cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
Kandai
ISSN : 1907204X     EISSN : 25275968     DOI : -
Kandai was first published in 2005. The name of Kandai had undergone the following changes: Kandai Majalah Illmiah Bahasa dan Sastra (2005) and Kandai Jurnal Bahasa dan Sastra (2010). Since the name of journal should refer to the name that was registered on official document SK ISSN, in 2016 Kandai started publish issues with the name of Kandai (refer to SK ISSN No. 0004.091/JI.3.02/SK.ISSN/2006 dated February 7th, 2006, stating that ISSN 1907-204X printed version uses the (only) name of KANDAI). In 2017, Kandai has started to publish in electronic version under the name of Kandai, e-ISSN 2527-5968.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 16, No 2 (2020): KANDAI" : 10 Documents clear
STRATEGI KESANTUNAN POSITIF PRESIDEN JOKO WIDODO DALAM PIDATONYA BERKONTEKS DIPLOMASI LUAR NEGERI (The Positive Politeness Spoken by President Joko Widodo in A Context of International Diplomacy) Rangga Asmara; Widya Ratna Kusumaningrum
Kandai Vol 16, No 2 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i2.1929

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan strategi kesantunan positif Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam pidatonya berkonteks diplomasi luar negeri. Penelitian ini menggunakan ancangan pragmatis. Data dalam studi ini berupa kata, frasa, dan kalimat yang memenuhi rumusan strategi kesantunan positif yang dikembangkan oleh Brown dan Levinson (1987). Sumber data dalam penelitian ini bersumber dari video dan teks transkripsi pidato Presiden Jokowi pada Forum APEC CEO Summit dan Konferensi Asia Afrika. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dan metode simak. Teknik analisis yang dipergunakan adalah model analisis interaktif. Hasil kajian ini menunjukkan Presiden Jokowi menggunakan tiga belas substrategi kesantunan positif yang dikembangkan oleh Brown dan Levinson dalam pidatonya berkonteks diplomasi luar negeri, yaitu (1) memperhatikan kesukaan, keinginan, dan kebutuhan pendengar,      (2)membesar-besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada pendengar, (3) mengintensifkan perhatian pendengar dengan pendramatisiran peristiwa atau fakta, (4) menggunakan penanda identitas kelompok (bentuk sapaan, dialek, jargon, atau slang), (5) mencari persetujuan dengan  topik yang umum atau mengulang sebagian atau seluruh ujaran, (6) menghindari ketidaksetujuan dengan pura-pura setuju, persetujuan yang semu (psedo agreement), menipu untuk kebaikan (white-lies), dan pemagaran opini (hedging opinions), (7)  menggunakan  basa-basi (small talk) dan presuposisi, (8) menggunakan lelucon, (9) memberikan tawaran atau janji, (10) menunjukkankeoptimisan,(11) melibatkan penutur dan pendengar dalam aktivitas, (12) memberikan pertanyaan atau meminta alasan, dan (13) memberikan hadiah (barang, simpati, perhatian, kerja sama) kepada pendengar. This research aims to describe the positive politeness strategy spoken by President Jokowi in his speech in a context of international diplomacy. This study uses a pragmatic approach. The data were words, phrases and sentences in President Jokowi's speech at the APEC CEO Summit Forum and the Asia Africa Conference. The data were collected by using documentation and note-taking. These data were analyzed using an interactive analysis model. The results of this study indicated that President Jokowi used 13 positive politeness sub-strategies developed by Brown and Levinson (1987) in his speech in the context of international diplomacy, namely (1) paying attention to the likes, desires and needs of listeners, (2) exaggerating attention, approval, and sympathy for listeners, (3) intensifying the listener's attention by dramatizing events or facts, (4) using group identity markers (greeting, dialect, jargon, or slang), (5) seeking an agreement on a general topic by repeating parts or all of the utterances, (6) avoiding disagreement by pretending to agree, pseudo agreement, white-lies, and hedging opinions, (7) using small talk and presupposition, (8) using jokes, (9) giving offers or promises, (10) showing optimism, (11) involving speakers and listeners in the activities, (12) giving questions or asking for reasons, and (13) giving gifts (goods, sympathy, attention, cooperation) to the listener.
PRESERVASI NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM TRADISI LISAN TEDA MASYARAKAT KABIZU BEIJELLO MELALUI RANAH PENDIDIKAN (Preservation of Local Wisdom Teda Oral Tradition of Kabizu Beijello Community through the Domain of Education) Yuliana Sesi Bitu; R. Kunjana Rahardi
Kandai Vol 16, No 2 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i2.2195

Abstract

Penelitian ini memiliki dua tujuan yakni mendeskripsikan nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam tradisi lisan Teda pada upacara Padede Uma Kalada dan merumuskan strategi preservasi tradisi lisan Teda melalui ranah pendidikan. Analisis nilai kearifan lokal dalam penelitian ini dikaji dengan menggunakan perspektif ekolinguistik metaforis. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode simak, wawancara etnografis dan studi pustaka. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan lima nilai kearifan lokal, yakni nilai ketaatan, religius, persatuan, rekonsiliasi dan syukur. Upaya preservasi nilai kearifan lokal dalam tradisi lisan Teda melalui ranah pendidikan dapat dilakukan melalui kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan kurikuler dapat dilakukan melalui kegiatan pembelajaran bahasa dan sastra serta muatan lokal. Sementara itu, kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dengan membentuk kelompok minat dan bakat yang mengikutsertakan unsur kebudayaan di dalamnya. This research has two objectives namely to describe the values of local wisdom contained in the Teda oral tradition at the Padede Uma Kalada ceremony and to formulate a preservation strategy of the Teda oral tradition through the realm of education. The analysis of the value of local wisdom in this study is studied using a metaphorical ecolinguistic perspective. The methods used to collect data are observation, etnography interview methods and literature review. Based on the research results, it was found that there were five values of local wisdom, namely the values of obedience, religion, unity, reconciliation and gratitude. The preservation of local wisdom values in the Teda oral tradition through the realm of education can be done through curricular activities and extracurricular activities. Curricular activities can be carried out through language and literature learning activities as well as local content. Meanwhile, extracurricular activities can be carried out by forming interest and talent groups that include cultural elements in them.
KOMPOSITUM IDIOMATIS DALAM BAHASA MANDAR (Idiomatic Compound in Mandarese Language) Jerniati Indra
Kandai Vol 16, No 2 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i2.2024

Abstract

Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan kompositum idiomatis bahasa Mandar. Tulisan ini menggunakan teori morfologi struktural dengan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data: observasi,pencatatan, dan retrospeksi. Hasil kajian menunjukkan bahwa konstruksi kompositum idiomatis bahasa Mandar dapat dibentuk dari beberapa pola, yaitu pola (kata dasar+kata dasar), (kata berimbuhan+kata dasar), (kata dasar+ kata berimbuhan), (kata ulang+kata dasar), dan (kata dasar+kata ulang). Konstruksi unik ditemukan pada pola (kata berimbuhan+kata dasar), komponen kedua kompositum ini semuanya diisi oleh nama binatang yang menjadi analogi bagi bentuk, keadaan, dan sifat manusia. Muatan makna kompositum adalah solidaritas dan pendidikan di samping muatan yang bersifat positif dan negatif. Kompositum idiomatis bahasa Mandar dapat menduduki fungsi subjek, predikat, objek, dan keterangan dalam konstruksi kalimat.The writing aims at uncovering idiomatic compounds in Mandarese language. It applies structural morphology theory using descriptive qualitative through technique of collecting data such as: observation, taking note, and retrospection. Result of research shows that the construction of idiomatic compound in Mandarese language could be formed based on some patterns, namely (base form+base form), (affixes word+base form), (base form+affixes word), (repetition+base form), and (base form+repetition) patterns. Unique construction is found in (affixes word+base form) pattern, the component of both compounds consists of animal names that become analogy of form, situation and nature of human being. The meaning of compound is solidarity and education but also implies positive and negative meaning. Idiomatic compound of Mandarese language places the function of subject, predicate, object, and adverb in construction of sentence.
NILAI LINGKUNGAN DALAM CERPEN “APAKAH RUMAH KITA AKAN TENGGELAM” KARYA ANAS S MALO MELALUI TANGGAPAN MAHASISWA (KAJIAN EKOKRITIK) (Environmental Value in the Short Story “Apakah Rumah Kita Akan Tenggelam” by Anas S Malo through Student’s Responses (Ecocritical Study)) Iswan Afandi; NFN Juanda
Kandai Vol 16, No 2 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i2.2326

Abstract

Penelitian ini bertujuan, yaitu: (1) mendeskripsikan tanggapan mahasiswa dalam cerita pendek “Apakah Rumah Kita Akan Tenggelam” melalui tema dan penokohan; (2) mendeskripsikan tanggapan mahasiswa mengenai fenomena lingkungan dalam cerpen. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Data penelitian, yakni tanggapan mahasiswa. Sumber data penelitian, yakni: (1) angket; (2) teks cerita pendek diunduh secara daring melalui web lakonhidup.com. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori resepsi sastra dan teori ekokritik. Populasi penelitian berjumlah 247 mahasiswa. Sampel penelitian berjumlah 80 mahasiswa. Instrumen penelitian, yakni angket dan cerpen. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik angket, baca, dan catat. Teknik penarikan sampel, yakni teknik purposive sampling (pengambilan data secara acak). Hasil penelitian sebagai berikut: (1) tema dan penokohan. Dalam tanggapan mahasiswa ditemukan tema banjir, tema bencana alam, dan tema variatif; selanjutnya (2) fenomena lingkungan yang ditemukan dalam tanggapan mahasiswa, yakni fenomena bencana alam dan binatang. This study aimed, namely: (1) to describe students' responses in the short story "Is Our House Will Drown" through themes and characterizations; (2) describe student responses about environmental phenomena in short stories. This type of research is descriptive qualitative research. Research data, namely student responses. The sources of research data, namely: (1) questionnaire; (2) short story texts can be downloaded boldly through the web lakonhidup.com. The theory used in this research was the theory of literary reception and ecocritic theory. The population investigated was from 247 students. The research sample was 80 students. Research instruments, namely questionnaires and short stories. Data collection was carried out through questionnaire techniques, reading, and taking notes. The sampling technique used was the purposive sampling technique (random data collection). The results of the research were as follows: (1) themes and characterizations. The students' responses found themes of natural disasters and varied themes; then (2) environmental phenomena found in student responses, namely natural disasters and animals.
MOTIF GENDER DALAM TIGA CERITA RAKYAT TOLAKI (Gender Motif in Three Tolakinese Folktales) Zakiyah Mustafa Husba; Heksa Biopsi Puji Hastuti; NFN Rahmawati; NFN Uniawati
Kandai Vol 16, No 2 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i2.2104

Abstract

Cerita yang melibatkan tokoh perempuan ini memuat motif gender baik sebagai motif utama maupun motif bawahan. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini ialah bagaimana motif gender yang terkandung dalam tiga cerita rakyat Tolaki dan bertujuan mengungkap motif gender yang terdapat di dalam cerita “Wekoila”, “Haluoleo”, dan “Pasaeno”. Data berupa cerita rakyat Tolaki diperoleh melalui teknik wawancara dan penelusuran pustaka. Data dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis struktural Levi-Straus dengan mengurai mitem-mitem cerita. Selanjutnya, analisis motif dilakukan dengan fokus motif gender. Dari hasil analisis diketahui bahwa cerita “Wekoila” menunjukkan bahwa tokoh perempuan diposisikan superior. Cerita “Haluoleo” memuat bahwa tidak ada konsep baku bagi pemosisian perempuan. Sementara itu, cerita “Pasaeno” menunjukkan tokoh perempuan yang ditempatkan sebagai pihak yang diabaikan hak-haknya. Dengan demikian, motif gender dalam ketiga cerita rakyat Tolaki ini disimpulkan tidak memiliki keseragaman.Stories that involve female characters contain both genders as the primary motive and subordinate motives. The problem raised in this study was how the gender motives were contained in the three Tolaki folktales and aimed to uncover the gender motives contained in the "Wekoila", "Haluoleo", and "Pasaeno" stories. Tolaki folklore was obtained through interview techniques and library research. Data were analyzed qualitatively by using  Levi-Strauss structural analysis approach by breaking down myths. Then motive analysis was carried out with a focus on gender motives. The results of the analysis were known that the Wekoila story showed the gender motive in which female character was placed in the superior position. Haluoleo's story contained the gender motive in which there were no fixed concepts for women positioning. Meanwhile, Pasaeno's story showed the gender motive in which female characters were placed as whose rights were ignored. Thus it was concluded that the gender motives in the three Tolakinese folktales were lack of uniformity.
NEGOSIASI IDEOLOGI PUISI “KAU INI BAGAIMANA ATAU AKU HARUS BAGAIMANA” KARYA K.H. A. MUSTOFA BISRI: KAJIAN HEGEMONI GRAMSCI (The Ideological Negotiation of The Poet “Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana” Works K.H. A. Mustofa Bisri: Gramsci Hegemony Study) Heny Anggreini; Muharrina Harahap; NFN Jakaria
Kandai Vol 16, No 2 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i2.2329

Abstract

Puisi “Kau ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana” adalah bentuk perlawanan kelompok subordinat terhadap kelompok dominan (penguasa) yang melakukan penindasan dan tidak memberikan kemerdekaan (kesejahteraan) walau rakyat telah merdeka. Kelompok penguasa memberikan kebebasan kepada rakyat, tetapi juga mengekang rakyat untuk tunduk kepada perintah penguasa. Oleh karena itu, kaum intelektual (penyair) melakukan resistensi untuk keluar dari ketertindasan yang dialami oleh kaum subordinat karena sikap otoriter penguasa. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui formasi dan negosiasi ideologi puisi sehingga terjelaskan bahwa kontestasi dan negosiasi ideologi yang dilakukan penyair dalam puisinya sebagai bentuk keinginan kaum intelektual (mahasiswa, penyair, dan peneliti) untuk menjadikan rakyat kritis dan bermoral dengan memengaruhi pola pikir (cara pandang) dan pola perilakunya melalui karya sastra. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang berfokus pada analisis isi dengan menggunakan teori hegemoni Gramsci. Hasil penelitian ini adalah tokoh “aku” adalah kelompok subordinat yang juga sebagai konter hegemonik (pembawa hegemoni tandingan) atas militerisme yang dipegang oleh kelompok dominan. Gus Mus mencoba untuk menegosiasikan nasionalisme-humanis yang religius kepada rakyat melalui puisinya karena manusia memerlukan ideologi religius dalam membentuk pola pikir dan perilakunya. Namun di samping itu, Gus Mus secara tersirat menegosiasikan ideologi Pancasila yang harus dipegang kembali oleh negara dan mulai meluluhkan militerisme yang otoriter karena Pancasila merupakan dasar negara Indonesia.The poem “Kau ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana” is a form of struggle by the subordinate group to the dominant (authority holder) that suppresses freedom (wealth) despite the status of independence as a nation. The authority seems to give freedom however at the same time controlling the people for absolute obedience. In that circumstance, the intellectuals (poets) do act of resistance to escape from the oppression by the authoritarian. This research aims to see ideology formation and negotiation of the poem to explain the contestation and negotiation by the poet, as a reflection of the intellectuals (college students, poets, researchers) to stimulate a shifting point of view through literature. This research applies a descriptive qualitative method focusing on concepts of hegemony by Gramsci. The result shows that the character of “Aku” represents the subordinates and as a counter of hegemony (conveyor of counter-hegemony) against militarism by the dominant. Gus Mus tried to negotiate religious nationalist-humanism ideology to people through his poem arguing that people need religious ideology to form thoughts and behavior. Nonetheless, Gus Mus implicitly negotiated Pancasila as a state ideology to be re-embraced and shattered the authoritarian militarism because Pancasila is the foundation of Indonesia.
REFLEKSI REFORMASI PERILAKU MASYARAKAT DALAM CERPEN “KARANGAN BUNGA DARI MENTERI” KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA (Reflection on Community Behavior Reform in The Short Story “Karangan Bunga dari Menteri” by Seno Gumira Ajidarma) Ninawati Syahrul
Kandai Vol 16, No 2 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i2.1126

Abstract

Masalah yang diungkap dalam karya tulis ilmiah ini adalah bagaimanakah kritik sosial atas kebobrokan perilaku pejabat negara dan/atau anggota masyarakat yang terkandung dalam cerpen “Karangan Bunga dari Menteri” karya Seno Gumira Ajidarma? Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mendeskripsikan kritik sosial atas kebobrokan perilaku pejabat negara dan/atau anggota masyarakat yang terkandung dalam cerpen “Karangan Bunga dari Menteri” karya Seno Gumira Ajidarma. Karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif kualitatif interpretatif.  Dikaji menggunakan pendekatan sosiologi sastra dari tinjauan aspek sosial dan budaya. Data karya tulis ilmiah berupa teks narasi dan dialog dalam “Karangan Bunga dari Menteri” karya Seno Gumira Ajidarma. Teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka dengan cara menyimak dan mencatat pokok persoalan yang akan dikaji. Teknik analisis data menggunakan metode pembacaan heuristik dan hermeneutika. Hasil karya tulis ilmiah menunjukkan kritik sosial yang dimaksud adalah kritikan terhadap pemerintahan yang disajikan dengan cara yang cukup halus, tetapi terbuka. Dalam hal ini, pengarang melambangkannya dengan sosok seorang menteri yang sangat sibuk dengan urusan pekerjaannya sehingga menganggap undangan pernikahan yang dialamatkan kepadanya tidak penting. Dalam cerpen itu, tampak kepiawaian Seno Gumira Ajidarma dalam mengolah kritik sosial yang dibalut dengan alur cerita dan penokohan yang apik. Pengarang tampil sebagai sosok “hakim sosial kemasyarakatan” dalam merawat dan mengawal kehidupan masyarakat yang berbudaya. The problem revealed in this study is how is social criticism of the depravity of the behavior of state officials and / or members of the community itself contained in the short story "Garlands of Ministers" by Seno Gumira Ajidarma? This study aims to describe the social criticism of the depravity of the behavior of state officials and / or members of the community itself contained in the short story "Wreath of the Minister" by Seno Gumira Ajidarma. This study uses a descriptive qualitative interpretive method. The elaboration uses a sociological approach to literature from the viewpoint of social and cultural aspects. The research data are in the form of narrative texts and dialogues in "Garlands of Ministers" by Seno Gumira Ajidarma. Data collection techniques using literature study by listening and noting the main issues that will be decomposed. Data analysis techniques used heuristic and hermeneutic reading methods. The results showed that the social criticism concerned was criticism of government presented in a fairly subtle, but open way. In this case the author symbolizes it with the figure of a minister who is so busy with his work affairs that he considers the marriage invitation addressed to him unimportant. In this short story, Seno Gumira Ajidarma's expertise in processing his social criticism was wrapped with neat storylines and characterizations. The author appears as a figure of "social social judge" in caring for and guarding the life of a civilized society.
RELEVANSI EFIKASI DIRI TOKOH IDROES MOERIA DALAM NOVEL GADIS KRETEK UNTUK PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN (Self-Efication Relevance of Idroes Moeria in Novel Gadis Kretek for Entrepreneurship Learning ) Nadya Rizqi Hasanah Devi; Else Liliani
Kandai Vol 16, No 2 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i2.2123

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengkaji novel Gadis Kretek sebagai pembelajaran kewirausahaan. Metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan strukturalisme naratologi AJ Greimas digunakan untuk mengkajinya dengan teori psikologi efikasi diri pada tokoh Idroes Moeria. Hasil penelitian menunjukkan proses efikasi diri yang positif karena Idroes Moeria mampu menghadapi  pengalaman yang sulit dan menantang dalam perjalanan usahanya. Ida juga pintar mempelajari pengalaman orang lain. Suasana hati  buruk tidak  menjadi halangan karena ia memiliki lingkungan keluarga yang mendukung usahanya. Berdasarkan pendekatan naratologi AJ Greimas terlihat bahwa tindakan Idroes Moeria sebagai subjek telah menerima kesuksesan dari bisnis kretek sebagai objeknya. Pada aktan sender yang merupakan keinginannya untuk berwirausaha dimudahkan dengan persuasi verbal dan suasana hati yang baik sebagai helper. Opposant yang merupakan penghalang dengan berbagai pengalaman yang menantang dapat diatasi oleh Idroes Moeria dengan mudah.  Proses efikasi diri  menumbuhkan karakter yang dapat menunjang keberhasilan berwirausaha, seperti percaya diri, berani mengambil risiko, berorientasi pada hasil dan masa depan, berani berinovasi. Cara Idroes Moeria menjalankan usaha juga dapat menjadi pelajaran seperti strategi branding produk dan pemasaran.This study aims to examine the novel Kretek Girls as learning of entrepreneurship. A descriptive qualitative research method using AJ Greimas's narratology structuralism approach was used to study the psychological self-efficacy theory of Idroes Moeria character. The results showed a positive self-efficacy process because Idroes Moeria was able to deal with difficult and challenging experiences in their business journey. Ida is also good at learning other people's experiences. A bad mood is not an obstacle, because he has a family environment that supports his business. Based on AJ Greimas's narratology approach, the actions of Idroes Moeria as a subject have received success from the kretek business as its object. The sender act which is his desire to become entrepreneurs is facilitated by verbal persuasion and a good mood as a helper. Opponents that are a barrier with a variety of challenging experiences can be overcome by the Idroes Moeria easily. The process of self-efficacy fosters character that can support entrepreneurial success, such as self-confidence, risk-taking, results-oriented, and future-oriented, bold innovation. How to run a business can also be lessons like product branding and marketing strategies.
FENOMENA CAMPUR KODE DALAM NOVEL METROPOP ANTOLOGI RASA KARYA IKA NATASSA (Mixed-codes Phenomenon in the Metropop Novel of Antologi Rasa by Ika Natassa) Tania Intan; Vincentia Tri Handayani
Kandai Vol 16, No 2 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i2.1285

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap fenomena campur kode di dalam novel Antologi Rasa karya Ika Natassa dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan pendekatan sosiolinguistik. Kerangka konsep penelitian ini dilandasi oleh referensi teoretis yang mengaitkan sosiolinguistik, bilingualisme-plurilingualisme, dan alih kode-campur kode. Dari data yang dikumpulkan, terdapat wujud campur kode berupa (1) penyisipan kata yang kemudian dibagi atas kelas kata, yaitu nomina, adjektiva, konjungsi, dan interjeksi, (2) penyisipan frasa berupa frasa nominal, frasa preposisional, dan frasa adjektival, (3) penyisipan baster, (4) penyisipan klausa, dan (5) penyisipan idiom. Penelitian juga menunjukkan bahwa para tokoh dan narator di dalam novel Antologi Rasa, yaitu: Keara, Harris, dan Ruly, ditampilkan sebagai sosok-sosok muda metropolitan bilingual yang secara aktif dan konsisten menggunakan kombinasi bahasa Indonesia dan bahasa Inggris untuk berkomunikasi. Para tokoh, terutama Keara dan Harris, tampak sangat leluasa mempraktikkan campur kode, baik saat berbicara dengan tokoh-tokoh lain, maupun ketika bertutur di dalam hati. Penggunaan campur kode dapat dianggap menunjang kategorisasi dan labelisasi novel Antologi Rasa sebagai sebuah karya metropolitan-populer (metropop).This research was conducted to uncover the phenomenon of code mixing in the Ika Natassa’s novel of Antologi Rasa by using descriptive qualitative method and sociolinguistic approach. The frame of research concept  is based on theoretical references that relate sociolinguistics, bilingualism-plurilingualism, with code-mixed-code switching. From the data collected, there are mixed codes in the form of (1) word insertion which is then divided into word classes, namely nouns, adjectives, conjunctions, and interjections, (2) insertion of phrases in nominal phrases, prepositional phrases, and adjunctival phrases, (3) baster insertion, (4) clause insertion, and (5) idiom insertion. The research also shows that the characters and narrators in the novel of Antologi Rasa, namely: Keara, Harris, and Ruly, are shown as bilingual metropolitan young figures who actively and consistently use a combination of Indonesian and English to communicate. The characters, especially Keara and Harris, seem very free to practice code mixing, both when talking to other characters and speaking inwardly. The use of mixed code can be considered to support the categorization and labeling of the Antologi Rasa novel as a popular metropolitan work.
VITALITAS BAHASA TOLAKI DI KOTA KENDARI (The Vitality of Tolaki Language in Kendari) Firman A.D.; NFN Asri; NFN Sukmawati
Kandai Vol 16, No 2 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i2.2188

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui vitalitas bahasa Tolaki dalam berbagai ranah sosial. Penelitian itu berancangan kuantitatif-desktiptif dengan menggunakan dua belas indikator penelitian. Untuk mengetahui tingkat vitalitas, digunakan perhitungan frekuensi dan persentase dengan menggunakan program SPSS. Hasil pengolahan data kuantatif tersebut disinergikan dengan pengolahan data kualitatif yang diperoleh dari wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks rerata dari keseluruhan indikator berada pada angka 0,42% dengan kategori mengalami kemunduran. Namun, angka tersebut hampir mendekati posisi terancam punah. Hal tersebut didukung oleh mobilitas penutur dan etnis Tolaki ke daerah lain termasuk tinggi karena akses dan jalur transportasi yang sangat baik. Masyarakat penutur bahasa Tolaki cenderung dwibahasawan. Dalam berbagai ranah sosial, bahasa Tolaki tidak atau jarang dipergunakan. Masyarakat masih lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia. Jumlah dokumentasi mengenai bahasa Tolaki relatif sudah banyak, tetapi banyak yang belum mengetahui hasil dokumentasi tersebut karena tidak tersebar secara merata. Masyarakat Tolaki cenderung memiliki sikap positif terhadap bahasanya. Mereka merasa bangga dan menganggap bahasa Tolaki masih lebih penting dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain. Selain itu, mereka juga menghargai penutur bahasa lain dan keberadaan bahasa lain di Kendari.This research aimed to know the vitality of Tolaki language in all social domains. This was descriptive-quantitative research by using twelve research indicators. Frequency and percentage determination using SPSS program was applied to find out the level of vitality. Then, those quantitative data were synergized with the qualitative data from in-depth interview. The results showed that the average index of all indicators was 0.42% with the category is in decline. However, that number of percentages was nearing extinction. It appears as the mobility of native speakers and Tolakinese people to other regions is high since the transportation access and routes are excellent.Tolakinese people tend to be bilingual. In any social domains, Tolaki language is not or rarely used. People prefer using Indonesian. Actually, there are many documentations regarded to Tolaki language, yet many still do not know about them as they are not evenly distributed. Tolakinesspeople tend to have a positive attitude towards their language. They are proud and assume that Tolaki language is still more important than other languages. Furthermore, they also respect to the speakers of other languages and the existence of other languages in Kendari.

Page 1 of 1 | Total Record : 10