cover
Contact Name
Muhammad Syahrir
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
ma.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
Jl. Sungai Musi Km. 09 Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone, Sulawesi
Location
Kab. bone,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Media Akuakultur
ISSN : 19076762     EISSN : 25029460     DOI : 10.15578/ma
Media Akuakultur as source of information in the form of the results of research and scientific review (review) in the field of applied aquaculture including genetics and reproduction, biotechnology, nutrition and feed, fish health and the environment, and land resources in aquaculture.
Arjuna Subject : -
Articles 324 Documents
MENJADIKAN PERIKANAN BUDIDAYA SEBAGAI INKUBATOR BISNIS MANDIRI: PELAJARAN BERHARGA DARI TAIWAN Estu Nugroho
Media Akuakultur Vol 5, No 1 (2010): (Juni 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.64 KB) | DOI: 10.15578/ma.5.1.2010.62-66

Abstract

Keberhasilan Taiwan dalam bidang budidaya perikanan merupakan suatu hal yang dapat dijadikan contoh pembelajaran dalam pengembangan budidaya di Indonesia, dengan penyesuaian keadaan di Indonesia. Pada prinsipnya keberhasilan Taiwan dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah: kejelian dalam memilih komoditas, kesuksesan penerapan teknologi tepat guna serta peranan yang kuat dari pemerintah, perguruan tinggi, dan asosiasi dalam bidang perikanan. Komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi menjadi acuan pengembangan produk khususnya ekspor. Teknologi dengan memanfaatkan bahan baku serta sumberdaya alam yang ada di daerah setempat merupakan andalan pembudidaya dalam menaikkan produktivitas melalui penyediaan air yang berkualitas, pakan yang ramah lingkungan, benih yang berkualitas serta penggunaan bahan herbal untuk kekebalan. Penyediaan infrastruktur sarana dan prasarana, penyediaan dana yang mudah dan murah serta jalur transfer teknologi yang jelas mempunyai peranan yang penting.
POTENSI “IKAN MURAI AIR TAWAR” (Gymnothorax polyuranodon) SEBAGAI IKAN HIAS Ahmad Musa; Bastiar Nur; Rina Hirnawati
Media Akuakultur Vol 6, No 1 (2011): (Desember 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.3 KB) | DOI: 10.15578/ma.6.1.2011.21-24

Abstract

Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi sumberdaya alam hayati termasuk di dalamnya ikan-ikan air tawar, payau, dan laut yang prospeknya dikembangkan sebagai komoditas yang bernilai ekonomi tinggi. Ikan murai air tawar (Gymnothorax polyuranodon) merupakan salah satu spesies ikan yang sebarannya cukup luas di Indonesia. Dalam siklus hidupnya ikan murai ini hidup di air tawar, payau dan laut. Corak warna coklat kekuningan dengan bintik hitam bulat yang tidak teratur pada kepala seperti pita-pita yang warnanya memanjang yang lengkap serta bentuknya yang mirip ular menyebabkan ikan murai ini juga dijadikan ikan hias. Tiga kali koleksi ikan murai di alam telah dilakukan di Sungai Lasusua, Sulawesi Tenggara pada September 2008, Oktober, dan November 2009.
PROBIOTIK: PEMANFAATANNYA UNTUK PAKAN IKAN BERKUALITAS RENDAH Abdul Mansyur; Abdul Malik Tangko
Media Akuakultur Vol 3, No 2 (2008): (Desember 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.735 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.2.2008.145-149

Abstract

Probiotik mempunyai prospek yang cerah dalam membantu memperbaiki pakan berkualitas rendah pada budidaya ikan sehingga akan ikut meningkatkan produktivitas perikanan budidaya. Salah satu jenis probiotik yang telah dicoba adalah probiotik dengan merek dagang H-S dicampurkan ke dalam pakan dengan menggunakan hewan uji ikan bandeng dalam keramba jaring apung (KJA) di laut ukuran 1 m x 1 m x 1,2 m. Dari hasil ujicoba menunjukkan bahwa dengan konsentrasi 0,2%/kg pakan yang diberikan pada hewan uji ikan bandeng memberikan respons yang terbaik terhadap laju pertumbuhan harian, rasio konversi pakan, dan kecernaan pakan baik bahan kering, protein, maupun energi.
PEMANFAATAN TEPUNG ANAK AYAM (DOC) UNTUK MENSUBSTITUSI TEPUNG IKAN DALAM PAKAN IKAN BUDIDAYA Kamaruddin Kamaruddin; Usman Usman
Media Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1876.653 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.1.2008.36-39

Abstract

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi penggunaan tepung ikan dalam industri pakan, adalah dengan penjajakan beberapa bahan baku lokal ataupun pemanfaatan beberapa jenis limbah industri seperti pemanfaatan limbah industri cold storage, pemotongan hewan, dan penetasan ayam. Telah dilakukan beberapa kegiatan uji kecernaan dan pemanfaatan limbah tersebut dan menunjukkan hasil yang signifikan dalam mensubstitusi tepung ikan dalam pakan ikan. Meskipun bahan dari jenis limbah ini masih dalam bentuk utuh, sehingga masih perlu diolah sampai menjadi bahan baku yang siap untuk diramu dengan bahan baku lainnya. Seperti halnya dengan pemanfaatan limbah DOC dalam pakan ikan, yang harus melalui beberapa proses seperti pembakaran, pengukusan, penjemuran, penepungan kasar, dan penepungan halus. Sehingga melalui proses tersebut dari penelitian yang dilakukan diperoleh rendemen sekitar 21,4%. Dari hasil analisis proksimat DOC ini didapatkan protein kasar 59,2%; lemak kasar 13,2%; kadar abu 7,9%; serat kasar 1,2%; dan BETN 18,2%. Hasil uji kecernaan tepung DOC pada ikan kerapu macan adalah kecernaan bahan kering sekitar 88,2%; kecernaan protein sekitar 73,7%; dan kecernaan lemak sekitar 70%.
KENDALA PADA PENDEDERAN BENIH IKAN BERONANG LADA (Siganus canaliculatus) PADA KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN PULAU SIRAI, TANJUNGPINANG Philip Teguh Imanto; Made Suastika
Media Akuakultur Vol 5, No 1 (2010): (Juni 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (747.05 KB) | DOI: 10.15578/ma.5.1.2010.10-14

Abstract

Beronang lada (Siganus canaliculatus) adalah kelompok ikan yang banyak ditemukan di perairan pantai dan rataan terumbu karang, memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi terutama pada saat hari raya Imlek, di mana ikan yang matang gonad sangat digemari dan mencapai harga tertinggi hingga Rp 110 ribu/kg. Hal ini menarik minat pembudidaya untuk memelihara dan membesarkan dengan tujuan mencapai ukuran matang gonad pada saat tersebut. Ketersediaan benih yang melimpah dan mudah diperoleh menyebabkan pengusaha memelihara dengan kepadatan tinggi hingga 5 ribu ekor per kurungan berukuran 3 m x 3 m x 2 m (18 m3), dengan sediaan pakan potongan padang lamun dan pelet kakap komersial seri KPA 3-4. Kendala kematian benih yang cukup tinggi muncul pada saat pemeliharaan, yang dicirikan dengan gerakan abnormal, mulut kemerahan, dan ekor yang terkikis. Pengamatan lapang dilakukan pada fasilitas pemeliharaan dan wawancara untuk mendapat gambaran umum kondisi budidaya, serta pengambilan sampel benih sehat dan yang bermasalah untuk observasi visual (organoleptik) maupun secara mikroskopik. Hasil pengamatan dengan miksroskop diketahui mulut yang memerah disebabkan kerusakan pada gigi dan bibir, serta ekor yang terkikis lebih disebabkan gigitan benih ikan yang sehat. Perbaikan manajemen budidaya disarankan dilakukan dengan mengurangi tingkat kepadatan, penggunaan pelet basah (moist pellet) serta meningkatkan frekuensi pemberian pakan diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan.
Keragaan Fenotipe Ikan Tambakan (Helostoma temminkii. Cuvier 1829) Hasil Domestikasi (Takhasi) Otong Zenal Arifin; Wahyulia Cahyanti; Jojo Subagja; Anang Hari Kristanto
Media Akuakultur Vol 12, No 1 (2017): (Juni, 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.064 KB) | DOI: 10.15578/ma.12.1.2017.1-9

Abstract

Ikan tambakan berpotensi dibudidayakan karena memiliki keunggulan seperti kemampuan beradaptasi terhadap perairan dengan kadar oksigen terlarut rendah dan tergolong ikan dengan nilai fekunditas yang tinggi. Penelitian untuk mengetahui keragaan fenotipe ikan tambakan hasil domestikasi telah dilakukan di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan, Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkarakterisasi bentuk morfologi berdasarkan morfometrik, meristik, dan warna yang berguna dalam pengelolaan pembenihan dan budidaya ikan tambakan. Pengambilan data dilakukan melalui pengamatan bentuk tubuh dan genitalia ikan jantan dan betina, pengukuran bagian tubuh, penghitungan jumlah dan jenis jari sirip, linea lateralis, warna ikan dan morfometrik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bentuk tubuh ikan jantan lebih ramping dibanding ikan betina, ikan betina mempunyai rasio panjang standar terhadap tinggi badan sebesar 2,08±0,117; ikan jantan sebesar 2,26±0,095. Rasio panjang standar terhadap lebar badan pada ikan jantan adalah 0,95±0,018 dan ikan betina 1,01±0,025. Nilai koefisien variasi (CV) rerata seluruh karakter tubuh tergolong rendah, dengan nilai 12,2±10,73. Karakter C4 (awal sirip dorsal-akhir sirip anal) merupakan karakter nilai CV paling rendah yaitu 3,2% dan karakter D1 (akhir sirip anal-awal sirip ekor bawah) mempunyai nilai CV tertinggi yaitu 43,8%. Berdasarkan karakter meristik dan warna, tidak terdapat perbedaan antara jantan dan betina. Warna ikan tambakan terdiri atas warna punggung hijau keabuan (TC 613), warna operculum hijau keperakan (TC 613), warna perut perak sampai keabuan (TC 521) dan warna gonad kuning oranye (TC 023).Kissing gouramy has potentially to be cultivated due to the ability to adapt on swampy waters and has high eggs fecundity. Research on phenotype performance of domesticated kissing gouramy was done at the Institute for Freshwater Aquaculture Research and Development, Bogor. The purpose of this study was to characterize morphological forms based on the morphometrics, meristics, and color of domesticated fish that will be useful in the aquaculture management. The data were collected through observation of body shape and genitalia of male and female fish, measurement of body parts, counting the number and the type of fin, linea lateralis, fish color and the morphometric measurement. The obtained results showed that the body shape of the male fish was slender than that of the female fish, the female fish had a ratio of standard length to the height of 2.08 ± 0.117, male fish of 2.26 ± 0.095. The standard length ratio to body width in male fish was 0.95 ± 0.018 and female fish was 1.01 ± 0.025. The mean value of coefficient variation (CV) of the whole body character was low, with value 12,2 ± 10,73. C4 character (beginning of dorsal fin-end of anal fin) was the lowest character of CV value of 3.2% and D1 character (final anal fin-bottom caudal fin) had the highest CV value of 43.8%. Based on the meristic and color character there was no difference between male and female. The dorsal, overculum, ventral part and matured gonad of domesticated kissing gouramy fish had gray-green colour (TC 613), silver-green colour (TC 613), silver-gray to silver colour (TC 521) and orange yellow colour (TC 023) respectively.
MENGENAL LEBIH DEKAT KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) HASIL BUDIDAYA Ida Komang Wardana; Tridjoko Tridjoko
Media Akuakultur Vol 10, No 1 (2015): (Juni 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3918.192 KB) | DOI: 10.15578/ma.10.1.2015.23-29

Abstract

Kerapu bebek/kerapu tikus/humpback grouper (Cromileptes altivelis) merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya laut yang memiliki nilai jual tinggi. Sebelum berkembangnya kerapu hibrid, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol, sudah berhasil mengembangkan pembenihan ikan kerapu bebek meskipun sintasan yang diperoleh masih bervariasi. Pemantauan benih hasil budidaya sebagian besar terfokus pada pertumbuhan dan jika sudah mencapai ukuran konsumsi bisa dijual atau diekspor ke Hongkong. Sebagai institusi penelitian nampaknya masih perlu mengupas lebih detail komoditas yang dikembangkan. Beberapa catatan yang dapat diperhatikan, untuk lebih mengenal komoditas kerapu bebek, sebelum dijadikan sebagai ikon jenis ikan yang pernah memiliki masa kejayaan, karena saat ini popularitasnya relatif menurun karena ada larangan ekspor dan masuk dalam satwa CITES. Catatan tersebut antara lain; kerapu bebek selama fase yuwana (2-3 bulan) dapat dijadikan sebagai kandidat ikan hias dengan performasi bintik bintik hitam pada permukaan tubuh yang merupakan keunikan tersendiri, karena jumlah dan polanya berbeda antara satu individu dengan yang lainnya serta akan bertambah jumlahnya seiring dengan bertambahnya umur dan bobot badan. Spot/bintik hitam kemungkinan identik dengan sidik jari manusia, yang bisa digunakan untuk membedakan antara satu individu dengan individu lainnya dalam satu populasi. Gonad kerapu bebek turunan pertama (F1) dengan umur dan kisaran bobot badan yang kurang lebih sama (600-900 g), menunjukkan 95% berada pada fase betina. Sementara pematangan dan pembentukan gonad jantan pada kerapu bebek hasil budidaya dapat dipacu dengan rangsangan hormonal dan pemberian pakan segar dengan kualitas yang baik. Dari hasil pengamatan diperoleh informasi bahwa kerapu bebek hasil budidaya dapat memijah dengan baik dan menghasilkan turunan generasi kedua (F2), akan tetapi kualitas telur dan larva yang dihasilkan masih lebih rendah bila dibandingkan dengan larva pemijahan induk alam (F0).
PELUANG PEMANFAATAN IKAN NILA BIRU (Oreochromis aureus) DI INDONESIA SEBAGAI KOMODITAS PROSPEKTIF PERIKANAN Priadi Setyawan
Media Akuakultur Vol 9, No 2 (2014): (Desember 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1548.973 KB) | DOI: 10.15578/ma.9.2.2014.97-102

Abstract

Abstrak lengkap dapat dilihat di file PDF
POTENSI DAN PROSPEK EKONOMIS UDANG MANTIS DI INDONESIA Iswari Ratna Astuti; Fitria Ariestyani
Media Akuakultur Vol 8, No 1 (2013): (Juni 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.954 KB) | DOI: 10.15578/ma.8.1.2013.39-44

Abstract

Udang mantis merupakan salah satu komoditas hewan laut yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Udang mantis termasuk salah satu jenis krustase laut yang bernilai gizi tinggi, dengan kadar protein dapat mencapai 87,09%. Beberapa spesies udang mantis dikenal sebagai bahan makanan eksotis dan sebagai komoditas ekspor. Jenis jenis udang mantis yang bernilai ekonomi tinggi adalah dari famili Harpiosquillidae dan Squillidae. Dalam keadaan hidup, udang mantis dijual per ekor berdasarkan ukuran panjang, dengan kisaran Rp 10.000,- hingga Rp 80.000,-. Dalam keadaan mati, udang mantis dijual dengan harga Rp 45.000,-/kg. Udang mantis dapat hidup dalam air laut maupun air payau, dan sering dijumpai di daerah pesisir maupun pertambakan. Habitat sebagian besar udang mantis adalah pantai, senang hidup di dasar air terutama pasir berlumpur. Udang mantis mempunyai kemampuan beradaptasi yang tinggi, bahkan di daerah yang sudah terkontaminasi. Sampai saat ini udang mantis diperoleh dengan mengandalkan hasil tangkapan nelayan, yang ketersediaannya tergantung musim. Udang mantis merupakan salah satu hasil tangkapan sampingan nelayan dengan target tangkapan utama ikan maupun udang. Dalam rangka mencegah terjadinya penurunan hasil tangkapan sekaligus menjaga kelestarian populasi udang mantis, perlu dilakukan upaya budidaya. Domestikasi sebagai langkah awal dalam usaha budidaya perlu dilakukan, untuk itu, diperlukan penelitian/kajian tentang berbagai aspek seperti aspek biologi, ekologi, reproduksi, genetika, dan lain-lain. 
PENENTUAN LUAS, POTENSI DAN KESESUAIAN LAHAN TAMBAK DI SULAWESI SELATAN MELALUI PEMANFAATAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH Akhmad Mustafa; Tarunamulia Tarunamulia
Media Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.576 KB) | DOI: 10.15578/ma.4.1.2009.93-103

Abstract

Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentra produksi budidaya tambak dan memiliki tambak terluas di Indonesia. Selain itu, Sulawesi Selatan juga masih memiliki potensi lahan untuk pengembangannya. Sejak beberapa tahun terakhir, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau telah melaksanakan berbagai kegiatan yang terkait dengan sumberdaya lahan tambak dalam upaya peningkatan produktivitas tambak yang berkelanjutan. Hasil analisis data citra satelit penginderaan jauh (inderaja) dan atau radar yang dikombinasikan dengan sistem informasi geografis telah dimanfaatkan dalam kegiatan yang berhubungan dengan sumberdaya lahan untuk budidaya tambak. Data ini dimanfaatkan dalam penentuan luas lahan tambak yang ada, potensial lahan tambak dan kesesuaiannya di beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan.

Page 5 of 33 | Total Record : 324