cover
Contact Name
Teguh Ariyanto
Contact Email
teguh.ariyanto@ugm.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
teguh.ariyanto@ugm.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Rekayasa Proses
ISSN : 1978287X     EISSN : 25491490     DOI : -
Core Subject : Education, Social,
Jurnal Rekayasa Proses (J. Rek. Pros) is an open-access journal published by Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Gadjah Mada as scientific journal to accommodate current topics related to chemical and biochemical process exploration and optimization which covers multi scale analysis from micro to macro and full plant size.
Arjuna Subject : -
Articles 234 Documents
Produksi Organic Preservative dan Solid Biofuel dari Hydrothermal Treatment Tongkol Jagung dengan Variasi Temperatur Haidar Ali; Ahmad Tawfiequrrahman Yuliansyah
Jurnal Rekayasa Proses Vol 10, No 2 (2016)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.33338

Abstract

Corn is one of staple food and influential commodity driving Indonesia’s economy. Indonesia currently produces as high as 19 million tons of corn which contains 50% of biomass in the form of cob. Waste from harvesting and consumption of corn, namely, corn cob (CC) is left as waste. This CC is actually a sustainable, easily accessible, and renewable biomass energy source as an alternative to Indonesia’s depleting fossil fuel reserves. Hydrothermal treatment is a conversion method that has some consequential advantages compared to other methods; e.g. the ability to treat high-moisture biomass like CC and the possibility to use lower temperature. This research aims to produce and characterize liquid and solid fuel subsequent to hydrothermal treatment of CC obtained from Sleman, Yogyakarta. After size reduction, fine particles were mixed with water to form slurry. Slurry was heated in an autoclave for hydrothermal treatment at initial pressure of 2.0 MPa and was held for 200 °C, 240 °C, and 270 °C in 30 minutes. The solid and liquid products were then separated. Liquid was analyzed using GC-MS and solid by using AAS. The result showed that, in comparison to raw material, solid product had higher carbon content which resulted in the increase of calorific value of the solid biofuel. The calorific value of solid product ranged from 19,59 -22,02 MJ/kg or 20,93-35,87% higher than raw materials and 4-17% higher than average coal used in Indonesia. Major component in liquid product are N, N-dimethyl formamide, furfural, and phenolic compound, with benzoic acid present as minor component. The potential of liquid products as organic preservatives are examined by testing the tenacity of wood against termite according to ASTM D3345-74 standard method. Result showed that liquid product were effective in exhibiting termiticidal activity and temperature 200 °C showed the optimum condition.  ABSTRAKJagung merupakan salah satu makanan pokok dan komoditas yang berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia. Produksi jagung Indonesia saat ini mencapai 19 juta ton dan sebanyak 50% berupa tongkol. Limbah dari pemanenan dan konsumsi jagung adalah tongkol jagung (CC) yang cepat busuk dan banyak kelemahannya yang harus ditangani. Sebetulnya, CC merupakan solusi yang berkelanjutan, mudah diperoleh, serta sumber energi terbarukan berupa biomassa yang dapat menjadi alternatif solusi untuk berkurangnya cadangan bahan bakar fosil di Indonesia. Hydrothermal treatment adalah metode konversi yang memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan metode lain seperti kemampuan untuk menangani kandungan air yang tinggi pada CC dan kemungkinan penggunaan temperatur yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi cairan dan padatan yang dihasilkan dari proses hydrothermal terhadap tongkol jagung yang diperoleh dari Sleman, Yogyakarta. Setelah proses reduksi ukuran, partikel halus tersebut dicampur dengan air sehingga terbentuk slurry. Slurry dipanaskan dalam autoclave untuk dijalankan proses hydrothermal dengan tekanan awal sebesar 2.0 MPa dan dijalankan pada suhu 200 °C, 240 °C, dan 270 °C dengan holding time selama 30 menit. Padatan dan cairan yang dihasilkan dipisahkan. Cairan dianalisis dengan GC-MS sedangkan padatan dengan AAS. Hasil menunjukkan bahwa dengan perbandingan bahan baku, padatan memiliki kandungan karbon yang lebih tinggi sehingga terjadi kenaikan nilai kalor. Nilai kalor padatan berkisar antara 19,59-22,02 MJ/kg atau 20,93-35,87% lebih tinggi dari bahan baku dan 4-17% dari batubara yang ada saat ini. Cairan yang dihasilkan didominasi oleh N,N-dimethyl formamide, furfural, phenolic compound serta sedikit asam berupa benzoic acid. Pengujian produk cairan sebagai pengawet organik dilakukan dengan pengujian ketahanan kayu terhadap rayap sesuai dengan standar ASTM D3345-74. Hasil menunjukkan bahwa cairan yang dihasilkan cukup efektif sebagai pembunuh rayap dan variasi temperatur 200 °C memberikan kondisi yang optimum.
Pemutihan Daun Nanas Menggunakan Hidrogen Peroksida Jayanudin Jayanudin
Jurnal Rekayasa Proses Vol 3, No 1 (2009)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.560

Abstract

Daun nanas mengandung selulosa sekitar 69,5% - 71,5%, sehingga dapat dijadikan bahan baku alternatif pembuatan kertas. Kualitas kertas dapat ditingkatkan dengan melakukan proses pemutihan mengunakan H2O2 karena senyawa ini lebih ramah lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi optimum yaitu waktu dan suhu pemutihan. Tahapan penelitian ini adalah daun nanas kering dihidrolisis memakai larutan NaOH dengan konsentrasi 0,1, 0,2, 0,3 dan 0,35 N sebanyak 400 mL dalam labu leher tiga yang dilengkapi dengan pendingin balik pada suhu 100°C. Proses pemutihan menggunakan H2O2 konsentrasi 2% pada suhu 40°C, 60°C dan 80°C selama 1, 1,5 dan 2 jam. Pulp hasil pemutihan dianalisis menggunakan Colorgard System 2000 Colorimeter Byk Garder dengan parameter L*, a* dan b*. Kondisi optimum proses pemutihan pada suhu 60°C dan waktu perendaman selama 1,5 jam. Parameter yang didapat yaitu L* = 95,14%; a* = -2,15 dan b* = 5,42 yang memenuhi syarat derajad putih industri.Kata kunci: daun nanas, hidrolisis, hydrogen peroksida, pemutihan, selulosa A pineapple leaf contains approximately 69.5% - 71.5% cellulose, which makes it a good alternative raw material in paper production. The quality of paper produced can be enhanced by bleaching process with the use of hydrogen peroxide (H2O2) as an environmentally friendly bleaching agent. The purpose of this study was to determine the optimum temperature and duration of the soaking or bleaching process of pineapple leaves. Dried pineapple leaves were hydrolyzed in a solution of NaOH with a varying concentration of 0.1, 0.2, 0.3 and 0.35 N at 100°C in a 400 ml three-neck flask equipped with a cooler. The bleaching process was conducted in the presence of 2% H2O2 at 40C, 60C and 80C for a varying time duration of 1, 1.5 and 2 hours. The resulting pulp was analyzed by the Colorgard System 2000 Colorimeter Byk Garder using parameters L*, a* and b*. The optimum bleaching process was achieved at 60C with a soaking time of 1.5 hours where the values of parameter L*, a* and b* were 95.14%, -2.15 and 5.42, respectively. Keywords: pineapple leaf, hydrolysis, hydrogen peroxide, bleaching, cellulose
Kajian Awal Laju Reaksi Fotosintesis untuk Penyerapan Gas CO2 Menggunakan Mikroalga Tetraselmis Chuii Elida Purba; Ade Citra Khairunisa
Jurnal Rekayasa Proses Vol 6, No 1 (2012)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.2451

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya konsentrasi CO2 di udara akibat dari pembuangan proses industri dan pembakaran bahan bakar sehingga dapat menyebabkan global warming. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang pengurangan konsentrasi CO2 melalui reaksi fotosintesis menggunakan mikroalga Tetraselmis chuii. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan konstanta laju reaksi menggunakan Tetraselmis chuii. Penelitian dilakukan dengan menjenuhkan media kultur air laut terlebih dahulu dengan gas CO2, sehingga pengaruh difusi CO2 ke dalam media kultur dapat diabaikan. Kemudian mikroalga dimasukkan ke dalam fotobioreaktor dengan berbagai kondisi operasi. Kondisi operasi yang divariasikan adalah temperatur yakni, 28C, 30C, dan 35oC serta umpan gas CO2 sebesar 4, 9, dan 14% dengan rancangan percobaan acak lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan tertinggi diperoleh pada suhu 30C dan 35oC untuk setiap konsentrasi masukan CO2.. Orde reaksi terhadap CO2 belum dapat disimpulkan karena tidak ada beda nyata faktor koreksi (R) pada setiap grafik untuk persamaan order reaksi 1, 2, dan 3. Kata kunci : fotobioreaktor, penyerapan, Tetraselmis chuii, konstanta laju reaksi, konsentrasi CO2 The background of the present study was the facts that the increase of carbon dioxides concentration in the air due to industrial activities and fossil fuel combustion certainly leads to global warming. In order to reduce carbon dioxides concentration, photosynthesis reaction using Tetraselmis chuii was one of the potential methods to use. The present study aimed at determining the rate constant of reaction that used Tetraselmis chuii. The study was carried out by firstly saturating sea water as a culture media with carbon dioxide in order to reduce the influence of carbon dioxide diffusion through the media. Microalgae were then put inside the photo-bioreactor at different operating conditions. The operating variables investigated in the present work were temperature (28C, 30C and 35C) and inlet CO2 gas concentration (4, 9 and 14%) with a complete random experimental design. Experimental results showed that the highest absorption capacity was achieved at 30C and 35C for each inlet CO2 concentration. However, the order of reaction with respect to CO2 concentration could not have been determined since the correction factors (R) values obtained from graphical analysis of first, second and third order reactions were not significantly different. Keywords : photo-bioreactor, absorption, Tetraselmis chuii, reaction rate constant, CO2 concentration
Karakterisasi Larutan Polimer KYPAM HPAM untuk Bahan Injeksi dalam Enhanced Oil Recovery (EOR) Harimurti Wicaksono; Sutijan; Ahmad Tawfiequrrahman Yuliansyah
Jurnal Rekayasa Proses Vol 9, No 1 (2015)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.24524

Abstract

Polymer injection is one method of Enhanced Oil Recovery (EOR), where the polymer is dissolved in water, usually the formation water. Hydrolyzed polyacrylamide (HPAM) polymer types are most commonly used. This study aims to investigate the effect of KYPAM HPAM polymer concentration and operating conditions upon the water injection in order to determine the optimal injection system. Viscosity of polyacrylamide solution was measured with a Brookfield viscometer. Variation in salinity is carried out by mixing formation water with distilled water, whereas for high salinity of formation water using evaporation method. Shear rate was varied in the range of 145 s-1, while solution temperature was varied in the range of 70  87°C , and the effect of H2S gas in the solution was conducted by saturating the solution using natural gas which has concentration of H2S as 100 ppm. The results show that the effect of salinity solution has the greatest influence on the decrease in viscosity of the solution when compared to the other factors. Decrease in viscosity was due to agglomeration process resulting precipitate of polyacrylamide in the form of vaterite and aragonite morphology. The result also show that an increase in shear rate resulting lower viscosity. The increase in temperature causes the viscosity of the solution decreases. Meanwhile, the presence of H2S in the solution reduces the viscosity of the solution due to chemical degradation. Keywords: EOR, formation water, polymer injection, hydrolyzed polyacrylamide, salinity, polymer concentration. Injeksi polimer merupakan salah satu metode dalam Enhanced Oil Recovery (EOR). Dalam hal ini, polimer terlebih dulu dilarutkan dalam air, biasanya air formasi. Poliakrilamida terhidrolisis (HPAM) merupakan salah satu jenis polimer yang paling sering digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi polimer KYPAM HPAM dan kondisi operasi pada injeksi air untuk menentukan sistem injeksi yang optimal. Larutan poliakrilamida diukur viskositasnya dengan viskometer Brookfield. Variasi salinitas dilakukan dengan mencampur air formasi dan aquades, sedangkan untuk salinitas tinggi dari air formasi dengan menggunakan metode penguapan.Variasi shear rate dilakukan pada kisaran 145 s-1, sedangkan suhu larutan divariasikan di kisaran 7087°C. Pengaruh gas H2S dalam larutan dilakukan dengan menjenuhkan larutan menggunakan gas alam yang memiliki konsentrasi H2S 100 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salinitas memiliki pengaruh terbesar pada penurunan viskositas larutan bila dibandingkan dengan faktor-faktor lain. Penurunan viskositas disebabkan aglomerasi menghasilkan endapan poliakrilamida dalam bentuk vaterite dan morfologi aragonit. Hasil percobaan juga menunjukkan bahwa peningkatan shear rate, mengakibatkan viskositas larutan terukur rendah. Peningkatan suhu menyebabkan viskositas larutan turun, sedangkan kehadiran H2S dalam larutan mengurangi viskositas larutan karena terjadi degradasi kimia pada polimer. Kata kunci: EOR, air formasi, injeksi polimer, hydrolyzed polyacrylamide, salinitas, konsentrasi polimer
Pengaruh Steam Pretreatment terhadap Degradasi Selulosa dan Limonen pada Limbah Jeruk dalam Produksi Biohidrogen Gita Khaerunnisa; Sarto Sarto; Sutijan Sutijan; Siti Syamsiah
Jurnal Rekayasa Proses Vol 12, No 1 (2018)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.31163

Abstract

This research presents the influence of steam pretreatment to orange waste and its effect on the production of biohydrogen. The steam pretreatments with various times of 2, 4, and 6 hours were applied to the samples. After the pretreatment, the samples were fermented for seven days, and the contents of cellulose, limonene, volatile fatty acid (VFA), and hydrogen were assessed on the days of 1, 2, 3, 5 and 7. Kinetic parameters of hydrogen production were evaluated using the modified Gompertz`s equation. The result of this research showed that the steam pretreatment significantly reduced the cellulose and limonene compounds. The content of cellulose in the substrate after 2, 4 and 6 hours pretreatment were 37.08%; 36.63%; and 15.95%, respectively. Moreover, the content of limonene after pretreatment of 2, 4, and 6 hours were 57.44 ppm; 38.80 ppm; and 36.11 ppm, respectively. Analysis of kinetic parameters of production of hydrogen showed that the maximum productions of hydrogen (Hmax) in the samples after pretreatment of 2, 4, and 6 hours were 11.492 mL; 52.612 mL; 22.345 mL, respectively. The maximum production rates (Rm) at specified pretreatment time (2, 4, and 6 hours) were 9.888 mL H2/hour; 10.008 mL H2/hour; 12.982 mL H2/hour and the lag phases were 49.689 hours; 24.742 hours; and 24.885 hours. The study elucidated that applying pretreatment for 4 hours gives the optimum condition for hydrogen production. A B S T R A KPenelitian ini mempelajari pengaruh steam pretreatment terhadap limonen dan selulosa yang terkandung pada limbah jeruk, dengan mengevaluasi dampaknya terhadap produksi biohidrogen. Steam pretreatment dilakukan dalam 3 variasi waktu, yaitu 2, 4 dan 6 jam. Kemudian proses fermentasi dijalankan selama 7 hari dengan pengambilan sampel dilakukan pada hari ke 1, 2, 3, 5 dan 7. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa steam distillation yang dilakukan untuk pretreatment pada substrat jeruk berpengaruh terhadap kondisi substrat, yaitu mengurangi kadar selulosa dan limonen. Kadar selulosa pada substrat setelah pretreatment 2 jam adalah 37,08%; 4 jam 36,63%; dan 6 jam 15,95%. Sementara kadar limonen setelah pretreatment 2, 4 dan 6 jam berturut-turut 57,44 ppm; 38,80 ppm; dan 36,11 ppm. Konstanta kinetika produksi hidrogen pada sampel dengan pretreatment 2, 4 dan 6 jam yang diperoleh dengan persamaan Gompertz termodifikasi adalah potensi produksi hidrogen (Hmaks) 11,492 mL; 52,612 mL; 22,345 mL, laju produksi maksimum (Rm) 9,888 mL H2/jam; 10,008 mL H2/jam; 12,982 mL H2/jam serta waktu adaptasi 49,689; 24,742; dan 24,885 jam. Perlakuan pretreatment pada sampel selama 4 jam menghasilkan produk paling optimal.
Performa Sistem Autocascade dengan Menggunakan Karbondioksida sebagai Refrigeran Campuran Nasruddin; Ardi Yuliono; Darwin Rio Budi Syaka
Jurnal Rekayasa Proses Vol 5, No 1 (2011)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.1894

Abstract

Sistem refrigerasi yang saat ini digunakan sebagian besar masih menggunakan refrigeran yang mengandung zat perusak ozon atau penyebab pemanasan global. Karena itu, diperlukan alternatif refrigeran alamiah, yang salah satunya adalah CO2. Namun tingginya tekanan CO2 membatasi penggunaanya pada sistem refrigerasi konvensional. Solusi untuk mengatasi hal itu, dengan biaya investasi yang relatif rendah, adalah dengan menggunakan sistem refrigerasi autocascade. Penelitian ini mempelajari sistem refrigerasi autocascade menggunakan beberapa variasi campuran CO2 (R744) dengan R12 untuk dibandingkan dengan campuran refrigerant alternatif ramah lingkungan yaitu campuran CO2 (R744) dengan R600a. Parameter yang dianalisa antara lain (1) suhu evaporasi, (2) suhu kondensasi, (3) suhu suction, (4) suhu discharge, (5) tekanan suction, dan (5) tekanan discharge. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penambahan komposisi CO2 sebesar 10% atau lebih dalam sistem refrigerasi autocascade dapat menaikkan tekanan kerja sistem. Oleh karena itu, penambahan komposisi CO2 tersebut harus masih di dalam batas-batas toleransi tekanan kerja kompresor yang diijinkan. Kata kunci: autocascade, refrigeran, CO2 , R12, R600a, kompresor Most refrigeration systems today use refrigerant which causes ozone depletion or global warming. Therefore, alternative natural refrigerants are highly required. One potential candidate is CO2. However, high pressure of CO2 limits its application in conventional refrigeration system. To solve this problem, a low investment cost of autocascade refrigeration system is used. This research investigated autocascade refrigeration system using a mixture of CO2 (R744) and R12, in comparison with environmentally friendly refrigerant mixture of CO2 (R744) and R600a. The parameters analyzed were (1) evaporation temperature, (2) condensation temperature, (3) suction temperature, (4) discharge temperature, (5) suction pressure, and (5) discharge pressure. The experiment results showed that an increase of CO2 concentration by 10% or more in the autocascade refrigeration system could raise system pressure. Therefore, the increase of CO2 pressure should be within the allowable limit of the working pressure of the compressor. Keywords: autocascade, refrigerant, CO2, R12, R600a, compressor
Pemanfaatan LNG Sebagai Sumber Energi di Indonesia Nurhadi Budi Santoso
Jurnal Rekayasa Proses Vol 8, No 1 (2014)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.5021

Abstract

Kebutuhan energi di Indonesia terutama penggunaan diesel/solar setiap tahun selalu meningkat, dikarenakan jumlah kilang di Indonesia tidak bertambah dan produksi minyak mentah akhir-akhir ini terjadi penurunan. Sehingga penambahan konsumsi tersebut dipenuhi dengan penambahan impor minyak solar/diesel, hal ini semakin memberatkan keuangan negara. Kondisi tersebut diatas harus segera dicarikan jalan keluarnya. Salah satu sumber energi alternatif pengganti solar adalah LNG. Dengan dipakainya LNG sebagai salah satu sumber energi diharapkan akan mengurangi impor solar/disel, sehingga menghemat devisa negara serta meningkatkan daya saing industri domestik. Indonesia merupakan produsen utama LNG dunia, hampir semua LNG yang diproduksi diekspor ke luar negeri utamanya ke Jepang, Korea dan China. LNG sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat maupun industri domestic sebagai sumber energi, hal ini dikarenakan kurang adanya sosialisasi manfaat dari LNG. Untuk bisa memanfaatkan LNG sebagai bahan bakar pengganti solar maka perlu dibangun fasilitas dan infrastruktur yang baik meliputi moda transportasi, teknologi penyimpanan, maupun teknologi converter kit sehingga LNG bisa digunakan untuk menggantikan solar pada mesin disel yang ada. Berdasarkan cost saving analysis, penggunaan dual fuel (Diesel dan LNG) pada mesin, yaitu memanfaatkan LNG pada mesin diesel dapat menghasilkan penghematan sebesar 20-25% bila dibandingkan dengan menggunakan single fuel saja dengan solar. Kata kunci: LNG, diesel, isotank, converter kit, energi. The need of energy supplies in Indonesia, especially on diesel demand is increasing every year. However, this increase could not be fulfilled by national oil based energy supply due to the decrease of oil production and there has not been significant increase in term of oil fractionation plants. As a consequence, diesel import could not be avoided resulting an additional burden in nation budgeting. In order to solve this problem, LNG might be an alternative. Thus, diesel import can be eliminated; furthermore, domestic industries can be more competitive. Although Indonesia is one of the major LNG producers, most of the LNG production is exported to Japan, Korea, and China, but LNG has not been utilized by the society as well as domestic industries. A massive socialization of the utilization of LNG to replace diesel energy should be conducted. Moreover, facilities and infrastructures including transportation, storages, and converter kits have to be built to support this conversion process. Based on the cost saving analysis, the use of dual fuel (diesel and LNG) in a machine could possibly save 20-25% in comparison to that machine using single fuel (diesel). Keywords: LNG, diesel, isotank, converter kit, energy.
Evaluasi Nilai Difusivitas Ion Kalsium & Magnesium pada Proses "Low Salinity Waterflood" di Batuan Berea Yusmardhany Yusuf; Suryo Purwono; Sang Kompiang Wirawan
Jurnal Rekayasa Proses Vol 11, No 2 (2017)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.28890

Abstract

In recent years Low Salinity Waterflood (LSW) had been supposed as trusty method to improve oil recovery and the most essential aspect is a alteration of divalent ion concentration in reservoir pore volume as a respon LSW. The objective of this paper are to find divalent diffusivity constant (Ca2+ and Mg2+) in berea sandstone by ionsmass conservation equation along with Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) as validation. The study was conducted at 2 berea core having porosity : 0.235 and 0.230 and permeability : 661 mD and 550 mD, we use synthetic formation water accordance to "LN" field property. Experiment was treated by by diluting Ca2+ up to 79% from its original value and  by diluting Mg2+ up to 95% from its original value while other ion were maintained fit to their original value. As a result we got difusion constant 0.0620 cm2.min-1 and 0.2667 cm2.min-1for Ca2+ and Mg2+, respectively.ABSTRAKPenelitian mengenai metode low salinity waterflood (LSW) dalam beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan yang cukup pesat. Salah satu aspek esensial dalam metode tersebut adalah respon perubahan konsentrasi ion divalent dalam ruang pori reservoir. Penelitan ini bertujuan mencari konstanta difusivitas ion kalsium dan magnesium pada batuan Berea sandstone. Konstanta difusivitas dihitung menggunakan persamaan konservasi massa dan ditinjau secara difusi yang divalidasi oleh atomic absorption spectroscopy (AAS). Penelitian dilakukan pada 2 batuan Berea dengan porositas masing-masing: 661 mD dan 550 mD. Air formasi dibuat secara sintetik sesuai data lapangan "LN". Eksperimen difusivitas Ca2+ dilakukan dengan pengenceran hingga 79% dari konsentrasi awal. Sedangkan eksperimen Mg2+ dilakukan dengan pengenceran hingga 95% dari konsentrasi awal. Sementara itu ion lain diatur tetap sesuai konsentrasi awal. Dari hasil percobaan didapat konstanta difusivitas Ca2+ sebesar 0,0620 cm2/menitdan Mg2+ sebesar 0,2667 cm2/menit.
Numerical Method for Front Tracking in Mold Filling Modeling in Composite Injection Molding: Non-reacting System Mohammad Fahrurrozi; John R. Collier
Jurnal Rekayasa Proses Vol 3, No 2 (2009)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.565

Abstract

Pemodelan proses pengisian cetakan sangat penting untuk perancangan cetakan untuk pencetakan komposit polimer. Harga software komersial untuk simulasi pengisian cetakan sangat mahal untuk ukuran rata-rata perusahaan Indonesia. Keberadan software yang lebih terjangakau akan mendorong perkembangan teknologi domestik yang berhubungan dengan pencetakan komposit polimer. Paper ini menyajikan pemodelan pengisian cetakan komposit polimer dalam sistem 3 dimensi berbasis metoda numeris control volume finite difference (CV-FD) pada elemen yang tetap (fixed grids). Pemodelan bentuk ujung aliran polimer (front) dilakukan dengan menggunakan metoda volume of fluid (VOF). Profile kecepatan dihitung dengan menggunakan persamaanDarcy untuk sistem 3 dimensi. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan bahasa pemrogaman Fortran dan penggambaran hasil perhitungan dilakukan dengan menggunakan Matlab. Model yang dikembangkan dapat mendekati hasil pengukuran secara eksperimen untuk tekanan pada lobang pemasukan (gate) dengan relatf baik. Karena data eksperimen perkembangan ujung aliran olimer tidak ada, maka hasil perhitungan model yang dikembangkan dibandingkan dengan hasil perhitungan dengan menggunakan software yang dikembangkan dan digunakan oleh US NIST. Software yang dikembangakn dapat memperkirakan dengan baik posisi ujung aliran polimer yang dihitung dengan menggunakan software dari US NIST. Kata kunci: komposit, polimer, pencetakan, pemodelan Mold filing simulation is important in mold design for liquid composite molding. Cost of commercial software for mold filling simulation is very expensive for average Indonesian companies. Therefore a more affordable simulation program is necessary to promote development of domestic technology related to liquid composite molding. This paper presents 3-dimension mold filling model based on control volume finite difference (CV-FD) numerical method on fixed grids. Front tracking was performed using volume of fluid method (VOF) implemented on CV-FD. Velocity field was computed using Darcy's equation. Computation was implemented on Fortran while contour plot were prepared using Matlab. The developed model predicts well gate pressure obtained experimentally. Since experimental data for front advancement is not available, calculation results were compared with results for other software developed by US’s NIST. The developed model predict front position obtain by the other software quite well. Key words: mold filling, simulation, reaction, injection, composites
Pengaruh Konsentrasi Katalisator dan Rasio Bahan terhadap Kualitas Biodiesel dari Minyak Kelapa Erna Astuti
Jurnal Rekayasa Proses Vol 2, No 1 (2008)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.548

Abstract

Kebutuhan energi di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Oleh karena itu perlu pengembangan energi alternatif , salah satunya adalah biodiesel. Indonesia sebagai negara penghasil minyak nabati terbesar dunia, juga sebagai negara penghasil minyak kelapa relatif besar dunia mempunyai peluang untuk menghasilkan dan memainkan peranan penting dalam produksi bahan bakar biodiesel. Di antara berbagai jenis minyak nabati, minyak kelapa mempunyai peluang besar untuk digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan biodisel. Penelitian dilakukan dalam labu leher tiga yang dilengkapi motor pengaduk dan termometer. Reaksi transesterifikasi diawali dengan mencampur minyak kelapa yang telah dipanaskan dengan campuran etanol dan katalisator KOH. Reaksi dilakukan selama dua jam dengan variabel proses konsentrasi katalisator 0,65 – 0,95 % b/v dan rasio minyak kelapa/etanol antara 2:1 dan 6:1. Kemudian dilakukan pemisahan biodiesel dari gliserol dan pengeringan. Selanjutnya dilakukan uji sifat biodiesel rapat massa, viskositas, cloud point, flash point dan angka asam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil minyak destilat yang relatif baik dan yang masuk dalam spesifikasi standar dan mutu biodiesel diperoleh pada pada konsentrasi katalisator KOH 0,75 – 0,90 %b/v dan rasio minyak kelapa/etanol 3:1 – 5:1. Kata kunci: energi alternatif, biodiesel, transesterifikasi, rasio bahan, standar mutu The demand for energy in Indonesia has increased very fast in the recent years in the midst of fossil oil depletion. A lot of effort has been carried out to find alternative energies. One of the promising alternative energies is biodiesel. Indonesia, as the largest producer of vegetable oil in the world, has an opportunity to play a significant role as a biodiesel producer. Among various vegetable oils, coconut oil is a potential raw material in biodiesel production. The process was carried out in a three-neck round bottom flask equipped with motor stirrer and thermometer. The trans-esterification reaction was conducted by mixing heated coconut oil with a mixture of ethanol and KOH catalyst for two hours. The process variables studied in the present work were catalyst concentration and coconut oil – ethanol ratio. At the optimal condition when the KOH concentration in a range of 0.75-0.90% w/v and a coconut oil – ethanol ratio of 3:1 -5:1, the process produce biodiesel that meets the standard. Key words: alternative energy, biodiesel, trans-esterification, reactant ratio, quality assurance

Page 3 of 24 | Total Record : 234