cover
Contact Name
Rina Setiana
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.keperawatan@ui.ac.id
Editorial Address
Faculty of Nursing, Universitas Indonesia, Indonesia
Location
Kota depok,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Keperawatan Indonesia
Published by Universitas Indonesia
ISSN : 14104490     EISSN : 23549203     DOI : https://doi.org/10.7454/jki
Core Subject : Health,
Focus and Scope Jurnal Keperawatan Indonesia (JKI, or Nursing Journal of Indonesia) contributes to the dissemination of information related to nursing research and evidence-based study on urban nursing issues in low-middle income countries. The scope of this journal is broadly multi-perspective in nursing areas such as Nursing Education, Clinical Practice, Community Health Care, Management and Health System, Health Informatics, and Transcultural Nursing, with a focus on urban nursing issues in low-middle income countries. JKI is committed to communicating and being open to the discussion of ideas, facts, and issues related to health across a wide range of disciplines. The journal accepts original research articles, synthesized literature, and best practice reports or case reports that use the quantitative, qualitative, or mixed-method approach. JKI adheres to journalistic standards that require transparency of real and potential conflicts of interest that authors and editors may have. It follows publishing standards set by the International Committee of Medical Journal Editors (ICMJE), the World Association of Medical Editors (WAME), and the Committee on Publication Ethics (COPE). Letters and commentaries about our published articles are welcome. All submitted contributions will undergo a blind peer-review process according to appropriate criteria.
Articles 640 Documents
Fungsi Pengarahan Kepala Ruang dan Ketua Tim Meningkatkan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Achmad Sigit S; Budi Anna Keliat; Rr. Tutik Sri Hariyati
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 14 No 2 (2011): Juli
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v14i2.313

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh fungsi pengarahan kepala ruang dan ketua tim terhadap kepuasan kerja perawatpelaksana di unit rawat inap. Metode penelitian adalah quasi experiment dengan desain pre-post test design with controlgroup. Data diambil sebelum dan sesudah dilaksanakan pelatihan, bimbingan dan pendampingan fungsi pengarahan (operan,pre conference, post conference, iklim motivasi, supervisi dan delegasi) pada kepala ruang dan ketua tim. Sampel penelitiandiperoleh secara purposive sampling, terdiri dari 35 perawat pelaksana sebagai kelompok intervensi dan 40 perawat pelaksanasebagai kelompok kontrol. Instrumen untuk mengukur kepuasan kerja menggunakan Minnesota Satisfaction Questionnaireberjumlah 36 pernyataan. Hasil penelitian didapatkan kepuasan kerja perawat pelaksana yang mendapat pengarahan dari kepalaruang dan ketua tim yang sudah memperoleh pelatihan, bimbingan dan pendampingan meningkat lebih tinggi secara bermaknadibandingkan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana yang mendapat pengarahan dari kepala ruang dan ketua tim yang tidakdilatih fungsi pengarahan (p= 0,000; = 0,005). Fungsi pengarahan bila dilaksanakan secara konsisten oleh kepala ruang danketua tim, berpeluang meningkatkan kepuasan kerja sebesar 67,40% dan diperkirakan mampu meningkatkan nilai kepuasanperawat pelaksana sebesar 16.746 poin setelah dikontrol jenis kelamin. Rumah sakit dapat mengupayakan dan meningkatkankondisi kepuasan kerja perawat pelaksana secara berkelanjutan dengan mengimplementasikan fungsi pengarahan agar dapatmemberikan asuhan keperawatan berkualitas tinggi.Kata Kunci: kepala ruang, kepuasan kerja, ketua tim, pengarahan, perawat pelaksanaAbstractThe aim of this study was to investigate the influence of directing function of nurse unit manager and team leader to the nursejob contentment among staff nurses. The research method was a quasi experiment, pre-post test with control group design.The data gathered before and after the directing function (hand over, pre conference, post conference, motivational climate,supervision and delegation) had trained and guided to the nurse unit manager and team leader. The samples were 75respondents, determined by purposive sampling. They were 35 nurse staffs (experimental group) and the others (controlgroup). The instrument was a questionnaire consisted 36 of Likert scale statements adopted from Minnesota SatisfactionQuestionnaire. The result showed that the level of nurse job satisfaction in the experimental group increased higher significantlythan the control group (p= 0.000; = 0.005). Putting the directing function into action consistently in the daily nursingpractice improved the probability of the nurse job satisfaction level about 67.40% and enhanced it around 16.746 point. Theday-to-day maintaining their job satisfaction level should be done through directing function so that they will deliver highqualitynursing care.Keywords: directing, job satisfaction, nurse team leader, nurse unit manager, staff nurse
The Influence of Self-efficacy on The Relationship Between Depression and HIV-related Stigma with ART Adherence Among The Youth in Malawi Eric Umar; Judith A Levy; Geri Donenberg; Mary Ellen Mackesy-Amiti; Hening Pujasari; Robert C Bailey
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 22, No 2 (2019): July
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v22i2.952

Abstract

 Depression and HIV-related stigma, among other factors, have been inversely linked independently with adherence to antiretroviral therapy (ART) among the youth. However, the processes through which the various factors influence this relationship is not fully known. Guided by Social Action Theory, we examined the interactive mechanisms through which depression, HIV-related stigma, and self-efficacy influenced ART adherence and whether or not these relationships are moderated by gender. A total of 450 HIV-positive youth (13–24 years) in Malawi receiving ART participated in this cross-sectional study. Moderated mediation analyses were conducted using Hayes’ PROCESS macro 2.11 in SPSS. ART adherence was measured by pill count. Findings showed that self-efficacy mediated the effects of depression and stigma on ART adherence. The analyses also revealed that gender moderated both the direct and indirect influence of depression and stigma (via self-efficacy) on ART adherence. Furthermore, self-efficacy simultaneously mediated and moderated the relationship between stigma and ART adherence. The interactive mechanisms through which various factors influence ART nonadherence must be considered to design effective interventions. To reduce the impact of depression and stigma on ART adherence, medication self-efficacy should be bolstered while taking gender in consideration. Keywords: Adolescent, Antiretroviral adherence, Malawi, Moderated mediation, Social action theory, Youth Abstrak Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Hubungan antara Depresi dan Stigma HIV dengan Kepatuhan Terapi ART pada Remaja di Malawi. Depresi dan stigma HIV, di antara faktor-faktor lain, berhubungan terbalik secara independen dengan kepatuhan terapi antiretroviral (ART) pada remaja. Akan tetapi, dalam prosesnya faktor yang memengaruhi hubungan ini belum sepenuhnya diketahui. Berdasarkan Teori Perilaku Sosial, penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengkaji mekanisme interaktif depresi, stigma HIV, dan efikasi diri yang memengaruhi kepatuhan ART, dan untuk mengetahui apakah hubungan ini dimoderasi oleh gender atau tidak. Sebanyak 450 remaja dengan HIV-positif (13–24 tahun) di Malawi yang menerima ART ikut berpartisipasi dalam penelitian potong lintang ini. Analisis mediasi moderated dilakukan dengan menggunakan Hayes 'PROCESS macro 2.11 pada SPSS. Kepatuhan ART diukur menggunakan jumlah pil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri memediasi efek depresi dan stigma pada kepatuhan ART. Hasil analisis juga mengungkapkan bahwa jenis kelamin memoderasi pengaruh langsung dan tidak langsung dari depresi dan stigma (melalui efikasi diri) terhadap kepatuhan ART. Lebih lanjut,efikasi diri secara bersamaan mediasi dan moderasi hubungan antara stigma dan kepatuhan ART. Mekanisme interaktif dengan berbagai faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan ART harus dipertimbangkan untuk merancang intervensi yang efektif. Untuk mengurangi dampak depresi dan stigma terhadap kepatuhan ART, efikasi diri pengobatan harus didukung saat mempertimbangkan jenis kelamin. Kata kunci: Kepatuhan antiretroviral, Malawi, Mediasi tingkat menengah, Teori Perilaku Sosial, Remaja
Balutan Parcel Alternatif Penatalaksanaan Fistula Gastrointestinal pada Luka Dehiscence: Studi Kasus Debie Dahlia
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 11 No 2 (2007): September
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v11i2.190

Abstract

AbstrakFistula merupakan saluran abnormal antara lumen organ berongga dengan organ berongga lainnya atau dengan kulit. Fistula gastrointestinal terjadi sebagai akibat dari komplikasi pascapembedahan abdomen dan manifestasi sekunder dari proses patologi intraabdomen. Fokus penatalaksanaannya pada upaya mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mengistirahatkan intestin dan mendukung nutrisi, pengobatan medis, melindungi kulit sekitar luka, dan menampung cairan fistula. Strategi menampung cairan fistula merupakan komponen utama pada penatalaksanaan fistula non pembedahan. Studi kasus ini menggambarkan upaya\untuk menampung cairan fistula, memberikan kenyamanan, memfasilitasi penyembuhan luka, dan melindungi kulit sekitar luka seorang laki-laki berusia 66 tahun dengan luka dehiscence dan fistula di dalam luka. AbstractA fistula is an abnormal passage between the lumen of a hollow viscous organ and another hollow organ or the skin. Gastrointestinal fistula present as devastating complication following postoperative abdominal surgery and as secondary manifestation due to primary intra-abdominal pathologic processes. Management challenges focus on maintaining fluid and electrolyte balance, providing bowel rest and nutrition support, initiating medication treatment, ensuring skin protection, and containing the fistula effluent. Containing the fistula effluent is a key component of non-surgical fistula management. Following extensive abdominal surgery, the wound of a 66 years old man dehisced and a gastrointestinal fistula formed inside the wound. This case study describes efforts to contain fistula drainage, while providing comfort, facilitating wound healing, and protecting the periwound skin.
Peningkatan Pengetahuan dan Kepatuhan Melakukan Kebersihan Tangan melalui Pelatihan dengan Fluorescence Lotion Grace Solely; Hanny Handiyani; Tuti Nuraini
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 18 No 2 (2015): Juli
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v18i2.413

Abstract

Kebersihan tangan dapat mencegah Health Care Associated Infections (HAIs) dan meningkatkan keselamatan pasien. Penggunaan fluorescence lotion pada pelatihan kebersihan tangan merupakan metode pembelajaran dengan menggunakan experiential learning yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan perawat dalam kebersihan tangan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh program pelatihan kebersihan tangan terhadap pengetahuan dan kepatuhan perawat dalam kebersihan tangan. Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan quasy experiment dengan metode pre test-post test designs with comparison group. Sampel dalam penelitian adalah 32 perawat pelaksana untuk kelompok intervensi dan 38 perawat pelaksana untuk kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan dan kepatuhan kebersihan tangan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah pelatihan kebersihan tangan (p< 0,001, CI pengetahuan= 2,061; 3,541, CI kepatuhan= 6,792; 10,929). Pelatihan kebersihan tangan perlu dilakukan berkesinambungan. Abstract Fluorescence Lotion Training Increases Knowledge and Conformity in Hand Hygiene. Hand hygiene prevents Health-Care-Associated Infections (HAIs) and improves patient safety. The use of fluorescence lotion in hand hygiene training is the implementation of a learning method that use experiential learning to improve the level of knowledge and conformity of nurses in maintaining hand hygiene. The research objective is to identify the influence of hand hygiene training program on the level of knowledge and conformity of nurses in maintaining hand hygiene. The research is quasy experiment research using pretest-posttest design with comparison group. The research sample consists of 32 nurses in experiment group and 38 nurses in control group. The result showed a difference in the knowledge after hand hygiene training was conducted (p< 0,001, CI knowledge= 2,061; 3,541, CI conformity= 6,792; 10,929) between those in the control group and those in the experiment group. It is recommended to sustainably conduct hand hygiene training program.Keywords: conformity, fluorescence lotion, hand hygiene, knowledge, training.
“I Do Not Feel Confident and Uncomfortable Discussing Patients’ Sexuality Concerns”: A Thematic Analysis of Indonesian Nurses’ Experiences in Discussing Sexuality with Patients Hayuni Rahmah; Yati Afiyanti; Imami Nur Rachmawati; Titin Ungsianik; Tri Budiati; Wiwit Kurniawati
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 23, No 1 (2020): March
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v23i1.1173

Abstract

Despite the increasing complexity of the tasks and responsibilities in providing nursing care to patients, many Indonesian nurses may not possess adequate knowledge and skills to discuss sexuality with their patients. The purpose of this study is to explore the experience of Indonesian nurses in providing nursing care to patients regarding sexual problems. This research adopted a descriptive qualitative design to explore the experiences of Indonesian nurses in solving their patient’s sexual problems. Ten nurses working in a general hospital in Indonesia participated in this work. These nurses were interviewed extensively, and the data were transcribed and analyzed thematically. Four main themes were identified in this study: (1) Nurses believe that discussing a patient's sexual problems as part of their professional responsibility, (2) discomfort and embarrassments are barriers to providing adequate solutions to help resolve a patient's sexual problems, (3) nurses assume that most patients are not interested in discussing sexual problems because of illness, and (4) nurses do not have the confidence to discuss the patient's sexual problems. The findings of this study confirm that many nurses feel hesitant and uncomfortable when addressing patients' sexual problems. Thus, Indonesian nurses require more training related to providing nursing care to patients with sexual problems.  Abstrak “Saya Merasa Tidak Percaya Diri dan Tidak Nyaman dalam Mendiskusikan Masalah Seksual”: Analisis Tematik Pengalaman Perawat Indonesia Mendiskusikan Masalah Seksual Pasien. Terlepas dari meningkatnya kompleksitas tugas dan tanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan kepada para pasien, banyak perawat Indonesia mungkin tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk membahas seksualitas dengan pasien mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengalaman perawat Indonesia dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien terkait masalah seksual. Penelitian ini mengadopsi desain deskriptif kualitatif untuk mengeksplorasi pengalaman perawat Indonesia dalam menyelesaikan masalah seksual pasien mereka. Sepuluh perawat yang bekerja di rumah sakit umum di Indonesia berpartisipasi dalam penelitian ini. Perawat diwawancarai, kemudian data ditranskripsi dan dianalisis secara tematis. Empat tema utama diidentifikasi dalam penelitian ini: (1) Perawat percaya bahwa mendiskusikan masalah seksual pasien adalah bagian dari tanggung jawab profesional mereka, (2) ketidaknyamanan dan rasa malu adalah hambatan untuk memberikan solusi yang memadai untuk membantu menyelesaikan masalah seksual pasien, (3) perawat menganggap bahwa sebagian besar pasien tidak berminat mendiskusikan masalah seksual karena penyakitnya, dan (4) perawat tidak memiliki percaya diri untuk mendiskusikan masalah seksual pasien. Temuan penelitian ini mengkonfirmasi bahwa banyak perawat merasa ragu dan tidak nyaman ketika menangani masalah seksual pasien. Oleh karena itu, perawat Indonesia membutuhkan lebih banyak pelatihan terkait memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang memiliki masalah seksual. Kata Kunci: deskriptif kualitatif, masalah seksual, perawat Indonesia, perawatan seksual
Distribusi dan Utilisasi Lulusan: Suatu Survey Yeni Rustina
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 2 No 6 (1999): Mei
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v2i6.94

Abstract

Lulusan merupakan hasil dari proses pendidikan. Utilisasi, distribusi lulusan dan relevansi anatara pekerjaan yang ditekuni dengan pengetahuan yang di dapat selama pendidikan dapat member masukan terhadap sistem pendidikan secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi distribusi, utilisasi lulusan dan relevansi antara pekerjaan yang ditekuni dengan pendidikan yang didapat. Metodologi yang digunakan adalah berupa survey dengan menyebarkan angket kepada seluruh lulusan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia melalui pos. Pengolahan data dilakukan secara elektrik dengan menggunakan program SSP. Analisa data dibantu uji statistic univariat. Dari 461 angket yang disebar, terkumpul kembali 200 angket (43%). Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa lulusan Fakultas Imu Keperawatan Universitas Indonesia tersebar di 18 provinsi di Indonesia dengan tugas utama bidang pendidikan (70%) dan mayoritas bekerja sebagai dosen (52%) waktu tunggu untuk mendapatkan pekerjaan pertama lulusan yang berasal dari Program A mayoritas (61%) kurang dari satu bulan. Dari penelitian ini Fakultas Ilmu Keperawatan mendapatkan beberapa masukan yaitu metoda pembelajaran yang dirasakan paling menunjang keberhasilan proses belajar mengajar adalah praktek klinik (23,5%); dan diskusi kelompok (19,2%) dan perlu lebih meningkatkan mata ajar Pendidikan dalam Keperawatan, Manajemen Keperawatan, dan Riset Keperawatan. Graduate is output of an education process. Graduates utilization, distribution and its relevance between their current position and the gained knowledge during education can provide inputs to the whole education systems. This study was aimed at identifying graduates distribution, utilization and its relevance between the alumni current position and the gained knowledge. The methodology in this study was a survey. Data were collected by sending mailed questionnaires to all graduates of the Faculty of Nursing University of Indonesia throughout the country. The data was analyzed electrically by SSP program. Univariate statistical tests were employed to analyze the data. Four hundred sixty one mailed questionnaires were sent to alumni of Program A & B, and 200 questionnaires were returned (43%). The findings indicated that the graduates of the Faculty of Nursing of University of Indonesia who spread out in 18 provinces in Indonesia have been working in the field of education (70%) and the majority position as faculty members (52%). The waiting period to get the first job for those who were graduated from Program A (61%) was less than 1 month. Through this study, the Faculty of Nursing UI. The inputs identified the methods of learning process which were assumed as very encouraging ways for successful teaching learning processes. There were clinical practice (23,5%) and group discussion (19,2), mean while the courses which were significantly needed to be improved were Leadership & Management in Nursing and Nursing Research.
Family Caregivers’ Preparedness with Death And Dying: An Ethnographic Study Erna Rochmawati; Rick Wiechula
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 26 No 2 (2023): July
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v26i2.1095

Abstract

Death and dying is a complex process and influenced by belief and culture. Understanding the cultural practice is therefore important to enable providing quality end-of-life care. This paper focus in reporting how family caregivers prepare and deal with death and dying within palliative care context. This study was a contemporary ethnographic study that deriving data from observations and informal interviews. Field observation and informal interviews were conducted over three months with 21 patients’ relatives. Data was analyzed using ethnographic data analysis framework. Dealing with death and dying relates to how this was experienced and managed by the patient’s relatives. Three subthemes emerged: secret, ritual practices at end- of-life, and respect. Ritual practices at end-of-life demonstrate how religious and cultural influence during the event. The findings of the current research have identified the practice during death and dying of family caregivers that include fulfilment of patient’s wishes. An understanding of integral cultural element to death and dying is important to enable providing quality palliative care and end-of life care.   Abstrak Kesiapan Keluarga dalam Kematian dan Akhir Hayat: Penelitian Etnografi. Kematian dan akhir kehidupan adalah proses yang kompleks, dan dipengaruhi oleh kepercayaan dan budaya. Oleh karena itu, memahami praktik budaya penting untuk dapat memberikan perawatan akhir kehidupan yang berkualitas. Penelitian ini berfokus dalam melaporkan bagaimana keluarga mempersiapkan dan menangani kematian dan kematian dalam konteks perawatan paliatif. Penelitian ini merupakan penelitian etnografi kontemporer yang mengambil data dari observasi dan wawancara informal. Observasi lapangan dan wawancara informal dilakukan selama tiga bulan dengan 21 kerabat pasien. Analisis data menggunakan kerangka analisis data etnografi. Berurusan dengan kematian dan sekarat berkaitan dengan bagaimana hal ini dialami dan dikelola oleh kerabat pasien. Tiga subtema muncul; rahasia, praktik ritual di akhir kehidupan dan rasa hormat. Praktik ritual di akhir hayat menunjukkan bagaimana pengaruh agama dan budaya selama acara berlangsung. Temuan penelitian saat ini telah mengidentifikasi bagaimana praktik selama kematian dan sekarat pengasuh keluarga. Pemahaman tentang elemen budaya integral kematian dan sekarat penting untuk memungkinkan memberikan perawatan paliatif berkualitas dan perawatan akhir hidup. Kata kunci: agama/spiritualitas, akhir kehidupan, etnografi, keluarga yang merawat, kematian dan akhir hayat, praktik ritual
Kritik Pada Penelitian Kualitatif Junaiti Sahar
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 12 No 3 (2008): November
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v12i3.222

Abstract

AbstrakPenelitian merupakan proses menjawab keingintahuan dengan menjawab pertanyaan atau menyelesaikan masalah. Artikel ini ditujukan untuk memberikan wawasan kepada pembaca bagaimana melakukan telaahan hasil penelitian melalui kritik penelitian. Penelitian dilakukan melalui tahapan sistematis dan dilaporkan secara jelas dan terinci. Laporan dan atau artikel suatu penelitian dianggap layak untuk diimplementasikan apabila hasilnya telah melalui proses pengujian yang teliti dan mendalam, yang disebut kritik penelitian. Kritik penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan sepuluh elemen dan kriteria yang telah dirumuskan para ahli penelitian kualitatif. Kesepuluh elemen tersebut mencakup: topik, tujuan, disain atau pendekatan, deskripsi informan/ partisipan, metode pengumpulan data, metode analisis data, hasil penelitian, simpulan, dan rekomendasi. Setiap elemen memiliki kriteria sebagai indikator. Kebenaran laporan penelitian atau artikel perlu ditelaah dengan teliti dan kritis untuk mendapatkan pemahaman yang luas, menetapkan fakta yang dapat digunakan dalam praktik, dan sebagai dasar penelitian berikutnya. AbstractResearch is a method to answer questions or to solve problems. This article addresses to enrich the readers how ro review a research report through critique research. Research is conducted by a systematic set of procedures and steps and to be clearly and detail reported. Report and/ or article resulted from a research will be considerably feasible implemented whenever the result of study has been reviewed through an accurate and deepen process of assessment or examination which is called critique research. Critique research can be taken by using ten elements and criteria formulated by qualitative research experts. The ten elements include: topic, purpose, design or approach, informant/ participant description, method of data collection, data analysis, findings, conclusion and recommendation. Each element has criteria as an indicator. Therefore, the authenticity of the research report and or articles need to be assessed by careful critical analysis as to broaden the understanding, determine evidence for use in practice and provide a background for conducting further research study.
Gambaran Fungsi Afektif Keluarga dan Perilaku Seksual Remaja Yesi Gustiani; Titin Ungsianik
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 19 No 2 (2016): Juli
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v19i2.459

Abstract

Remaja  adalah populasi yang rentan mengalami masalah seksual dan perlu mendapat perhatian khusus. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran fungsi afektif keluarga dan perilaku seksual remaja di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di Kota Depok. Metode penelitian ini adalah deskriptif sederhana dengan desain cross sectional, melibatkan 114 siswa yang dipilih dengan cluster sampling. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen perilaku remaja dan instrumen fungsi afektif keluarga yang dimodifikasi dari penelitian sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki fungsi afektif keluarga adekuat dan perilaku seksual remaja berisiko rendah. Direkomendasikan adanya konseling fungsi afektif keluarga kepada orangtua serta penyuluhan kesehatan reproduksi pada siswa dan siswi oleh tenaga kesehatan untuk menghindari perilaku seksual berisiko pada remaja.Abstract The Affective Function of the Family and the Adolescent's Sexual Behavior. Adolescent is susceptible to various sexual problems that may require special attention. The purpose of this research was to describe the family’s affective functions and the adolescent’s sexual behavior in one of public vocational high schools in Depok City. The study method was simple descriptive with cross sectional approach, involving 114 students, selected by cluster sampling. The result showed that the majority of students had an adequate family’s affective function and a low risk of adolescent’s sexual behavior. Researcher recommended parents to have a counseling of family’s affective function and health professionals to give a reproductive health education to students in order to reduce the risky sexual behaviors in adolescents. Keywords: adolescent, family’s affective functions, reproductive health, sexual behavior
Dimensi Spiritual dalam Asuhan Keperawatan Widyatuti Widyatuti
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 2 No 7 (1999): September
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v2i7.301

Abstract

Perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan manusia di era modernisasi dan globalisasi dapat menyebabkan kekecewaan dan keputusasaan pada manusia baik yang sehat maupun sakit. Manusia yang terdiri dari dimensi fisik, emosi, intelektual, social, dan spiritual dimana setiap dimensi harus dipenuhi kebutuhannya. Dari berbagai penelitian menunjukkan dimensi spiritual mempengaruhi penyembuhan pada klien yang sakit. Perawat yang bekerja digaris terdepan harus mampu memnuhi semua kebutuhan manusia termasuk juga kebutuhan spiritual klien. Berbagai cara perawat untuk memenuhi kebutuhan klien mulai dari pemenuhan makna dan tujuan spiritual sampai dengan memfasilitasi klien untuk mengekspresikan agama dan keyakinannya. Dalam memenuhi kebutuhan spiritual tersebut perawat memperhatikan tahap perkembangannya, sehingga asuhan yang diberikan dapat terpenuhi sebagaimana mestinya. Abstract  The development of aspects in human life in the area of globalization may lead to disappointment and frustration for either healthy people or for people who suffered from illness. A man composed of physical, emotional, social and spiritual dimension. An individual needs to fulfil every dimension to maintain an equilibrium in his/her life. Studies show that spiritual dimension influenced the healing process of the sick person. Nurses as the front-line staff should help the clients to meet their needs including their spiritual need. There are many ways to meet the client’s needs, such as assisting them to understand the meaning in life spiritually and the purpose of spiritual needs; facilitating the clients to express their religiosity. In order to meet the spiritual need, nurses should consider the developmental tasks of their clients, so the nursing care given will achieve the goal of nursing care.Keywords: Spirit, spiritual, development tasks, nurse’s roles.

Filter by Year

1997 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 28 No 3 (2025): November Vol 28 No 2 (2025): July Vol 28 No 1 (2025): March Vol 27 No 3 (2024): November Vol 27 No 2 (2024): July Vol 27 No 1 (2024): March Vol 26 No 3 (2023): November Vol 26 No 2 (2023): July Vol 26 No 1 (2023): March Vol 25 No 3 (2022): November Vol 25 No 2 (2022): July Vol 25 No 1 (2022): March Vol 25, No 1 (2022): March Vol 24, No 3 (2021): November Vol 24 No 3 (2021): November Vol 24 No 2 (2021): July Vol 24, No 2 (2021): July Vol 24, No 1 (2021): March Vol 24 No 1 (2021): March Vol 23, No 3 (2020): November Vol 23 No 3 (2020): November Vol 23, No 2 (2020): July Vol 23 No 2 (2020): July Vol 23 No 1 (2020): March Vol 23, No 1 (2020): March Vol 22, No 3 (2019): November Vol 22 No 3 (2019): November Vol 22, No 2 (2019): July Vol 22 No 2 (2019): July Vol 22 No 1 (2019): March Vol 22, No 1 (2019): March Vol 21 No 3 (2018): November 2018 Vol 21 No 2 (2018): Juli Vol 21 No 1 (2018): Maret Vol 20 No 3 (2017): November Vol 20 No 2 (2017): Juli Vol 20 No 1 (2017): Maret Vol 19 No 3 (2016): November Vol 19 No 2 (2016): Juli Vol 19 No 1 (2016): Maret Vol 18 No 3 (2015): November Vol 18 No 2 (2015): Juli Vol 18 No 1 (2015): Maret Vol 17 No 3 (2014): November Vol 17 No 2 (2014): Juli Vol 17 No 1 (2014): Maret Vol 16 No 3 (2013): November Vol 16 No 2 (2013): Juli Vol 16 No 1 (2013): Maret Vol 15 No 3 (2012): November Vol 15 No 2 (2012): Juli Vol 15 No 1 (2012): Maret Vol 14 No 3 (2011): November Vol 14 No 2 (2011): Juli Vol 14 No 1 (2011): Maret Vol 13 No 3 (2010): November Vol 13 No 2 (2010): Juli Vol 13 No 1 (2010): Maret Vol 12 No 3 (2008): November Vol 12 No 2 (2008): Juli Vol 12 No 1 (2008): Maret Vol 11 No 2 (2007): September Vol 11 No 1 (2007): Maret Vol 10 No 2 (2006): September Vol 10 No 1 (2006): Maret Vol 9 No 2 (2005): September Vol 9 No 1 (2005): Maret Vol 8 No 2 (2004): September Vol 8 No 1 (2004): Maret Vol 7 No 2 (2003): September Vol 7 No 1 (2003): Maret Vol 6 No 2 (2002): September Vol 6 No 1 (2002): Maret Vol 5 No 2 (2001): September Vol 5 No 1 (2001): Maret Vol 2 No 8 (1999): Desember Vol 2 No 7 (1999): September Vol 2 No 6 (1999): Mei Vol 2 No 5 (1998): Oktober Vol 1 No 4 (1998): Juli Vol 1 No 3 (1997): Desember Vol 1 No 2 (1997): Juli Vol 1 No 1 (1997): Januari More Issue