Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

MEANING OF ‘TO TIE’ IN MUNA LANGUAGE: NATURAL SEMANTICS METALANGUAGE Taembo, Maulid
Lingual: Journal of Language and Culture Vol 3, No 5 (2015)
Publisher : Lingual: Journal of Language and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This paper aims at investigating the meaning of “to tie” in Muna language based on natural semantics metalanguage. The data were collected through interview and noting techniques. It was analyzed by using natural semantics metalanguage (NSM), an approach to investigate the meaning in the whole. The concepts of NSM like semantic prime, non-compositional polysemy, and universal syntax of meaning used to explain the meaning of “to tie”. The result of this study shows that meaning of “to tie” of Muna can be expressed by a number of lexicons and each form has certain or distinctive meaning, namely tapu, koli, langke, kantaie, ge:ge:, konde, tangkula, kinie, bhoke, kobho, dopo, songko, fekarindie, fealatie, bhontu, ghontoghe, pulo, gantue. Through NSM approach, it can be reveal that tangkula, konde, and kinie seem to have similar object (hair) with distinctive feature. While, the others have specific object and different purposes for each lexicon like ge:ge: for stomache only, langke for mad men, tapu for one thing, koli for two things, kobho for more than two things, fekarindhie and fealatie for someone who does mistakes, and other lexicon variations.
ANALYSIS OF MORPHOLOGICAL REDUPLICATION IN LOCAL MADURA POETRY Lutfitasari, Wevi; Taembo, Maulid; Maulidia Putri, Ifa
Metahumaniora Vol 14, No 1 (2024): METAHUMANIORA, APRIL 2024
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v14i1.51949

Abstract

Reduplikasi merupakan salah satu proses morfologis yang menghasilkan bentukan kata baru dan makna gramatikal pada hasil bentukan tersebut melalui pengulangan kata (Lutfitasari, 2023:35). Artinya, reduplikasi menjadi teori potensial untuk telaah makna-makna gramatikal pada bentuk pengulangan kata dalam syair lokal Madura. Syair lokal Madura memiliki makna unik sebagai penggambaran fenomena kebudayaan masyarakat Madura. Makna unik tersebut juga melekat pada bentuk pengulangan kata sebagai hasil dari proses morofologis (reduplikasi), sehingga bentukan morfologis pada syair lokal Madura menjadi tema menarik untuk ditelaah secara mandalam. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguraikan jenis reduplikasi morfologis dalam syair lokal Madura yang memiliki makna gramatikal sebagai cerminan kebudayaan masyarakat Madura. Ada dua fokus penelitian ini, yaitu 1) menganalisis jenis reduplikasi morfologis syair lokal Madura, dan 2) menganalisis fungsi makna gramatikal pada bentuk reduplikasi dalam syair lokal Madura sebagai cerminan kebudayaan Masyarakat Madura. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang berfungsi untuk menguraikan hasil telaah jenis dan makna reduplikasi. Sumber data penelitian ini berasal dari syair-syair lokal Madura berupa paparegan, kejhung, dan syi’ir Madura. Ada dua hasil penelitian ini. Pertama, jenis reduplikasi morfologis dalam syair lokal Madura berupa jenis kata ulang sebagian regresif dan termasuk dalam dwilingga. Bentukan reduplikasi morfologis tersebut berupa kategori kata nomina, adjektiva, numeralia (bilangan atau kuantitas), adverbial, dan verba. Kedua, makna gramatikal pada bentukan reduplikasi morfologis dalam syair lokal Madura berfungsi untuk mengungkapkan karakteristik budaya andhap asor (rendah hati), keragaman hasil laut, nilai sosial yang dipatuhi oleh perempuan Madura, kedudukan dalam pertemanan, dan wujud kepatuhan masyarakat madura.
VARIASI LEKSIKAL BAHASA WAKATOBI: KAJIAN DIALEKTOLOGI (Lexical Variation of the Wakatobi Language: Dialectology Study) Taembo, Maulid
Kandai Vol 19, No 2 (2023): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v19i2.6017

Abstract

The Wakatobi language variations are still a subject of interesting discussion and debate, not only among language researchers, but also among the people of Wakatobi. Previous studies that have different conclusions encourage wide discussions and studies on the diversity of Wakatobi languages. This study provides an overview and concrete manifestation of this variation, especially regarding the lexical variation of the Wakatobi language. Data collection was done by interview and observation methods. The tabulated data were analyzed descriptively qualitatively using traditional dialectology theory. The results of the research show that all fields of meaning consisting of several glosses provide an overview of lexical variations at several observation points. Almost all the compared lexicons show a grouping of language variations, which were observed from different islands. This study concludes that there are four major variations (isolects) of the Wakatobi language, namely the language variations spoken on Wangiwangi, Kaledupa, Tomia, and Binongko Islands. However, not all lexicons differ from these variations (isolects). There are isolects that have the same lexicons as other isolects, such as the gloss ‘mole’, for the Waha, Mandati Lia, and Kapota areas, are not different from the Kaledupa area, but different from the Tomia area and also different from the Binongko area. Variasi bahasa Wakatobi masih menjadi bahan diskusi dan perdebatan yang menarik, tidak hanya di kalangan peneliti bahasa, melainkan juga di kalangan masyarakat Wakatobi. Penelitian terdahulu yang menghasilkan kesimpulan yang berbeda membuka lebar diskusi dan kajian kebervariasian bahasa Wakatobi. Penelitian ini memberikan gambaran dan wujud nyata adanya kebervariasian tersebut, khususnya terkait variasi leksikal bahasa Wakatobi. Penyediaan data dilakukan dengan metode cakap dan metode simak. Data yang telah ditabulasi dianalisis secara deskriptif kualitatif menggunakan teori dialektologi tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua medan makna yang terdiri atas beberapa glos memberikan gambaran variasi leksikal di beberapa titik pengamatan. Hampir semua berian yang dibandingkan memperlihatkan adanya pengelompokan variasi bahasa, yang diamati dari pulau yang berbeda. Kajian ini menyimpulkan bahwa ada empat variasi (isolek) besar bahasa Wakatobi, yaitu variasi bahasa Wakatobi yang dituturkan di Pulau Wangiwangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Namun demikian, tidak semua berian berbeda dari semua variasi (isolek) tersebut. Ada isolek yang memiliki berian yang sama dengan isolek lainnya, seperti glos ‘tahi lalat’, wilayah Waha, Mandati Lia, Kapota, tidak berbeda dengan wilayah Kaledupa, tetapi berbeda dengan wilayah Tomia dan juga berbeda dengan wilayah Binongko.
Penyuluhan Model Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme Berbasis Nilai-Nilai Sosial Budaya Di Kelurahan Anggalo Melai Kecamatan Abeli, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara Taembo, Maulid; Konisi, La Yani; Suryati, Nurmin
Jurnal Solutif: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 1 No 1 (2023): Januari - Juni 2023
Publisher : Yayasan Arrahman Nahdlatul Wathan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61692/solutif.v1i1.64

Abstract

Kebodohan dan kekurangpedulian mengenai pemahaman Islam yang benar dapat menimbulkan dan memunculkan paham terorisme. Paham tersebut sering menimbulkan konflik. Pada dasarnya, gejala tindakan yang bermuatan kekerasan dan menjadi pemicu konflik dapat terjadi ketika kecintaan akan sistem nilai tertentu terus ditumbuhkembangkan sehingga bermuatan politis. Dengan memojokkan orang lain, maka tindakan kebencian sebenarnya sedang berlangsung dalam bentuk penolakan dan perlawanan, terutama aspek ide dan kelembagaan yang dianggap bertentangan dengan keyakinannya. Disisi lain, banyak masyarakat yang salah menilai dan mengidentifikasi ciri dan model terorisme. Beberapa masyarakat menilai bahwa setiap orang yang berjenggot dan menggunakan celana cinkrangdan wanita bercadar dianggap sebagai teroris. Permasalahan lainnya adalah belum adanya model pengenalan, pencegahan dan penanggulan terorime. Oleh karena itu, penilaian masyarakat yang keliru dan kurang tepat menyebabkan semakin menimbulkan konflik berkepanjangan di masyarakat. Oleh karena itu, penilaian masyarakat yang keliru dan kurang tepat menyebabkan semakin menimbulkan konflik berkepanjangan di masyarakat. Salah satu hal yang direkomendasikan adalah pemerintah perlu mengembangkan model-model pencegahan berbasis masyarakat. Model-model pencegahan berbasis masyarakat dan komunitas, khususnya terhadap pemuda dan pemudi agar tidak mudah terpapar terorime sangat diperlukan. Bahkan, pengembangan pendidikan calon pengantin dan semua pasangan orang tua, terkait pengasuhan dan pembekalan kiat-kiat mengasuh anak tanpa muatan radikalisme juga sangat penting. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah keterlibatan perguruan tinggi dalam menangkal terorisme. Program Pengabdian masyarakat yang biasanya memilih lokasi ke desa-desa perlu mengambil peran pencegahan kerentanan anak dari bahaya terorisme. Terkait dengan permasalahan tersebut, kami menawarkan program penyuluhan model pencegahan dan penanggulangan terorisme berbasis nilai-nilai sosial budaya di Kelurahan Anggalo Melai, Kecamatan Abeli, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Program ini merupakan bentuk pengabdian Universitas Halu Oleo kepada masyarakat. Sebelum melaksanakan kegiatan, dikordinasikan atau dikomunikasikan terlebih dahulu dengan aparat lurah/desa dan tokoh pemuda untuk membantu kelancaran kegiatan pengabdian tersebut. Dilihat dari metodenya atau cara mempertemukan penyuluh dengan khalayak sasaran digunakan lima metode penyuluhan, yaitu metode pendekatan masal, metode pendekatan kelompok, metode pendekatan perorangan, diskusi, dan ceramah. Kegiatan penyuluhan ini berjalan dengan lancar karena ada dukungan dari pemerintah Kelurahan Anggalo Melai, yang ikut mempersipakan sarana dan prasarana yang digunakan saat penyuluhan, seperti pengeras suara, meja, kursi, ruangan, dan daftar absen peserta. Selain itu, antusias dari masyarakat sangat tinggi. Bahkan, setelah pemateri menyampaikan bahan presentasenya, para peserta sangat antusias dalam menyampaikan pertanyaan dan saran-saran. Setelah melakukan pengabdian di masyarakat, para peserta pengabdian merasa sangat senang karena mendapatkan banyak pengetahuan baru. Pengetahuan masyarakat semakin baik setelah pengabdian ini. Mereka mulai memahami konsep terorisme. Selain itu, mereka juga sudah dapat mengenal dan mengidentifikasi paham terorisme.
Workshop Pengelolaan dan Penyusunan RPS pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Trunojoyo Madura Taembo, Maulid
Jurnal Solutif: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 2 No 1 (2024): Januari - Juni 2024
Publisher : Yayasan Arrahman Nahdlatul Wathan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61692/solutif.v2i1.117

Abstract

The lack of optimality in preparing the SLP (Semester Lesson Planning) and the existence of several SLP that had not been ratified were the reasons why this workshop activity was carried out. This workshop aims to resolve the issue of arranging and preparing SLP, producing SLP operational procedures, and guidelines for preparing SLP; and improving academic services, especially in the learning process. The activity began with reading the schedule of activities, praying, and providing direction from the study program coordinator as well as officially opening the event. The activity implementers collaborate and ask for guidance from experts in preparing operational procedures and guidelines for preparing the SLP. The workshop material includes the legal basis for preparing the SLP, the objectives of preparing the SLP and the definition, scope and provisions in preparing and managing the SLP. The activity closed by providing a conclusion and asking for the study program coordinator's willingness to close the activity and continued by giving the lecturer the opportunity to convey messages and impressions as a form of feedback on the activities that had been carried out. This workshop went well and received support from the participants, who took part in preparing the facilities and infrastructure used during the workshop, such as loudspeakers, tables, chairs and rooms. The participants were very happy with the existence of this workshop.
Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi dalam Administrasi Desa Melalui Program Kerja KKN Pelatihan Administrasi Perangkat Desa di Desa Essang, Talango, Sumenep Rahman, Bohri; Taembo, Maulid; Mujtahidin, Mujtahidin; Thahirah, Iqlima; Syaifuddin, Muhammad; Putri, Triana Rofika
Jurnal Solutif: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 2 No 2 (2024): Jurnal Solutif: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Yayasan Arrahman Nahdlatul Wathan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61692/solutif.v2i2.150

Abstract

The enactment of regional government law number 32 of 2004 has had a major impact on the structure of village government. To run village government effectively, efficient administrative arrangements are crucial. Regulation of the Minister of Home Affairs Number 47 of 2016 stipulates the framework of village administration, covering general affairs, population, finance, development, and village deliberative bodies. However, the lack of understanding of computer technology in Essang Village, Sumenep Regency prompted the KKN 27 team to hold a village administration training program with a participatory approach. The method used was to conduct participatory training and mentoring for village staff and officials in several activities including counseling and preparation of practical guidebooks. The results of this activity were an increase in the skills of village officials in using computer technology for village governance. Thus, there was efficiency and transparency in village administration in Esang, Talango District, Sumenep Regency.
Nilai-nilai Kearifan Lokal Madura pada Kumpulan Puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin karya Zawawi Imron Akbar, Syekhfani Alif; Taembo, Maulid; Ramdlani, Moh. Alif
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Metalingua Vol 9, No 2 (2024): Metalingua, Edisi Oktober 2024
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/metalingua.v9i2.27679

Abstract

Budaya adalah hal yang menarik untuk dikaji. Pelestarian budaya adalah aspek yang sangat penting mengingat Indonesia memiliki budaya yang sangat beragam. Budaya Madura adalah salah satu budaya yang unik dan banyak dikaji. Upaya Pelestarian Budaya dan Tradisi Lokal Madura menjadi aspek penting. Salah satu perlu ada upaya untuk melestarikan budaya dan tradisi lokal Madura. Salah satu upayanya adalah melalui media sastra. Sastra menjadi jembatan dalam upaya untuk melestarikan budaya terutama budaya dan tradisi lokal Madura. Bukur berjudul Lebur adalah salah satu karya sastra yang membahas mengenai nilai-nilai tradisi lokal Madura.Tujuan penelitian ini adalah untuk Melestarikan Budaya melalui Sastra Berbasis Nilai Tradisi Lokal Madura. Penelitian mengenai Pelestarian Budaya Melalui Sastra berbasis Tradisi Lokal Madura ini akan menggunakan kajian Sosiologi Sastra dengan memanfaatkan metode penelitian deskriptif-kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil survei lapangan dan Studi Pustaka hasil survei kemudian akan di analisis menggunakan kajian Sosiologi Sastra. Dari hasil analisa tersebut, dapat diklasifikasikan pentingnya Melestarikan Budaya melalui Sastra yang Berbasis Nilai Tradisi Lokal Madura. Selanjutnya akan dianalisis bagaimana kebermaknaan Sosiologis dari upaya Pelestarian Budaya melalui Sastra Berbasis Nilai Tradisi Madura.
Mengungkap Nilai Kehidupan Masyarakat Madura Melalui Analisis Makna Sastra Lokal Madura Taembo, Maulid; Akbar, Syekhfani Alif; Maulana, Arif Rahman; Busthony, Hengky Fairuz
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Metalingua Vol 9, No 2 (2024): Metalingua, Edisi Oktober 2024
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/metalingua.v9i2.27599

Abstract

Penelitian ini membahas makna sastra lokal Madura dalam mengungkap nilai kehidupan masyarakat Madura. Sastra lokal pasti memiliki makna dan fungsi yang dapat menggambarkan karakteristik masyarakatnya. Makna itu dapat menggambarkan nilai kehidupan bermasyarakat yang harus dipandang sebagai suatu potensi dalam pemajuan dan perkembangan masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mengenai sastra lokal dan berdampak pada internalisasi nilai sastra lokal dalam kehdupan bermasyarakat. Data penelitian ini merupakan sastra lokal Madura yang bersifat umum, tetapi deskripsi dan analisisnya mengarah pada kondisi dan karakteristik masyarakat Sampang. Informan penelitian berasal dari berbagai unsur, yaitu tokoh agama, pemerintah, pakar dan pemerhati bahasa dan sastra Madura, dan kelompok akademisi. Penyediaan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif, dengan menggunakan tiga alur kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, analisis makna sastra lokal Madura dapat mengungkap nilai-nilai kehidupan masyarakat Madura, seperti nilai religius, nilai sosial, dan nilai moral. Walaupun tidak dimungkiri bahwa masih banyak nilai-nilai lain yang dapat diungkap melalui analisis makna sastra lokal Madura. Ketiga nilai ini dianggap dapat mewakili nilai-nilai lain dan termasuk nilai yang fundamental dalam kehidupan. Nilai religius diperoleh melalui analisis makna dalam nyanyian rakyat, pantun, dan syair. Nilai religius yang ada dalam masyarakat Madura masih terus terpelihara sampai sekarang. Hal ini tidak hanya nampak dalam berpakaian (menggunakan sarung dan songko), tetapi juga dalam hal kegiatan beragama. Selain nilai religius, nilai sosial yang ada dalam masyarakat Madura juga masih terus terpelihara sampai sekarang. Selain nilai religius dan nilai sosial, hasil analisis makna sastra lokal Madura juga mencerminkan bahwa kehidupan masyarakat Madura sangat memperhatikan nilai moral.
EXTENSIVE AND INTENSIVE READING APPROACHES IN TEACHING ENGLISH READING TAEMBO, MAULID
ALENA : Journal of Elementary Education Vol 1 No 2 (2023): ALENA : Journal of Elementary Education (July)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59638/jee.v1i1.31

Abstract

This paper describes the conceptual base of extensive and intensive reading approaches in teaching English reading. The description and illustration come from various sources, experiences, and references. Discussion of the topic is based on the results of interpretation and theoretical studies, which are then combined with the results of previous research and observation in teaching English reading. It hopes become as one of useful information about a comparative study between extensive and intensive reading approaches for the teachers, particularly for the English teachers and as one of the reference for the further researchers who want to conduct a research about extensive and intensive reading approaches. Both extensive and intensive reading can increases word meaning knowledge and produce gain in topical and word knowledge. The approaches have different motivation in reading and same phases with different strategies or techniques. They have a significant effect to students’ English competence growth. However, intensive reading offers refer to the careful reading or translation of shorter, more difficult foreign language text, while extensive reading is generally associated with reading large amounts with the aim of getting an overall understanding of the material.
Function and Meaning of Madurese Folk Songs and Literary Expressions in Sumenep Regency TAEMBO, MAULID; Lutfitasari, Wevi; Afifah, Nur; Arifin, Ayu
Jurnal Pamator : Jurnal Ilmiah Universitas Trunojoyo Vol 17, No 2: April - June 2024
Publisher : LPPM Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/pamator.v17i2.25360

Abstract

Oral literature, such as folk songs and literary expressions (poems and proverbs), contains the local wisdom of the community that owns it. This research aims at explaining the function and meaning contained in Madurese folk songs and literary expressions. The description of the meaning and function of Madurese literature provides many valuable lessons regarding Madurese local wisdom. It is one of ways to maintain and develop the local culture. Research data was collected through documentation, observation and interview methods using note-taking and recording techniques. This research used qualitative descriptive analysis in semiotic study. Based on research results, Madurese folk songs and literary expressions have many functions such as giving advice, increasing joy, informing certain event procedures, showing certain beliefs, and increasing self-confidence and enthusiasm for working. Besides, Madurese folk songs and literary expressions have valuable meanings, such as religious, struggle, perseverance, patience, discipline, self-respect, beauty, manners of way, togetherness, hard work, sincerity, and honesty. These functionsare still maintained today. In fact, the meaning contained in these folk songs and literary expressions always accompanies the behavior and activities of the Madurese people. In brief, folk songs and literary expressions in Sumenep have various functions and dense meanings in daily activities. Keywords: function, meaning, folksongs, expressions, Madura local wisdom