cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
Kandai
ISSN : 1907204X     EISSN : 25275968     DOI : -
Kandai was first published in 2005. The name of Kandai had undergone the following changes: Kandai Majalah Illmiah Bahasa dan Sastra (2005) and Kandai Jurnal Bahasa dan Sastra (2010). Since the name of journal should refer to the name that was registered on official document SK ISSN, in 2016 Kandai started publish issues with the name of Kandai (refer to SK ISSN No. 0004.091/JI.3.02/SK.ISSN/2006 dated February 7th, 2006, stating that ISSN 1907-204X printed version uses the (only) name of KANDAI). In 2017, Kandai has started to publish in electronic version under the name of Kandai, e-ISSN 2527-5968.
Arjuna Subject : -
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 2 (2023): KANDAI" : 11 Documents clear
KALIMAT IMPERATIF DENGAN FOKUS PASIEN DALAM BAHASA JAWA (Imperative Sentences with Patient Focus in Javanese) Suhandano, NFN
Kandai Vol 19, No 2 (2023): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v19i2.5932

Abstract

This paper discuss imperative sentences with a patient focus in Javanese, a type of imperatives that are not found in all languages of the world. Data are taken from the Javanese spoken in Yogyakarta and its surounding areas and analyzed using the distribution method by looking at the position of elements focused on the sentence structure and morphological markers on the verbs. The discussion is presented in the framework of voice system of Austronesian languages. It will be shown that there are two types of imperatives with a patient focus in Javanese. They are marked by different affixes on the verb of sentences: the suffix –(n)en and the prefix di-. Typologically the two types of imperatives come from different voice system. The imperatives which are marked by the suffix –(n)en on the verbs come from a multiple voice system and the imperatives which are marked by the prefix di- on the verb come from a two-voice system. Based on this evidence, I argue that Javanese has two types of voice system of imperatives: a multiple voice system and a two-voice system and it indicates that Javanese is being changing form a multiple voice language type to a two voice active-passive language type. Makalah ini membahas kalimat imperatif bahasa Jawa dengan fokus pasien, jenis kalimat imperatif yang tidak ditemukan dalam semua bahasa di dunia. Data diambil dari bahasa Jawa yang dituturkan di Yogyakarta dan dianalisis dengan metode distribusional, yakni dengan melihat posisi unsur kalimat yang difokuskan dalam struktur kalimat dan penanda pada verbanya. Pembahasan disajikan dalam kerangka teori sistem voice bahasa Austronesia. Hasilnya menunjukkan bahwa ada dua jenis kalimat imperatif dengan fokus pasien dalam bahasa Jawa. Kedua jenis kalimat ditandai oleh afiks yang berbeda pada verbanya: sufiks -en dan prefiks di-. Secara tipologis kedua jenis kalimat imperatif tersebut berasal dari sistem voice yang berbeda. Kalimat imperatif yang ditandai dengan sufiks –(n)en pada verba berasal dari sistem multiple voice, sedangkan kalimat imperatif yang ditandai dengan prefiks di- pada verba berasal dari sistem dua voice aktif-pasif. Berdasarkan bukti ini, saya berpendapat bahwa bahasa Jawa memiliki dua jenis sistem voice pada kalimat imperatif: sistem multiple voice dan sistem dua voice aktif-pasif. Hal ini mengindikasikan bahwa bahasa Jawa sedang dalam perubahan dari bahasa tipe multiple voice ke bahasa tipe dua voice aktif-pasif. Penelitian ini mengkaji jati diri orang Sunda yang terdapat dalam mitos Ciung Wanara. Penelitian menunjukkan model logis orang Sunda mengatasi konflik atau kontradiksi yang terjadi diantara mereka. Metode penelitian menggunakan pendekatan strukturalisme Levi-Strauss yang diasumsikan dapat memaknai mitos secara komprehensif melalui penemuan innate yang merupakan titik temu antara surface dan deep structure. Tahapan penelitiannya, yaitu: (1) pencarian data CW dibagi dalam episode dan unit; (2) dibuat deret sinkronik dan diakronik untuk menemukan surface structure; (3) Dicari deep structure dengan jalan oposisi biner; (4) Penemuan innate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 17 episode dan 49 unit. Dari hasil penyusunan tabel sinkroik dan diakronik untuk mytheme ditemukan 5 pola segitiga, yaitu: pola segitiga permaisuri, pola segitiga Mahatinggi, pola segitiga orang tua, pola segitiga kehidupan, pola segitiga alam, dan trias politika Sunda. Paling dominan terdapat dalam mitos CW yaitu pola segitiga kehidupan, pola berpikir, pola bersikap, dan pola bertindak, kekhasan jati diri orang Sunda serta penerapan dari trias politika Sunda, silih asih, silih asah, dan silih asuh.
KALIMAT IMPERATIF DENGAN FOKUS PASIEN DALAM BAHASA JAWA (Imperative Sentences with Patient Focus in Javanese)
Kandai Vol 19, No 2 (2023): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v19i2.5932

Abstract

This paper discuss imperative sentences with a patient focus in Javanese, a type of imperatives that are not found in all languages of the world. Data are taken from the Javanese spoken in Yogyakarta and its surounding areas and analyzed using the distribution method by looking at the position of elements focused on the sentence structure and morphological markers on the verbs. The discussion is presented in the framework of voice system of Austronesian languages. It will be shown that there are two types of imperatives with a patient focus in Javanese. They are marked by different affixes on the verb of sentences: the suffix –(n)en and the prefix di-. Typologically the two types of imperatives come from different voice system. The imperatives which are marked by the suffix –(n)en on the verbs come from a multiple voice system and the imperatives which are marked by the prefix di- on the verb come from a two-voice system. Based on this evidence, I argue that Javanese has two types of voice system of imperatives: a multiple voice system and a two-voice system and it indicates that Javanese is being changing form a multiple voice language type to a two voice active-passive language type. Makalah ini membahas kalimat imperatif bahasa Jawa dengan fokus pasien, jenis kalimat imperatif yang tidak ditemukan dalam semua bahasa di dunia. Data diambil dari bahasa Jawa yang dituturkan di Yogyakarta dan dianalisis dengan metode distribusional, yakni dengan melihat posisi unsur kalimat yang difokuskan dalam struktur kalimat dan penanda pada verbanya. Pembahasan disajikan dalam kerangka teori sistem voice bahasa Austronesia. Hasilnya menunjukkan bahwa ada dua jenis kalimat imperatif dengan fokus pasien dalam bahasa Jawa. Kedua jenis kalimat ditandai oleh afiks yang berbeda pada verbanya: sufiks -en dan prefiks di-. Secara tipologis kedua jenis kalimat imperatif tersebut berasal dari sistem voice yang berbeda. Kalimat imperatif yang ditandai dengan sufiks –(n)en pada verba berasal dari sistem multiple voice, sedangkan kalimat imperatif yang ditandai dengan prefiks di- pada verba berasal dari sistem dua voice aktif-pasif. Berdasarkan bukti ini, saya berpendapat bahwa bahasa Jawa memiliki dua jenis sistem voice pada kalimat imperatif: sistem multiple voice dan sistem dua voice aktif-pasif. Hal ini mengindikasikan bahwa bahasa Jawa sedang dalam perubahan dari bahasa tipe multiple voice ke bahasa tipe dua voice aktif-pasif. Penelitian ini mengkaji jati diri orang Sunda yang terdapat dalam mitos Ciung Wanara. Penelitian menunjukkan model logis orang Sunda mengatasi konflik atau kontradiksi yang terjadi diantara mereka. Metode penelitian menggunakan pendekatan strukturalisme Levi-Strauss yang diasumsikan dapat memaknai mitos secara komprehensif melalui penemuan innate yang merupakan titik temu antara surface dan deep structure. Tahapan penelitiannya, yaitu: (1) pencarian data CW dibagi dalam episode dan unit; (2) dibuat deret sinkronik dan diakronik untuk menemukan surface structure; (3) Dicari deep structure dengan jalan oposisi biner; (4) Penemuan innate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 17 episode dan 49 unit. Dari hasil penyusunan tabel sinkroik dan diakronik untuk mytheme ditemukan 5 pola segitiga, yaitu: pola segitiga permaisuri, pola segitiga Mahatinggi, pola segitiga orang tua, pola segitiga kehidupan, pola segitiga alam, dan trias politika Sunda. Paling dominan terdapat dalam mitos CW yaitu pola segitiga kehidupan, pola berpikir, pola bersikap, dan pola bertindak, kekhasan jati diri orang Sunda serta penerapan dari trias politika Sunda, silih asih, silih asah, dan silih asuh.
VARIASI LEKSIKAL BAHASA WAKATOBI: KAJIAN DIALEKTOLOGI (Lexical Variation of the Wakatobi Language: Dialectology Study) Taembo, Maulid
Kandai Vol 19, No 2 (2023): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v19i2.6017

Abstract

The Wakatobi language variations are still a subject of interesting discussion and debate, not only among language researchers, but also among the people of Wakatobi. Previous studies that have different conclusions encourage wide discussions and studies on the diversity of Wakatobi languages. This study provides an overview and concrete manifestation of this variation, especially regarding the lexical variation of the Wakatobi language. Data collection was done by interview and observation methods. The tabulated data were analyzed descriptively qualitatively using traditional dialectology theory. The results of the research show that all fields of meaning consisting of several glosses provide an overview of lexical variations at several observation points. Almost all the compared lexicons show a grouping of language variations, which were observed from different islands. This study concludes that there are four major variations (isolects) of the Wakatobi language, namely the language variations spoken on Wangiwangi, Kaledupa, Tomia, and Binongko Islands. However, not all lexicons differ from these variations (isolects). There are isolects that have the same lexicons as other isolects, such as the gloss ‘mole’, for the Waha, Mandati Lia, and Kapota areas, are not different from the Kaledupa area, but different from the Tomia area and also different from the Binongko area. Variasi bahasa Wakatobi masih menjadi bahan diskusi dan perdebatan yang menarik, tidak hanya di kalangan peneliti bahasa, melainkan juga di kalangan masyarakat Wakatobi. Penelitian terdahulu yang menghasilkan kesimpulan yang berbeda membuka lebar diskusi dan kajian kebervariasian bahasa Wakatobi. Penelitian ini memberikan gambaran dan wujud nyata adanya kebervariasian tersebut, khususnya terkait variasi leksikal bahasa Wakatobi. Penyediaan data dilakukan dengan metode cakap dan metode simak. Data yang telah ditabulasi dianalisis secara deskriptif kualitatif menggunakan teori dialektologi tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua medan makna yang terdiri atas beberapa glos memberikan gambaran variasi leksikal di beberapa titik pengamatan. Hampir semua berian yang dibandingkan memperlihatkan adanya pengelompokan variasi bahasa, yang diamati dari pulau yang berbeda. Kajian ini menyimpulkan bahwa ada empat variasi (isolek) besar bahasa Wakatobi, yaitu variasi bahasa Wakatobi yang dituturkan di Pulau Wangiwangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Namun demikian, tidak semua berian berbeda dari semua variasi (isolek) tersebut. Ada isolek yang memiliki berian yang sama dengan isolek lainnya, seperti glos ‘tahi lalat’, wilayah Waha, Mandati Lia, Kapota, tidak berbeda dengan wilayah Kaledupa, tetapi berbeda dengan wilayah Tomia dan juga berbeda dengan wilayah Binongko.
ENABLER FACTORS IN THE SURVIVAL OF “NGOKO” JAVANESE IN THE SPECIAL REGION OF YOGYAKARTA (Enabler Factors Survival Bahasa Jawa “Ngoko” di Daerah Istimewa Yogyakarta) Udasmoro, Wening; Sulistyowati, NFN; Susetyo, Jarwo; Firmonasari, Aprillia
Kandai Vol 19, No 2 (2023): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v19i2.4158

Abstract

 Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi lebih jauh alasan di balik preferensi pemilihan salah satu ragam bahasa Jawa, yakni bahasa Jawa Ngoko di kalangan siswa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas di lima wilayah kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Alasan pemilihan bahasa ini dipandang memiliki kaitan erat dengan sosialisasi bahasa yang dilakukan di lingkup keluarga, peer groups dan media, baik media sosial maupun media konvensional. Teori mengenai kerentanan bahasa dipakai untuk menganalisis sumber data. Penelitian ini menggunakan mix method, yakni dengan penelitian survei menggunakan analisis kuantitatif terhadap aspek-aspek terkait dengan alasan pemilihan bahasa dan peran subjek-subjek yang berpotensi menjadi enabler factor pemilihan bahasa Jawa Ngoko tersebut. Metode kedua adalah dengan Geographic Information system yang merupakan metode dengan fokus pada spasialitas untuk menengarai sebaran pemilihan-pemilihan bahasa Jawa di lima wilayah yang dianalisis. Penelitian ini menemukan bahwa practical reason menjadi alasan utama dari para siswa untuk menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Habitus DIY merupakan enabler factor alasan pemilihan ragam bahasa ini secara umum di jenjang sekolah yang berbeda. Selain itu, keluarga, peer groups serta sosial media memiliki potensi sebagai enabler factor yang lain meskipun membutuhkan cara dan mekanisme yang berbeda di dalam pengelolaanya. Conducted in one city and five regencies in DIY (the Special Region of Yogyakarta), this study aimed to identify the reason as to why the elementary, junior high, and high school students in these regions prefer using one Javanese register, namely ngoko, over the other registers. It is believed that this preference pertains to language socialization within the family, peer groups, and the media, both social and conventional. The theory of language vulnerability was used to analyze the data. The study employed two relevant quantitative methods. The first one includes a quantitative analysis of survey data on the background of language selection and the roles of subjects believed to be the enabler factors in the selection of ngoko. The second one is GIS (Geographic Information System) mapping to display spatial information on the distribution of Javanese register usage in the five regions. This study found that practicality is the main reason for students to use ngoko in everyday life. The habitus of DIY is an enabler factor in choosing this language variety at different school levels. Additionally, family, peer groups, and social media have the potential to be enabler factors, although it requires different ways and mechanisms to manage them.
THE RELATIONSHIP BETWEEN PERSONAL EXPERIENCES AND L2 PRAGMATIC DEVELOPMENT DURING STUDY ABROAD (Hubungan antara Pengalaman Pribadi dan Pengembangan Pragmatik Bahasa Kedua selama Studi di Luar Negeri) Tahir, Ismail; Hamzah, Aryati; Rahim, Marsela Hasan
Kandai Vol 19, No 2 (2023): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v19i2.5407

Abstract

Bahasa kedua (L2) memiliki peran penting dalam pengembangan pragmatis. Selain itu, konteks studi di luar negeri memberikan potensi untuk pengembangan kompetensi pragmatis, namun pelajar L2 mungkin tidak begitu menyerupai penutur asli. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pengalaman pribadi dan perkembangan pragmatis L2 di kalangan mahasiswa Indonesia selama belajar di luar negeri. Data dikumpulkan dari percakapan mereka di WeChat karena mahasiswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah mahasiswa Indonesia yang saat ini sedang kuliah di China. Wawancara mendalam juga dilakukan untuk mendapatkan informasi detail terkait pengalaman pribadi mereka selama studi di luar negeri. Selain itu, bahasa Inggris dan bahasa Mandarin adalah bahasa instruksi yang digunakan dalam perkuliahan sebagai komunikasi formal dan informal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa Indonesia menggunakan empat fungsi pragmatis, yaitu berterima kasih (thanking), memuji (complimenting), meminta (requesting), dan memuji diri sendiri (self-praising). Meminta (requesting) adalah strategi yang paling sering digunakan oleh mahasiswa Indonesia yang mengambil bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar perkuliahan, sementara strategi berterima kasih (thanking) merupakan strategi yang paling banyak digunakan oleh mahasiswa Indonesia yang menggunakan Bahasa Mandarin sebagai Bahasa pengantar perkuliahan. Selain itu, perkembangan pragmatis mereka selama belajar di luar negeri dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu pengetahuan pragmatis, kemahiran L2, kompetensi antar budaya dan interaksi sosial, serta variasi individu dimana faktor-faktor ini lebih banyak digunakan dalam strategi pujian (complimenting). The L2 setting plays a significant role in pragmatic development. Moreover, the study abroad context provides the potential for the development of pragmatic competence. However, L2 learners may not perform according to native speakers’ norms. The present study aims to explore the relationship between personal experiences and L2 pragmatic development among Indonesian students during study abroad. The data were collected from students’ conversations on WeChat since the participants involved in the study are Indonesian students who are currently pursuing their degrees in China. In-depth interviews were also conducted to obtain detailed information related to participants’ personal experiences during study abroad. In addition, English and Chinese are the language instructions used in classrooms for formal and informal communications. The results of the study show that Indonesian students employ four pragmatic functions, namely thanking, complimenting, requesting, and self-praising. Surprisingly, requesting is the most frequent strategy employed by Indonesian students enrolled in English, while the thanking strategy is mainly employed by Indonesian students enrolling in Chinese-taught programs. Moreover, their pragmatic development during study abroad is affected by four factors, including pragmatic knowledge, L2 proficiency, intercultural competence and social interactions, and individual variation. In contrast, these factors were highly used in complimenting strategy.
NEGOTIATING FEMINIST IDEOLOGY IN ASMA NADIA’S NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING (Negosiasi Ideologi Feminis dalam Novel Asma Nadia Assalamualaikum Beijing) Rasiah, NFN; Bilu, La
Kandai Vol 19, No 2 (2023): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v19i2.4612

Abstract

Feminis dan Islam sering dibenturkan sebagai ideologi yang berlawanan. Islam sebagai agama seringkali dipandang sebagai sumber munculnya praktik-praktik ketidakadilan terhadap perempuan. Akhir-akhir ini, ada upaya untuk menghidupkan kembali nilai-nilai Islam untuk memperkuat posisi perempuan, terutama bagi mereka yang lahir dan hidup dalam konteks budaya berbasis Islam. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap upaya negosiasi ideologi feminis dalam novel Assalamualaikum Beijing karya Asma Nadia. Feminisme multikultural digunakan sebagai perspektif dalam mengkaji isu ideologi feminis dalam novel dengan asumsi bahwa perempuan tidak diciptakan dan dikonstruksi dengan cara yang sama tetapi bergantung pada latar belakang sosial budayanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel ini menekankan kemandirian perempuan dengan mendorong mereka melalui pendidikan dan karir untuk melepaskan diri dari masalah ekonomi dan sosial. Namun, kemandirian dan kesetaraan perempuan juga harus didukung oleh nilai-nilai agama (Islam). Tampaknya novel ini melawan stereotip yang menganggap atribut agama (Islam) yang melekat pada perempuan sebagai kurungan atau bentuk subordinasi, seperti hijab dan taaruf, namun atribut tersebut justru menjadi bentuk pembebasan dan otonomi perempuan. Feminism and Islam are often viewed as opposing ideologies. Islam as a religion is seen by feminists as the source of the emergence of fraudulent practices against women. However, in the present decade, feminists have developed their ideas dealing with cultural attributes, particularly about Islamic rule on women. There has been an effort to enliven Islamic values to strengthen the position of women, especially for those who were born and live in an Islamic-based culture. This article aims to reveal the negotiation of feminist ideology in Assalamualaikum Beijing novel written by Asma Nadia. Multicultural feminism is used as a perspective in examining how feminist ideology is negotiated in the novel. The assumption that women are not created and constructed in the same social and cultural circumstances, thereby having a different way to exist in society. The results show that the novel emphasizes women's independence by encouraging women's education and career to liberate themselves from economic and social shortcomings. However, women's independence and equality must also be in line with religious (Islamic) values. It seems that the novel fights against the stereotypes of Islamic attributes attached to women as confinement or a form of subordination, such as hijab and taaruf, these attributes, on the other hand, become a form of women's self-liberation and autonomy. 
FONOLOGI GENERATIF BAHASA TOTOLI (Generative Phonology of Totoli Language) Gari, Siti Fatinah; Tamrin, NFN; B, M Asri
Kandai Vol 19, No 2 (2023): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v19i2.5624

Abstract

This study investigates the realization of segments, syllable patterns, and the characteristics of Totoloi language. Therefore, this study aims to find and describe the realization of segments, syllable patterns, and characteristics of segments of Totoli language thorugh the generative phonology theory which developed by Chomsky and Morris Halle and adapted by Schane (1993). The data was obtained using listening method through tapping, taking notes, listening to conversational engagement techniques. Then, it was analyzed using the intralingual equivalence method with the equating comparison and discriminating comparison techniques. This study found that there were 32 segments of Totoli language, namely 8 vowel segments: /o/, /ɔ/, /u/, /i/, /e/, /ɛ/, /a/, /ɐ/, /a:/, /o:/, dan /i:/; and 24 consonant segments: /p/, /b/, /ɓ/, /m/, /w/, /r/, /t/, /s/, /ɗ/, /n/, /l/, /ɽ/, /Ɉ/, /ɲ/, /j/, /k/, /g/, /ŋ/, /h/, /nɗ/, /mb/, /mp/, /ŋg/, /nt/, /nɈ/, /ɗɗ/, /kk/, /ll, /ss/, and /pp/. Totoli language had a single-margin syllable canonical pattern: V/KV/KVK. By using 14 distinctive features, it was found that all vocal segments had characteristics as follows [+Sil] and [+Son]; /m/, /n/, /ɲ/, /ŋ/, /mb/, /mp/, /nɗ/, /nt/, /nɈ/, /ŋg/, /r/, /ɽ/,/j/, /w/ had characteristics as follows [+Son]; all consonant segments, except /h/, /w/, /j/ had characteristic as follows [+Kon];  /s/, /h/ had characteristics as follows [+Kont]; only /s/ had characteristics as follows [+Strid]; /m/, /n/, /ɲ/, /ŋ/, /mb/, /mp/, /nɗ/, /nt/, /nɈ/, /ŋg/, had characteristic as follows [+Nas]; /l/, /ɽ/ had characteristics as follows [+Lat]; /p/, /b/, /ɓ/, /t/, /ɗ/, /ɗɗ/, /m/, /n/, /mb/, /mp/, /nɗ/, /nt/, /r/, /w/ had characteristics as follows [+Ant]; /t/, /ɗ/, /Ɉ/, /nɗ/, /nt/, /nɈ/, /s/, /l/, /ɽ/ had characteristics as follows [+Kor]; /i/, /i:/ had characteristics as follows [Tin]; /a/, /a:/, /ɐ/ had characteristics as follows [+Ren]; /u/, /o/, /ɔ/, /k/, /g/ had characteristics as follows [+Bel]; and /u/, /o/, /ɔ/ had characteristics [+Bul]. Feature of [+Ppt] was not found in Totoli language.  Penelitian ini menelaah satu rumusan masalah, yaitu bagaimanakah realisasi segmen, pola kanonik suku kata, dan fitur-fitur distingtif segmen bahasa Totoli? Sejalan dengan itu, penelitian ini bertujuan menemukan dan mendeskripsikan realisasi segmen, pola kanonik suku kata, dan fitur-fitur distingtif segmen bahasa Totoli melalui teori fonologi generatif yang dikembangkan oleh Chomsky dan Morris Halle dan diadaptasi oleh Schane (1992). Data diperoleh menggunakan metode simak melalui teknik sadap, catat, simak libat cakap, dan simak bebas libat cakap. Kemudian, dianalisis menggunakan metode padan intralingual dengan teknik hubung banding menyamakan dan hubung banding membedakan. Penelitian ini menemukan 39 segmen bahasa Totoli, yaitu 10 segmen vokoid: /o/, /u/, /i/, /e/, /e:/, /a/, /a:/, /o:/, /u:/, dan /i:/; dan 29 segmen kontoid: /p/, /b/, /ɓ/, /m/, /r/, /t/, /s/, /ɗ/, /n/, /l/, /ɽ/, /Ɉ/, /j/, /k/, /g/, /ŋ/, /nɗ/, /mb/, /mp/, /ŋg/, /nt/, /nɈ/, /ɗɗ/, /kk/, /ll, /tt/, /bb/, /mm/, dan /ss/. Bahasa Totoli memiliki pola kanonik suku kata margin tunggal: V, KV, KVK. Dengan menggunakan 14 fitur distingtif ditemukan bahwa semua segmen vokal bercirikan [+Sil] dan [+Son]; /m/, /mm/, /n/, /ɲ/, /ŋ/, /mb/, /mp/, /nɗ/, /nt/, /nɈ/, /ŋg/, /r/, /ɽ/,/j/, /w/ bercirikan [+Son]; semua segmen konsonan, kecuali /j/ bercirikan [+Kon]; /s/ bercirikan [+Kont]; hanya /s/ dan /ss/ bercirikan [+Strid]; /m/, /mm/, /n/, /ŋ/, /mb/, /mp/, /nɗ/, /nt/, /nɈ/, /ŋg/, bercirikan [+Nas]; /l/, /ɽ/ bercirikan [+Lat]; /p/, /b/, /ɓ/, /bb/, /t/, /ɗ/, /ɗɗ/, /m/, /n/, /mb/, /mp/, /nɗ/, /nt/, /r/ bercirikan [+Ant]; /t/, /ɗ/, /Ɉ/, /nɗ/, /nt/, /nɈ/, /s/, /ss/, /l/, /ɽ/ bercirikan [+Kor]; /i/, /i:/, /k/, /kk/ bercirikan [+Tin]; /a/, /a:/ bercirikan [+Ren]; /u/, /u:/, /o/, /o:/, /k/, /kk/, /g/ bercirikan [+Bel]; dan /u/, /u:/, /o/, /o:/ bercirikan [+Bul]. Fitur [+Ppt] tidak ditemukan dalam bahasa Totoli. 
KONSEPTUALISASI METAFORA FEMINIS DALAM MEDIA SOSIAL TWITTER: ANALISIS SEMANTIK KOGNITIF (Conceptualization of Feminist Metaphors in Social Media Twitter: Cognitive Semantic Analysis) Fatim, Al Lastu Nurul; Al Anshory, Abdul Muntaqim
Kandai Vol 19, No 2 (2023): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v19i2.5102

Abstract

There are several places in which feminist expressions can be found, including on social media platforms like Twitter. A variety can write arguments, opinions, and ideas communicated through Twitter tweets. This study aims to discover conceptual metaphors for feminist expressions that influencer Iim Fahima Jachja posted on Twitter. The listen and record method was employed to collect data. The data analysis is based on Lakoff & Johnson's (2003) theory of conceptual metaphors as well as Croft & Cruse's (2004) image schemes theory. There were 11 conceptual metaphorical data points were found, split into five structural metaphors, two orientational metaphors, and four ontological metaphors. Meanwhile, three types of schemes may be discovered in the image schemes: force schemes, identity schemes, and existence schemes. Ungkapan feminis dapat ditemukan pada berbagai wacana, termasuk media sosial seperti twitter. Berbagai tokoh dapat menuliskan ujarannya mulai dari argumen, pendapat, dan ide yang dituangkan melalui twitter. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi metafora konseptual pada ungkapan feminis yang terdapat pada twitter dari influencer Iim Fahima Jachja. Metode simak dan cata digunakan sebagai pengumpulan data. Analisis datanya didasarkan pada metafora konseptual Lakoff & Johnson (2003) dan teori skema citra Croft & Cruse (2004). Ditemukan 11 data metafora konseptual yang terbagi menjadi: a) 5 metafora struktural; b) 2 metafora orientasional; c) 4 metafora ontologis. Sedangkan, pada skema citra terdapat 3 jenis skema yang ditemukan yaitu, skema kekuatan, skema identitas, dan skema eksistensi. 
PRODUKTIVITAS MORFEMIS PADA LIRIK LAGU TULUS DALAM ALBUM MANUSIA (Morpheme Productivity in Tulus’s Lyric in Manusia Album) NH, Siti Rahajeng; Yuwono, Untung
Kandai Vol 19, No 2 (2023): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v19i2.5791

Abstract

The nature of language is dynamic. It makes the linguistics phenomena always develop and one of them is related to the formation of potential new words in Indonesian. This research starts from the creativity of Tulus in his lyrics that often did not follow the existing linguistic form. This creativity of making new words can be found in his album “Manusia”, The purpose of this research is to describe the productivity form of morphemes in Tulus’s song lyric in “Manusia” album. The album is the latest album which was released on March 3, 2022. The data used in this research is verbal lyric of ten songs (1) Tujuh Belas, (2) Kelana, (3) Remedi, (4) Interaksi, (5) Ingkar, (6) Jatuh Suka, (7) Nala, (8) Hati-Hati di Jalan, (9) Diri, and (10) Satu Kali. The data collected by simak method with detail technique are simak libat bebas cakap (SLBC), tapping, and taking a note. Meanwhile, the analysis method used is intralingual comparison (padan intralingual). The results of this research are (1) enclitic, (2) prefixes of ber-, ter, and se- which have new attachment patterns, (3) suffixes -i, and (4) pracategorial form is found alone.  Sifat bahasa yang selalu dinamis membuat fenomena kebahasaan selalu berkembang, salah satunya berkaitan dengan pembentukan kata-kata baru yang potensial dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini berangkat dari masalah bahwa kreativitas penyanyi Tulus dalam albumnya seringkali tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan yang ada, namun kata-kata yang digunakan merupakan kata-kata yang potensial. Penelitian ini akan mendeskripsikan bentuk-bentuk produktivitas morfemis yang terdapat pada lirik lagu Tulus dalam albumnya yang bertajuk Manusia. Album ini merupakan album terbaru Tulus yang dirilis pada 3 Maret 2022. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data verbal lirik sepuluh lagu yang terdapat dalam album Manusia, yakni (1) “Tujuh Belas”, (2) “Kelana”, (3) “Remedi”, (4) “Interaksi”, (5) “Ingkar”, (6) “Jatuh Suka”, (7) “Nala”, (8) “Hati-Hati di Jalan”, (9) “Diri”, dan (10) “Satu Kali”. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap, teknik sadap, dan teknik catat. Adapun metode analisisnya menggunakan padan intralingual. Bentuk-bentuk potensial yang ditemui dalam album ini adalah penggunaan bentuk (1) enklitik, (2) prefiks ber-, ter-, dan se- yang memiliki pola keterikatan baru, (3) sufiks -i, dan (4) bentuk prakategorial sebagai morfem terikat yang dijumpai berdiri sendiri.
NARASI SEJARAH KAUM EKSIL 1965 DALAM NOVEL PULANG (2012) KARYA LEILA S. CHUDORI: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA (Narrative History of Exiled 1965 in Pulang (2012) by Leila S. Chudori: A Study of Literature Sosiology) Susanto, Dwi
Kandai Vol 19, No 2 (2023): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v19i2.5145

Abstract

The novel Pulang (2012) by Leila S. Chudori presents the narrative of the victims of the 1965 tragedy. The historical facts presented the mentality of the author who presents the struggles of the exiles as a result of the 1965 tragedy. This paper aims to trace the historical narrative of the victims of the 1965 tragedy, as exiles. political. This paper used a sociological point of view, as expressed by Georg Lukacs. The object of this research is the text Pulang (2012) by Leila S. Chudori and the historical narrative in the text. The kind of data used by researcher are subjective historical narratives, the background of the spirit of the times, and descriptions of historical events. Data interpretation is carried out to find historical authenticity, historical fidelity, and local color. The results obtained are as follows (1) historical narrative from the psychological and traumatic side of the victims of the 1965 tragedy who did not receive justice, (2) historical events in the form of the spirit of the times that accompanied the change of power in Indonesia, and (3) efforts to defend and demand justice for the victims of the 1965 tragedy who were removed and not written in Indonesian conventional history. Novel Pulang (2012) karya Leila S. Chudori ini menampilkan narasi korban tragedi 1965. Fakta sejarah yang ditampilkan merupakan gagasan mentalitas dari pengarang yang menghadirkan perjuangan kaum eksil akibat tragedi 1965. Tulisan ini bertujuan untuk melacak narasi historis para korban tragedi 1965, sebagai kaum eksil politik. Tulisan ini menggunakan sudut pandang sosiologis, seperti ynag diungkapkan oleh Geogry Lukacs. Objek penelitian ini adalah teks Pulang (2012) karya Leila S. Chudori dan narasi sejarah dalam teks tersebut. Data penelitian adalah narasi historis subjektif, latar semangat zaman, dan pendeskripsian peristiwa sejarah. Interpretasi data dilakukan untuk menemukan keaslian sejarah, kesetiaan sejarah, dan warna lokal. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut (1) narasi sejarah dari sisi psikologis dan traumatis para korban tragedi 1965 yang tidak memperoleh keadilan, (2) peristiwa sejarah yang berupa semangat zaman yang menyertai perubahan kekuasaan di Indonesia, dan (3) upaya pembelaan dan menuntut keadilan bagi korban tragedi 1965 yang disingkirkan dan tidak ditulis dalam sejarah konvensional Indonesia.

Page 1 of 2 | Total Record : 11