cover
Contact Name
Hendra Try Ardianto
Contact Email
htardianto@live.undip.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
politika@live.undip.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Politika: Jurnal Ilmu Politik
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 20867344     EISSN : 2502776X     DOI : -
Core Subject : Humanities, Social,
Politika: Jurnal Ilmu Politik (e-ISSN 2502-776X) (p-2086-7344) is a multi-disciplined journal focused on the study of political science, governance issues and public policy in and on Indonesia and Asia. The journal publishes theoretical and empirical research articles with an aim to promote and disseminate academic atmosphere in and on the region. The journal has areas of concern that includes political science, Indonesian politics, Asian politics, governance issues in Indonesia and Asia, public policy in Indonesia and Asia, decentralization, political parties and national and local election. The journal publication includes articles, research notes, notices on conferences, workshops and seminars, and book reviews. Politika is published on April and October every year.
Arjuna Subject : -
Articles 256 Documents
PERAN BUDAYA BIROKRASI DALAM PENGEMBANGAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE) TITIK DJUMIARTI, TITIK DJUMIARTI
Politika: Jurnal Ilmu Politik Vol 1, No 2 (2010): Politika: Jurnal Ilmu Politik
Publisher : Program Magister Ilmu Politik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.431 KB) | DOI: 10.14710/politika.1.2.2010.71-77

Abstract

AbstractThe bureaucratic reform in a country basicaly reflects the interaction between value promiseand factual promise. In Indonesian that bureaucracy is signified by the coexistence betweenWeberian bureaucracy which originates from the west and the traditional bureaucracy which has itsroots in the socio-cultural aspects of the place. The reform bureaucracy must point three aspects thephenomenon or the shape which culture revitalition bureaucration with aspect behaviour approach,institutional approach and social-political system approach.Key words: Weberian bureaucracy, traditional bureaucracy, behaviour approach, institutionalapproach and social-political system approach.
Konglomerasi Media dan Partai Politik: Membaca Relasi MNC Group dengan Partai Perindo Anggalih Bayu Muh. Khamim; Muhammad Fahmi Sabri
Politika: Jurnal Ilmu Politik Vol 10, No 2 (2019)
Publisher : Program Magister Ilmu Politik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.257 KB) | DOI: 10.14710/politika.10.2.2019.112-134

Abstract

Konglomerasi media telah membawa Hary Tanoe mampu membuat Partai Perindo untuk memfasilitasi kepentingan politiknya. Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana strategi Perindo yang membangun hubungan dengan pemilih dengan dukungan sumber daya dari MNC Group. Untuk memenuhi tujuan tersebut, artikel ini ditulis dengan pengumpulan data yang dilakukan dengan menelusuri berbagai artikel jurnal, laporan penelitian serta liputan media daring mengenai Partai Perindo. Hasil penelitian menunjukan Hary Tanoe berusaha membesarkan Perindo dengan memanfaatkan pengerahan sumber daya MNC Group untuk mendukung partai dan meningkatkan citra dirinya. Keberhasilan Hary Tanoe sebagai pebisnis menjadi arahan bagi Perindo untuk mengerahkan berbagai bantuan UMKM untuk meraih dukungan dan kesetiaan dari pemilih. Perindo juga memberikan berbagai barang untuk memastikan bahwa pemilih benar-benar mendukung Perindo saat pemilihan. HT juga mengerahkan orang-orang terdekatnya di MNC Group untuk mensolidkan mesin partai dengan duduk di kantor pusat Perindo. Perindo juga memanfaatkan MNC Group untuk menayangkan berbagai iklan politik untuk mengenalkan partai pada pemilih secara masif. 
AKUNTABILITAS PEMERINTAH DAERAH DI MATA RAKYAT: STUDI TENTANG PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG WIBOWO, MUKTI AGUNG
Politika: Jurnal Ilmu Politik Vol 5, No 2 (2014): Politika: Jurnal Ilmu Politik
Publisher : Program Magister Ilmu Politik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/politika.5.2.2014.35-49

Abstract

In the era of democracy  where all of society have a freedom to do things that pertain to their needs. Through democracy , every society be eligible to get the protection and have their fundamental rights. The government district of Pemalang is one of the local government that cant be separated from the responsibility obligation to Pemalang society. Pemalang’s government has been doing efforts to provide services to the Pemalang society. Start from the development of health infrastructure, school, puskesmas, hospital and the general services like regulation, administration, and all of services that correlate with increasing life quality have been done through maksimal budgeting. But that is can’t be walk smoothly because financial problem and the limitation of human resources as a suppoort in the policy.  In this case, there’s a possibility between gap and expectation with the performance of Pemalang’s government. Society as a object of the policy taken by Pemalang’s government, sure they feel the policy that have been take by Pemalang’s government in the various sector. Of course, all of them has some level of expectation to government performance. Based on this assumptions so appearing a question about the perception of society against Pemalang’s government performance, level of satisfaction society against the public service function, development and  the general government, then about the expectation of society against the Pemalang’s government peerformance. Keyword : Public perception, Government of district performance, Government district of Pemalang.
MODEL KEPEMIMPINAN POLITIK KYAI: Studi Peran Kyai Dalam Pergeseran Perilaku Politik Massa NU PKB dan PPP M.Ali Andrias, dkk M.Ali Andrias, dkk
Politika: Jurnal Ilmu Politik Vol 7, No 2 (2016)
Publisher : Program Magister Ilmu Politik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.99 KB) | DOI: 10.14710/politika.7.2.2016.21-33

Abstract

Penelitian ini mengkaji model kepemimpinan politik kyai, Peran kyai dalam merubah perilaku politik massa Nahdlatul Ulama (NU) dalam massa NU Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan massa NU Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Tasikmalaya. Fenomena secara sosio-historis Tasikmalaya dengan beragam kultur dan ekspresi keIslaman beragam.Tradisi NU sangat kental adalah ketundukannya terhadap kyai. Dalam konteks itulah penelitian ini berusaha menggali model kepemimpinan yang diperankan ulama atau kyai di Tasikmalaya dalam merubah atau menggeser perilaku politik massa NU PPP dan PKB. Dengan menggunakan metode kualitatif ekspalanatif, hasil penelitian ini bahwa perubahan preferensi perilaku politik massa NU PKB dan PPP sangat ditentukan oleh kepemimpinan politik tradisional kyai. Titah kyai NU terhadap massa NU PKB dan PPP menjadi pedoman bagi perilaku politik massa NU. Model kepemimpinan pada Kyai NU adalah model kepemimpinan yang menyerupai kharismatik, mensyaratkan pengikutnya tunduk dan patuh kepada kyai, walaupun kyai sesungguhnya bersikap egaliter dan demokratis.Kata Kunci : Kepemimpinan Tradisional Kyai, Perilaku Politik, Massa NU
POLITISASI BIROKRASI DI INDONESIA RINA MARTINI, RINA MARTINI
Politika: Jurnal Ilmu Politik Vol 1, No 1 (2010): Politika: Jurnal Ilmu Politik
Publisher : Program Magister Ilmu Politik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (175.069 KB) | DOI: 10.14710/politika.1.1.2010.118-133

Abstract

AbstractIndonesian bureaucracy is built in a long history, since an era of kingdom until an era of thestate formation called Indonesia. However, the characteristics of the bureacracy is mainly identifiedas patrimonialistic. The characteristics are inheritted until in the era of reformation when politicalstructure has been reconstructed to be more democratic. The efforst to reform seem not to yield amore legal-rationalistic typology of bureacracy. One of the reasons is a highly politicized bureaucracyin the forms of for example the uses of public facilities for particular political partties’ activities, politicalmobilisation in general election, the practices of spoil system in bureaucracy, political interest-basedpromotion for public officers, government officer recruitment, and the dismantle of career officers ofgovernment institution that is highly political. However, it is not easy to eradicate the politicization ofbureacracy since both of them are closely linked. Ideally, the links between bureacracy and politicsmust be oriented for accommodating public interests.Key word : bureaucracy, politics, politicized bureaucra
PERLUNYA REVITALISASI KEBIJAKAN JAMINAN KESEHATAN DI INDONESIA Budi Setiyono
Politika: Jurnal Ilmu Politik Vol 9, No 2 (2018)
Publisher : Program Magister Ilmu Politik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.173 KB) | DOI: 10.14710/politika.9.2.2018.38-60

Abstract

Mengikuti tren universal coverage, sejak awal tahun 2000, pemerintah Indonesia menyusun kebijakan yang ambisius terhadap sistem asuransi kesehatan negara dalam mengejar cakupan universal dan adil dengan distribusi ulang yang lebih besar. Untuk itu, pemerintah membuat Undang-Undang Nomor 40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) tahun 2004. UU ini mengamanatkan bahwa jaminan sosial adalah sesuatu yang wajib tersedia bagi seluruh rakyat Indonesia, termasuk di dalamnya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Penyempurnaan dan pelaksanaan dari konsep jaminan sosial tersebut kemudian direalisasikan melalui pembentukan badan penyelanggara teknis yang tertuang dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan bertugas untuk melaksanakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang implementasinya dimulai pada tanggal 1 Januari tahun 2014. Konsep JKN mengintegrasikan mekanisme bantuan social (social assistance) oleh negara ditujukan untuk penduduk yang kurang mampu, sehingga seluruh penduduk pada saatnya nanti akan menjadi peserta JKN. Asuransi kesehatan ini diharapkan akan mengurangi risiko masyarakat dalam menanggung biaya kesehatan dari kantong sendiri out of pocket, yang seringkali jumlahnya sulit diprediksi dan seringkali membutuhkan biaya yang sangat besar. Melalui asuransi kesehatan sosial ini, peserta hanya membayar premi dengan besaran tetap, untuk meng-cover biaya layanan kesehatan yang mungkin timbul manakala mereka sakit. Akan tetapi, program JKN masih menghadapi berbagai kendala, terutama berkaitan dengan keseimbangan antara optimalisasi manfaat dengan ketersediaan sumber dana yang menyebabkan defisit bagi BPJS. Persoalan tersebut perlu diatasi dengan melakukan upaya revitalisasi kebijakan yang ada sehingga program JKN dapat terus berkelanjutan.
 OTONOMI KHUSUS PAPUA SEBUAH UPAYA MERESPON KONFLIK DAN ASPIRASI KEMERDEKAAN PAPUA MUTAQIN, AZMI
Politika: Jurnal Ilmu Politik Vol 4, No 1 (2013): Politika: Jurnal Ilmu Politik
Publisher : Program Magister Ilmu Politik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.68 KB) | DOI: 10.14710/politika.4.1.2013.5-18

Abstract

The political aspirations of independence is part of the aspirations of the Papuan people and students to function as a democratic civil society which includes the supervision of the course of state policy as stated in his political aspirations associated with the implementation of special autonomy for Papua, Papua stimulate public awareness of the history of politics and political rights, become an alternative channel for people to articulate their political views, given the existing political parties are found to be accommodating to the independence issues that developed in some communities in Papua. Papua Special Autonomy is intended to respond to the Papuan independence movement and nationalism, in essence it has two opposite sides. On one side of the answer calls for independence, to give greater attention to the development of indigenous Papuans, the recognition of Papuan cultural identity, providing big room to do the local authority, but on the other hand can be a kind of institutionalization of the further strengthening of Papuan nationalism, in the meaning of continuing strengthen the spirit of nationalism and ethnic identity of Papua, which may be contra-productive to the aim of strengthening the sentiment of nationalism and Indonesiaan identity. Keyword : autonomy, conflict, freedom
Can CSR be Politically Transformative? Discussing Its Prospects and Challenges Ashari Cahyo Edi
Politika: Jurnal Ilmu Politik Vol 11, No 1 (2020)
Publisher : Program Magister Ilmu Politik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.905 KB) | DOI: 10.14710/politika.11.1.2020.76-95

Abstract

Tulisan ini mengeskplorasi relevansi gagasan transformative politics (Tornquist & Stokke, 2013) dalam praktik corporate social responsibility (CSR) di industri ekstraktif dalam konteks desa di Indonesia. Penjajakan ini penting karena pendekatan pembangunan partisipatif dalam praktik CSR belum mampu mengikis defisit kapasitas politik warga komunitas di sekitar operasi industry agar lebih berdaya secara politik. Yang jamak berbagai prosedur, mekanisme, desain program, dan piranti kelembagaan CSR belum berdampak signifikan dalam menyeimbangkan timpangnya relasi-relasi kuasa komunitas-perusahaan dan komunitas-elite lokal. Alhasil wacana dan siklus program CSR (agenda setting, formulasi program, pembuatan keputusan, implementasi, dan framing atas klaim kesuksesan) masih jauh dari kontrol warga komunitas. Gagasan transformative politics menempatkan agenda, strategi, dan aliansi untuk menggunakan berbagai kelembagaan yang sudah ada—namun minimalis dari sisi substansi demokratisasinya—untuk mengenalkan politik dan kebijakan yang bisa membuka kesempatan-kesempatan bagi warga komunitas guna mendorong pengelolaan CSR yang lebih demokratis. Sebagai upaya awal, tulisan ini menghimpun sejumlah keterbatasan dan tantangan penguatan dimensi transformative politics dalam praktik CSR.
Partai Politik, Rekrutmen Politik dan Pembentukan Dinasti Politik pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Fitriyah Fitriyah
Politika: Jurnal Ilmu Politik Vol 11, No 1 (2020)
Publisher : Program Magister Ilmu Politik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.245 KB) | DOI: 10.14710/politika.11.1.2020.1-17

Abstract

Pasca terbit Putusan Mahkamah Konstitusi No.33/PUU-Xlll/2015 sebagai pem-batalan larangan politik dinasti, sejumlah calon  dari kerabat petahana maju dalam Pilkada 2015 dan terus berlanjut di pilkada setelahnya. Selain karena hambatan regulasi yang telah dianulir oleh Mahkamah Konstitusi, maraknya calon yang berlatar belakang dinasti terindikasi adanya masalah di partai politik dalam melaksanakan fungsi rekrutmen politik. Artikel ini berusaha menjelaskan bagaimana partai-partai politik melaksanakan proses rekrutmen politik untuk pencalonan pilkada yang ikut menyuburkan politik dinasti. Artikel ini menggunakan data dari studi literatur, hasilnya menunjukkan bahwa rekrutmen politik untuk pencalonan pilkada oleh partai politik  bersifat sentralistis dan informal, serta menggunakan pertimbangan pragmatis dengan menambahkan syarat  kemampuan finansial dan tingkat elektabilitas calon, sehingga lebih memberi jalan bagi calon yang berlatar belakang dinasti. 
Politisasi Perekrutan Anggota Badan Penyelenggara Pemilu Ad Hoc: Studi Kasus di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi Mardiana Mardiana
Politika: Jurnal Ilmu Politik Vol 11, No 1 (2020)
Publisher : Program Magister Ilmu Politik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (573.718 KB) | DOI: 10.14710/politika.11.1.2020.96-114

Abstract

Kehadiran badan penyelenggara Pemilu Ad Hoc di baik tingkat kecamatan, kelurahan, dan Tempat Pemungutan Suara (TPS) secara regulasi hadir untuk mendukung penyelenggaraan pemilu secara teknis di lapangan. Praktiknya, perekrutan anggota badan penyelenggara pemilu ad hoc juga bisa jadi sangat politis. Penelitian ini didasarkan pada studi kasus di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi dalam konteks pilkada 2015. Politisasi iini melibatkan birokrasi dan partai politik secara simultan. Politisasi di level birokrasi berlangsung melalui jalur PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan jalur pilkades. Politisi ini terjadi melalui kanal-kanal seperti lewat jalur camat, kades/lurah, kadus, ketua RW, ketua RT, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan PPS hasil politisasi kades/lurah. Politisi perekrutan anggota badan penyelenggara pemilu ad hoc semakin kuat ketika sampai di level birokrasi di hirarkhi bawah dikarenakan aturan rekrutmen yang longgar, tidak spesifik, dan kurangnya campur tangan KPU kabupaten/kota di hierarki tingkatan bawah tersebut.