Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

KARAKTERISTIK, KESESUAIAN, DAN PENGELOLAAN LAHAN UNTUK TAMBAK BUDIDAYA DI KABUPATEN LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN Hasnawi Hasnawi; Akhmad Mustafa
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.251 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.3.2010.449-463

Abstract

Kabupaten Luwu Utara (Lutra) memiliki lahan potensial untuk tambak dan produktivitas tambaknya untuk budidaya udang dan ikan relatif rendah. Oleh karena itu, dilakukan survai untuk mengetahui karakteristik lahan dalam upaya menentukan kesesuaian dan pengelolaan lahan untuk budidaya tambak demi peningkatan produktivitas tambak di Kabupaten Lutra. Faktor yang dipertimbangkan dalam mengetahui karakteristik lahan adalah: tanah, topografi, hidrologi, vegetasi, dan iklim. Analisis spasial dalam Sistem Informasi Geografis digunakan untuk penentuan kesesuaian lahan budidaya tambak. Pengelolaan lahan ditentukan berdasarkan karakteristik lahan yang disesuaikan dengan teknologi dan komoditas yang dapat diaplikasikan di tambak. Kawasan pesisir Kabupaten Lutra didominasi oleh tanah bermasalah yaitu tanah sulfat masam, tanah gambut, dan tanah sulfat masam yang berasosiasi dengan tanah gambut. Tanah sulfat masam adalah jenis tanah dominan di Kabupaten Lutra yang memiliki potensi kemasaman dan unsur-unsur toksik yang tinggi dan sebaliknya unsur hara makro yang rendah dengan tekstur tanah yang  tergolong pasir berlempung dan lempung berpasir. Topografi lahan umumnya relatif datar dan elevasi yang tergolong rendah yang didominasi oleh vegetasi Sonneratia sp., Rhizophora sp., dan Nypa fruticans. Curah hujan yang rendah pada bulan September sampai Februari berdampak pada kondisi kualitas air yang lebih baik terutama pada salinitas, pH, Ca, dan Mg yang lebih tinggi daripada musim hujan. Hasil analisis menunjukkan bahwa lahan tambak di Kabupaten Lutra yang tergolong sangat sesuai (kelas S1) seluas 1.821,9 ha; tergolong cukup sesuai (kelas S2) seluas 368,2 ha; dan tergolong sesuai marjinal (kelas S3) seluas 3.268,1 ha. Untuk perbaikan tanah bermasalah tersebut dapat dilakukan melalui remediasi maupun dengan pemupukan.Coastal area of North Luwu Regency has suitable areas for brackishwater ponds, however many of those areas are low in productivity for shrimp and fish culture. Hence, a survey was conducted to study the characteristics of the area as an effort to determine land suitability and land management for increasing the productivity of brackishwater ponds in North Luwu Regency. Factors that were taken into acount to determine the characteristics of land were soil, topography, hydrology, vegetation and climate condition. Spatial analysis using Geographical Information System software was used to determine land suitability for brackishwater ponds. Land management was determined based on the characteristics of land that are adaptable to the types of technology and commodity applied in the brackishwater ponds. The coastal area of North Luwu Regency was dominated by types of infertile soils, i.e., acid sulfate soil, peat soil and acid sulfate soil associated with peat soil, Acid sulfate soil in North Luwu Regency has high potential acidity and high level toxic element. On the other hand, the area has low level macro elements and soil textures are dominated by loamy sand and sandy loam. In general, the land topography is flat and the elevation is classified as low. The areas are dominated by Sonneratia sp., Rhizophora sp., and Nypa fruticans. Low rainfall level is occurred in September to February and directly affects the coastal water quality, causing higher salinity, pH, Ca, and Mg than in rainy season. Results of analysis show that brackishwater ponds in North Luwu Regency were classified as highly suitable (1,821.9 ha), moderately suitable (368.2 ha) and marginally suitable (3,268.1 ha). Remediation and fertilization are highly recommended in order to improve the soil quality for optimum culture production.
VALIDASI LUAS PERIODIK DAN PENENTUAN LUAS POTENSI TAMBAK DI KABUPATEN LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Mudian Paena; Akhmad Mustafa; Hasnawi Hasnawi; Rachmansyah Rachmansyah
Jurnal Riset Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (April 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.051 KB) | DOI: 10.15578/jra.3.1.2008.137-146

Abstract

Wilayah pesisir merupakan daerah yang menerima beban terberat dalam pembangunan regional, sebagai konsekuensinya maka pengaturan pemanfaatan ruang pesisir harus berorientasi pada potensi dan daya dukung lahan yang berbasis Intergrated Coastal Zone Management (ICZM) yaitu suatu kesatuan sistem yang terintegrasi yang memiliki hubungan terhadap tujuan lokal, regional, nasional, dan internasional. Kedepan sangat diharapkan Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan dalam mengembangkan wilayah pesisirnya juga merujuk pada konsep pengelolaan terpadu dan terintegrasi sehingga tercipta pengelolaan wilayah pesisir berkelanjutan tanpa konflik sektoral. Oleh karena itu, dilakukan kajian untuk mendapatkan data aktual dari berbagai sektor termasuk perikanan dan kelautan, antara lain adalah validasi data luas periodik dan potensi lahan tambak. Kajian ini dilakukan dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis. Citra satelit yang digunakan adalah Landsat-7 ETM+ akuisisi 2002 dan 2005. Hasil kajian menunjukkan bahwa luas tambak di Kabupaten Luwu Utara tahun 2002 dan 2005 masing-masing 4.938,84 ha dan 7.838,94 ha; sedangkan potensi lahan tambak sebesar 15.444,15 ha.Coastal zone is dumping area in regional development, it need regulation of utilization of coastal zone that oriented on the potential and carrying capacity based on Integrated Coastal Zone Management (ICZM). ICZM is an integration of unity system have relation to local goals, regional and international. In the future, North Luwu Regency, South Sulawesi Province will develop its coastal zone based on concept of ICZM to find sustainability management of coastal zone without sector conflict. Hence, it conduct a study to find actual data of some sectors including fisheries and marine, i.e. data of temporal area and potential area of brackish water ponds. Remote sensing technology and geographical information system were used in this study. Image satellite was used are Landsat-7 ETM+ acquisition 2002 and 2005. The result of study show that area of brackish water ponds in North Luwu Regency in 2002 and 2005 are 4,938.84 ha and 7,838.94 ha, respectively with potential area is 15,444.15 ha.
MODEL KESESUAIAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT Utojo Utojo; Akhmad Mustafa; Hasnawi Hasnawi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 3 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.278 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.3.2010.465-479

Abstract

Penelitian ini memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk menentukan lokasi yang sesuai bagi pengembangan budidaya tambak di Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Data sekunder yang diperoleh berupa data iklim, peta Rupabumi Indonesia kawasan Pontianak skala 1:50.000, citra digital ALOS AVNIR-2 dan peta batimetri skala 1:200.000. Data primer diperoleh dengan metode survai di lokasi penelitian yaitu kualitas air dan tanah serta pasang surut. Penentuan stasiun pengamatan dilakukan secara acak dan sistematik. Setiap lokasi pengambilan contoh ditentukan posisi koordinatnya dengan alat Global Positioning System (GPS). Data lapangan (fisika-kimia air dan tanah), data sekunder, dan data citra satelit digital, dianalisis secara spasial dengan metode PATTERN menggunakan SIG. Berdasarkan hasil survai dan evaluasi kesesuaian lokasi budidaya tambak di wilayah pesisir Kabupaten Pontianak seluas 497,077 ha. Pada umumnya yang tergolong sangat sesuai (114,986 ha), cukup sesuai (168,819 ha), tersebar di wilayah pesisir Kecamatan Sungai Pinyuh, Sungai Kunyit, Mempawah Hilir, dan Mempawah Timur, sedangkan yang kurang sesuai (213,272 ha), terdapat di Kecamatan Segedong dan Siantan. This research used GIS technique to find location suitable to develop sustainable brackhiswater pond in Pontianak Regency, West Kalimantan. Secondary data such as wheather data, Indonesia earth surface map of Pontianak area scale of 1:50,000, ALOS satellite imagery digital data, and navigation map scale 1:200,000 were collected and used. The primary data (water and soil quality) and tidal variation were determined during the field survey. Simple systematic random sampling was used to allocate sampling points. Digital Remote Sensing (ALOS) data, secondary data, and field data (water quality) were analyzed using PATTERN method and Geographical Information System (GIS). Thematic map of the area suitability as the main expected output of the study was created using spatial analysis and GIS as suggested by references. The potential areas suitable for brackhiswater pond development at Pontianak Regency were 497.077 ha, classified as brackhiswater pond with high suitability (114.986 ha) and moderate (168.819 ha), distributed in subdistrict shore area of Pinyuh River, Kunyit River, Mempawah Hilir, and Mempawah Timur, and the area classified as low suitability (213.272 ha) distributed in Segedong and Siantan Subdistricts. 
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA TAMBAK DI KABUPATEN PINRANG PROVINSI SULAWESI SELATAN Akhmad Mustafa; Hasnawi Hasnawi; Mudian Paena; Rachmansyah Rachmansyah; Jesmond Sammut
Jurnal Riset Akuakultur Vol 3, No 2 (2008): (Agustus 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2021.76 KB) | DOI: 10.15578/jra.3.2.2008.241-261

Abstract

Kabupaten Pinrang memiliki tambak terluas di Provinsi Sulawesi Selatan, tetapi produktivitas tambaknya masih relatif rendah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk menentukan kesesuaian lahan, faktor pembatas, dan rekomendasi pengelolaan budidaya tambak sebagai salah satu upaya peningkatan produktivitas tambak di Kabupaten Pinrang. Faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan kesesuaian lahan budidaya tambak, meliputi: faktor-faktor hidrologi dan topografi lahan, kondisi tanah, kualitas air, dan iklim. Kualitas air diamati pada musim hujan dan musim kemarau. Analisis spasial dalam Sistem Informasi Geografis digunakan dalam penentuan kesesuaian lahan untuk budidaya tambak di Kabupaten Pinrang. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari luas total tambak di Kabupaten Pinrang, 15.026,2 ha ternyata 7.389,4 ha tergolong sangat sesuai (kelas S1); 1.235,1 ha tambak tergolong cukup sesuai (kelas S2); 3.229,0 ha tambak tergolong sesuai marjinal (kelas S3); dan 3.102,7 ha tergolong tidak sesuai (kelas N) pada musim hujan dan 7.119,8 ha tergolong kelas S1; 4.908,6 ha tergolong kelas S2; 1.606,9 ha tergolong kelas S3; dan 1.390,9 ha tergolong kelas N pada musim kemarau. Sebagai faktor pembatas utama kesesuaian tambak di Kabupaten Pinrang pada musim hujan adalah banjir di sekitar muara Sungai Saddang, sedangkan salinitas menjadi faktor pembatas utama pada musim kemarau. Faktor pembatas lain secara umum adalah jarak sumber air yang jauh, kesuburan tanah yang relatif rendah, pH tanah yang rendah pada tempat tertentu, serta tekstur tanah yang tergolong kasar pada tempat tertentu pula.Pinrang Regency has the largest brackishwater aquaculture pond area in South Sulawesi Province, but it’s productivity is consistently low. A land evaluation program was implemented to determine land suitability and limiting factors for brackishwater pond production as an effort to elevate productivity and to propose appropriate management practices. The study assessed land suitability for brackishwater ponds based on the local hydrology and topography, soil conditions, water quality, and climate. Water quality was measured in rainy and dry seasons. Field data were analyzed using Geographical Information Systems to determine land suitability for brackishwater ponds. The results showed that of the total of 15,026.2 ha of farmed land; 7,389.4 ha were classified as highly suitable; 1,235.7 ha were moderately suitable. 3,229.0 ha were marginally suitable; and 3,102.7 ha fall into the unsuitable category in the rainy season. In the dry season; 7,119.8 ha were highly suitable; 4,908.6 ha were moderately suitable; 1,606.9 ha were marginally suitable and 1,390.9 ha were considered unsuitable. The differences in the area for each suitability class between seasons were attributed to the flooding problems close to the mouth of the Saddang River in the rainy season and increasing pond salinity in some areas during
PENENTUAN LOKASI PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK BERKELANJUTAN DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Utojo Utojo; Akhmad Mustafa; Rachmansyah Rachmansyah; Hasnawi Hasnawi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 4, No 3 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1001.571 KB) | DOI: 10.15578/jra.4.3.2009.407-423

Abstract

Penelitian ini memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk menentukan lokasi yang layak bagi pengembangan budidaya tambak di Kabupaten Lampung Selatan. Data sekunder yang diperoleh berupa data iklim, peta Rupa Bumi Indonesia kawasan Lampung Selatan skala 1:50.000, citra digital landsat-7 ETM+ dan peta batimetri skala 1:200.000. Data primer diperoleh dengan metode survai di lokasi penelitian yaitu kondisi kualitas perairan, kualitas air, dan pasang surut. Penentuan stasiun pengamatan dilakukan secara acak dan sistematik. Setiap lokasi pengambilan contoh ditentukan posisi koordinatnya dengan alat Global Positioning System (GPS). Data lapangan (fisika-kimia perairan), data sekunder, dan data citra satelit (Landsat ETM+) digital, dianalisis secara spasial dengan metode PATTERN menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG). Berdasarkan hasil survai dan evaluasi kelayakan budidaya tambak udang di wilayah pesisir Lampung Selatan seluas 4.052,3 ha. Pada umumnya yang memiliki tingkat kelayakan tinggi (1.223,1 ha), sedang (2.065,4 ha), dan rendah (763,8 ha) tersebar di wilayah pesisir Kecamatan Sragi, Ketapang, dan Panengahan, sedangkan sebagian kecil terdapat di Kecamatan Kalianda, Sidomulyo, dan Katibung, serta lokasi yang tidak layak berupa perbukitan, masing-masing dituangkan dalam peta prospektif skala 1:50.000.This research used GIS technique to find location suitable to develop sustainable brackishwater pond culture in South Lampung Regency. Secondary data such as weather data, Indonesia earth surface map of South Lampung area scale of 1:50,000, landsat-7ETM digital imagery, and navigation map scaled 1:200,000. Primary data (water quality) and tide were collected using survey method. Simple systematic random sampling was used to allocate sampling points. Digital Remote sensing (Landsat ETM+) data, secondary data, and field data (water quality) were analyzed using PATTERN method and Geographic Information System (GIS). Tematic map of area suitability as the main expected output of the study was created through spatial analysis and GIS as suggested by reference. The potential areas which are suitable for shrimp brackishwater pond culture development in South Lampung Regency are 4,052.3 ha, consisting of high suitability area (1,223.1 ha), moderate (2,065.4 ha), and low (763.8 ha) and are distributed in the coastline areas of Subdistrict of Sragi, This research used GIS technique to find location suitable to develop sustainable brackishwater pond culture in South Lampung Regency. Secondary data such as weather data, Indonesia earth surface map of South Lampung area scale of 1:50,000, landsat-7ETM digital imagery, and navigation map scaled 1:200,000. Primary data (water quality) and tide were collected using survey method. Simple systematic random sampling was used to allocate sampling points. Digital Remote sensing (Landsat ETM+) data, secondary data, and field data (water quality) were analyzed using PATTERN method and Geographic Information System (GIS). Tematic map of area suitability as the main expected output of the study was created through spatial analysis and GIS as suggested by reference. The potential areas which are suitable for shrimp brackishwater pond culture development in South Lampung Regency are 4,052.3 ha, consisting of high suitability area (1,223.1 ha), moderate (2,065.4 ha), and low (763.8 ha) and are distributed in the coastline areas of Subdistrict of Sragi, 
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI GUSUNG BATUA, PULAU BADI KABUPATEN PANGKEP, SULAWESI SELATAN Petrus Rani Pong-Masak; Andi Indra Jaya; Hasnawi Hasnawi; Andi Marsambuana Pirzan; Mahatma Lanuru
Jurnal Riset Akuakultur Vol 5, No 2 (2010): (Agustus 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (591.376 KB) | DOI: 10.15578/jra.5.2.2010.299-316

Abstract

Budidaya rumput laut sangat prospektif menjadi alternatif usaha oleh masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil. Pemilihan lokasi budidaya melalui kegiatan inventarisasi dan pemetaan potensi sumberdaya lahan merupakan tahapan awal yang penting dilakukan. Penelitian ini bertujuan menentukan kelayakan lahan perairan untuk pengembangan budidaya rumput laut di Gusung Batua, Pulau Badi Kabupaten Pangkep. Penelitian dilakukan dengan metode survai untuk mendapatkan data primer dengan pendekatan SIG dan data sekunder. Data dianalisis dengan metode PATTERN berdasarkan skoring dari beberapa variabel kunci untuk menentukan tingkat kelayakan lahan bagi pengembangan budidaya rumput laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perairan Gusung Batua di Pulau Badi memiliki potensi lahan pengembangan budidaya rumput laut dengan tingkat kelayakan tinggi seluas 42,1 ha (4,2%), tingkat kelayakan sedang 660,3 ha (66,6%), dan tingkat kelayakan rendah 156,8 ha (15,8%).Seaweed cultures were very prospective for alternative job by community in coastal and small Island. Site selection of culture by inventory and mapping activity of waters resource make up initial stage of important done. This research aimed to determine of waters suitable for development of seaweed culture in Batua Reef, Badi Island, Pangkep Regency, South Sulawesi. Research conduct by survey method to obtain primary data with Geographical Information System (GIS) and secondary data. Data were analysis with PATTERN (Planning Assisstance Through Technical Evaluation of Relevant Numbers) method based on scoring of key variables to determine of suitable level of waters for development of seaweed culture. Result of research showed that Batua Reef waters have area potential for seaweed culture with most suitable were 42,1 ha (4.2%) as wide, moderately suitable were 660.3 ha (66.6%) as wide, and low suitable were 156.8 ha (15,8%) as wide.
IDENTIFIKASI KELAYAKAN LOKASI LAHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma sp) DI PERAIRAN TELUK TAMIANG, KABUPATEN KOTABARU, KALIMANTAN SELATAN Utojo Utojo; Rachmansyah Rachmansyah; Abdul Mansyur; Andi Marsambuana Pirzan; Hasnawi Hasnawi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1408.014 KB) | DOI: 10.15578/jra.1.3.2006.397-409

Abstract

Kalimantan selatan memiliki sumber daya lahan perikanan pesisir yang cukup potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut, namun demikian belum diperoleh data rinci kelayakanannya
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN DAN PRODUKTIVITAS TAMBAK UNTUK PENAJAMAN KRITERIA KELAYAKAN LAHAN: 1. KUALITAS AIR Akhmad Mustafa; Irmawati Sapo; Hasnawi Hasnawi; Jesmond Sammut
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.491 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.3.2007.289-302

Abstract

Kualitas air merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam evaluasi kelayakan lahan untuk budi daya tambak, karena sifat kimia dan fisiknya mempengaruhi organisme yang dibudidayakan dan makanan alami. Dalam banyak kasus, kriteria kualitas air untuk akuakultur di Indonesia terlalu bersifat umum. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara produktivitas tambak dari berbagai komoditas yang dibudidayakan di Indonesia. Penelitian dilaksanakan di kawasan pertambakan yang ada di Kabupaten Pinrang, Sinjai, Luwu, dan Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung. Metode penelitian yang diaplikasikan adalah metode survai, termasuk untuk mendapatkan data primer dari produksi yang dilakukan melalui pengajuan kuisioner dan perekaman pada saat wawancara kepada responden. Pengukuran langsung di lapangan dan pengambilan contoh air untuk dianalisis di laboratorium dilakukan pada musim kemarau dan musim hujan. Pemilihan model regresi “terbaik” didasarkan pada metode kuadrat terkecil. Udang vanamei (Litopenaeus vannamei) dapat tumbuh dan hidup dengan baik pada kisaran salinitas yang lebar (20--35 ppt), tetapi udang vanamei tidak dipengaruhi oleh suhu antara 28,2°C dan 31,7°C; oksigen terlarut antara 4,99 mg/L dan 10,03 mg/L dan pH antara 7,83 dan 8,89. Produksi rumput laut (Gracilaria verrucosa) tertinggi didapatkan pada salinitas 25,6 ppt dan oksigen terlarut 8,39 mg/ L dan rumput laut tumbuh baik pada kisaran pH antara 6,00 dan 9,32, suhu antara 26,00°C dan 37,86°C, fosfat lebih besar 0,1000 mg/L dan besi kurang dari 0,1000 mg/ L. Produksi pada polikultur udang windu dan ikan bandeng tertinggi didapatkan pada salinitas 16,3 ppt, namun produksinya tidak dipengaruhi suhu antara 26,15°C dan 36,38°C, oksigen terlarut antara 4,60 mg/L dan 10,00 mg/L dan pH antara 6,08 dan 8,64.Water quality is an important factor in land capability assessment for brackish water aquaculture ponds because its chemical and physical properties affect the biology of the farmed organisms and natural feed. In most cases water quality criteria in Indonesian aquaculture are too generalized. The present study investigated the relationship between key water quality variables and pond productivity for common commodities farmed in Indonesia.  The study was carried out in representative brackish water ponds at Pinrang, Sinjai, Luwu, and North Luwu Regencies, South Sulawesi Province and South Lampung Regency, Lampung Province. The study collected farm data through a structured questionnaire and interviews, and environmental measurements principally water quality analyses. In situ and laboratory analyses were conducted for dry and wet season conditions. A regression model based on the least quadratic method was used to identify relationships between water quality factors and pond productivity. The production of whiteleg shrimp (Litopenaeus vannamei) was highest in a salinity range of 20--35 ppt, water temperatures between 28.2°C and 31.7°C, dissolved oxygen concentrations between 4.99 mg/L and 10.03 mg/L and pH between 7.83 and 8.89. The highest seaweed production (Gracilaria verrucosa) occurred at a salinity of 25.6 ppt and dissolved oxygen concentration of 8.4 mg/L. The best overall growth of seaweed occurred at a pH 6.00--9.32, water temperature of 26.00°C-37.86°C, phosphate concentrations > 0.1000 mg/L and iron concentrations < 0.1000 mg/L. Polyculture production of tiger prawn (Penaeus monodon) and milkfish (Chanos chanos) was greatest in pond water temperatures of 26.15°C to 36.38°C, dissolved oxygen concentrations between 4.60 mg/L and 10.00 mg/L, and pH between 6.08 and 8.64.
KONDISI LINGKUNGAN PERAIRAN TELUK MALLASORO YANG LAYAK UNTUK LOKASI PENGEMBANGAN BUDI DAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma sp.) Utojo Utojo; Abdul Mansyur; Brata Pantjara; Andi Marsambuana Pirzan; Hasnawi Hasnawi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 2 (2007): (Agustus 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2486.479 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.2.2007.243-255

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan lokasi yang layak bagi pengembangan budi daya rumput laut di perairan Teluk Mallasoro, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Data sekunder yang diperoleh berupa data iklim, data produksi rumput laut, peta rupabumi Indonesia kawasan Jeneponto skala 1:50.000, citra digital landsat-7 ETM, dan peta batimetri skala 1:200.000. Data primer diperoleh dengan metode survai di lokasi penelitian yaitu kondisi kualitas perairan. Penentuan stasiun pengamatan dilakukan secara acak dan sistematik. Setiap lokasi pengambilan contoh ditentukan posisi koordinatnya dengan alat Global Positioning System (GPS). Data lapangan (fisikakimia perairan), data sekunder, dan data citra satelit (Landsat ETM+) digital, dianalisis secara spasial dengan metode PATTERN menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Berdasarkan hasil survai dan evaluasi kelayakan budi daya rumput laut perairan Teluk Mallasoro memiliki tingkat kelayakan tinggi di sekitar tengah, timur, dan barat dari mulut teluk (297,7 ha), kelayakan sedang terdapat di sepanjang kawasan tengah teluk (403,0 ha), dan kelayakan rendah di sekitar tengah dan timur bagian dalam teluk (387,0 ha), dituangkan dalam peta prospektif skala 1:50.000.The aim of this research is to find location which was suitable to develop seaweed culture in Mallsoro Bay, Jeneponto Regency, South Sulawesi. Secondary data such as wheather data, seaweed production data, Indonesia earth surface map of Jeneponto area scale of 1:50,000, citra landsat-7 ETM digital product, and navigation map scale 1: 200,000. The primary data (water quality) was found  with survey method in research location. Simple systematic random sampling was used to allocate sampling points.Digital Remote sensing (Landsat ETM+) data, secundary data, and field data (water quality) were analyzed using PATTERN method and Geographic Information System (GIS). Tematic map of area suitability as the main expected output of the study was made through spatial analysis and GIS as suggested by reference. The potential areas which are suitable for seaweed culture development are 1,087.7 ha, namely either for seaweed culture with high suitability (297.7 ha), moderate (403.0 ha), and low (387.0 ha) was distribution in the sea waters of Mallasoro Bay.
VALIDASI LUAS LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN PINRANG, PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Mudian Paena; Akhmad Mustafa; Hasnawi Hasnawi; Rachmansyah Rachmansyah
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 3 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.656 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.3.2007.329-340

Abstract

Keberhasilan budi daya tambak udang windu pada awal tahun 1990-an menyebabkan terjadinya pertambahan luas tambak yang cukup besar di Sulawesi Selatan termasuk di Kabupaten Pinrang. Untuk mendapatkan data perubahan luas dan luas tambak terkini di kabupaten tersebut maka dilakukan validasi luas tambak melalui pemanfaatan citra satelit. Citra satelit yang digunakan adalah Landsat-7 ETM+ akuisisi 2002 dan 2005 yang selanjutnya dilakukan klasifikasi. Sedangkan untuk data sebelumnya yaitu tahun 1991 digunakan peta rupabumi Indonesia yang didigitasi dan dilakukan analisis spasial dengan menggunakan SIG. Hasil analisis menunjukkan bahwa luas tambak di Kabupaten Pinrang pada tahun 1991 adalah 7.490,805 ha dan meningkat pada tahun 2002 dan 2005 menjadi berturut-turut 13.366,086 ha dan 14.569,180 ha. Penambahan luas tambak di Kabupaten Pinrang sebagian besar berasal dari konversi sawah dan sebagian lagi berasal dari konversi penggunaan lahan lainnya yang ada di kawasan pesisir.The successful of tiger prawn culture in the brackish water pond in the early of 1990s to cause expansion of brackish water pond area in fairly large in South Sulawesi including Pinrang Regency. To find data of area changing and updating data of brackish water pond area in this regency, was conducted the validation brackish water pond area with satellite image. Satellite image which used was Landsat-7 ETM+ acquisition 2002 and 2005. Satellite image was classified, while the early data, in 1991, was used maps of rupabumi Indonesia that was digitized and conducted spatial analysis with GIS. The results of analysis show that brackish water pond area in Pinrang regency in 1991 was 7,490.805 ha and increased up to 13,366.086 ha and 14,569.180 ha in 2002—2005, respectively. The addition of brackish water ponds area in Pinrang Regency was mainly came from conversion of paddy field and it remaining was from the other land uses type of coastal zone.