governance of the organization and activities of Triads is certainly more complex. Therefore, study of Triads remain relevant to be searched and explored.KEY WORD: Triad, Secret Societies, origin, the ins and outs of, contradiction, historical approach, and Chinese people.About the Author: Dr. Tuty Enoch Muas adalah Dosen Senior di Program Studi Cina, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI (Universitas Indonesia), Kampus UI Depok, Jawa Barat, Indonesia. Untuk kepentingan akademis, penulis bisa dihubungi dengan alamat emel: mutu1722@yahoo.comHow to cite this article? Muas, Tuty Enoch. (2014). “Mengenal Lebih Dekat Triad dan Serikat Rahasia Tiongkok” in SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, Vol.2(1), Maret, pp.11-28. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press and UBD Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, ISSN 2302-5808, ISSN 2302-5808. Chronicle of the article: Accepted (January 18, 2014); Revised (February 18, 2014); and Published (Maret 24, 2014).
Integrated Intelligence Practice to Motivate Low Achievement Students in the History Subject Ahmad, Abdul Razaq; Sulaiman, Fadzilah
SUSURGALUR Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : SUSURGALUR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT: The teachers were expected to apply a new approach with various teaching activities to motivate students to learn. The sample consisted of 68 low achievers’ students, who were then divided into two groups: 34 students were treated in the treatment group, while another 34 students were put in the control group. This is a quasi-experiment of non equivalent control group design. The questionnaire was distributed to students of both groups, to test the effectiveness of the integration approach. Analysis of the mean and standard deviation was conducted for both groups, while the null hypothesis was tested by the t-test. Based on the pre-test, there was no significant difference between the two groups. The post-test recorded significant motivational differences between the two groups studied. It was determined that the integrated History lesson with multiple intelligences had increased the level of motivation among students in the treatment group. This shows, that diversity of methods and activities undertaken, were able to change students’ perception about the History subject and had increased their interests to learn History. Hence, integrated multiple intelligence activities are able to increase students motivation to learn the History.KEY WORD: Integrated multiple intelligence, students’ motivation, readiness to learn, history subject, new approach, and teachers’ teaching practices.IKHTISAR: “Amalan Kecerdasan Bersepadu untuk Memberi Motivasi kepada Pelajar-pelajar Berpencapaian Rendah dalam Subjek Sejarah”. Guru-guru diharapkan dapat melaksanakan pendekatan baru melalui aktiviti yang pelbagai bagi memberi dorongan kepada pelajar untuk belajar. Sampel yang terlibat terdiri daripada 68 orang pelajar berpencapaian rendah, yang dibahagikan kepada dua kumpulan, iaitu: 34 orang pelajar kumpulan rawatan serta 34 orang lagi pelajar kumpulan kawalan. Kajian ini berbentuk kuasi eksperimen kumpulan tidak setara. Bagi menguji keberkesanan integrasi teori kecerdasan pelbagai, soal selidik digunakan ke atas pelajar dari kedua-dua kumpulan. Analisis min dan sisihan piawai digunakan ke atas kedua-dua kumpulan, manakala bagi menguji hipotesis nul, ujian t digunakan. Berdasarkan ujian pada peringkat pra, tidak terdapat perbezaan yang signifikan antara kedua-dua kumpulan. Dalam ujian pada peringkat pos pula terdapat perbezaan motivasi belajar antara kedua-dua kumpulan. Didapati bahawa pengajaran bersepadu dengan kecerdasan pelbagai telah meningkatkan faktor dorongan dalam kalangan pelajar kumpulan rawatan. Hal ini menunjukkan kepelbagaian kaedah dan aktiviti yang dilaksanakan telah dapat mengubah persepsi pelajar tentang mata pelajaran Sejarah serta meningkatkan kesediaan mereka untuk belajar Sejarah. Oleh itu, aktiviti kecerdasan pelbagai bersepadu dapat meningkatkan dorongan pelajar untuk belajar Sejarah.KATA KUNCI: Kecerdasan pelbagai bersepadu, dorongan pelajar, sedia untuk belajar, mata pelajaran sejarah, pendekatan baru, dan amalan pengajaran guru.   About the Authors: Assoc. Prof. Dato’ Dr. Haji Abdul Razaq Ahmad and Fadzilah Sulaiman are the Lecturers at the Faculty of Education UKM (National University of Malaysia), Bangi, Selangor Darul Ehsan, Malaysia. For academic interests, the authors can be contacted via e-mail at: razaq.ukm@gmail.com How to cite this article? Razaq Ahmad, Abdul & Fadzilah Sulaiman. (2015). “Integrated Intelligence Practice to Motivate Low Achievement Students in the History Subject” in SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, Vol.3(1), Maret, pp.57-70. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press and UBD Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, ISSN 2302-5808.  Chronicle of the article: Accepted (December 18, 2014); Revised (January 25, 2015); and Published (March 24, 2015).
Menghilangnya Tradisi Bersyair pada Masyarakat Keturunan Arab di Pesisir Utara Pulau Jawa Alkatiri, Zeffry
SUSURGALUR Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : SUSURGALUR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

IKHTISAR: Di negara-negara Teluk, tradisi pembacaan syair masih tetap dilakukan, seperti terlihat dalam tayangan kenegaraan mereka di televisi Al-Jazerah, Dubai TV, dan Emiratiyah TV, atau di pentas-pentas pertunjukan yang lebih populer. Tentunya tradisi itu juga ada dan sampai pada masyarakat di wilayah Yaman (Hadramaut), yang juga bagian dari masyarakat yang mendiami sebagian wilayah Timur Tengah (Jazirah Arabia) bagian Selatan. Masyarakat Arab Hadramaut dikenal sebagai masyarakat diaspora yang berkelana dan menetap di berbagai wilayah lain, termasuk kemudian sampai juga ke Indonesia. Artikel ini bertujuan mengkaji tradisi bersyair masyarakat Arab di daerah Pesisir Utara Pulau Jawa serta juga memperhatikan alasan menghilangnya tradisi tersebut dalam kehidupan mereka. Dalam artikel ini dibahas satu syair peninggalan seorang penyair keturunan Arab dari Cirebon, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya perubahan dalam stratifikasi dan profesi di masyarakat Arab pada akhirnya melenyapkan tradisi bersyair tersebut. Selain itu, bisa juga diakibatkan oleh adanya hambatan kondisi budaya dan zaman yang berbeda pada masyarakat keturunan Arab sendiri yang sudah lama menetap di Pulau Jawa.  KATA KUNCI: Tradisi bersyair, masyarakat keturunan Arab, pesisir Utara pulau Jawa, perubahan sosial, dan pendidikan modern.ABSTRACT: This article entitled “The Missing Poetry Tradition of Arab Descent Communities in the North Coast of Java Island”. In the Gulf countries, the tradition of poetry readings still remain to be done, as seen in their state ceremonies live on such as television Al-Jazerah, Dubai TV, and Emiratiyah TV, or in performing dramas are more popular. Of course there is also the tradition and to the communities in Yemen (Hadramaut), which is also part of the society living in part of the Middle East (Arabian Peninsula) in the South. The people of Hadramaut Arab was known as diaspora communities who traveled and lived in various other areas, including then until lived in Indonesia. This article aims to examine the poetry tradition of the Arab community in the North Coast area of Java and also pay attention to the reason for the missing of poetry tradition in their lives. In this article discussed the legacy of a lyric poet of Arab descent from Cirebon, West Java. The results showed that the change in stratification and profession in Arab society ultimately eliminate the tradition of poetry. In addition, it could also be caused by the presence of barriers and cultural conditions of a different era in the Arab societies themselves who have long settled in the island of Java.KEY WORD: Poetry tradition, people of Arab descent, the North coast of the island of Java, social change, and modern education.About the Author: Dr. Zeffry Alkatiri adalah Dosen Senior di Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya UI (Universitas Indonesia), Kampus UI Depok, Jawa Barat, Indonesia. Penulis dapat dihubungi, dengan alamat emel di: zeffry_al@yahoo.comHow to cite this article? Alkatiri, Zeffry. (2013). “Menghilangnya Tradisi Bersyair pada Masyarakat Keturunan Arab di Pesisir Utara Pulau Jawa” in SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, Vol.1(2), September, pp.125-138. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press and UBD Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, ISSN 2302-5808. Chronicle of the article: Accepted (May 20, 2013); Revised (July 27, 2013); and Published (September 30, 2013).
Kebijaksanaan Kesultanan Sulu dalam Mengurustadbir Sumber Ekonomi di Pantai Timur Borneo Utara, 1704 – 1878 Ali, Ismail
SUSURGALUR Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : SUSURGALUR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.123 KB)

Abstract

IKHTISAR: Sejarah pemerintahan Kesultanan Sulu di Kalimantan Utara (Borneo Utara) bermula apabila Sultan Brunei menyerahkan sebahagian daripada jajahannya, dari Kimanis hingga selatan Sungai Sibucu, kepada Sultan Sulu pada tahun 1704. Sememangnya, pada abad ke-17 lagi telah memperlihatkan kemunculan Sulu yang berpusat di Jolo, sebagai sebuah kerajaan maritim yang cukup berpengaruh dalam menguasai hal-ehwal kelautan, terutamanya di Laut Sulu dan juga di Laut Sulawesi dan Laut Cina Selatan. Kesultanan Sulu melalui para pembesarnya telah berusaha meluaskan pengaruh “ketuanan” Sulu di Kepulauan Melayu, terutamanya di pantai timur Borneo Utara yang bukannya semata-mata untuk meluaskan pengaruh politiknya, tetapi yang lebih penting lagi mendapatkan sebanyak mungkin sumber-sumber hutan dan maritim, termasuk hamba yang boleh diperdagangkan kepada para pedagang tempatan dan antarabangsa di pelabuhan Jolo. Makalah ini mengkaji kebijaksanaan, sistem, dan struktur pentadbiran Kesultanan Sulu dalam membangunkan ekonomi di pantai timur Borneo Utara, sebelum ianya diruntuhkan oleh BNBCC (British North Borneo Chartered Company) pada tahun 1878.  KATA KUNCI: Kesultanan Sulu, Borneo Utara, ekonomi dan wilayah, kerajaan maritim, dan pengaruh ketuanan Melayu.ABSTRACT: “The Policy of the Sulu Sultanate in Managing the Economic Resources in the East Coast of North Borneo, 1704 – 1878”. The history of administration of Sulu Sultanate in North Borneo has begun when the Sultan of Brunei transfered one of her teritories to Sultan of Sulu from Kiamis to southern Sungai Sibucu in 1704. Actually, the Sulu Sultanate, with its base in Jolo, had emerged as an influential and powerful maritime government ruling over the Sulu seas as well as Sulawesi and South China seas during the 17th century. The Sulu Sultanate through its officials tried to expand the sovereignty in the Malay Archipelago, especially on the east coast of North Borneo not just for political dominance, but more importantly for natural and marine resources as well as slaves to trade with local merchants and foreign traders in the Jolo harbour. This article studies the policy, system, and governance structure of the Sulu Sultanate and its effectiveness towards developing the economies in the east coast of North Borneo, before its downfall brought forth by the BNBCC (British North Borneo Chartered Company) in 1878. KEY WORD: Sulu Sultanate, North Borneo, ecomony and region, maritime government, and Malay ruler impact.About the Author: Prof. Madya Dr. Ismail Ali ialah Pensyarah Kanan di Program Sejarah UMS (Universiti Malaysia Sabah); dan Pengarah UMS-KAL (Universiti Malaysia Sabah – Kampus Antarabangsa Labuan), Jalan Sungai Pagar, 87000 Wilayah Persekutuan Labuan, Sabah, Malaysia. Mobile: +60198994371. Emel: ismailrc@ums.edu.myHow to cite this article? Ali, Ismail. (2014). “Kebijaksanaan Kesultanan Sulu dalam Mengurustadbir Sumber Ekonomi di Pantai Timur Borneo Utara, 1704 – 1878” in SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, Vol.2(2), September, pp.189-206. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press and UBD Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, ISSN 2302-5808.    Chronicle of the article: Accepted (February 28, 2014); Revised (May 10, 2014); and Published (September 24, 2014).
Reenactment Nilai-nilai Kepahlawanan Melalui Pembelajaran Sejarah dengan Menggunakan Metode Histrionik Wardani, Dani
SUSURGALUR Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : SUSURGALUR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

IKHTISAR: Sistem pembelajaran sejarah, yang dikembangkan selama ini, tidak lepas dari pengaruh budaya belajar dan mengajar sejarah yang sering dilakukan. Model pembelajaran yang biasa dilakukan masih bersifat satu arah, yang mengakibatkan kegiatan belajar-mengajar sejarah lebih mengarah pada hafalan. Penelitian ini mencoba untuk mengkaji penerapan model pembelajaran yang lebih melibatkan peserta didik dengan menggunakan metode “histrionik” atau seni drama. Peserta didik diajak untuk menentukan salah satu peristiwa perjuangan dalam sejarah, mencari sumber dan mendalaminya, kemudian merancang, merekonstruksi, serta mengadaptasikan peristiwa tersebut menjadi suatu bentuk drama. Hasil dari sebuah pementasan drama sejarah, peserta didik mengambil pengalaman secara sosial, budaya, dan politik untuk berpartisipasi dalam struktur pendidikan sosial dari kelas studi sejarah. Peserta didik belajar tidak hanya tentang kronologi suatu peristiwa, tetapi juga belajar tentang karakter, mental, dan kegigihan para pejuang. Dalam pementasan drama, peserta didik juga belajar memahami bagaimana makna perjuangan, kegigihan, tidak mudah menyerah, isu-isu politik, dan masalah masyarakat dari zaman tersebut; dan yang lebih penting lagi, menyerap nilai-nilai kepahlawanan dari para pejuang masa lalu.KATA KUNCI: Nilai Kepahlawanan; Pembelajaran Sejarah; Metode Histrionik; Memahami dan Menghayati; Karakter Pejuang. ABSTRACT: “Reenactment of Heroism Values Through Learning History by Using Histrionics Methods”. Learning system of history, which is developed at this time, cannot be separated from the cultural influences of teaching and learning itself. Teaching models that is usually conducted on one way direction, so that could lead learners into retentive activity. The study tries to assess the application of learning models of history by using histrionics methods. Learners are invited to determine one story of the historical events, to find source then learn it well, to design as well as reconstruct the event into play or performing arts. The results from performing art of history, the learners would be expected about social, cultural, and political experiences at the term of participation in a structure of social education from history class. The learners learn not only about the chronology of events, but also the character, mental, and fighters’ persistence. When learners come on the stage, they learn how to understand struggle, heroism and perseverance, they would not be easy to surrender, and they would also learn about politics, the issues happened in society on their era; and most importantly, they realize the moral values of heroism.KEY WORD: Heroism Values; History Learning; Histrionic Method; Understanding and Internalizing; Patriots’ Characters.About the Author: Dani Wardani, M.Pd. adalah Dosen LB (Luar Biasa) Pengantar Ilmu Sejarah di UIN SGD (Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati) Bandung; dan Pendidik di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Bakti Nusantara 666, Jalan Percobaan Km.17.1 No.65 Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Indonesia. E-mail: wardani95@yahoo.co.idHow to cite this article? Wardani, Dani. (2016). “Reenactment Nilai-nilai Kepahlawanan Melalui Pembelajaran Sejarah dengan Menggunakan Metode Histrionik” in SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, Vol.4(1), March, pp.65-78. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press and UBD Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, ISSN 2302-5808.Chronicle of the article: Accepted (June 4, 2015); Revised (December 24, 2015); and Published (March 24, 2016).
Nilai-nilai Moral dalam Karya Sastra Melayu Klasik Islam: Kajian terhadap Hikayat Raja Khaibar, Hikayat Saif Zulyazan, serta Hikayat Mariam Zanariah dan Nurdin Masri Kosasih, H.E.
SUSURGALUR Vol 1, No 1 (2013):
Publisher : SUSURGALUR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.972 KB)

Abstract

Ikhtisar: Sastra klasik merupakan salah satu sumber kultural yang sangat penting. Di dalamnya terkandung nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Oleh sebab itu, untuk sampai pada pengertian yang sesunggunya, penulis membatasi pada persolan struktur sastra Melayu klasik Islam yang meliputi alur, tokoh, latar dan tema, kategori-kategori moral, dan karakteristik umumnya pada tiga karya sastra yang terpilih, yakni: “Hikayat Raja Khaibar”, “Hikayat Saif Zulyazan”, serta “Hikayat Mariam Zanariah dan Nurdin Masri”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Penelitian ini juga memusatkan perhatian pada penginferensian suatu teks, maka proses pengumpulan data dilakukan melalui teknik analiss isi. Dengan menggunakan metode tersebut sampailah pada kesimpulan bahwa karya sastra Melayu klasik Islam sarat dengan muatan moral. Nilai-nilai moral tersebut dapat dijumpai dalam alur, penokohan, latar, dan tema ceritanya. Kaidah moral yang dinyatakan di dalamnya merupakan sesuatu yang ideal, yang sangat dipengaruhi oleh sistem normatif yang berlaku dalam masyarakat kala karya tersebut tercipta.Kata kunci: Nilai-nilai moral, sastra klasik, hikayat, Melayu Islam, unsur intrinsik, analisis isi, dan tokoh ideal.Abstract: Classical literature is one of the most important cultural resources. It contained human values universally. Therefore, to come to terms with the realistic matter, the author restricted the issue of Malay Islamic literature structure, which includes the plot, characters, setting and theme, moral categories, and general characteristics of the three selected literary works, namely: the “Tale of Khaibar King”, “Tale of Saif Zulyazan”, and “Tale of Mariam Zanariah and Nurdin Masri”. This study used a descriptive as well as qualitative method. This study also focused on inferensiting a text, then, the process of data collection is done through content analysis techniques. By using these methods came to the conclusion that the classical Malay Literature laden the Islamic morals. Moral values can be found in the plot, characterizations, setting, and theme of the story. Moral rules are stated in it is an ideal, which is strongly influenced by normative system which applies in the community when the work is created.Key word: Moral values, classical literature, tales, Islamic Malay, intrinsic element, content analysis, and ideal figure.===About the Author: Dr. H.E. Kosasih adalah Dosen pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni UPI (Universitas Pendidikan Indonesia), Jalan Dr. Setiabudhi No.229 Bandung 40154, Jawa Barat, Indonesia. Alamat emel: ekos_kosasih@yahoo.comHow to cite this article? Kosasih, H.E. (2013). “Nilai-nilai Moral dalam Karya Sastra Melayu Klasik Islam: Kajian terhadap Hikayat Raja Khaibar, Hikayat Saif Zulyazan, serta Hikayat Mariam Zanariah dan Nurdin Masri” in SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, Vol.1(1), Maret, pp.11-26. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press, ISSN 2302-5808. Chronicle of the article: Accepted (January 10, 2013); Revised (February 10, 2013); and Published (March 24, 2013).
Regional Dimension of Malaysia’s Foreign Policy during the Cold War, 1957-1989: A Historical Evaluation Tajari, Arvin
SUSURGALUR Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : SUSURGALUR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT: Malaysia, like other countries in the world, has formulated her foreign policy to achieve her national interests. Foreign policy of Malaysia has been developed since the independent, and regional dimension played an important role in shaping Malaysia’s foreign policy. This article examines Malaysia’s foreign policy since the independent from the regional perspective. It is understood that Malaysia’s foreign policy is very much shaped from the Southeast Asia region, in particular ASEAN (Association of South East Asia Nations) itself. Since the independent, Southeast Asia becomes one of the major concerns in Malaysia’s foreign policy, where the region experienced major event happened directly and indirectly influenced foreign policy of the countries in Southeast Asia. In fact, regional dimension has shaped Malaysia’s foreign policy from the beginning of the independent. The study, firstly, evaluate on historical background on Malaysia’s foreign policy since the first Prime Minister, Tunku Abdul Rahman, until Dr. Mahathir Mohamad. Secondly, the study seeks to highlight main issues, orientation, and changes in Malaysia’s foreign policy by examining the different administration. Thirdly, the article seeks to look the importance of Malaysia’s foreign policy within the regional aspect. KEY WORD: Malaysia’s foreign policy, national interests, the roles of prime ministers, regional cooperation, security, and economic development.IKHTISAR: Artikel ini bertajuk “Dimensi Serantau dalam Dasar Luar Malaysia semasa Perang Dingin, 1957-1989: Satu Penilaian Sejarah”. Malaysia, seperti negara-negara lain di dunia, telah merumuskan dasar luar untuk mencapai kepentingan negara berkenaan. Dasar luar Malaysia telah dibangunkan sejak merdeka, dan dimensi serantau memainkan peranan yang penting dalam membentuk dasar luarnya. Artikel ini mengkaji dasar luar Malaysia sejak merdeka dari perspektif serantau. Difahamkan bahawa dasar luar Malaysia adalah sangat direka-bentuk oleh rantau Asia Tenggara, khususnya ASEAN (Persatuan Bangsa-bangsa Asia Tenggara) itu sendiri. Sejak merdeka, Asia Tenggara menjadi salah satu kebimbangan utama dalam dasar luar Malaysia, dimana rantau ini mengalami peristiwa besar yang berlaku secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi dasar luar negara-negara di Asia Tenggara. Malah, dimensi serantau telah membentuk dasar luar Malaysia dari permulaan kemerdekaan. Kajian ini, pertamanya, menilai tentang latar belakang sejarah dasar luar negara Malaysia sejak Perdana Menteri pertama, Tunku Abdul Rahman, sehingga Dr. Mahathir Mohamad. Keduanya, kajian ini bertujuan untuk mengetengahkan isu-isu utama, orientasi, dan perubahan dalam dasar luar Malaysia dengan memeriksa pentadbiran yang berbeza. Ketiganya, artikel ini bertujuan untuk melihat kepentingan dasar luar Malaysia dalam aspek serantau.KATA KUNCI: Dasar luar Malaysia, kepentingan negara, peranan perdana menteri, kerjasama serantau, keselamatan, dan pembangunan ekonomi.About the Author: Arvin Tajari is a Lecturer at the Faculty of Social Science and Liberal Art UCSI (University College Sedaya International), No.1, Jalan Menara Gading, UCSI Heights, Cheras 56000, Kuala Lumpur, Malaysia.  He is also as Ph.D. Candidate for Security and International Relations at the School of History, Politic, and Strategy UKM (National University of Malaysia). His e-mail address is arvintajari@gmail.com  How to cite this article? Tajari, Arvin. (2014). “Regional Dimension of Malaysia’s Foreign Policy during the Cold War, 1957-1989: A Historical Evaluation” in SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, Vol.2(1), Maret, pp.81-90. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press and UBD Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, ISSN 2302-5808, ISSN 2302-5808. Chronicle of the article: Accepted (January 12, 2014); Revised (February 15, 2014); and Published (Maret 24, 2014).
Deskripsi Struktur Frasa Adverba dalam Bahasa Melayu Berdasarkan Teks Sejarah Melayu Mosin, Musirin bin
SUSURGALUR Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : SUSURGALUR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.342 KB)

Abstract

IKHTISAR: Penelitian ini berfokus pada analisis dokumen sastera “Sejarah Melayu” dan pemerolehan data perpustakaan berkaitan struktur frasa adverba menggunakan teori sistemik-fungsional. Matlamat penelitian ialah mengenalpasti struktur frasa adverba dalam ayat. Dengan menggunakan bentuk kata selapis dan berlapis ini, data korpus berupa ayat lengkap diperolehi melalui penjanaan korpus di Pangkalan Data Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, Malaysia. Daripada analisis dokumen, didapati wujud struktur frasa adverba pada adjung pangkal, adjung tengah, dan adjung hujung ayat, yakni bercanggah dengan kedudukan frasa adverba yang diarah-tunjuk pada adjung hujung ayat. Dapatan kajian menunjukan 2,338 ayat sahaja yang benar-benar memperlihatkan kewujudan frasa adverba dalam struktur ayat teks “Sejarah Melayu”. Daripada jumlah tersebut, frasa adverba yang terletak pada adjung pangkal ialah 273 frasa (11.67%); manakala 1,881 frasa adverba (84.81%) berada pada kedudukan tengah ayat; dan adjung hujung hanya 184 frasa (7.86%). Dengan paparan data ini diharap wujud keseragaman penerimaan tentang posisi frasa adverba dalam struktur ayat bahasa Melayu.KATA KUNCI: Struktur Frasa Adverba; Ayat-ayat; Sejarah Melayu; Adjung Pangkal; Adjung Tengah; Adjung Hujung. ABSTRACT: “Structure Description on Adverbial Phrases in Malay Language Based on the Text of the Malay Annals”. The research focuses on the literature analysis of “Malay Annals” and documents related to the acquisition of library data structure adverb phrases using systemic-functional theory. The goal of the research is to identify the structure of the sentence adverb phrase. By using layer and laminated form, the corpus data in the form of complete sentences obtained by raising the corpus in Database of Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, Malaysia. From the analysis of documents, adverb phrase structure is found to exist on the adjunct base, middle, and an adjunct end of a sentence, that is in conflict with the position of the adverbial phrase that instructions are directed at the end of a sentence adjunct. The findings show that only 2,338 verses that really showed the existence of adverb phrase in sentence structure of Malay Annals’ text. Of these, adverb phrase which is located at the base of the adjunct phrase is 273 (11.67%); while the adverb phrase 1,881 (84.81%) were in the center position at the end of verse; and adjunct phrase only 184 (7.86%). With this data exposure is expected to have uniformity of acceptance of the position of the adverbial phrase in the sentence structure of the Malay language.KEY WORD: Structure of Adverb Phrase; Sentences; Malay Annals; Adjunct Base; Adjunct Middle; Adjunct End. About the Author: Dr. Musirin bin Mosin ialah Pensyarah di Fakulti Psikologi dan Pendidikan UMS (Universiti Malaysia Sabah), Jalan UMS, 88400 Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia. Bagi urusan sebarang akademik, penulis boleh dihubungi secara terus melalui emel di: m_musirin@yahoo.comHow to cite this article? Mosin, Musirin bin. (2015). “Deskripsi Struktur Frasa Adverba dalam Bahasa Melayu Berdasarkan Teks Sejarah Melayu” in SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, Vol.3(2), September, pp.229-246. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press and UBD Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, ISSN 2302-5808.Chronicle of the article: Accepted (March 6, 2015); Revised (June 25, 2015); and Published (September 30, 2015).
Transformasi Konsep Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia: Dari Politik Dinasti ke Politik Pendidikan Farisi, Mohammad Imam
SUSURGALUR Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : SUSURGALUR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

IKHTISAR: Bhinneka Tunggal Ika adalah sebuah produk politik kerajaan atau negara untuk membangun toleransi kehidupan beragama. Artikel ini menganalisis dan mendeskripsikan tentang pembelajaran konsep Bhinneka Tunggal Ika yang terdapat dalam buku-buku teks IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) di SD (Sekolah Dasar). Analisis menggunakan metode kualitatif-interpretif yang memfokuskan pada analisis isi “narasi-narasi tekstual” di dalam enam buku teks elektronik IPS-SD kelas I hingga VI SD dan MI (Madrasah Ibtidaiyah), yang telah dinilai dan ditetapkan kelayakannya oleh BSNP – KEMENDIKBUD RI (Badan Standar Nasional Pendidikan – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia) sebagai buku pegangan siswa. Hasil analisis menunjukkan bahwa buku-buku teks IPS-SD telah melakukan ekstrapolasi konseptual dan fungsional tentang konsep Bhinneka Tunggal Ika pada aspek sosial, ekonomi, budaya, dan seni di dalam kehidupan personal, keluarga, sekolah, masyarakat sekitar, dan negara-bangsa. Ia juga mampu mengubahnya dari sebuah doktrin politik kerajaan atau kenegaraan menjadi sebuah doktrin pendidikan; dan dari konsep ideologis untuk kepentingan politik kerajaan atau kenegaraan menjadi konsep pedagogis untuk kepentingan dan tujuan pendidikan kewarganegaraan.KATA KUNCI: Bhinneka tunggal ika, ekstrapolasi dan transformasi, doktrin politik kerajaan, ilmu pengetahuan sosial, siswa sekolah dasar, dan pendidikan kewarganegaraan.ABSTRACT: “The Transformation of Unity in Diversity Concept in Indonesia: From Politic of Dinasty to Politic of Education”. Unity in diversity is a political product of dynasty or state for building a religious tolerance. This paper analyses and describes on teaching the concepts of unity in diversity in the Social Studies textbooks at Elementary School, by using a qualitative-interpretive method. It focuses on to the content analyses of “textual narrations” in the six electronic textbooks of Social Studies at grade I to VI of Elementary School and MI (Islamic Elementary School), which have evaluated and justified by National Education Standards Agency, Ministry of Education and Culture of the Republic of Indonesian, as the student’s handbook. The results of analyses show that Social Studies textbooks at the Elementary School made conceptual and functional extrapolations about unity in diversity of social, economic, culture, and arts aspects in personal, family, school, surround community, and the nation-state live. It is also able to change of it from a dynasty or state political doctrine to the educational doctrine; and from an ideological concept for dynasty purposes to a pedagogical concept for citizenship education purposes.KEY WORD: Unity in diversity, extrapolation and transformation, kingdom political doctrine, social studies, elementary school students, and citizenship education.About the author: Dr. Mohammad Imam Farisi adalah Dosen Jurusan Pendidikan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UPBJJ-UT (Unit Pendidikan Belajar Jarak Jauh – Universitas Terbuka) Surabaya, Kampus C UNAIR (Universitas Airlangga) di Kota Surabaya 60115, Jawa Timur, Indonesia. Untuk kepentingan akademik, penulis bisa dihubungi dengan alamat emel: imamfarisi@ut.ac.idHow to cite this article? Imam Farisi, Mohammad. (2015). “Transformasi Konsep Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia: Dari Politik Dinasti ke Politik Pendidikan” in SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, Vol.2(2), Maret, pp.129-146. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press and UBD Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, ISSN 2302-5808.   Chronicle of the article: Accepted (October 9, 2014); Revised (December 9, 2014); and Published (March 24, 2015).