Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

KULTIVASI SPIRULINA PLATENSIS PADA MEDIA BERNUTRISI LIMBAH CAIR TAHU DAN SINTETIK Syaichurrozi, Iqbal; Jayanudin, Jayanudin
Jurnal Bahan Alam Terbarukan Vol 5, No 2 (2016): December 2016 [Nationally Accredited]
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jbat.v5i2.7398

Abstract

This research was conducted to study the effect of various additions of synthetic nutrient into Spirulina platensis growth medium containing tofu wastewater 8%v/v. Synthetic nutrient was varied at 50, 75, 100%. Based on abservation, the OD680 (Optical Density at 680 nm) increased until in the end of cultivation time with final OD680 of 0.381, 0.392, 0.189 for variable of 50, 75, 100% respectively. Meanwhile, the growth rate value was 0.0743, 0.0759, 0.0354/day. The best protein content was obtained at nutrient synthetic of 75%, which was 91,27%. The good growth and protein content of S. platensis obtained at nutrient synthetic of 75%, which had C:N:P ratio of 128:12:1.
Degradasi Senyawa Fenol dengan Metode Fotokatalitik di Reaktor Tabung Berbuffle Kustiningsih, Indar; Jayanudin, .; Sari, Denni Kartika
TEKNIKA Vol 12, No 1 (2016): Juni
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Degradasi fenol menggunakan reaktor berbuffle telah dilakukan. Limbah yang digunakan adalah limbah fenol sintetik yang terbuat dari serbuk fenol (Merck Pro Analys). Fotokatalis yang digunakan adalah TiO2 Degussa 25. dengan variasi pengaruh penggunaan buffle dan pH. Konsentrasi awal limbah yang digunakan yaitu 10 ppm, 20 ppm dan 40 ppm, sedangkan loading katalisnya yaitu 0.5 gr/L, 1 gr/L dan 1.5 gr/L. Analisa konsentrasi fenol Spectrofotometer Hach. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buffle mempunyai peranan penting dalam hal pengontakkan antara limbah, energi foton dan katalis lebih baik dibandingkan dengan tidak menggunakan buffle. Persen penyisihan dengan tidak menggunakan buffle diperoleh 50.1% dan untuk menggunakan buffle diperoleh persen penyisihan sebesar 79.07%. Sedangkan loading katalis optimum untuk mendegradasi senyawa fenol adalah sebesar 1gr/L dengan pH terbaik yaitu pada pH 7. Pada kondisi optimum ini, dengan konsentrasi awal limbah 10 ppm diperoleh konsentrasi akhir sebesar 2,022ppm setelah degradasi selama 5 jam.
Pemodelan Resiko Kontaminasi Sumur Rakyat oleh Sumur Resapan Limbah Septic Tank Jayanudin, .; Fahrurrozi, Moh.
TEKNIKA Vol 12, No 1 (2016): Juni
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

septic tank merupakan salah satu pengelolaan limbah sederhana dan merupakan sumber dari limbah domestik. Limbah septic tank dapat mempengaruhi sumber air bersih seperti sumur, sehingga posisi sumber air harus benar supaya terbebas dari kontaminan BOD dari septic tank. Tujuan dari artikel ini adalah mengembangkan model transport kontaminan sumur resapan septic tank untuk memberikan rekomendasi jarak aman antara sumur dengan septic tank. Model transport kontaminan dibagi menjadi dua zona yaitu zona unsaturated dan saturated yang keduanya dipengaruhi oleh proses adveksi, dispersi dan biodegradasi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan model yang dikembangkan menunjukkan bahwa pada model zona unsaturated dengan kedalaman 7 meter dengan waktu kurang dari 5000 hari mengandung BOD dibawah ambang batas, sedangkan pada zona saturated pada jarak 10 meter dengan waktu dibawah 3000 hari kandungan BOD masih aman, tetapi jika waktu diatas 5000 hari untuk zona unsaturated dan diatas 3000 hari untuk zona saturated konsentrasi BOD diatas ambang batas yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
Komposisi kimia minyak atsiri daun cengkeh dari proses penyulingan uap J Jayanudin
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 10, No 1 (2011)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2011.10.1.5

Abstract

The chemical composition of clove leaf essential oil obtained from steam distillation process Essential oils are needed in various industries such as industrial perfumes, cosmetics, pharmaceuticals, food industry, and beverages. This study aims to determine the chemical composition of clove leaf essential oil from steam distillation process using GCMS. Dry clove leaves weighing 1.5 kg are included in the kettle flute and sealed properly. Steam from the boiler flows into the kettle with the pressure of 0.5 barG, 1 barG and 1.5 barG for 5, 6 and 7 hours. Mixture oil and water out of the condenser are accommodated and let stand for 24 hours to separate water and oil. Clove leaf oil was purified with 10% bentonite by weight of oil at a temperature of 50oC with stirring for 1 hour. Clove leaf oil that has separated from bentonite added anhydrous Na2SO4 and let stand for 15 minutes and then separate the water and Na2SO4 in oil. Samples with % yield of the largest in its chemical composition analysis using GCMS. Based on the results obtained the largest yield is 1.84% with content of eugenol is 65.03% and 20.94% trans-caryophyllene. Keywords : Clove leaf, Eugenol, Essential Oil, Steam distillationAbstrakMinyak atsiri sangat dibutuhkan dalam berbagai industri seperti industri parfum, kosmetik, farmasi, industri makanan, dan minuman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia minyak atsiri daun cengkeh dari proses penyulingan uap menggunakan analisa GCMS. Daun cengkeh kering seberat 1,5 kg yang sudah bersih dari kotoran dimasukkan dalam ketel suling dan ditutup dengan rapat. Steam dari boiler dialirkan ke ketel suling dengan tekanan 0,5 barG, 1 barG dan 1,5 barG selama 5, 6 dan 7 jam. Campuran minyak dan air yang keluar dari kondenser ditampung dan diamkan selama 24 jam untuk memisahkan air dan minyak. Minyak daun cengkeh dimurnikan dengan bentonit 10% dari berat minyak pada suhu 50oC sambil diaduk selama 1 jam. Minyak daun cengkeh yang telah terpisah dari bentonit ditambahkan Na2SO4 anhidrat dan diamkan selama 15 menit kemudian pisahkan air dan Na2SO4 dalam minyak. Sampel dengan % rendemen terbesar di analisa komposisi kimianya menggunakan GCMS. Berdasarkan hasil penelitian didapat rendemen terbesar adalah 1,84% dengan kadar yaitu eugenol 65,03% dan trans-caryophyllene 20.94%.Kata kunci : Daun cengkeh, Eugenol, Minyak atsiri, Penyulingan uap
Chitosan Concentration and Cross-linker Volume Effect on The Release Kinetic of Red Ginger Oleoresin Microcapsule in Simulated Intestinal Fluid (SIF) Medium Jayanudin Jayanudin; Moh. Fahrurrozi; Sang Kompiang Wirawan; Rochmadi Rochmadi
Eksergi Vol 16, No 2 (2019)
Publisher : Prodi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/e.v16i2.3088

Abstract

Red ginger oleoresin contains components that can be used as antioxidants. Release kinetics studies are used to provide doses to achieve the desired drug concentration. The purpose of this study was to determine the release kinetics of red ginger oleoresin microcapsules based on changes in chitosan concentration and volume of cross-linker and determine the diffusion coefficient of red ginger oleoresin through microcapsule walls. Red ginger oleoresin microcapsules were prepared from a mixture of red ginger oleoresin in chitosan solution and stirred to form an emulsion. After that, it was added to corn oil and stirred again to form a second emulsion. Glutaraldehyde saturated toluene was added dropwise after finished added the 25% glutaraldehyde solution and remains stirred for 2 hours. Red ginger oleoresin microcapsules were separated and washed with petroleum ether and hexane, then dried in an oven. Microcapsules inserted in the release medium (simulated intestinal fluid) without enzymes, and then the samples were analyzed using a UV-vis spectrophotometer to determine the absorbance. The release kinetics models used were zero order, first order, Higuchi, Korsmeyer-Peppas, and Hixon-Crowell. The highest correlation coefficient (R2) was obtained from the Korsmeyer-Peppas release kinetics model, R2 = 0.73-0.85 with the value of n = 0.39-0.41. Based on the n value, the release mechanism of red ginger oleoresin microcapsules was Fickian diffusion. The diffusion coefficients obtained were 2,807 x 10-13 - 3,675 x 10-13 cm2 /sec.
PROSES PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DENGAN METODE UAP BERBAHAN BAKU DAUN NILAM Jayanudin Jayanudin; Rudi Hartono
Jurnal Teknika Vol 7, No 1 (2011): Edisi Juni 2011
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v8i1.6706

Abstract

Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak atsiri terbesar di Dunia, salah satu tumbuhan penghasil minyak atsiri adalah nilam. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan % rendemen terbesar dan menentukan standarisasi minyak sesuai dengan SNI yang dihasilkan dari proses penyulingan uap. Daun nilam kering seberat 1,5 kg yang sudah bersih dari kotoran dimasukkan dalam ketel suling dan ditutup dengan rapat. Steam dari boiler dialirkan ke ketel suling dengan tekanan 0,5 barG, 1 barG dan 1,5 barG selama 4, 5 dan 6 jam. Campuran minyak dan air yang keluar dari kondenser ditampung dan diamkan selama 24 jam untuk memisahkan air dan minyak. Minyak daun nilam dimurnikan dengan bentonit 10% dari berat minyak pada suhu 50 yang telah terpisah dari bentonit ditambahkan Na2SOo 4C sambil diaduk selama 1 jam. Minyak daun nilam anhidrat dan diamkan selama 15 menit kemudian pisahkan air dan Na2SO dalam minyak. Sampel dengan % rendemen terbesar dianalisa kualitasnya sesuai dengan SNI. berdasarkan hasil penelitian menunjukan kondisi penyulingan pada tekanan 1 bar dan waktu 4 jam diperoleh rendemen tertinggi sebesar 1.82 % dengan berat jenis (0,943-0,983), indeks bias (1,504-1,514) dan bilangan asam (3,79-4,14). Karakterisasi minyak nilam yang dihasilkan sesuai dengan SNI.
Microencapsulation of red ginger oleoresin in maltodextrin and carrageenan using spray drying Jayanudin Jayanudin; Retno Sulistyo Dhamar Lestari; Aldi Fathurohman; Seta Dewo
Jurnal Teknika Vol 17, No 2 (2021): Available Online in November 2021
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v17i2.12704

Abstract

The purpose of this study was to determine the encapsulation efficiency and cumulative release of red ginger oleoresin from microcapsules with different wall materials. Red ginger oleoresin was added to the maltodextrin solution, followed by a tween 80. The mixture formed was transferred to a spray dryer for the drying process. Other materials used are carrageenan and a combination of maltodextrin and carrageenan in a ratio of 1:1, 2:1, and 1:2. Red ginger oleoresin microcapsules were analyzed for encapsulation efficiency and release test using phosphate buffer medium pH 7.4, then determine release kinetics using zero-order, first-order, Higuchi model, Korsmeyer-Peppas model, and Peppas-Shalin model. The highest encapsulation efficiency was 78.6%, and the lowest cumulative was 58.46% from microcapsules with a wall material of a mixture of maltodextrin and carrageenan with a ratio of 1:2. The release kinetics best fit the Korsmeyer-Peppas and Peppas-Shalin models with anomalous transport (non-Fickian) and Fickian diffusion release mechanisms. Tujuan penelitian ini adalah menentukan efisiensi enkapsulasi dan kumulatif rilis oleoresin jahe merah dari mikrokapsul dengan bahan dinding yang berbeda-beda. Oleoresin jahe merah ditambahkan ke larutan maltodektrin dilanjutkan denganpenambahan tween 80. Campuran yang terbentuk dialirkan ke spray dryer untuk proses pengeringan. Bahan lain yang digunakan adalah karagenan dan perpaduan maltodektrin dan karagenan dengan rasio 1:1, 2:1, dan 1:2. Mikrokapsul oleoresin jahe merah dianalisis untuk efisiensi enkapsulasi dan uji rilis menggunakan medium buffer fosfat pH 7.4, kemudian menentukan kinetika rilis menggunakan model order nol, order pertama, model Higuchi, model Korsmeyer-Peppas, dan Peppas-Shalin. Efisiensi enkapsulasi tertinggi sebesar 78.6% dan kumulatif terendah sebesar 58.46% dari mikrokapsul dengan bahan dinding perpaduan maltodektrin dan karagenan dengan rasio 1:2. Kinetika rilis dengan fitting terbaik dari model Korsmeyer-Peppas dan Peppas-Shalin dengan mekanisme rilis anomalous (non-Fickian) transport dan Fickian diffusion.
Article review: Comparison of octane booster additive for gasoline Gustiana Awaludin Sobarsah; Nuryoto Nuryoto; Jayanudin Jayanudin
Jurnal Teknika Vol 17, No 2 (2021): Available Online in November 2021
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v17i2.11989

Abstract

Gasoline is a petroleum-derived liquid that is most typically used in internal combustion engines, especially those utilizing spark ignition. Gasoline is a hydrocarbon blend that contains sulfur, nitrogen, oxygen, and other metals. Olefins, aromatics, paraffin, and naphthenes are the four main components of gasoline. An octane number is a unit of measurement for the ignition quality or flammability of gasoline. It is frequently referred to as the research octane number (RON), and it is calculated using a ratio of isooctane to n-heptane. The octane number can be decreased by lengthening the hydrocarbon molecule chain and increasing by branching the carbon chain. Another method is to use an octane number increaser for gasoline as an addition. These are classified as oxygenate, ether, antiknock agent, nanoparticles, and aromatic compounds. Numerous studies have been conducted to establish the influence of additives in gasoline on engine performance metrics such as braking power, thermal brake efficiency, volumetric efficiency, fuel consumption efficiency, and their impact on the environment. This review article aims to assess and compare the effects of various gasoline additives on the performance and emission characteristics of ignition engines. Bensin adalah cairan yang berasal dari minyak bumi yang paling banyak digunakan sebagai bahan bakar di mesin pembakaran internal, khususnya mesin menggunakan percikan pengapian. Bensin adalah campuran hidrokarbon dengan beberapa kontaminan, termasuk belerang, nitrogen, oksigen, dan logam tertentu. Empat kelompok penyusun utama bensin adalah olefin, aromatik, parafin, dan naften. Angka oktan adalah ukuran kualitas pengapian atau mudah terbakarnya bensin, biasa disebut Research Octane Number (RON) yang dapat diukur menggunakan perbandingan antara campuran isooktana dengan n-heptana. Angka oktan dapat berkurang dengan bertambahnya panjang rantai dalam molekul hidrokarbon sedangkan angka oktan dapat meningkat dengan membuat percabangan rantai karbonnya. Cara lain untuk meningkatkan angka oktan adalah ditambakan  peningkat angka oktan bensin sebagai aditif, yang terbagi pada kategori oxygenat, eter, agen antiknock, nano partikel dan senyawa aromatik. Banyak penelitian tentang penggunaan aditif dalam bensin untuk menentukan pengaruhnya terhadap ukuran kinerja mesin seperti daya pengereman, efisiensi rem termal, efisiensi volumetrik, efisiensi konsumsi bahan bakar, dan efeknya terhadap lingkungan. Tujuan dari artikel review ini adalah untuk mengevaluasi serta membandingkan berbagai aditif pada bensin dan pengaruhnya terhadap kinerja dan karakteristik emisi mesin pengapian.
OLEORESIN BIJI PALA HASIL EKSTRAKSI MASERASI MENGGUNAKAN PELARUT METANOL Jayanudin Jayanudin; Rizkina Ika Aryana
Jurnal Teknika Vol 7, No 2 (2011): Edisi November 2011
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v8i2.6712

Abstract

Oleoresin pala adalah cairan berbentuk kental yang berbau khas dan banyak dimanfaatkan untuk bahan-bahan kosmetik dan makanan. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh besarnya rendemen maksimal berdasarkan kondisi operasi ekstraksi maserasi.Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah ekstraksi 20 gram biji pala kering yang sudah dihaluskan dengan ukuran 20+30 mesh, -40+50 mesh dan -60+80 mesh menggunakan pelarut metanol. Perbandingan berat partikel pala dan metanol sebesar 1 : 4, 1 : 5, 1 : 6, suhu ekstraksi adalah 40oC, 50oC dengan kecepatan pengadukan sebesar 700 rpm selama 6 jam. Tahap kedua adalah proses pemurnian dengan distilasi pada suhu 62oC – 65oC selama 6 jam. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, % rendemen oleoresin pala terbesar adalah 3,2 gram dengan kondisi ektraksi maserasi pada suhu 40C, ukuran partikel -40+50 mesh dan perbandingan berat partikel dengan metanol adalah 1 : 6.
EKSTRAKSI KULIT KAYU MANIS MENJADI OLEORESIN MENGGUNAKAN PELARUT ETANOL Jayanudin Jayanudin; Reta Pujinia; Ofi Shofiah
Jurnal Teknika Vol 8, No 2 (2012): Edisi November 2012
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v9i2.6699

Abstract

Oleoresin kayu manis adalah hasil ekstraksi menggunakan pelarut etanol yang berwarna merah kecoklatan, kental, dan beraroma tajam khas kayu manis. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kondisi operasi ekstraksi berdasarkan berat rendemen maksimum dan mengetahui komponen-komponen kimia dalam oleoresin kulit kayu manis menggunakan analisa GCMS QP.2010S SHIMADZU. Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah ekstraksi 20 gram kulit kayu manis kering yang sudah dihaluskan dengan ukuran -20+30 mesh, -40+50 mesh dan -80+90 mesh menggunakan pelarut etanol. Perbandingan berat partikel kulit kayu manis dan etanol sebesar 1 : 4, 1 : 5, 1 : 6, suhu ekstraksi adalah 40oC, 50oC, 60oC dengan kecepatan pengadukan sebesar 700 rpm selama 6 jam. Tahap kedua adalah proses pemurnian dengan distilasi pada suhu 78C selama 6 jam. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, rendemen terbesar adalah 36% pada perbandingan berat kayu manis dan pelarut 1:5, suhu ekstraksi sebesar 60C dan ukuran partikel sebesar -50+60 mesh. Komponen kimia yang terdeteksi adalah 26 senyawa dan komponen kimia terbesar adalah 9,12-octadecadienoic sebesar 41,297%, hexadecanoic acid 15,311% dan octadecadien sebesar 14,9401%.
Co-Authors A.A. Ketut Agung Cahyawan W Abd. Rasyid Syamsuri Adi Winata Ahmad Imanudin Ahmad Suhendi Aldi Fathurohman Ali Hafid Supriatna Alia Badra Pitaloka Anellysha Putri Apriantika Anggoro, Dendy Vito Artika Sari Septiaziz Ayu Zakiyah Lestari Azzahra, Atina Sabila Barleany, Dhena Ria Dandi Irawanto Dandi Irwanto Denni Kartika Lestari Denni Kartika Sari Denni Kartika Sari Devi Nuraini M Dewi, Heny Puspita Diki Suhendar Edi Mikrianto Endang Suhendi Endang Suhendi, Endang Endrian Harzuli Fakhri Muhammad Fakhri Muhammad Feni Nurbayanti Gustiana Awaludin Sobarsah Hafid Alwan Harly Demustila Hary Sulistyo Indar Kustiningsih Iqbal Syaichurrozi Iryanti Fatyasari Nata, Iryanti Fatyasari Jauharotul Uyun Kiky Corneliasari Sembiring Kustiningsih, Indar Lestari, Retno Sulistyo D. Listiyani Nurwindya Sari M. Kemal Renaldi Marta Pramudita Maulana Suyuti Maulana Suyuti Meri Yulvianti Moh. Fahrurrozi Moh. Fahrurrozi Mohammad Fahrurrozi Mohammad Fakhrurozi Muhammad Luthfi Muhammad Luthfi Nicken Ayoe Fajrianto Nuryoto Ofi Shofiah Pangihutan Pangihutan Pitaloka, Alia Badra R Rochmadi Rahmayetti Rahmayetti Reta Pujinia Retno Hadi Winoto Retno S.D. Lestari Retno Sulistyo D Lestari Retno Sulistyo Dhamar Lestari Retno Sulistyo Dhamar Lestari Reyonaldo Langgeng Adi Wardana Reyonaldo Langgeng Adi Wardana Rizkina Ika Aryana Rochmadi Rochmadi Rochmadi Rochmadi Rochmadi Rochmadi Rochmadi Rochmadi Rodiansono Rodiansono Rozak Bahaudin Rozak Rozak Rudi Hartono Ruhiatna, Adam Saepurahman Saepurahman Sang Kompiang Wirawan Selfira Arum Andadari Seta Dewo Sunnardianto, Gagus Ketut Teguh Kurniawan Tri Rina Sari Wahyu Budi Setiawan Yulianto, Amin Yulvianti, Meri