cover
Contact Name
Darwanto
Contact Email
bawal.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
bawal.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Bawal : Widya Riset Perikanan Tangkap
ISSN : 19078229     EISSN : 25026410     DOI : -
Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap dipublikasikan oleh Pusat Riset Perikanan yang memiliki p-ISSN 1907-8226; e-ISSN 2502-6410 dengan Nomor Akreditasi RISTEKDIKTI: 21/E/KPT/2018, 9 Juli 2018. Terbit pertama kali tahun 2006 dengan frekuensi penerbitan tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan April, Agustus, Desember. Bawal Widya Riset Perikanan Tangkap memuat hasil-hasil penelitian bidang “natural history” (parameter populasi, reproduksi, kebiasaan makan dan makanan), lingkungan sumber daya ikan dan biota perairan.
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 14, No 1 (2022): (APRIL) 2022" : 5 Documents clear
KOMPOSISI JENIS DAN INDEK KEANEKARAGAMAN HAYATI IKAN DEMERSAL DI LAUT NATUNA SELATAN Nurulludin Nurulludin; Asep Priatna; Helman Nur Yusuf; Tri Ernawati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 14, No 1 (2022): (APRIL) 2022
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.14.1.2022.39-45

Abstract

Informasi keanekaragaman hayati ikan memiliki peranan penting dalam manjaga ekosistem perairan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menginvetaris jenis-jenis ikan demersal dan pembaruan nilai Indek keragaman hayati spesies ikan demersal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu informasi dalam pengelolaan sumber daya ikan di Laut Natuna Selatan. Penelitian ini lakukan pada bulan November 2017 menggunakan KR. Baruna Jaya IV (1200 GT). Pengambilan data menggunakan metode sapuan dengan alat tangkap pukat ikan. Nilai Indek keanekaragaman (‘H) antara 1,54 – 3,45 dengan tertinggi pada wilayah bagian tengah, sedangkan terendah pada wilayah bagian timur. Indek kekayaan jenis (‘R) diperoleh antara 8,15 – 19,67 dengan tertinggi di wilayah perairan bagian tengah sebesar 19,67 dan terendah pada bagian barat Laut Natuna Selatan 8,15. Indek dominansi (‘C) tertinggi berada pada perairan bagian timur dengan7,08 dan terendah pada perairan bagian tengah dengan 0,06. Indek kemerataan (‘E) tertinggi pada wilayah perairan bagian tengah dengan 0,36 dan terendah pada wilayah perairan bagian timur sebesar 0,15Information on the biodiversity of the fish plays an essential role when it comes to support and manage ecosystem health. This research aims to list the demersal species and update its biodiversity index, as well as its distribution. The results could provide the baseline information on the richness and evenness of the demersal species in South Natuna waters for the management purposes. The swept area method was used by using the trawler net of R.V. Baruna Jaya IV when conducting the swept area surveys in November 2017. The diversity index value ('H) is between 1.54 - 3.45 with the highest in the central region, while the lowest in the eastern region. The species richness index ('R) was obtained between 8.15-19.67 with the highest in the central waters area of 19.67 and the lowest in the western part of the South Natuna Sea 8.15. The highest dominance index ('C) is in the eastern waters with 7.08 and the lowest is in the middle waters with 0.06. The highest evenness index ('E) is in the central waters with 0.36 and the lowest is in the eastern waters at 0.15
ASPEK BIOLOGI IKAN TEMBANG (Sardinella gibbosa) DI PUSAT PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO KABUPATEN TANGERANG Mario Limbong; Urip Rahmani; Emanuel Duho
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 14, No 1 (2022): (APRIL) 2022
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.14.1.2022.47-56

Abstract

Perairan Kronjo memiliki potensi ikan Sardinella gibbosa yang cukup besar dan bernilai ekonomis yang tinggi. Tingginya permintaan ikan tembang menyebabkan semakin meningkatnya upaya penangkapan. Pengawasan penangkapan perlu dilakukan untuk melihat kondisi habitat ikan agar tidak terjadi growth overfishing. Penelitian mengenai aspek biologi ikan tembang untuk menggambarkan kondisi habitat daerah penangkapan ikan di perairan Kabupaten Tangerang masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek biologi ikan tembang serta status habitat ikan tembang di perairan Kronjo. Penelitian dilakukan pada September sampai Desember 2021 di PPI Kronjo. Jumlah ikan yang diukur panjang dan beratnya sekitar 1.188 ekor. Analisis data menggunakan regresi power untuk hubungan panjang berat, uji khi kuadrat untuk menentukan nisbah kelamin, dan fungsi logistik untuk menentukan ukuran pertama kali ikan tertangkap. Ikan S. gibbosa yang ditangkap di perairan Kronjo berukuran 11,6 – 17,2 cm dan berat tubuh ikan berkisar antara 10,7 – 41,8 gr. Ikan S. gibbosa betina lebih dominan tertangkap dengan nisbah kelamin 2,01:1 terhadap ikan jantan. Panjang total S. gibbosa pertama kali tertangkap di perairan Kronjo adalah 14,7 cm dengan pola pertumbuhan bersifat allometrik negatif. Panjang infinity ikan S. gibbosa adalah 18,85 cm sedangkan nilai faktor kondisi sebesar 1,08. Status sumber daya ikan S. gibbosa di perairan Kronjo masih dalam kondisi cukup baik (potensial) dan keberkelanjutan namun diperlukan pengaturan intensitas penangkapan.Kronjo waters have a large potential for Sardinella gibbosa and high economic value. The high demand for S. gibbosa has led to increased fishing efforts. Fishing supervision needs to be carried out to see the condition of the fishing grounds so that growth overfishing does not occur. Research on the biological aspects of S. gibbosa to describe the conditions of fishing grounds in the waters of Tangerang Regency is still very limited. This study aimed to analyze the biological aspects of S. gibbosa and the status of the habitat of S. gibbosa in Kronjo waters. The research was conducted from September to December 2021 at Kronjo fishing base. There were 1,188 fish measured and weighed. Data analysis used power regression for the relationship between length and weight, the chi-square test to determine the sex ratio, and logistic functions to determine the length at first capture. The total length of S. gibbosa ranged from 11.6 – 17.2 cm, and the body weight of fish ranged from 10.7 – 41.8 g. The female S. gibbosa was more dominantly caught with a sex ratio of 2.01:1 to the male fish. Length at first capture in Kronjo waters was 14.7 cm with a negative allometric growth pattern. The infinity length of S. gibbosa is 18.85 cm, while the condition factor value is 1.08. The resource status of S. gibbosa in Kronjo waters is still in reasonably good condition (potential) and sustainable, but it is necessary to regulate fishing intensity.
PARAMETER POPULASI DAN TINGKAT EKSPLOITASI IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI KEPULAUAN SPERMONDE SULAWESI SELATAN Ernaningsih Ernaningsih; Muhammad Jamal; Hasnidar Hasnidar; Siti Hadijah
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 14, No 1 (2022): (APRIL) 2022
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.14.1.2022.1-9

Abstract

Kepulauan Spermonde merupakan salah satu wilayah tangkapan utama ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Sulawesi Selatan. Jika upaya penangkapan terus ditingkatkan tanpa mempertimbangkan potensi dan kondisi populasi, dikhawatirkan dapat menggangu kelestarian sumberdaya kerapu di masa datang. Oleh karena itu diperlukan kajian parameter populasi dan tingkat eksploitasi agar kelestarian sumberdaya kerapu macan tetap terjaga. Penelitian ini bertujuan untuk parameter populasi dan laju eksploitasi ikan kerapu macan (E. fuscogttatus) di Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan. Penelitian dilaksanakan bulan September 2021 – Desember 2021 di Wilayah Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan. Metode penelitian berupa pengukuran panjang total dan berat ikan kerapu macan sebanyak 1.032 ekor dari hasil tangkapan nelayan dan pedagang pengumpul yang didaratkan di PPI Paotere, Makassar. Parameter yang diamati meliputi distribusi ukuran panjang, hubungan panjang bobot, laju pertumbuhan, laju mortalitas total, alami dan penangkapan dan laju eksploitasi yang dianalisis secara deskriptif dan dengan program ELEFAN. Hasil analisis panjang rata-rata ikan kerapu macan (E. fuscoguttatus) di Kepulauan Spermonde berukuran antara ukuran 19,00 cm – 40,00 cm, (N = 1.023). Hubungan panjang bobot allometrik minor, kecepatan. pertumbuhan 0,45/thn, laju kematian penangkapan lebih besar dari laju kematian alami, laju eksploitasi sebesar 0,61 (over eksploitasi).Spermonde Islands is one of the main catchment areas of tiger grouper fish (Epinephelus fuscoguttatus) in South Sulawesi. If arrest efforts continue to be improved without considering the potential and condition of the population, it is feared that it can interfere with the sustainability of grouper resources in the future. Therefore, a study of population parameters and eksploitation rates is needed so the sustainability of tiger grouper resources is maintained. The study aimed at population parameters and the rate of exploitation of tiger grouper fish (E. fuscoguttatus) in the Spermonde Islands of South Sulawesi. The study was conducted from September 2021 to December 2021 in the Spermonde Islands Region of South Sulawesi. The research method in the form of measurements of the total length and weight 1032 catch of tiger grouper fish from the catch of fishermen and collecting traders landed at PPI Paotere, Makassar. The observed parameters include the distribution of length size, weight length relationship, growth rate, total mortality rate, natural and capture and rate of exploitation analyzed descriptively and with the ELEFAN program. The results of the analysis of the average length of tiger grouper fish (E. fuscoguttatus) in the Spermonde Islands measured between the size of 19.00 cm – 40.00 cm, (N = 1,023). Relationship length-weight of minor allometric, growth rate of 0.45/year, arrest death rate greater than natural mortality rate, exploitation rate of 0.61 (over exploitation) 
MUSIM PEMIJAHAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) DI SAMUDRA HINDIA SELATAN JAWA-BALI Gussasta Levi Arnenda; Hety Hartaty
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 14, No 1 (2022): (APRIL) 2022
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.14.1.2022.11-19

Abstract

Ikan tuna sirip kuning atau yellowfin Tuna (Thunnus albacares) merupakan salah satu jenis komoditas eksport yang penting bagi Indonesia. Pemanfaatan secara intensif tuna sirip kuning di Samudra Hindia diduga telah mengakibatkan keadaan lebih tangkap. Penelitian ini bertujuan untuk menduga musim pemijahan berdasarkan data biologi reproduksi yang nantinya dapat dimanfaatkan dalam saran pengelolaan perikanan yang lestari. Penelitian di lakukan di perusahaan pengolahan, dan observasi di atas kapal long-line yang berbasis di Pelabuhan Benoa. Penelitian dilakukan selama bulan Januari 2019 - April 2020. Sampel biologi tuna sirip kuning yang diperoleh sebanyak 127 ekor. Analisis histologis dilakukan terhadap sampel gonad di Laboratorium Histologi dengan metode parafin dan pewarnaan HE (Harris-Haemotoxilin dan Eosin). Berdasarkan sampel biologi yang diperoleh, populasi ikan Yellow Fin Tuna (YFT) didominasi oleh ikan dewasa matang gonad dengan status reproduktif aktif (spawning capable, spawning, dan regressing). Hasil pengamatan histologis berdasarkan Most Advanced Group of Oocytes (MAGO) dalam gonad menunjukkan YFT memiliki tipe pemijahan berganda (multiple spawner). Perkembangan oosit YFT adalah asynchronous (tidak seragam) yang ditandai oleh munculnya beberapa tingkat perkembangan oosit dalam satu ovarium. Indeks Kematangan Gonad (IKG) berbanding lurus dengan tingkat perkembangan (kematangan) gonadnya. Puncak musim pemijahan terjadi menjelang akhir tahun (bulan Oktober hingga Desember)Yellowfin tuna (YFT) is one of the important export commodities for Indonesia. Intensive fishing of this species in Indian Ocean has likely been nearly overfishing. This study aims to determine the spawning season based on reproductive biology that can be used in sustainable fisheries management. The research was carried out in processing companies, and on board long-line vessels based at Benoa Harbor conducted in January 2019 - April 2020. Samples of yellowfin tuna obtained were 127 tails. Histological analysis was performed in the Histology Laboratory using the paraffin method and HE staining (Harris-Haemotoxilin and Eosin). The sample was surgically removed by taking a pair of gonads and weighed (WG) with grams. The results of histological observations revealed that the Most Advanced Group of Oocytes (MAGO) in YFT gonads varied so that the development of oocyte was asynchronous (non-uniform) which was characterized by the emergence of several levels of oocyte development in one ovary. Gonado somatic index (GSI) was proportional with the level of gonad development. The peak of the spawning season occurs towards the end of the year in October to December.
PERKEMBANGAN HISTOLOGI GONAD, FEKUNDITAS DAN PENDUGAAN PEMIJAHAN TONGKOL LISONG (Auxis rochei Risso, 1810) DI PERAIRAN SELATAN BALI Indrastiwi Pramulati; A.A.S.A Sukmaningsih; F.X Sudaryanto
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 14, No 1 (2022): (APRIL) 2022
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.14.1.2022.21-37

Abstract

Tongkol lisong (Auxis rochei Risso, 1810) adalah satu jenis ikan tuna neritik yang terdapat di perairan Samudera Hindia selatan Jawa. Tingkat pemanfaatan pada saat ini diduga telah mencapai fully exploited. Penelitian tongkol lisong dilakukan untuk memperoleh data biologi reproduksi meliputi perkembangan gonad betina, fekunditas dan pemijahan di perairan selatan Bali sebagai bahan masukan bagi pengelolaan. Penelitian dilakukan pada bulan Juni-November 2021, melalui pengambilan contoh dari hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Kedonganan, Bali. Sebanyak 151 ekor ikan betina dari total sampel 317 ekor (panjang 15-35 cmFL) telah diteliti. Sampel gonad segar difiksasi dan dianalisis secara histologis melalui metode parafin dengan pewarnaan Harris-Haemotoxilin dan Eosin. Tongkol lisong mempunyai tipe pemijahan ganda dengan kematangan oosit tidak seragam, ditandai adanya beberapa tingkat kematangan oosit dalam satu ovarium. Tongkol lisong betina yang belum matang gonad memiliki oosit unyolked dan early yolked berdiameter antara 41-179 µm; gonad ikan betina dewasa memiliki oosit lebih matang yaitu advanced yolked (AY) berdiameter antara 275-328 µm, mempunyai migratory nucleus berdiameter antara 475-514 µm dan hydrated berdiameter sekitar 554 µm. Secara makroskopis tongkol lisong betina berpijah sejak bulan Juli dengan kontribusi 32%. Pengamatan mikroskopis menunjukkan pemijahan telah berlangsung sejak Juni hingga Oktober, puncak pemijahan Juli-Agustus denga kontribusi 52% dari total ikan betina yang diamati. Dugaan fekunditas dengan oosit migratory nucleus dan hydrated yang dikeluarkan berkisar antara 5.062-229.707 butir telur/ekor atau rata-rata 81.351 butir/ekor.Bullet tuna (Auxis rochei) is one of the neritic tuna species in the Indian Ocean south of Java. At present, its exploitation rate of its has reached fully exploited. This study was conducted to obtain the data on reproductive biology related to the gonadal (ovaries) development, fecundity and spawning in the southern waters off Bali as the input for management. The research was conducted from June to November 2021 by biological fish sampling from the catch landed. About 151 females fish from a total of 317 fishes ranging between 15-35 cm FL could be observed. The fresh gonad samples were fixed and analyzed histologically by the paraffin method with Harris-Haemotoxilin and Eosin’s staining. Bullet tuna is a multiple spawner type with asynchronous oocyte development. The immature female fish have an unlocked and early yolked oocytes with 41-179 µm in diameter; the mature ovaries have oocytes in a higher level of maturity, namely advanced yolked (275-328 µm in diameter), migratory nucleus (475-514 µm in diameter), and hydrated oocytes (about 554 µm in diameter). Macroscopically, the female bullet tuna spawned in July, characterized by decreasing GSI value and the presence of ovaries in the maturity stage IV (mature) and V (spent), with a contribution of 32% of total females landed. The microscopic observations during the sampling periods showed that spawning, characterized by the emergence of spawning development classes, took place from June to October. The peak of spawning was around July-August, where 52% of the total females landed—estimating fecundity (number of mature eggs released during spawning) with that migratory nucleus and hydrated oocytes in between 5,062-229,707 eggs/individual with an average of 81,351 eggs/individual.

Page 1 of 1 | Total Record : 5


Filter by Year

2022 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 17, No 2 (2025): Agustus 2025 Vol 17, No 1 (2025): April 2025 Vol 16, No 3 (2024): Desember 2024 Vol 16, No 2 (2024): AGUSTUS 2024 Vol 16, No 1 (2024): (APRIL) 2024 Vol 15, No 3 (2023): (DESEMBER) 2023 Vol 15, No 2 (2023): (AGUSTUS) 2023 Vol 15, No 1 (2023): (APRIL) 2023 Vol 14, No 3 (2022): (DESEMBER) 2022 Vol 14, No 2 (2022): (Agustus) 2022 Vol 14, No 1 (2022): (APRIL) 2022 Vol 13, No 3 (2021): (DESEMBER) 2021 Vol 13, No 2 (2021): (AGUSTUS) 2021 Vol 13, No 1 (2021): (April) 2021 Vol 12, No 3 (2020): (Desember) 2020 Vol 12, No 2 (2020): (AGUSTUS) 2020 Vol 12, No 1 (2020): (April) 2020 Vol 11, No 3 (2019): (Desember) 2019 Vol 11, No 2 (2019): (Agustus) 2019 Vol 11, No 1 (2019): (April) 2019 Vol 10, No 3 (2018): (Desember) 2018 Vol 10, No 2 (2018): (Agustus) 2018 Vol 10, No 1 (2018): April (2018) Vol 9, No 3 (2017): (Desember) 2017 Vol 9, No 2 (2017): (Agustus 2017) Vol 9, No 1 (2017): (April, 2017) Vol 8, No 3 (2016): (Desember, 2016) Vol 8, No 2 (2016): (Agustus 2016) Vol 8, No 1 (2016): (April 2016) Vol 7, No 3 (2015): (Desember 2015) Vol 7, No 2 (2015): (Agustus 2015) Vol 7, No 1 (2015): (April 2015) Vol 6, No 3 (2014): (Desember 2014) Vol 6, No 2 (2014): (Agustus 2014) Vol 6, No 1 (2014): (April 2014) Vol 5, No 3 (2013): (Desember 2013) Vol 5, No 2 (2013): (Agustus 2013) Vol 5, No 1 (2013): (April 2013) Vol 4, No 3 (2012): (Desember 2012) Vol 4, No 2 (2012): (Agustus 2012) Vol 4, No 1 (2012): (April 2012) Vol 3, No 6 (2011): (Desember 2011) Vol 3, No 5 (2011): (Agustus 2011) Vol 3, No 4 (2011): (April 2011) Vol 3, No 3 (2010): (Desember 2010) Vol 3, No 2 (2010): (Agustus 2010) Vol 3, No 1 (2010): (April 2010) Vol 2, No 6 (2009): (Desember 2009) Vol 2, No 5 (2009): (Agustus 2009) Vol 2, No 4 (2009): (April 2009) Vol 2, No 3 (2008): (Desember 2008) Vol 2, No 2 (2008): (Agustus 2008) Vol 2, No 1 (2008): (April 2008) Vol 1, No 6 (2007): (Desember 2007) Vol 1, No 5 (2007): (Agustus 2007) Vol 1, No 4 (2007): (April 2007) Vol 1, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 1, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 1, No 1 (2006): (April 2006) More Issue