Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN EORTC QLQ-C30 DENGAN WHOQOL-BREF UNTUK MENGUKUR KUALITAS HIDUP PADA PASIEN KANKER: TELAAH LITERATUR Amalia Nur Aqmarini; Dewi Gayatri; Tuti Nuraini; Yodang Yodang
JURNAL KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH BENGKULU Vol 10 No 1 (2022): JURNAL KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH BENGKULU
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36085/jkmb.v10i1.3255

Abstract

Comparison of EORTC QLQ-C30 and WHOQOL-BREF Measurement Results to Measure Quality of Life in CancerPatients: A Literature Review. It is important for nurses to carry out assessments and evaluate the condition of cancer patients, one of them by measuring their quality of life. The aim of this literature review is to identify the results of measurements of quality of life in cancer patients using EORTC QLQ-C30 and WHOQOL-BREF. Method: Using the PRISMA principle by searching journals through databases from ProQuest, CINAHL, PubMed, and Google Scholar conducted from June - July 2020. Article search is limited from 2010-2020. Assessment of journal article quality using the Joanna Briggs Institute (JBI) checklist. Results: Of 952 journals found, there are 14 journals that fit the research criteria. Quality of life scores measured by EORTC QLQ-C30 are higher than those measured by WHOQOL-BREF. EORTC QLQ-C30 and WHOQOL-BREF have different measurement aspects. Researchers recommend using the EORTC QLQ-C30 to measure the quality of life in cancer patients.
Peningkatan Kemampuan Asertif dan Penurunan Persepsi Melalui Assertive Training Therapy pada Suami dengan Risiko KDRT Nuniek Setyo Wardani; Budi Anna Keliat; Tuti Nuraini
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 15 No 1 (2012): Maret
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v15i1.48

Abstract

Peningkatan masalah dalam rumah tangga dengan kurangnya pemecahan masalah yang baik memicu terjadinya kekerasandalam rumah tangga, baik pada usia pernikahan muda maupun tua. Tujuan penelitian ini melihat pengaruh assertive trainingtherapy (ATT) terhadap kemampuan asertif dan persepsi istri terhadap risiko kekerasan dalam rumah tangga suami. Desainpenelitian Quasi Experimental Pre-Post Test With Control Group, dengan sampel 60 orang istri dengan resiko kekerasan dalamrumah tangga. Hasil menunjukkan ATT berpengaruh meningkatkan kemampuan asertif istri sebesar 86,9% dan persepsi istriterhadap risiko kekerasan menurun 71,3%. Istri yang diberi ATT mempunyai kemampuan asertif meningkat secara bermaknadan persepsi istri terhadap risiko kekerasan dalam rumah tangga suami lebih rendah dibandingkan yang tidak diberikan ATT.Assertive Training Therapy direkomendasikan untuk istri dengan resiko kekerasan dalam rumah tangga.
Peningkatan Kemampuan Komunikasi Ibu Mengelola Emosi Anak Usia Sekolah Melalui Terapi Kelompok Assertiveness Training Evin Novianti; Budi Anna Keliat; Tuti Nuraini; Herni Susanti
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 15 No 2 (2012): Juli
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v15i2.35

Abstract

Anak usia sekolah yang belum mampu mengolah masalahnya dengan tepat, rentan berperilaku emosional. Tujuan penelitianmemperoleh gambaran pengaruh terapi kelompok Assertiveness Training (AT) terhadap kemampuan komunikasi ibu mengelolaemosi anak usia sekolah. Sampel pada kelompok intervensi dan kontrol masing-masing 32 orang. Hasil penelitianmemperlihatkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi asertif ibu pada kelompok yang mendapat AT meningkat secarabermakna (p< 0,05; α= 0,05). Pada kelompook ibu yang tidak mendapat AT, kemampuan komunikasi ibu menurun secarabermakna (p< 0,05; α= 0,05). Kemampuan anak mengelola emosi meningkat bermakna (p< 0,05; α= 0,05) yang ibunya mengikutiAT, sedangkan pada kelompok yang ibunya tidak mendapat AT menurun bermakna (p< 0,05; α= 0,05). Terapi inidirekomendasikan pada pelayanan kesehatan di masyarakat khususnya anak usia sekolah.
Gangguan Pola Tidur Pasien 2 – 11 Hari Pasca Operasi, Jakarta, 2001 Tuti Nuraini; Efy Afifah; Sri Sugiwati
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 7 No 1 (2003): Maret
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v7i1.125

Abstract

AbstrakPenelitian ini dilakukan untuk menggambarkan gangguan pola tidur pada pasien 2-11 hari pasca operasi dan tindakan yang telah dilakukan pasien agar dapat memenuhi kebutuhan tidurnya. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif eksploratif yang dilakukan pada 50 orang pasien dewasa awal dan menengah dengan 2–11 hari pasca operasi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat gangguan pada pasien 2-11 hari pasca operasi dengan berbagai penyebab terjadinya gangguan tersebut. Berbagai cara telah mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan tidurnya. Setelah dianalisis, ternyata manajemen pola tidur yang mereka lakukan masih kurang tepat. Tentunya akan lebih baik bila perawat membantu pasien memenuhi kebutuhan tidurnya, seperti dengan mengajarkan teknik relaksasi, pijat punggung/ back rub, petunjuk imaginasi/ guided imagery, batuk efektif, pengaturan jadwal tindakan perawat, dan lain-lain.AbstractSleep Pattern Disturbances in Patients with 2-11 days post operative. The purpose of this research to describe sleep pattern disturbancesw patients with 2-11 days post operative and the interventions provided for patients to support their sleeping. The methodology used descriptive exploration to 50 adult patients (early and middle adult) were 2-11 days post operative in-patient wards, Cipto Mangunkusumo Hospital. The result revered that there is sleep pattern disturbances to patients with 2-11 days post operative with variety of etiology. Analysis of the data revealed that: management of care for sleep pattern disturbance were still inappropriate. Better, if nurse helps patients to support their sleeping with teach relaxation technique, backs rub, guided imagery, effective coughing, time management intervention of nursing, etc.
Perawatan Nyeri pada Pasien Paska Operasi Herniotomi: Studi Kasus Tuti Nuraini; Enie Novieastari
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 2 No 8 (1999): Desember
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v2i8.98

Abstract

Nyeri pada pasien paska operasi merupakan nyeri akut yang belum banyak dimengerti dan tidak selalu dikelola dengan baik. Nyeri akibat operasi ini tidak hanya memiliki komponen sensori berhubungan dengan rusaknya jaringan, tetapi juga dipengaruhi oleh komponen psikososial dari pasien tersebut. Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung menganggap analgesik sebagai metoda yang penting dalam mengurangi rasa nyeri paska operasi. Padahal banyak aktifitas yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri dengan didasari pada teori pola dan “gate control theory”. Tulisan ini merupakan hasil studi kasus seorang pasien pska operasi herniotomi di sebuah Rumah sakit rujukan nasional yang berlangsung selama 3 hari. Penulisan melakukan perawatan nyeri yang meliputi pendidkan kesehatan kepada pasien tentang rasa nyeri dan cara mengatasinya seperti mengalihkan perhatian dari rasa nyeri (distraksi), meningkatka relaksasi, menggunakan panduan imaginasi; perawat berada dekat pasien saat nyeri berlangsung, menceritakan pengalaman nyeri dan cara mengatasinya pada pasien lain; dan membantu pasien memadukan pengalaman yang sangat menyakitkan dengan nyeri yang dialaminya saat ini. Pada evaluasi didapatkan hasil yang positif dimana aktivitas untuk mengatasi yeri dapat berhasil yang ditunjang oleh data antara lain : pasien mengatakan nyeri berkurang, pasien kelihatan lebih tenang dalam menghadapi rasa nyerinya, ekspresi wajah tidak menunjukkan nyeri, dan pasien termotivasi melakukan aktivitas penurunan nyeri. Post operative pain is classified as an acute pain, which sometimes has not been managed and understood well. Pain which is caused by surgery, has sensory component related to the destruction of the tissue and also influenced by psychosocial components of the patient. Most patient and health workers have a tendency to use to relieve or reduce pain based on ‘pattern theory’ and ‘gate control theory’. This paper was based on one case study of a patient undergone herniotomy who experienced post operation pain. During the study, as his nurses, the writer provided nursing interventions to reduce his pain during his three days hospitalization. In include distraction and relaxation technique, guided imagery, and also health education. This study has positive result which derived from the evaluation phase in which the patient was more relax during his pain, no pain seen on his expression, the pain score reduced, and he had strong motivation to conduct pain reduction activities.
Peningkatan Melek Kesehatan Perawat Melalui Pengarahan Kepala Ruang Menggunakan Program Internalisasi Hasil Evaluasi Belajar Perawat Munezarah Munezarah; Hanny Handiyani; Tuti Nuraini
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 22, No 3 (2019): November
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v22i3.575

Abstract

Melek kesehatan (health literacy) sangat penting bagi keselamatan perawat. Rendahnya melek kesehatan perawat merupakan salah satu faktor yang berperan pada insiden cedera jarum suntik pada perawat di rumah sakit. Upaya mengoptimalkan melek kesehatan perawat dapat dilakukan melalui pengarahan yang inovatif, yaitu melalui program internalisasi hasil evaluasi belajar perawat (Pin Hebat). Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh Pin Hebat terhadap melek kesehatan perawat, melalui metode penelitian pre-eksperiment dengan perbandingan kelompok statis (static group comparison). Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling, dengan sampel 88 perawat perawat pelaksana. Perawat pelaksana pada kelompok intervensi dinilai melek kesehatannya sesudah dilaksanakan pengarahan oleh kepala ruangan menggunakan Pin Hebat. Pada waktu yang sama kelompok kontrol langsung di nilai melek kesehatannya tanpa diberikan intervensi. Hasil penelitian dianalisa menggunakan Independen t tes menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna pada melek kesehatan perawat pelaksana (p= 0,001) setelah diterapkan pengarahan menggunakan Pin Hebat. Pengarahan kepala ruang menggunakan Pin Hebat memberi dampak pada melek kesehatan sebesar 27%. Adanya penetapan kebijakan pelaksanaan pengarahan menggunakan Pin Hebat oleh kepala ruang di rumah sakit sangat dibutuhkan agar dapat dilaksanakan secara berkelanjutan. Kata kunci: melek kesehatan, pengarahan, pin hebat Abstract Increasing Nurses’ Health Literacy Using Direction with Internalization of Nurses Study Evaluation Result “Program Internalisasi Hasil Belajar Perawat (PIN Hebat)”. Health literacy is very important for nurses’ safety. The low of nurses’ health literacy is one of the factors in increasing injury reports of needlestick injury in hospitals. The efforts to optimize nurse’s health literacy can be done through an innovative direction that is internalization of nurses study evaluation result “program internalisasi hasil evaluasi belajar perawat (Pin Hebat)”. The aim of this research was examining impact of Pin Hebat toward nurse health literacy. Research method was pre-experiment with pretest and posttest control group approach. The sampling technic was consecutive sampling, with 88 practitioner nurses as a sample. Nurse practitioner would be examined about their health literacy after giving health literacy direction by head Nurse using Pin Hebat. For knowing the result of this research was analyzed by independent t-test, and the result was found that there was a difference between after head nurse direction using Pin Hebat (p=0,001). Head nurse direction give impact up to 27%. Need the permanent regulation for this head ward direction using Pin Hebat to be done sustainably in the hospital.   Keywords: direction, health literacy, pin hebat
Penurunan Keluhan Dribbling Pasien Pasca Transurethral Resection Of The Prostate Melalui Kegel’s Excercise Abdul Madjid; Dewi Irawaty; Tuti Nuraini
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 14 No 2 (2011): Juli
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v14i2.319

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengaruh Kegel’s exercise terhadap keluhan dribbling pasien pascatransurethral resection of the prostate (TURP). Sampel penelitian adalah responden yang dirawat di RS X dan RS Y yangmemenuhi kriteria inklusi. Jumlah sampel pada kelompok intervensi sejumlah 10 responden, sedangkan kelompok kontrol 10responden. Hasil penelitian menunjukan keluhan dribbling pada kelompok intervensi berhenti mulai hari ke-13, sedangkanpada kelompok kontrol berhenti mulai hari ke-24, sehingga membuktikan ada perbedaan yang signifikan rata-rata lama keluhandribbling antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p= 0,007; α= 0,05). Penurunan lama keluhan dribbling padaresponden yang patuh melakukan Kegel’s exercise berhenti mulai hari ke-13, sedangkan pada responden yang tidak patuhberhenti mulai hari ke-20, sehingga membuktikan ada perbedaan yang bermakna rerata lama keluhan dribbling responden yangpatuh melakukan Kegel’s exercise dengan responden yang tidak patuh (p= 0,004; α= 0,05). Simpulan dari penelitian ini adalahKegel’s exercise terbukti dapat menurunkan keluhan dribbling pasien pasca TURP. Disarankan agar tiap rumah sakit dapatmenerapkan Kegel’s excercise terhadap pasien dengan keluhan dribbling pasca-TURP.Kata Kunci: Kegel’s exercise, keluhan dribbling, pasca transuretral resection of the prostate (TURP), patuh Kegel’s exerciseAbstractThis study aims to see the effect of Kegel’s exercise on Dribbling Complaint of Post Transurethral Resection of the Prostate(TURP) patient. The sample was the patients who are hospitalized in X hospital and Y hospital fulfill the inclusion criteria.There were 10 responden each for intervention and control groups. The study results show that dribbling complaint of patientin intervention group stop at day 13, while in control group stop at day 24. Thus, there is a significant difference of the averageof dribbling complaint duration between intervention and control groups (p= 0.007; α= 0.05). In addition, for the respondentsin intervention group who did the exercise regularly, the dribbling complaint stop at day 13 and those who did not do exerciseregularly the complaint stop at day 20. This is shown again that there is a significant difference of the average of dribblingcomplaint duration between those who do the exercise regularly and who do not do it regularly (p= 0.004; α= 0.05). Inconclusion, the Kegel’s’s exercise is proven can reduce the dribbling complaint of post TURP patient. It is recommended thateach hospital can apply Kegel’s excercise for patients with symptoms of post-TURP dribbling.Key words: Kegel’s’s exercise,
KUALITAS HIDUP KLIEN KANKER YANG MENERIMA PELAYANAN HOSPIS ATAU HOMECARE: SUATU ANALISIS KUANTITATIF Murtiwi Murtiwi; Elly Nurachmah; Tuti Nuraini
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 9 No 1 (2005): Maret
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v9i1.154

Abstract

AbstrakKualitas hidup menjadi masalah penting dalam pengalaman para pengidap penyakit kanker yang telah berhasil mengendalikan penyakitnya dan memperpanjang masa hidup yang harus dilaluinya (Ersek, Ferrel, Dow, & Melancon, 1997). Ironisnya, tidak banyak yang peduli dengan tingkat kualitas hidup mereka selama menghabiskan sisa hidupnya (Stetz, 1998). Pengalaman lapangan menunjukan banyak klien mengeluh dan mengemukakan harapan yang ingin didapatkan selama klien diberikan pelayanan. Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan model intervensi keperawatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup klien pengidap kanker. Pengumpulan data dilaksanakan melalui dua pendekatan yaitu kuantitatif dan kualitatif. Pada penerbitan ini, hasil penelitian ditampilkan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan tiga kuesioner untuk mengidentifikasi profil demografik klien dan pengasuh, tingkat kualitas hidup klien pengidap kanker yang menerima pelayanan hospis, serta faktor yang mempengaruhi kualitas hidup klien. Melalui data ini, dikembangkan suatu model intervensi keperawatan. Responden yang telah berpartisipasi pada penelitian ini adalah 66 orang klien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 63.7% responden didiagnosis sebagai kanker payudara dan kanker ginekologik. Sedangkan responden yang berada pada stadium III dan IV sebanyak 72.8%. Mayoritas (77.3%) responden menyatakan bahwa faktor yang sangat mempengaruhi kualitas hidup klien adalah keberadaan keluarga di samping klien. Pada uji pearson chi-square, variable jenis kanker, stadium kanker, dan pekerjaan menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kualitas hidup (p=0.04; p = 0.013; p = 0.018 dengan  = 0.05). Hasil uji regresi logistik ditemukan pekerjaan dan stadium penyakit telah berhubungan secara signifikan dengan kualitas hdup (p = 0.025 dan p = 0.021,  = 0.05). Kesimpulan dari penelitian, dukungan dan keberadaan keluarga sangat diperlukan oleh seseorang pengidap kanker dalam menjalani sisa-sisa hidupnya. Implikasi riset ditunjukkan untuk upaya meningkatkan kualitas hdup klien kanker dilihat dari aspek pemberdayaan klien, keluarga, tim kesehatan, dan fasilitas untuk mempertahankan kegiatan harian klien selama periode terminal penyakitnya.  AbstractQuality of life is an important issue among clients with cancer who had succeeded to control their illness and extend their life trajectory (Ersek, Ferrel, Dow, & Melancon, 1997). However, not so many people concern with their quality of life during their terminal period (Stetz, 1998). Field experience showed many patients complain and express what they want to expect from the service provided. The purpose of the study was to develop a nursing intervention model that can improve the quality of life of the clients with cancer. Two approaches was utilized in collecting data includes quantitative and qualitative research methodes, but on this publication only the result of quantitative research which will be presented. Three questionnaires were used in quantitative approach to identify the demographic profile of the clients and their caregiver, to identify the level of quality of life of the clients receiving hospice/ home care service, and factors that influenced the quality of life. Through this data, the development of nursing intervention model was developed. The finding showed that 63.7% of respondents were diagnosed with breast and gynecologic cancers. The respondent who had advance cancer (stages III and IV) were 72.8%. Seventy seven point three percent of respondents stated that the most influencing factor to quality of life was the presence of their family. A pearson chi-square test showed significant relationships between the type of cancer, stages, job of the clients and quality of life (p = 0.04, 0.013, 0.018 respectively with  = 0.015). A logistic regression test demonstrated that job of the clients and stadium of illness had significant relationships with quality of life of clients (p = 0.025 & 0.02,  = 0.05). The conclusion of this study was the presence and supports of family were two important factors needed by clients with cancer. The nursing implication has directed to the efforts improving the quality of the life of client daily activities during their terminal period.
Stres Sedang dan Strategi Koping Adaptif yang Dialami Pelaku Rawat Informal dalam Perawatan Paliatif Barnis Lady Mentari Alamdani; Tuti Nuraini
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 19, No 1 (2016): March
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v19i1.429

Abstract

Pelaku rawat informal berisiko untuk mengalami stres berlebih dan koping maladaptif dalam merawat klien diabetes pada perawatan paliatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres dan strategi koping pelaku rawat informal dalam perawatan paliatif. Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan melibatkan sebanyak adalah 40 pelaku rawat sebagai responden. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner PSS 14 items dan CSI-SF 32 items. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pelaku rawat mengalami stres sedang (95%) dan koping yang sering digunakan adalah koping adaptif. Tidak ada hubungan antara tingkat stres dan karakeristik pelaku rawat informal (95% CI; p >0.05). Penelitian ini merekomendasikan penyedia jasa pelayanan paliatif untuk mengevaluasi pelayanan yang ada sehingga mengurangi stres dari para pelaku rawat informal dalam perawatan paliatif. Abstract Medium Stress and its Adaptive Coping Strategy of the Informal Caregivers in Palliative Care. Informal caregivers have risks to experience excessive stress and maladaptive coping when caring patient with diabetes in palliative care. This study was conducted to describe stress and coping strategies of informal caregivers in palliative care with cross sectional design. The sample was 40 caregivers. The instrument of this study was a questionnaire PSS14item sand CSI-SF 32 items. The results showed that most of caregivers had been through moderate stress (95%) and often used adaptive coping. These result also showed that no significant relationship between level of stress and characteristic of informal caregivers (95% CI; p >0.05). Based on these results, the institutions that provide palliative care should evaluate their services to reduce stress level of informal caregivers. Keywords: coping strategies, diabetes melitus, informal caregivers, palliative care, stress
Kepuasan Pasien Diabetes Melitus terhadap Perawatan Paliatif: Tingkat Terendah pada Dimensi Tampilan Fisik Iin Nur Indah Sari; Tuti Nuraini
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 19, No 2 (2016): July
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v19i2.458

Abstract

Diabetes merupakan penyakit progresif yang tidak hanya membutuhkan perawatan kuratif dan rehabilitatif tetapi juga perawatan paliatif. Salah satu indikator penting tercapainya perawatan paliatif yang efektif adalah kepuasaan pasien. Penelitian ini dilakukan untuk menilai kepuasan pasien diabetes yang mendapatkan perawatan paliatif. Penelitian cross sectional ini melibatkan sampel pasien diabetes di balai asuhan keperawatan di Jabodetabek sebanyak 43 responden. Instrumen yang digunakan adalah modifikasi dan terjemahan Home Care Client Satisfaction Instrument-Revised (HCCSI-R), Client Satisfaction Inventory (CSI), dan Long-form Patient Satisfaction Questionnaire (PSQ-III). Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 14% responden merasa cukup puas, 60,5% merasa puas, dan 25,6% merasa sangat puas. Dimensi tampilan fisik mendapatkan nilai paling rendah dalam kepuasan pasien di antara dimensi yang lain. Hasil penelitian ini tidak menemukan adanya perbedaan antara karakteristik individu dengan tingkat kepuasan. Penelitian ini merekomendasikan kepada praktisi kesehatan untuk memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan pasien. Abstract Diabetes Mellitus Patients Satisfaction on Palliative Care: The Lowest Level on Tangibleness Dimension. Diabetes is a progressive disease that needs palliative care aside from curative and rehabilitative. Satisfaction is one of the most important indicators of palliative care, so the measurement of patient satisfaction with treatment is necessary. This study aimed to describe the level of satisfaction of patients with diabetes mellituswho received palliative care. This cross sectional study involved 43 respondents of diabetic patients in nursing care centers in Jabodetabek.  Modified and translation of Home Care Client Satisfaction Instrument-Revised (HCCSI-R), Client Satisfaction Inventory (CSI), and the Long-Form Patient Satisfaction Questionnaire (PSQ-III) was used. The results showed that 14% of respondents reported quite satisfied, 60,5% satisfied, and 25,6% very satisfied. Tangibleness dimension was achieved the lowest level of satisfaction. This research also found that there are no significant differences between the characteristics of the respondents with the level of satisfaction (p> 0,05). The study recommends healthcare practitioners to deepen their knowledge about palliative care and apply it to health services. Keywords: diabetic, palliative care, patient satisfaction