cover
Contact Name
Muhammad Syahrir
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
ma.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
Jl. Sungai Musi Km. 09 Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone, Sulawesi
Location
Kab. bone,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Media Akuakultur
ISSN : 19076762     EISSN : 25029460     DOI : 10.15578/ma
Media Akuakultur as source of information in the form of the results of research and scientific review (review) in the field of applied aquaculture including genetics and reproduction, biotechnology, nutrition and feed, fish health and the environment, and land resources in aquaculture.
Arjuna Subject : -
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)" : 15 Documents clear
KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) DAN TIMBAL (Pb) PADA AIR DAN SEDIMEN KOLAM TANAH DI LOKA RISET BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR, DEPOK Ahmad Musa
Media Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (587.83 KB) | DOI: 10.15578/ma.4.1.2009.89-92

Abstract

Pencemaran di daerah perkotaan merupakan efek dari meningkatnya industri, aktivitas penduduk, dan faktor penyebab lainnya. Logam berat merupakan salah satu pencemar yang dapat membahayakan lingkungan. Kolam-kolam budidaya yang terdapat pada daerah perkotaan dikhawatirkan telah tercemari oleh logam berat. Pengamatan kandungan logam berat Kadmium (Cd) dan Timbal (Pb) pada air dan sedimen di kolam tanah Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar (LRBIHAT) didapatkan bahwa kolam tersebut telah tercemari oleh Cd dan Pb. Hal ini terlihat dari kandungan Cd dalam sedimen dan Pb dalam air di kolam tersebut yang telah melewati baku mutu yang ditetapkan. Perlu dilakukan upaya penanggulangan terhadap kondisi lingkungan ini, serta pengamatan terhadap efek akumulasi logam Cd dan Pb pada kulit maupun jaringan tubuh ikan hias yang dibudidayakan di kolam tersebut perlu dilakukan.
PERKEMBANGAN KEGIATAN PERIKANAN IKAN BANDENG PADA KERAMBA JARING TANCAP DI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN Ofri Johan; Achmad Sudradjat; Wartono Hadie
Media Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (50.035 KB) | DOI: 10.15578/ma.4.1.2009.40-44

Abstract

Survai keramba jaring tancap ikan bandeng (Chanos chanos) menjadi suatu studi yang menarik dibandingkan dengan daerah lain karena kegiatan dilakukan di muara sungai yang mengalami perkembangan sangat cepat, dimana pada awalnya bermula dengan 2 keramba sebagai percobaan, ternyata dalam kurun waktu 6 bulan sudah menutupi semua areal sungai sepanjang sekitar 4 km dengan 310 buah keramba. Kegiatan ini perlu menjadi perhatian Pemda setempat karena pada satu sisi kegiatan ini jelas akan meningkatkan produksi ikan dan meningkatkan pendapatan nelayan namun di lain hal kecepatan pertambahan jumlah keramba di luar batas daya dukung perairan, akan mendatangkan suatu risiko yang tinggi bagi keberhasilan kegiatan tersebut, bahkan dapat menyebabkan kematian total seperti yang sudah terjadi pada daerah-daerah lain, seperti di Waduk Cirata, Danau Maninjau, dan daerah lainnya.
PROSPEK VAKSIN POLIVALEN UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT POTENSIAL PADA PERIKANAN BUDIDAYA Angela Mariana Lusiastuti; Taukhid Taukhid
Media Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (65.608 KB) | DOI: 10.15578/ma.4.1.2009.67-72

Abstract

Perkembangan vaksin pada ikan masih dalam tahap penelitian. Rencana strategis untuk pengembangan vaksin oleh peneliti merupakan pola dari riset yang dilakukan. Identifikasi antigen yang bersifat protektif, metode untuk produksi antigen protektif dalam kultur mikroba, metode bagaimana merubah bentuk antigen protektif menjadi bersifat imunogenik, merupakan tiga tahap yang dilakukan dalam riset tentang vaksin. Vaksin polivaleni adalah bentuk vaksin generasi baru yang memberikan perlindungan terhadap dua atau tiga penyakit pada saat yang sama jika dibandingkan dengan aplikasi satu atau dua vaksin secara terpisah. Keuntungan dari strategi ini adalah: sedikit jarum yang diinjeksikan, berkurangnya prosedur tata laksana, dan sumber daya manusia (SDM) yang digunakan. Dalam makalah ini juga dibahas keuntungan dan kerugian penggunaan vaksin polivalen serta tahap-tahap produksi vaksin tersebut.
IKAN HIAS AIR TAWAR EKSPOR INDONESIA Darti Satyani; I Wayan Subamia
Media Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.724 KB) | DOI: 10.15578/ma.4.1.2009.1-17

Abstract

Spesies ikan hias air tawar dari Indonesia yang diekspor oleh para eksportir terutama dari daerah Jabodetabek sangat banyak. Pasar ekspor merupakan pasar terbesar untuk ikan hias Indonesia. Negara tujuan ekspor hampir ke seluruh dunia, mulai dari Eropa, Amerika, Australia, Jepang, Cina, Hongkong, Singapura bahkan Timur Tengah seperti Iran dan Arab Saudi. Nilai ekspor yang tercatat pada tahun 2000 masih sekitar 4 juta dollar namun tahun 2003 sudah mencapai sekitar 15 juta dollar US versi Badan Pengembangan Ekspor Nasional, dan tahun 2006 sudah dicapai 130 juta dollar US. Walaupun demikian menurut versi BPEN pula Indonesia baru mengisi 9% pasar di Eropa dan 6% ke Amerika, sementara Singapura mengisi 25% dan 30%-nya. Ikan ekspor ini terdiri atas spesies-spesies ikan yang berasal dari perairan Indonesia sendiri dan ikan introduksi dari perairan negara lain seperti Amerika Selatan, Afrika, dan AsiaTenggara lainnya. Produk didapatkan dari hasil tangkapan alam maupun dari hasil budidaya. Beberapa merupakan ikan yang di re-ekspor dari negara asal ke negara pengimpor. Data jenis ikan yang telah dibuat dalam bentuk tabulasi didasarkan dari asal ikan didapatkan dari list beberapa eksportir yang berada di daerah Jakarta, Bogor, Bekasi, dan Depok. Dari data tersebut ternyata ikan asli perairan Indonesia masih banyak yang diambil dari alam (tangkapan), dan ikan introduksi yang masuk dan dibudidayakan disini justru lebih banyak.
PENENTUAN LUAS, POTENSI DAN KESESUAIAN LAHAN TAMBAK DI SULAWESI SELATAN MELALUI PEMANFAATAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH Akhmad Mustafa; Tarunamulia Tarunamulia
Media Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.576 KB) | DOI: 10.15578/ma.4.1.2009.93-103

Abstract

Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentra produksi budidaya tambak dan memiliki tambak terluas di Indonesia. Selain itu, Sulawesi Selatan juga masih memiliki potensi lahan untuk pengembangannya. Sejak beberapa tahun terakhir, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau telah melaksanakan berbagai kegiatan yang terkait dengan sumberdaya lahan tambak dalam upaya peningkatan produktivitas tambak yang berkelanjutan. Hasil analisis data citra satelit penginderaan jauh (inderaja) dan atau radar yang dikombinasikan dengan sistem informasi geografis telah dimanfaatkan dalam kegiatan yang berhubungan dengan sumberdaya lahan untuk budidaya tambak. Data ini dimanfaatkan dalam penentuan luas lahan tambak yang ada, potensial lahan tambak dan kesesuaiannya di beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan.
SPESIES ASING SEBAGAI SALAH SATU PEMBATAS DALAM BUDIDAYA COPEPODA PADA BAK TERKONTROL Media Fitri Isma Nugraha; Gede Suwarthama Sumiarsa
Media Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.196 KB) | DOI: 10.15578/ma.4.1.2009.45-49

Abstract

Copepoda adalah golongan crustacean yang dapat dijadikan sebagai pakan alami untuk larva ikan. Secara umum copepoda tergolong dalam empat ordo yaitu Calanoida, Cyclopoida, Harpacticoida, dan Monstrilidae. Di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol, Copepoda yang dibudidayakan adalah jenis Harpacticoida yaitu Tisbe sp. yang pemeliharaannya dikerjakan dalam bak terkontrol. Copepod ini diberi pakan berupa fitoplankton, scoot’s emulsion, pelet ikan, dan ragi, serta sedikit penambahan probiotik. Pembatas selama budidaya adalah sulitnya produksi naupli copepoda secara massal, hal ini dikarenakan waktu bertelur yang tidak seragam antara individu copepoda, sehingga tidak bisa ditentukan waktu yang tepat untuk panen nauplii secara besarbesaran. Pembatas kedua adalah lambatnya reproduksi copepoda yaitu 14 hari jika dibandingkan dengan rotifer yang hanya dua hari. Pembatas ketiga adalah adanya spesies asing atau predator yang menyerang copepoda pada kondisi tertentu, seperti tingginya nutrisi pakan pada bak pemeliharaan.
UJI APLIKASI VAKSIN HYDROVAC UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT MERAH PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio) DAN GURAME (Osphronemus gouramy) DI BALAI BENIH IKAN PANDAK KABUPATEN BANYUMAS Indrawati Indrawati; Hambali Supriyadi
Media Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (28.19 KB) | DOI: 10.15578/ma.4.1.2009.73-75

Abstract

Uji aplikasi vaksin ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian vaksin hydrovac terhadap perkembangan kesehatan ikan mas dan gurami, serta mendapatkan informasi tentang cara pengendalian, melalui tindakan pencegahan ikan air tawar yang terserang wabah penyakit Aeromonas hydrophila. Sebanyak 39 ekor ikan mas (Cyprinus carpio) dengan bobot rata-rata 1 kg dan panjang rata-rata 30 cm dan108 ekor ikan gurami (Osphronemus gouramy L.) dengan bobot rata-rata 250 g dan panjang rata-rata 10 cm yang berasal dari Balai Benih Ikan (BBI) Pandak Kabupaten Banyumas, digunakan sebagai ikan uji. Vaksin yang digunakan adalah “vaksin hydrovac” yang diproduksi oleh Laboratorium Patologi Ikan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor. Vaksin diaplikasikan dengan cara dicampur pelet dengan dosis 2--3 mL per kilogram bobot badan ikan yang diberikan selama 5--7 hari berturut-turut dan setelah satu bulan kemudian dilakukan vaksinasi ulangan (booster) terhadap ikan yang telah divaksin dengan cara yang sama. Hasil uji menunjukkan bahwa ikan baik ikan mas maupun gurame yang divaksin menunjukkan angka sintasan yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan ikan yang tidak divaksin. Mortalitas ikan uji yang tidak divaksin terjadi mulai minggu ke-5 dan ke-6.
IKAN GABUS (Channa striata) MANFAAT PENGEMBANGAN DAN ALTERNATIF TEKNIK BUDIDAYANYA Nurbakti Listyanto; Septyan Andriyanto
Media Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.766 KB) | DOI: 10.15578/ma.4.1.2009.18-25

Abstract

Ikan gabus (Channa striata) merupakan jenis ikan yang bernilai ekonomis. Di Indonesia penyebarannya antara lain di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Spesies ini memiliki rasa yang khas, tekstur daging tebal dan putih sehingga harganya pun cukup mahal baik dalam bentuk segar maupun kering (ikan asin). Selain itu, memiliki kandungan albumin yang diperlukan tubuh manusia dalam mengatasi berbagai penyakit terutama yang disebabkan berkurangnya jumlah protein darah. Ikan ini termasuk salah satu jenis ikan karnivora air tawar dikarenakan sifatnya yang gemar memangsa ikan-ikan kecil sebagai pakannya. Walaupun memiliki potensi strategis, serta kegunaan yang luas dalam industri pangan maupun farmasi, namun di Indonesia masih belum banyak dibudidayakan karena belum dikuasai teknik budidayanya. Pemeliharaan bersama ikan mujair di kolam, penggunaan campuran pakan buatan kaya nutrisi, serta pemanfaatan tanaman air dalam proses pemijahan merupakan alternatif budidaya yang perlu dikembangkan.
FITOREMEDIASI KOLAM PEMELIHARAAN IKAN DENGAN MEMANFAATKAN SAYURAN Nuryadi Nuryadi; Sutrisno Sutrisno; Dewi Puspaningsih
Media Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (50.266 KB) | DOI: 10.15578/ma.4.1.2009.50-53

Abstract

Limbah domestik yang mengandung N dan P apabila kadarnya melebihi kemampuan perairan untuk mengurainya, akan memicu pertumbuhan organisme tertentu secara berlebihan dan mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem perairan. Kondisi tersebut apabila tidak ditanggulangi akan mengakibatkan menurunnya kualitas perairan yang akan menurunkan produktivitas dan keanekaragaman hayati perairan tersebut. Arah pembangunan perikanan budidaya air tawar mulai berubah ke arah peningkatan efisiensi penggunaan lahan dan air untuk memproduksi ikan bersih dan sehat dikonsumsi. Teknik fitoremediasi terbukti mampu mengurangi penggunaan lahan dan air dalam kolam sistem tertutup, selain resirkulasi pada sistem akuaponik. Teknik fitoremediasi lebih hemat energi dibanding sistem akuaponik yang kerjanya sangat tergantung dari kerja pompa air, sehingga penggunaan sistem ini dapat mencakup daerah yang lebih luas, terutama di daerah yang belum terjangkau listrik. Fitoremediasi juga dapat memberikan andil dalam pemenuhan pangan yang sehat dengan menghasilkan ikan dan sayuran organik yang bermanfaat.
APLIKASI REKAYASA GENETIK PADA BUDIDAYA IKAN DI INDONESIA Otong Zenal Arifin; Muhammad Hunaina Fariddudin Ath-thar; Rudhy Gustiano
Media Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (86.473 KB) | DOI: 10.15578/ma.4.1.2009.76-83

Abstract

Perbaikan mutu genetik ikan merupakan suatu langkah lanjut dari kegiatan budidaya ikan yang bertujuan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas suatu komoditas apabila teknologi budidaya sudah optimal diterapkan. Strategi perbaikan mutu genetik dapat dilakukan baik secara konvensional melalui seleksi dan hibridisasi atau molekuler melalui rekayasa genetik. Di Indonesia, upaya perbaikan mutu genetik melalui rekayasa genetik telah mulai dilakukan sejak tahun 1980. Rekayasa genetik yang pertama kali diterapkan adalah manipulasi set kromosom untuk menghasilkan klon ginogen yang dapat mempercepat pemurnian galur dan poliploidi untuk menghasilkan populasi ikan yang memiliki set kromosom lebih dari 2N. Aplikasi rekayasa genetik yang kedua adalah manipulasi kelamin untuk memanfaatkan potensi “sexual dimorphisms” pada pertumbuhan ikan konsumsi dan sifat eksotis pada ikan hias. Aplikasi rekayasa genetik yang ketiga adalah transgenik atau DNA rekombinan. Teknologi, aplikasi, perkembangan, potensi, dan  manfaat rekayasa genetik di atas bagi perkembangan budidaya ikan di Indonesia diuraikan dalam makalah ini.

Page 1 of 2 | Total Record : 15