cover
Contact Name
Ilham
Contact Email
Ilham.fishaholic@gmail.com
Phone
+6221-64700928
Journal Mail Official
jra.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
Gedung Balibang KP II, Lantai 2 Jl. Pasir Putih II, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430
Location
Kab. jembrana,
Bali
INDONESIA
Jurnal Riset Akuakultur
ISSN : 19076754     EISSN : 25026534     DOI : http://doi.org/10.15578/JRA
Core Subject : Agriculture, Social,
Jurnal Riset Akuakultur as source of information in the form of the results of research and scientific review (review) in the field of various aquaculture disciplines include genetics and reproduction, biotechnology, nutrition and feed, fish health and the environment, and land resources in aquaculture
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 16 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007)" : 16 Documents clear
FLUKTUASI ASIMETRI IKAN NILA 69 (Oreochromis niloticus) DARI DANAU TEMPE (SULAWESI SELATAN) DAN IKAN NILA GIFT DARI SUKAMANDI, JATILUHUR, DAN SUKABUMI Ani Widiyati; Komar Sumantadinata
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.626 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.3.2007.395-398

Abstract

Fluktuasi asimetri organ berpasangan merupakan salah satu metode sederhana yang dapat digunakan untuk menghitung keragaman fenotip pada ikan nila. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur fluktuasi asimetri ikan nila 69 dari Danau Tempe (Sulawesi Selatan) dan ikan nila GIFT dari Sukamandi, Jatiluhur, dan Sukabumi. Ikan nila yang digunakan berukuran konsumsi (150—250 g/ekor) dan berasal dari masing-masing lokasi diukur 50 ekor sebagai ikan uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan nila 69 dari Danau Tempe mempunyai nilai fluktuasi asimetri bilangan (Fan) dan besaran (Fam) gabungan terkecil yaitu 0,8 dan 2,84. Ikan nila dari Jatiluhur mempunyai nilai fluktuasi asimetri bilangan (Fan) dan besaran (Fam) gabungan tertinggi yaitu 4,43 dan 16,66.The asymmetric fluctuating of couple organs were used as simple method to calculate fenotype variation of nile tilapia. The objective of this study was to measure the asymmetric fluctuation nile tilapia 69 from Lake Tempe (South Sulawesi) and nile tilapia GIFT product from West Java (Jatiluhur, Cirata, Sukamandi, and Sukabumi). The results showed that nile tilapia from Lake Tempe had the smallest value of fluctuating asymmetry number (Fan) and magnitute (Fam), which are 0.8 and 2.84 prespectively. The biggest value of fluctuating asymmetry number (Fan) and magnitute (Fam), which are 4.43 and 16.66 respectively.
PERKIRAAN PADAT PENEBARAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) YANG OPTIMUM BERDASARKAN PADA KEBUTUHAN OKSIGEN TERLARUT Arif Dwi Santoso
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.862 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.3.2007.341-347

Abstract

Studi tentang perkiraan padat penebaran optimum pada ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) berdasarkan pada kebutuhan oksigen terlarut telah dilakukan pada areal Teluk Hurun, Lampung pada bulan Juli 2003. Rata-rata hasil pengukuran kualitas lingkungan keramba jaring apung 13,5 m3 yang berisi ikan kerapu macan meliputi oksigen terlarut 3,68—6,76 (5,35 ± 0,25) mg/L suhu air 28,64—29,72 (29,09 ± 0,09) oC. Salinitas 32,69—33,0 (32,94 ± 0,13) psu and turbiditas 0,27—13,62 (1,15 ± 0,41) NTU. Data tambahan meliputi laju pemasukan air sungai sekitar 0,02 m3/detik dan kecepatan arus 2,3—5,1 cm/detik. Dari analisis data laju respirasi ikan kerapu macan yang diukur dengan mengunakan fish chamber menghasilkan fungsi korelasi terhadap bobot badan ikan yaitu Y= 0,0038 + 0,6108 dengan R2= 0,7437 dan fungsi padat penebaran yang optimum yaitu Y= 1505,6 X -0.632; R2= 0,7419. Dari kedua fungsi tersebut didapatkan rekomendasi penentuan padat penebaran yang optimum berdasarkan kebutuhan oksigen terlarut dengan batasan sebagai berikut: stok ikan berukuran kurang dari 50 g disarankan ditebar dengan kepadatan 175 ekor/m3, ikan ukuran 100--200 g sekitar 63 ekor/m3 dan ikan ukuran lebih dari 1.200 g sekitar 17 ekor/m3.Study on the optimum stocking rate estimation on tiger grouper (Epinephelus fuscoguttatus) base on dissolved oxygen budged was held in aquaculture area Hurun Bay Lampung in July 2003. Environmental parameters of Hurun Bay estuary were monitored at the site of 13.5 m3 floating net cages for E. fuscoguttatus in July 2003. Average dissolved oxygen inside cages was 3.68—6.76 (5.35 ± 0.25) mg/L with water temperature 28.64—29.72 (29.09 ± 0.09) oC. Salinity 32.69—33.0 (32.94 ± 0.13) psu and turbidity 0.27—13.62 (1.15 ± 0.41) NTU. Inflow rate of cages was 0.02 m3/sec with current velocity 2.3—5.1 cm/s. Results showed that the functions of respiration rate for correlation between respiration of E. fucoguttatus and their weight was Y= 0.0038x + 0.6108 with R2= 0.7437 meanwhile the functions of optimum stocking density was Y= 1505.6 X -0.632, R2= 0.7419. On basis of dissolved oxygen budged, estimated optimum stocking density for lower limit was 175 ind./m3 for fish 50 g in average, 63 ind./m3 for fish 100--200 g and 17 ind./m3 for fish up to 1,200 g.
PENGARUH PERBEDAAN WARNA WADAH TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr) Yosmaniar Yosmaniar; Imam Taufik; Sutrisno Sutrisno
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.142 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.3.2007.425-429

Abstract

Penelitian warna wadah dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sintasan dan pertumbuhan larva ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr.). Penelitian dilakukan di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi Cibalagung, Bogor. Wadah yang digunakan berupa 24 unit akuarium berukuran 70 cm x 40 cm x 45 cm yang diisi air sebanyak 40 L dan dilengkapi aerasi sistem sikulasi air. Hewan uji yang digunakan adalah larva ikan baung umur 1 hari yang ditebar dengan kepadatan10 ekor/L dan diberi pakan alami, yaitu artemia (ad libitum) dan dilanjutkan dengan cacing sutra (at satiation). Perlakuan berupa perbedaan warna wadah, yaitu: kontrol, merah kuning, dan biru. Waktu penelitian selama 21 hari. Hasil penelitian menunjukkan warna wadah tidak berpengaruh terhadap sintasan (18,96%; 19,12%; 18,18%; 10,50%) maupun pertumbuhan.The main purpose of this experiment was know the effect of tank colour differences on survival and growth of catfish(Hemibagrus nemurus Blkr) larvae . The experiment was conducted at Research Station Culture Fishery and Toxicology Cibalagung, Bogor. Twenty four aquaria of 70 cm x40 cm x45 cm in size with 40 L water volume were used in this experiment completed with water circulation system. Each aquarium was stocked with 10 larvae/L of catfish of one day old. The larvae was feed with Artemia salina (ad libitum) and continued with Tubifex (at satiation). Four different tank colour of aquaria were applied i.e control, red, yellow, and blue. Larvae were reared up 21 days. The result showed that colour of aqauaria wee not significantly different on and growth.
KARAKTERISASI MORFOLOGI KETURUNAN PERTAMA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) GET DAN GIFT BERDASARKAN METODE TRUSS MORPHOMETRICS Otong Zenal Arifin; Titin Kurniasih
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.369 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.3.2007.373-383

Abstract

Penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi karakter morfometrik dan variasi morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) keturunan pertama populasi GET dan GIFT telah dilaksanakan di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor. Tujuh famili nila GET dan dua famili nila GIFT, dengan jumlah sampel masing-masing 30 ekor (15 jantan dan 15 betina) dievaluasi menggunakan metode truss morfometrik pada empat bagian tubuhnya. Dari 21 karakter truss yang diukur, terdapat delapan karakter yang dapat dipakai untuk membedakan kesembilan famili yang dievaluasi. Nilai sharing komponen dalam famili tertinggi adalah pada famili GET 18C (86,7) dan terendah pada famili 18A (43,3) serta 09C (43,3), sedangkan nilai sharing komponen antar famili tertinggi diperoleh antara famili GET 18A dengan famili GIFT 10 dengan nilai 40,0. Berdasarkan kluster dendrogram jarak genetik dengan tingkat kemiripan 70% didapatkan tiga kelompok yang berbeda secara morfologi. Kelompok 3 terutama famili GET 09C adalah famili tersendiri dan terpisah dari famili lainnya. Jarak genetik terbesar adalah antara famili GET 09C dengan famili GET 18C dengan nilai 0,026; sedangkan jarak genetik terkecil terdapat di antara famili GIFT 10 dengan famili GET 18A dengan nilai 0,001.Research aimed at elucidating morphological character and variation between GET and GIFT nile tilapia (Oreochromis niloticus) have been conducted at Research Institute for Freshwater Aquaculture, Bogor. Seven GET and two GIFT nile tilapia families, which consisted of 30 individu in each family (15 males and 15 females), were measured using truss morphometrics methods on four main part of their body. There were eight morphometrics characters can be used to differentiate the nine families, from 21 characters used. The highest within family sharing component was founded at GET 18C (86.7), whereas the lowest one was at 18A (43.3) and 09C (43.3). The highest between family sharing component was between GET 18A and GIFT 10 (40.0). Based on genetic distance cluster dendrogram (with degree of similarity 70%), there were three separated groups has been classified. Group 3rd, especially GET 09C was far isolated from other families. The highest genetic distance was between GET 09C and GET 18C (0.026), while the lowest one was between GIFT 10 and GET 18A (0.001).
PENENTUAN LOKASI BUDI DAYA RUMPUT LAUT (Euchema spp.) BERDASARKAN PARAMETER LINGKUNGAN DI PERAIRAN KECAMATAN MORO, PROVINSI KEPULAUAN RIAU I Nyoman Radiarta; Tri Heru Prihadi; Adang Saputra; Joni Hariyadi; Ofri Johan
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.205 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.3.2007.319-328

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi kelayakan perairan untuk budi daya rumput laut dengan menggunakan metode long line berdasarkan parameter lingkungan di perairan Kecamatan Moro Provinsi Kepulauan Riau. Sebanyak 87 stasiun telah dikumpulkan selama survai lapangan pada bulan Agustus dan Oktober 2004. Data parameter lingkungan dan data penginderaan jauh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan sistem informasi geografis dan multi kriteria analisis. Dari total potensial lokasi penelitian seluas 417 km2 (jarak 1 km dari garis pantai), kategori sangat layak di temukan di perairan sekitar Pulau Sugie dan Pulau Combol seluas 110 km2. Hasil verifikasi dari klasifikasi tingkat kelayakan menunjukkan bahwa sekitar 44% dari budi daya yang ada menempati kategori sangat layak. Terdapat sekitar 6% yang menempati perairan dengan kategori tidak layak.This study was conducted to identify suitability site for seaweed culture using long line method based on environmental parameters in adjacent water of Moro Sub District, Riau Island Province. Field observation was primary data sources used in this study that was conducted on August and October 2000. Total of 87 sampling stations were collected during the field survey. Environmental data together with remote sensing data were analyzed using geographic information system and multi criteria analysis. The final result showed that from the total potential site of about 417 km2 (1 km buffer from coastline), area around Sugie Island and Combol Island (about 110 km2) were classified as highly suitable. The result has been verified with the existing seaweed aquaculture. About 44% of existing seaweed culture matched with highly suitable site and about 6% was located in unsuitable site.
ISOLASI DAN KULTUR PROTOPLAS RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DI LABORATORIUM Emma Suryati; Andi Tenriulo; Sri Rejeki Hesti Mulyaningrum
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.388 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.3.2007.399-405

Abstract

Isolasi protoplas rumput laut K. alvarezii, telah dilakukan dalam rangka penyiapan protoplas untuk penyilangan melalui fusi protoplas. Metode yang digunakan antara lain melalui cara kimia dengan melisis tallus rumput laut dengan campuran enzim komersial, kemudian enzim yang berasal dari viscera keong mas baik yang segar maupun yang beku, dengan media kultur yang digunakan pada pemeliharaan makro algae antara lain Conwy, PES, dan air laut steril. Tallus rumput laut yang digunakan berasal dari bagian pangkal, tengah dan ujung. Protoplas yang hidup diuji menggunakan evans blue 0,1%, hormon perangsang tumbuh yang digunakan pada media pertumbuhan antara lain auxin, IAA, dan Kinetin. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah protoplas hidup, pertumbuhan, dan sintasan.  Hasil percobaan memperlihatkan bahwa enzim yang paling baik digunakan adalah campuran enzim komersial dengan media kultur Conwy dengan jumlah protoplas mencapai 19,8 x 106 sel/mL, bagian tallus yang paling baik adalah bagian pangkal berkisar antara 8,1x106 hingga 18,8 x 106 sel/ mL.  Perangsang tumbuh yang paling baik adalah auxin. Filamen terbentuk setelah 5 hari dengan fotoperiod L:D=12:12.Isolation of seaweed’s protoplast Kappaphycus alvarezii had been done to provide protoplast for crossbreeding purpose by protoplast fusion. The method was chemically done by lyses of tallus used commercial enzyme mixture, enzyme from viscera of snail both fresh and frozen, culture media were Conwy (CW), PES, and sterile sea water (SSW) which were used to maintain the macro algae. Part of used tallus were upper, middle and tip of tallus. The viable protoplast was examined by using 0.1% evans blue and the growth-stimulating hormone were auxin, IAA, and Kinetin. Observation was concerned to the amount of viable protoplast, the growth, and the long live. Result showed that the best enzyme was commercial enzyme mixture with Conwy as the best culture media, provided protoplast until 19.8 x 106 cell/mL. The greatest protoplast content was in upper part of tallus, it could provide protoplast about 8.1 x 106 cell/mL until 18.8 x 106 cell/mL, and the best growth-stimulating hormone was auxin. Filament was formed after 5 days with photoperiod L: D=12:12.
RANGSANGAN PERKEMBANGAN OVARI UDANG PUTIH, Litopenaeus vannamei DENGAN PENYUNTIKAN ESTRADIOL-17β Tarsim Tarsim; Muhammad Zairin Junior; Etty Riani
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.73 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.3.2007.349-358

Abstract

Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuntikan hormon estradiol-17β terhadap perkembangan ovari udang putih (Litopenaeus vannamei). Dosis estradiol17β yang digunakan adalah 0,05 μg/g; 0,10 μg/g; 0,25 μg/g bobot tubuh dan kontrol Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuntikan estradiol-17β berpengaruh terhadap perkembangan gonad. Indeks maturasi pada perlakuan dosis 0,10 μg/g and 0,25 μg/ g bobot tubuh lebih besar (75,00% dan 66,67%) dibanding kontrol. Peningkatan diameter oosit terlihat nyata pada TKG I dan II. Meskipun pada TKG III dan IV peningkatan oosit tidak terlihat nyata, tetapi proporsi oosit matang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian estradiol-17β pada induk udang ablasi menghasilkan telur yang lebih cepat berkembang dibandingkan jika hanya menggunakan ablasi. Penyuntikan estradiol-17β sangat berpengaruh pada awal perkembangan gonad. Hal ini menunjukkan bahwa estradiol-17β berperan penting dalam merangsang endogenous vitelogenesis.The present study analyzed the effect of estradiol-17 β injection on ovarian development of white shrimp, Litopenaeus vannamei. Estradiol-17 β dose of 0.05 υ g/g, 0.10 μ g/g, 0.25 μ g/g body weight and the control was used, with 15 females broodstock of each. The result showed that ovarian development affected by estradiol-17 β injection. Maturation index in dose of 0.10 μ g/g and 0.25 μ g/g body weight was 75.00% and 66.67% respectively and higher than that of control. Oocytes diameter increased significantly on stage I and stage II, although oocytes diameter in stage III and IV was no significant different but the proportion of mature oocyte higher than that of control. It suggested that estradiol-17 β gave much more developed conditions in oocytes developmental stages and size, compared to control with unilateral eyestalk ablation only. The dominant effect is in early developmental stage of oocyte. It indicates that estradiol-17 β is important to induction of endogenous vitellogenesis in white shrimp.
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata) BAGI PENGENDALIAN PENYAKIT KOI HERPES VIRUS (KHV) PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio) Taukhid Taukhid; Ida Suharni; Hambali Supriyadi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.374 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.3.2007.407-414

Abstract

Riset ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun sambiloto (Andrographis paniculata) bagi pengendalian penyakit koi herpes virus (KHV) pada ikan mas (Cyprinus carpio). Daun sambiloto dalam bentuk sediaan kering diekstrak melalui perebusan. Pengujian efektivitas antimikrobial dilakukan secara in vitro terhadap bakteri Aeromonas hydrophila sebagai model. Hewan uji yang digunakan adalah ikan mas ukuran 10--15 g/ekor yang secara definitif terinfeksi KHV. Konsentrasi ekstrak daun sambiloto yang diterapkan adalah A (100 mg/L), B (200 mg/L), C (300 mg/L), D (400 mg/L), dan E (tanpa sambiloto sebagai kontrol). Perlakuan dilakukan menggunakan cara perendaman dengan waktu eksposur tidak terbatas. Deteksi KHV pada masingmasing kelompok perlakuan dilakukan setiap minggu dan riset berlangsung selama 3 minggu. Rataan sintasan ikan uji pada kelompok perlakuan adalah A, B, C, D, dan E masing-masing adalah 11,12%, 16,12%, 31,67%, 42,22%, dan 12,78%.The research with the aim to know an efficacy of sambiloto leaf, Andrographis paniculata to control of koi herpesvirus (KHV) on common carp has been conducted in laboratory level. Sambiloto leaf in dry form was extracted by boiling technique. In vitro test of anti microbial properties of sambiloto extract was done against Aeromonas hydrophila isolate as a model. Result of the above research was used as reference for further research. Common carp with the size of 10--15 g/fish, and positively infected by KHV were used as fish test. The treatments applied were A (100 mg/L), B (200 mg/L), C (300 mg/L), D (400 mg/L), and E (without sambiloto extract as a control).Treatment conducted by immersion for indefinite time of exposure. KHV detection of each treatment was done weekly, and research was lasting for 3 weeks. Results of the research showed that mean percentages of survival rate are: A (11.12%), B (16.12%), C (31.67%), D (42.22%), and E (12.78%).
PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PEMANGSAAN LARVA IKAN CLOWN (Amphiprion ocellaris) PADA AWAL PEMELIHARAAN Ketut Maha Setiawati; Philip Teguh Imanto; Daniar Kusumawati
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.143 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.3.2007.359-364

Abstract

Penelitian pemangsaan larva ikan clown (Amphiprion ocellaris) pada awal pemeliharaan dan umur sepuluh hari dilakukan menggunakan tangki serat kaca (fiberglass) volume 200 L. Pakan zooplankton rotifera disediakan sejak telur menetas dengan kepadatan 5 ind./mL. Mulai D-8 zooplankton nauplii Artemia ditambahkan dengan kepadatan 1.700 ind./tangki. Pengambilan sampel dilakukan pada umur 1 hari dan sepuluh hari, masing-masing 10 ekor larva/sampling dengan interval waktu 3 jam. Larva diukur kemudian dibedah dan dianalisis jumlah pemangsaaannya dengan bantuan stereoscopic microscope. Hasil analisis menunjukkan peranan intensitas cahaya dalam aktivitas pemangsaannya sebesar 5 individu rotifera dengan intensitas cahaya 70 lux pada pagi hari, sedang pemangsaan tertinggi terjadi pada pukul 13.00—16.00 dengan pemangsaan 57 individu rotifera pada saat intensitas cahaya menurun. Spektrum warna cahaya diduga lebih berperanan pada kemampuan maksimal memangsa dari larva ikan laut.Observation on feeding activity of clown fish (A. ocellaris) larvae have been conducted in 200 L. fiberglass tanks. Zooplankton rotifers were used as initial feed at a rate of 5 ind./mL. After eight days culture, nauplii Artemia were added at rate of 1,700 ind./ tank. Sampling was done on D-1 and D-10 at 10 individuals even sampling at three hours interval. The larvae were measured under a stereoscopic microscope, examining the digestion apparatus to count number of rotifers and nauplii Artemia as well. The result showed that the role of light intensity in feeding: 5 individual rotifer at 70 lux in early morning for D-1 larvae. The highest feeding occurred at 13.00-16.00 in the after noon at 57 individual rotifer when light intensity decreased. Color spectrum of light were predicted having more roles related to the maximum feeding rate  of clown fish larvae.
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN DAN PRODUKTIVITAS TAMBAK UNTUK PENAJAMAN KRITERIA KELAYAKAN LAHAN: 1. KUALITAS AIR Akhmad Mustafa; Irmawati Sapo; Hasnawi Hasnawi; Jesmond Sammut
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.491 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.3.2007.289-302

Abstract

Kualitas air merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam evaluasi kelayakan lahan untuk budi daya tambak, karena sifat kimia dan fisiknya mempengaruhi organisme yang dibudidayakan dan makanan alami. Dalam banyak kasus, kriteria kualitas air untuk akuakultur di Indonesia terlalu bersifat umum. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara produktivitas tambak dari berbagai komoditas yang dibudidayakan di Indonesia. Penelitian dilaksanakan di kawasan pertambakan yang ada di Kabupaten Pinrang, Sinjai, Luwu, dan Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung. Metode penelitian yang diaplikasikan adalah metode survai, termasuk untuk mendapatkan data primer dari produksi yang dilakukan melalui pengajuan kuisioner dan perekaman pada saat wawancara kepada responden. Pengukuran langsung di lapangan dan pengambilan contoh air untuk dianalisis di laboratorium dilakukan pada musim kemarau dan musim hujan. Pemilihan model regresi “terbaik” didasarkan pada metode kuadrat terkecil. Udang vanamei (Litopenaeus vannamei) dapat tumbuh dan hidup dengan baik pada kisaran salinitas yang lebar (20--35 ppt), tetapi udang vanamei tidak dipengaruhi oleh suhu antara 28,2°C dan 31,7°C; oksigen terlarut antara 4,99 mg/L dan 10,03 mg/L dan pH antara 7,83 dan 8,89. Produksi rumput laut (Gracilaria verrucosa) tertinggi didapatkan pada salinitas 25,6 ppt dan oksigen terlarut 8,39 mg/ L dan rumput laut tumbuh baik pada kisaran pH antara 6,00 dan 9,32, suhu antara 26,00°C dan 37,86°C, fosfat lebih besar 0,1000 mg/L dan besi kurang dari 0,1000 mg/ L. Produksi pada polikultur udang windu dan ikan bandeng tertinggi didapatkan pada salinitas 16,3 ppt, namun produksinya tidak dipengaruhi suhu antara 26,15°C dan 36,38°C, oksigen terlarut antara 4,60 mg/L dan 10,00 mg/L dan pH antara 6,08 dan 8,64.Water quality is an important factor in land capability assessment for brackish water aquaculture ponds because its chemical and physical properties affect the biology of the farmed organisms and natural feed. In most cases water quality criteria in Indonesian aquaculture are too generalized. The present study investigated the relationship between key water quality variables and pond productivity for common commodities farmed in Indonesia.  The study was carried out in representative brackish water ponds at Pinrang, Sinjai, Luwu, and North Luwu Regencies, South Sulawesi Province and South Lampung Regency, Lampung Province. The study collected farm data through a structured questionnaire and interviews, and environmental measurements principally water quality analyses. In situ and laboratory analyses were conducted for dry and wet season conditions. A regression model based on the least quadratic method was used to identify relationships between water quality factors and pond productivity. The production of whiteleg shrimp (Litopenaeus vannamei) was highest in a salinity range of 20--35 ppt, water temperatures between 28.2°C and 31.7°C, dissolved oxygen concentrations between 4.99 mg/L and 10.03 mg/L and pH between 7.83 and 8.89. The highest seaweed production (Gracilaria verrucosa) occurred at a salinity of 25.6 ppt and dissolved oxygen concentration of 8.4 mg/L. The best overall growth of seaweed occurred at a pH 6.00--9.32, water temperature of 26.00°C-37.86°C, phosphate concentrations > 0.1000 mg/L and iron concentrations < 0.1000 mg/L. Polyculture production of tiger prawn (Penaeus monodon) and milkfish (Chanos chanos) was greatest in pond water temperatures of 26.15°C to 36.38°C, dissolved oxygen concentrations between 4.60 mg/L and 10.00 mg/L, and pH between 6.08 and 8.64.

Page 1 of 2 | Total Record : 16


Filter by Year

2007 2016


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 2 (2025): Juni (2025) Vol 20, No 1 (2025): Maret (2025) Vol 19, No 4 (2024): Desember (2024) Vol 19, No 3 (2024): September (2024) Vol 19, No 2 (2024): Juni (2024) Vol 19, No 1 (2024): (Maret 2024) Vol 18, No 4 (2023): (Desember, 2023) Vol 18, No 3 (2023): (September, 2023) Vol 18, No 2 (2023): (Juni, 2023) Vol 18, No 1 (2023): (Maret 2023) Vol 17, No 4 (2022): (Desember 2022) Vol 17, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 17, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 17, No 1 (2022): (Maret, 2022) Vol 16, No 4 (2021): (Desember, 2021) Vol 16, No 3 (2021): (September, 2021) Vol 16, No 2 (2021): (Juni, 2021) Vol 16, No 1 (2021): (Maret, 2021) Vol 15, No 4 (2020): (Desember, 2020) Vol 15, No 3 (2020): (September, 2020) Vol 15, No 2 (2020): (Juni, 2020) Vol 15, No 1 (2020): (Maret, 2020) Vol 14, No 4 (2019): (Desember, 2019) Vol 14, No 3 (2019): (September, 2019) Vol 14, No 2 (2019): (Juni, 2019) Vol 14, No 1 (2019): (Maret, 2019) Vol 13, No 4 (2018): (Desember 2018) Vol 13, No 3 (2018): (September 2018) Vol 13, No 2 (2018): (Juni, 2018) Vol 13, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 12, No 3 (2017): (September 2017) Vol 12, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 12, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 12, No 1 (2017): (Maret 2017) Vol 11, No 3 (2016): (September 2016) Vol 11, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 11, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 11, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 8, No 3 (2013): (Desember 2013) Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010) Vol 5, No 2 (2010): (Agustus 2010) Vol 5, No 1 (2010): (April 2010) Vol 2, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 2, No 1 (2007): (April 2007) Vol 1, No 1 (2006): (April 2006) Vol 10, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 10, No 3 (2015): (September 2015) Vol 10, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 10, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 9, No 3 (2014): (Desember 2014) Vol 9, No 2 (2014): (Agustus 2014) Vol 9, No 1 (2014): (April 2014) Vol 8, No 2 (2013): (Agustus 2013) Vol 8, No 1 (2013): (April 2013) Vol 7, No 3 (2012): (Desember 2012) Vol 7, No 2 (2012): (Agustus 2012) Vol 7, No 1 (2012): (April 2012) Vol 6, No 3 (2011): (Desember 2011) Vol 6, No 2 (2011): (Agustus 2011) Vol 6, No 1 (2011): (April 2011) Vol 4, No 3 (2009): (Desember 2009) Vol 4, No 2 (2009): (Agustus 2009) Vol 4, No 1 (2009): (April 2009) Vol 3, No 3 (2008): (Desember 2008) Vol 3, No 2 (2008): (Agustus 2008) Vol 3, No 1 (2008): (April 2008) Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006) More Issue