cover
Contact Name
Endang Sriyati
Contact Email
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karawang,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
ISSN : 08535884     EISSN : 25026542     DOI : -
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia accepts articles in the field of fisheries, both sea and inland public waters. The journal presents results of research resources, arrest, oceanography, environmental, environmental remediation and enrichment of fish stocks.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020" : 6 Documents clear
PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN TUNA NERITIK DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (WPPNRI) 573 Agustinus Anung Widodo; Ignatius Trihargiyatno; Regi Fiji Anggawangsa; Wudianto Wudianto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.694 KB) | DOI: 10.15578/jppi.26.1.2020.11-20

Abstract

Dalam rangka mendeskripsikan pemanfaatan dan inisiasi pengelolaan perikanan tuna neritik di WPPNRI 573, telah dilakukan penelitian dengan mengambil kasus perikanan tuna neritik berbasis di PPN Prigi-Jawa Timur. Data diperoleh melalui program port sampling pada tahun 2013-2017. Hasil penelitian menunjukkan produksi tuna neritik yaitu tongkol lisong (BLT), tongkol krai (FRI), tongkol komo (KAW), dan tongkol abu-abu (LOT) rata-rata sebesar 8.120 ton per tahun. Dari jumlah tersebut, 99,56% diproduksi melalui perikanan pukat cincin (PS) dan sisanya dari perikanan jaring insang hanyut (dGN), payang (DS), dan pancing tonda-pancing ulur (TR-sHL dan dHL). CPUE nominal PS selama 5 tahun terakhir terus menurun, rata-rata 0,891 ton/hari. Komposisi jenis tangkapan PS meliputi BLT (91,52 %), FRI (6,68 %), KAW (1,78 %) dan LOT (0,01 %). Sebanyak 99% BLT yang tertangkap PS merupakan ikan yuwana, sedangkan FRI, KAW, dan LOT sebagian besar tertangkap pada ukuran dewasa masing sebanyak 73%, 70%, dan 55%. Tuna neritik termasuk spesies peruaya jauh, maka pengelolaannya di WPPNRI 573 harus mengacu pada acuan pengelolaan Indian Ocean Tuna Commission (IOTC). Mengacu hasil Work Party Neritic Tuna (WPNT) IOTC tahun 2016 dan 2018, maka pengelolaan perikanan tuna neritik di WPPNRI 573 berbasis di PPN Prigi adalah sebagai berikut: (1) hingga 2025 jumlah hasil tangkapan BLT dan FRI harus dikendalikan masing-masing pada jumlah 9.818 ton dan 48 ton per tahun; (2) hingga 2023 tangkapan KAW ditetapkan pada jumlah ± 98 ton per tahun (80% jumlah tangkapan tahun 2013); dan (3) hingga tahun 2025 jumlah tangkapan LOT disarankan sama dengan tangkapan 2015 yaitu ± 1.13 ton per tahun. To describe the utilization and management initiation of tuna neritic fisheries in the Indonesian FMA-RI 573, a research has been conducted by taking the case at the Prigi Fishing Port, East Java. Data were obtained through the port sampling program in 2013-2017. Results show that the production of neritic tuna, namely bullet tuna (BLT), frigate tuna (FRI), kawa-kawa (KAW), and longtail tuna (LOT) was 8,120 tons per year on average. 99.56% of the amount were produced by purse seine (PS) fisheries, the rest came from drifting gill nets (dGN), danish-seine (DS), and the combination of trolling line and surface-deep hand line (TR-sHL and dHL) fisheries. The nominal CPUE of PS over the past 5 years has continued to decline, averaging 0.891 tons/day. The composition of PS catches includes BLT (91.52%), FRI (6.68%), KAW (1.78%) and LOT (0.01%). Large numbers (99%) of the BLT caught by PS were juvenile fish, while at the same time FRI, KAW, and LOT were mostly caught at the adult stage. Neritic tuna is a highly migratory species, so its management in the Indonesian FMARI 573 must refer to the Indian Ocean Tuna Commission-IOTC recommendations. Referring to the results of WPNT-IOTC in 2016 and 2018, the management of neritic tuna fisheries in the Indonesian FMA-RI 573 based at Prigi Fishing Port is as follows: (1) up to 2025, the catches of BLT and FRI must be controlled at 9,818 and 48 tons per year, respectively; (2) up to 2023, the catches of KAW are set at ± 98 tons per year (80% of the total catch in 2013); and (3) up to 2025, the catch of LOT is recommended the same as in 2015, which is ± 1.13 tons per year.
STRUKTUR UKURAN DAN PARAMETER POPULASI HIU MONYET (Alopias superciliosus Lowe, 1839) DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA SELATAN JAWA Umi Chodrijah; Prihatiningsih Prihatiningsih; Anthony Sisco Panggabean; Herlisman Herlisman
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.37 KB) | DOI: 10.15578/jppi.26.1.2020.21-28

Abstract

Alopias superciliosus atau Bigeye Thresher Shark atau hiu monyet  merupakan spesies yang bermigrasi sangat tinggi, bersifat oseanik dan hampir selalu ditemukan di laut tropis dan beriklim sedang.  Spesies ini memiliki fekunditas yang rendah dan tingkat kenaikan populasi yang sangat rendah dibandingkan dengan hiu “Thresher” lainnya.  Spesies ini sangat rentan terhadap eksploitasi penangkapan  baik sebagai target maupun hasil tangkapan sampingan.  Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2015 sampai November 2016 di tempat pendaratan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan struktur ukuran dan parameter populasi sebagai landasan untuk mengetahui status stok pada tingkat pemanfaatan terkini. Metode penelitian yang digunakan melalui pengamatan dan  pengumpulan data oleh enumerator.  Hiu  monyet sebanyak 1437 individu  merupakan hasil tangkapan pancing rawai yang tertangkap di Samudera Hindia Selatan Jawa.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur ukuran hiu monyet (Alopias superciliosus) di perairan Samudera Hindia Selatan Jawa yang didaratkan di Cilacap berkisar antara 50-240 cm FL dengan modus berkisar antara ukuran 150 cmFL.  Hubungan panjang berat hiu monyet jantan menunjukkan pertumbuhan bersifat isometrik (b=3) sedangkan hiu monyet betina bersifat allometrik positif (b>3).  Perbandingan jenis kelamin hiu monyet jantan dan betina mendekati seimbang (0,97 : 1). Persamaan kurva pertumbuhan Von Bertalanffy untuk hiu monyet sebagai ????(????) = 270(1−????^(−0,2(????+0,01665)). Parameter mortalitas untuk hiu monyet, meliputi laju kematian total (Z), laju kematian alamiah (M) dan laju kematian karena penangkapan (F), masing-masing sebesar 0,85/tahun, 0,35/tahun dan 0,50/tahun. Laju eksploitasi (E) hiu monyet sebesar 0,59/tahun. Dengan demikian tingkat pemanfaatan hiu monyet sudah pada tingkat over fishing.
KARAKTERISTIK PERIKANAN PUKAT CINCIN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN SAMUDRA HINDIA (WPPNRI 572 DAN 573) Irwan Jatmiko; Suciadi Catur Nugroho; Zulkarnaen Fahmi
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.957 KB) | DOI: 10.15578/jppi.26.1.2020.37-46

Abstract

Pukat cincin merupakan salah satu jenis alat penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan di Indonesia untuk menangkap ikan pelagis termasuk tuna dan cakalang. Cakalang dan madidihang/tuna sirip kuning merupakan komoditas perikanan penting di Indonesia untuk kebutuhan pasar domestik dan ekspor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik alat tangkap pukat cincin pelagis besar terutama yang menangkap cakalang dan madidihang di perairan WPPNRI 572 dan 573 (Samudra Hindia). Pengumpulan data dilakukan selama tiga tahun dari 2016-2018 di 18 pelabuhan perikanan yang armadanya melakukan aktivitas penangkapan di perairan WPPNRI 572 dan 573. Indikasi proporsi ikan yang sudah dan belum matang gonad dihitung dengan membandingkan ukuran ikan dengan ukuran pertama kali matang gonad (Lm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat tangkap pukat cincin sangat dominan dalam mengeksploitasi sumber daya cakalang dan madidihang dengan proporsi mencapai 95% di WPPNRI 572 dan 66% di WPPNRI 573. Kebanyakan ikan yang tertangkap didominasi oleh ikan yang belum matang gonad dengan proporsi sebesar 67% untuk cakalang dan 94% untuk madidihang. Hasil analisis menunjukkan bahwa pukat cincin tidak termasuk alat yang selektif untuk menangkap ikan madidihang. Selanjutnya untuk target ikan cakalang, ukuran mata jaring harus diperbesar untuk mencegah tertangkapnya ikan yang belum matang gonad.Purse seine is one of dominant fishing gears used to catch pelagic species including skipjack and yellowfin tuna. They are two important commercial species in Indonesian as domestic and export commodities. This research aimed to analyze the characteristics of purse seine fishery focusing on skipjack and yellowfin tuna within FMA 572 and 573. All catch-effort data were collected from 18 fishing ports in three years, 2016-2018. All the vessels (purse seiners) were known to be actively fished within FMA 572 and 573. The proportion of mature and immature fish were calculated using the ratio of the fish length to its length at first maturity (Lm). The results showed that purse seine was a dominant gear to catch skipjack tuna and yellowfin tuna covering95% in FMA 572 and 66% in FMA 573, respectively. Most of the catches were dominated by immature fish with a proportion of 67% for skipjack tuna and 94% for yellowfin tuna. The analysis showed that purse seine is not an environmental-friendly gear to catchyellowfin tuna. Furthermore, for targeting skipjack tuna, the mesh-size of the net should  be larger, allowing immature fish to escape from the gear.
EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI PERIKANAN PUKAT CINCIN DI PELABUHAN PERIKANAN TEGALSARI, KOTA TEGAL, JAWA TENGAH Astrid Wijayanti; Eko Sri Wiyono; Akhmad Solihin
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.26.1.2020.29-35

Abstract

Pukat cincin adalah salah satu alat penangkapan ikan yang dominan digunakan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari, Kota Tegal, Jawa Tengah, yang belum optimal dalam pengoperasiannya. Tujuan penelitian ini adalah menentukan faktor-faktor produksi serta menghitung produktivitas, efisiensi, dan elastisitas faktor produksi kegiatan penangkapan purse seine. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan analisis deskriptif (grafik dan gambar) dan kuantitatif (Cobb-Dougla). Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor produksi yang berpengaruh simultan terhadap produksi hasil tangkapan purse seine adalah ukuran kapal, jumlah BBM, kegiatan penangkapan, dan lama operasi. Rata-rata produktivitas unit penangkapan purse seine tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 370.877,22 kg/trip, sedangkan produktivitas unit penangkapan purse seine tahun 2013 dan 2015 berturut-turut sebesar 340.784,86 kg/trip dan 351.956,60 kg/trip. Penggunaan faktor produksi ukuran kapal dan lama operasi sudah tidak efisien yang dapat menurunkan hasil produksi, sedangkan penggunaan jumlah BBM dan kegiatan penangkapan belum efisien yang penambahannya akan menaikkan hasil produksi.Purse seine is one of the dominant fishing gear used in the Beach Fishery Harbor (PPP) Tegalsari, Tegal, Central Java that has not been optimal in operation. The purpose of this study is to determine the factors of production and to calculate the productivity, efficiency, and elasticity of production factors of purse seine fishing activities. The methods used in this research are survey methods with descriptive (graphs and pictures) and quantitative (Cobb-Douglas) analyses. The results showed production factors that simultaneously influence towards the production of purse seine catches are the size of the vessel, the amount of fuel, fishing activities, and the length of operation. The average productivity of purse seine fishing unit was the highest in 2014 amounted to 370,877.22 kg/trip, while the productivity of purse seine fishing unit in 2013 and 2015amounted to 340,784.86 kg/trip and 351,956.60 kg/trip,  respectively. The use of production factors ofthe ship size and the age of ships are already inefficient that can reduce the yield, while the use of the amount of fuel and fishing activities are not efficient yet that the addition will increase the production output.
STUDI DAYA DUKUNG SUMBER DAYA IKAN DI WADUK JATIBARANG SEMARANG Aisyah Aisyah; Setiya Triharyuni; Eko Prianto; Rudy Masuswo Purwoko
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.26.1.2020.1-9

Abstract

Waduk Jatibarang merupakan waduk yang belum lama beroperasi dan masih tergolong waduk baru. Kegiatan perikanan yang berkembang didominasi oleh perikanan pancing. Selain penangkapan, peningkatan produksi juga dilakukan dengan penebaran ikan, namun belum didukung kajian daya dukung yang memadai. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai daya dukung sumber daya ikan di waduk Jatibarang. Kegiatan penelitian dilakukan pada Bulan Mei dan Juli 2018 yang meliputi 4 (empat stasiun yang mewakili inlet, tengah dan outlet waduk. Data primer yang dikumpulkan meliputi kualitas air (parameter fisika, kimia dan biologi). Data pendukung penelitian meliputi elevasi muka air, diperoleh dari Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juana, dan data kedalaman, diperoleh dari akuisisi data GPS Sounder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai daya dukung sumber daya ikan di Waduk Jatibarang berkisar antara 3,57-6,3 ton/tahun. Kedalaman perairan sangat mempengaruhi nilai daya dukung. Nilai daya dukung lebih rendah pada kedalaman perairan lebih dari 20 m dan relatif tinggi pada kedalaman lebih dari 10 m. Selain pengaruh kedalaman juga terdapat pengaruh lain seperti fluktuasi muka air, kelimpahan plankton, kecerahan, dan unsur hara berupa nitrat. Diharapkan kajian terkait potensi produksi dapat dilakukan untuk optimalisasi pemanfaatan perikanan yang berkelanjutan.Jatibarang Reservoir is a new operating reservoir. Existing fishing activities are dominated by handline. Except fishing activities, many fish have been stocked to improve the production, but it has not been supported by adequate carrying capacity studies. The purpose of this research was to determine the value of carrying capacity of fish resources in the Jatibarang Reservoir. The study was conducted in May and July 2018 representing the inlet, center, and outlet of the reservoir. The collected data consisted of physical, chemical, and biological data obtained at 4 (four) research stations representing the inlet, center, and outlet of the reservoir. Supporting data include water level elevation obtained from the Pemali-Juana River Basin Authority and bathymetry data obtained from GPS Sounder data acquisition. The results showed that the value of carrying capacity of fish resources in the Jatibarang Reservoir is 3.57-6.3 tons/year. The depth of the waters greatly affects the value of carrying capacity. The value of smaller carrying capacity occurs at the water depths of more than 20 m, but is relatively high at the depths of more than 10 m. There are also other influences such as water level fluctuations, plankton abundance, water brightness, and nitrates. Furthermore, a study of production potential should be carried out to optimize the sustainable fisheries utilization.
LAJU TANGKAP, KARAKTERISTIK BIOLOGI DAN STATUS PEMANFAATAN UDANG JERBUNG (Penaeus merguiensis DE MANN, 1988) DAN UDANG DOGOL (Metapenaeus affinis H. MILNE EDWARDS, 1837) DI PERAIRAN CILACAP Tirtadanu Tirtadanu; Umi Chodrijah
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.26.1.2020.47-58

Abstract

Sumber daya udang jerbung (Penaeus merguiensis) dan udang dogol (Metapenaeus affinis) banyak diminati masyarakat untuk dikonsumsi dan sebagai pemenuhan ekonomi masyarakat. Hal ini menyebabkan penangkapan udang yang intensif di perairan Cilacap, sehingga memerlukan pengelolaan yang lebih mendalam untuk menjaga keberlanjutannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji laju tangkap, karakteristik biologi dan status pemanfaatan udang jerbung dan udang dogol di perairan Cilacap. Penelitian lapangan dilakukan dengan pendataan hasil tangkapan dan pengukuran biometrik udang pada Februari-November 2019. Sampel udang diperoleh dari hasil tangkapan jaring tiga lapis (trammel net). Analisis karakteristik biologi dilakukan dengan model analitik dan status pemanfaatan berdasarkan laju eksploitasi dan rasio potensi pemijahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i) rata-rata laju tangkap M. affinis lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata laju tangkap P. merguiensis; (ii)alat tangkap jaring tiga lapis lebih selektif dalam menangkap M. affinis berukuran besar dibandingkan P. merguiensis; (iii) puncak proporsi udang betina matang gonad ditemukan pada April untuk P. merguiensis dan Mei untuk M. affinis; dan (iv) status pemanfaatan M. affinis masih tergolong lestari, sedangkan status pemanfaatan P. merguiensis telah lebih tangkap. Dari penelitian ini disarankan agar strategi pengelolaan sebaiknya lebih difokuskan pada jenis P. merguiensis dengan tidak melakukan penambahan produksinya disertai penutupan saat puncak musim pemijahannya pada April hingga diperoleh rasio potensi pemijahan P. merguiensis lebih besar dari 20%.Shrimp resources, banana shrimp (Penaeus merguiensis) and endeavour shrimp (Metapenaeus affinis) are favorable for the people and as the economical need of fishers community. This condition caused the intensive shrimp fishing in Cilacap Waters, so that it needs an appropriate management for its sustainability. The aims of this research was to determine of catch rate, biological characteristics and exploitation status of banana prawn and endeavour shrimp in Cilacap Waters. The research was conducted by catch monitoring and biometric measurements from February to November 2019. The sample was obtained from monthly catch of trammel net operated in Cilacap waters.The data were analyzed using an analytical model and determining the exploitation rate and the spawning potential ratio. The results show that: (i) the catch rate of M. affinis was higher than that of P. merguiensis;); (ii) trammel net was more selective for capturing large M. affinis than large P. merguiensis;(iii) the highest proportion of gonad maturity for female shrimp was found in April for P. merguiensis and in May for M. affinis; and (iv) the exploitation status of M. affinis was still sustainable, however the expoitation status of P. merguiensis was in overfishing condition. The results suggest that the management should be focused on P. merguiensis by not increasing its production following by the fishing closure during the peak of spawning season in April until reaching the spawning potential ratio of P. merguiensis more than 20%.

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2020 2020


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 4 (2025): (Desember 2025) Vol 31, No 3 (2025): (September 2025) Vol 31, No 2 (2025): (Juni 2025) Vol 31, No 1 (2025): (Maret 2025) Vol 30, No 4 (2024): (Desember 2024) Vol 30, No 3 (2024): (September) 2024 Vol 30, No 2 (2024): (Juni) 2024 Vol 30, No 1 (2024): (Maret) 2024 Vol 29, No 4 (2023): (Desember) 2023 Vol 29, No 3 (2023): (September) 2023 Vol 29, No 1 (2023): (Maret) 2023 Vol 28, No 4 (2022): (Desember) 2022 Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 28, No 1 (2022): (Maret) 2022 Vol 27, No 4 (2021): (Desember) 2021 Vol 27, No 3 (2021): (September) 2021 Vol 27, No 2 (2021): (Juni) 2021 Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021 Vol 26, No 4 (2020): (Desember) 2020 Vol 26, No 3 (2020): (September) 2020 Vol 26, No 2 (2020): (Juni) 2020 Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020 Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019 Vol 25, No 3 (2019): (September) 2019 Vol 25, No 2 (2019): (Juni) 2019 Vol 25, No 1 (2019): (Maret) 2019 Vol 24, No 4 (2018): (Desember) 2018 Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018 Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018) Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 23, No 3 (2017): (September 2017) Vol 23, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017) Vol 22, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 22, No 3 (2016): (September) 2016 Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 22, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 21, No 3 (2015): (September 2015) Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014) Vol 20, No 3 (2014): (September 2014) Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014) Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014) Vol 19, No 4 (2013): (Desember 2013) Vol 19, No 3 (2013): (September 2013) Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013) Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013) Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012) Vol 18, No 3 (2012): (September 2012) Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012 Vol 18, No 1 (2012): (Maret 2012) Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011) Vol 17, No 3 (2011): (September 2011) Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011) Vol 17, No 1 (2011): (Maret 2011) Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010) Vol 16, No 3 (2010): (September 2010) Vol 16, No 2 (2010): (Juni 2010) Vol 16, No 1 (2010): (Maret 2010) Vol 15, No 4 (2009): (Desember 2009) Vol 15, No 3 (2009): (September 2009) Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009) Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009) Vol 14, No 4 (2008): (Desember 2008) Vol 14, No 3 (2008): (September 2008) Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008) Vol 14, No 1 (2008): (Maret 2008) Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 13, No 1 (2007): (April 2007) Vol 12, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 12, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 12, No 1 (2006): (April 2006) Vol 11, No 9 (2005): (Vol. 11 No. 9 2005) Vol 11, No 8 (2005): (Vol. 11 No. 8 2005) Vol 11, No 7 (2005): (Vol. 11 No. 7 2005) Vol 11, No 6 (2005): (Vol. 11 No. 6 2005) Vol 11, No 5 (2005): (Vol. 11 No. 5 2005) Vol 11, No 4 (2005): (Vol. 11 No. 4 2005) Vol 11, No 3 (2005): (Vol. 11 No. 3 2005) Vol 11, No 2 (2005): (Vol. 11 No. 2 2005) Vol 11, No 1 (2005): (Vol. 11 No. 1 2005) Vol 10, No 7 (2004): (Vol. 10 No. 7 2004) Vol 10, No 6 (2004): (Vol. 10 No. 6 2004) Vol 10, No 5 (2004): (Vol. 10 No. 5 2004) Vol 10, No 4 (2004): (Vol. 10 No. 4 2004) Vol 10, No 3 (2004): (Vol. 10 No. 3 2004) Vol 10, No 2 (2004): (Vol. 10 No. 2 2004) Vol 10, No 1 (2004): (Vol. 10 No. 1 2004) Vol 9, No 7 (2003): (Vol.9 No.7 2003) Vol 9, No 6 (2003): (Vol.9 No.6 2003) Vol 9, No 5 (2003): Vol. 9 No. 5 2003) Vol 9, No 4 (2003): Vol. 9 No. 4 2003) Vol 9, No 3 (2003): (Vol.9 No.3 2003) Vol 9, No 2 (2003): (Vol, 9 No. 2 2003) Vol 9, No 1 (2003): (Vol.9 No.1 2003) Vol 8, No 7 (2002): (Vol.8 No.7 2002) Vol 8, No 6 (2002): (Vol.8 No.6 2002) Vol 8, No 5 (2002): (Vol.8 No.5 2002) Vol 8, No 4 (2002): (Vol.8 No.4 2002) Vol 8, No 3 (2002): (Vol.8 No.3 2002) Vol 8, No 2 (2002): (Vol. 8 No. 2 2002) Vol 8, No 1 (2002): (Vol.8 No.1 2002) Vol 7, No 4 (2001): (Vol. 7 No. 4 2001) Vol 7, No 2 (2001): (Vol.7 No. 2 2001) Vol 6, No 3-4 (2000): (Vol.6 No.3-4 2000) Vol 6, No 2 (2000): (Vol.6 No.2 2000) Vol 6, No 1 (2000): (Vol.6 No.1 2000) Vol 5, No 2 (1999): (Vol.5 No.2 1999) Vol 5, No 1 (1999): (Vol.5 No. 1 1999) Vol 4, No 4 (1998): (Vol.4 No.4 1998) Vol 4, No 3 (1998): (Vol.4 No.3 1998) Vol 4, No 2 (1998): (Vol.4 No.2 1998) Vol 4, No 1 (1998): (Vol.4 No.1 1998) Vol 3, No 4 (1997): (Vol.3 No.4 1997) Vol 3, No 3 (1997): (Vol.3 No.3 1997) Vol 3, No 2 (1997): (Vol.3 No.2 1997) Vol 3, No 1 (1997): (Vol.3 No.1 1997) Vol 2, No 4 (1996): (Vol.2 No.4 1996) Vol 2, No 3 (1996): (Vol.2 No.3 1996) Vol 2, No 2 (1996): (Vol.2 No.2 1996) Vol 2, No 1 (1996): (Vol.2 No.1 1996) Vol 1, No 4 (1995): (Vol.1 No.4 1995) Vol 1, No 3 (1995): (Vol.1 No.3 1995) Vol 1, No 2 (1995): (Vol.1 No.2 1995) Vol 1, No 1 (1995): (Vol.1 No.1 1995) More Issue