Articles
286 Documents
POSTMODERNISME SEBAGAI SOFISME: STUDI KRITIS HUMANIORA, EPISTEMOLOGI DAN SAINS PASCA MODERN
Miswari, Miswari
At-Tafkir Vol 9 No 1 (2016): Vol. 9 No 1 Juni 2016
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Langsa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Sejarah telah membuktikan bahwa sofisme adalah penyakit intelektual dan penyakit sosial yang sangat berbahaya. Sofisme muncul dari pandangan yang menolak objektivitas realitas. Pandangan demikian juga berlaku bagi penyakit skeptisme lainnya seperti sinisme dan romantisme. Gejala yang ditimbulkan oleh postmodernisme adalah sama dengan gejala-gejala yang memunculkan berbagai penyakit skeptisme. Tulisan ini berusaha membuktikan bahwa gagasan dan penemuan saintifik era postmodernisme adalah gejala-gejala yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit intelektual dan penyakit sosial sebagaimana pernah ditimbulkan oleh sofisme.
GAGASAN NURUDDIN AR-RANIRI DALAM TIBYAN FI MARIFAH AL-ADYAN
Miswari, Miswari
At-Tafkir Vol 11 No 1 (2018): Vol. 11 No 1 Juni 2018
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Langsa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32505/at.v11i1.527
Tulisan ini hanya mengulas tentang narasi dalam Tibyan fi Marifah Al-Adyan karya Nuruddin Ar-Raniri. Penulis berpendapat, redaksi klasik yang disampaikan Ar-Raniri dalam kitab tersebut sulit dipahami oleh pembaca kontemporer. Untuk itu, penulis hanya berusaha merarasikan ulang pesan-pesan Ar-raniri dalam Tibyan fi Marifah Al-Adyan. Tulisan ini diharapkan dapat mempermudah pemahaman atas gagasan Ar-Raniri. Tibyan fi Marifah Al-Adyan ditulis untuk meneguhkan identitas Ahlus-Sunnah Waljamaâah d Aceh pada Abad ke-16. Diharapkan para peneliti atas pemikiran Ar-Raniri dapat merujukartikel ini untuk memudahkan pemahaman atas Tibyan fi Marifah Al-Adyan.
EPISTEMOLOGI FILSAFAT ISLAM DALAM KERANGKA PEMIKIRAN ABID AL-JABIRI
Rizal, Syamsul
At-Tafkir Vol 1 No 1 (2014): Vol I No 1 Juni 2014
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Langsa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Fazlur Rahman, (1982: 157) secara tegas mengatakan, filsafatmerupakan alat intelektual yang terus menerus diperlukan. Untuk itu,ia harus berkembang secara alamiah, baik untuk perkembangan filsafatitu sendiri maupun untuk pengembangan disiplin-disiplin keilmuan yanglain. Karena itu, orang yang menjauhi filsafat dapat dipastikan akanmengalami kekurangan energi dan kelesuan darah â dalam artikekurangan ide-ide segar â dan lebih dari itu, ia berarti telahmelakukan bunuh diri intelektual. Di antra tokoh Islam yangmengembangkan filsafat adalah Abid al-Jabiri, ia memformulasikanbahwa epistemology filsafat Islam terdiri dari tiga bagian yaitu; bayaniburhani dan irfani. Dengan ketiga epistemology tersebut dapatmemetakan keilmuan yang terdapat dalam Islam. Dalam artikel iniakan dibahas ketiga epistemology tersebut.
HUKUM SYARIAH DI ACEH
Nasrullah, Nasrullah
At-Tafkir Vol 10 No 2 (2017): Vol. 10 No 2 Desember 2017
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Langsa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Penerapan hukum Syariah di Aceh bukanlah masalah baru. Hukum Islam di masa Sultan Iskandar Muda telah bergema sehingga terkenal sebagai serambi Makkah. Pada masa reformasi, Aceh diberikan hak otonomi khusus adalah langkah pertama penegakan hukum secara kaffah. Pada 1 Muharram 1424 H bertepatan 4 Maret 2003 di Baiturrahman Masjid di deklarasi oleh Gubernur Aceh Abdullah Puteh. Untuk mendukung ini, pemerintah telah berkoordinasi mengenai peraturan dengan legislatif dan pada tahun 2013 melahirkan tiga bidang Qanun Jinayat; Qanun 12 tentang minuman keras dan sejenisnya; Qanun 13 tentang maisir; dan Qanun 14 tentang khalwat (mesum). Dalam penerapannya telah melaksanakan uqÃ
«bat dalam beberapa kasus, meskipun tidak maksimal, tetapi telah mempengaruhi masyarakat untuk tidak melakukan jarimah tersebut. Pada tahun 2014 legislatif kembali meratifikasi Qanun Jinayat Hukum, di mana juga menyebutkan tiga jarëmah itu bersama dengan beberapa jarëmah lainnya. Qanun ini lebih fleksibel baik dalam konteks jarëmah, pelaku dan sanksi yang berlaku untuk semua masyarakat Aceh, termasuk non-Muslim. Jadi Qanun itu suatu moderasi dalam kehidupan sosial keagamaan, sebagai promosi untuk pihak luar yang ingin menerapkan.
ISLAM DAN GLOBALISASI
Muhammad, Rasyidin
At-Tafkir Vol 10 No 1 (2017): Vol. 10 No 1 Juni 2017
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Langsa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Artikel ini mencoba membahas hakikat globalisasi, dan apa hubungannya dengan identitas muslim? Bagaimana islam menyikapi globalisasi? apakah islam mengenal konsep globalisasi?sampai hari ini, belum ditemukan kesepakatan terhadap definisi globalisasi, hal ini dikarenakan terma ini digunakan dalam berbagai bidang. Globalisasi barat berbeda dengan globalitas yang ada dalam islam. Globalitas islam sangat menghargai perbedaan sebagai khazanah kekayaan budaya, adapun globalisasi barat berusaha memaksa nilai-nilai barat atas kebudayaan dan jati diri bangsa lain. Globalisasi barat mengancam eksintesi identitas dan jati diri kelompok lain. Pun demikian, umat islam harus arif dan bijak dalam menghadapi globalisasi ini. Bersikat moderat dalam menghadapi berbagai gempuran pemikiran merupakan sikap yang harus ditunjukkan oleh seorang muslim.
PERGULATAN PEMIKIRAN ISLAM DI ACEH
Syafieh, Syafieh
At-Tafkir Vol 9 No 2 (2016): Vol. 9 No 2 Desember 2016
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Langsa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Typology thinking of Islamic society organizations in Aceh thereare three types including the first typology of traditional Islamicthought. Community organizations are included in the thinking oftraditional Islam in Aceh is 1) HUDA (Associationof AcehneseDayah Ulama), 2) MUNA (Majelis Ulama Nanggroe AcehDarussalam), 3) NU (Nahdlatul Ulama), and 4) Al-Wasliyah,second, typologies of thought Modern Islam represented byMuhammadiyah, and the third, the typology of fundamentalistIslamic thought. Fundamentalist Islamic Thought in Aceh isrepresented by 1) Hizb ut-Tahrir Indonesia (HTI) 2) The IslamicDefenders Front (FPI). However provide a typology oftraditional Islam, modern Islam, and Islamic fundamentalistIslam to the community organizations in Aceh is irrelevantbecause the organasasi movement today is beyond thedichotomous typology.
HIJAB DALAM KEWARISAN
Ikbal, Muhammad
At-Tafkir Vol 11 No 1 (2018): Vol. 11 No 1 Juni 2018
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Langsa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32505/at.v11i1.533
Masalah waris adalah masalah yang sangat penting dan selalu menjadi pokok bahasan utama dalam hukum Islam, karena hal ini selalu ada dalam setiap keluarga dan masalah waris ini rentan dengan masalah/konflik di masyarakat akibat pembagian yang dianggap kurang adil atau ada pihak-pihak yang merasa dirugikan. Hijab dalam kewarisan terbagi dua macam, yaitu: pertama al-Hajb bil Washfi berarti orang yang terkena hajb tersebut terhalang dari mendapatkan hak waris secara keseluruhan, atau hak waris mereka menjadi gugur. Yang termasuk dalam hijab bil washfi adalah pembunuh, beda agama, budak dan berlainan negara. Kedua al-Hajb bi asy-Syakhshi yaitu gugurnya hak waris seseorang dikarenakan ada orang lain yang lebih berhak untuk menerimanya. Al-hajb bi asy-Syakhshi terbagi dua: pertama hajb hirman, yaitu penghalang yang menggugurkan seluruh hak waris seseorang. Termasuk dalam hijab hirman adalah status cucu-cucu yang ayahnya terlebih dahulu meninggal dari pada kakek yang bakal diwarisi bersama-sama dengan saudara-saudara ayah, kalau dalam bahasa aceh disebut dengan patah titi, sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam disebut dengan ahli waris pengganti. Menurut ketentuan para fuqaha, mereka tidak mendapat apa-apa lantaran dihijab oleh saudara ayahnya. Kedua hajb nuqshan, yaitu penghalangan terhadap hak waris seseorang untuk mendapatkan bagian yang terbanyak. Misalnya, penghalangan terhadap hak waris ibu yang seharusnya mendapatkan sepertiga menjadi seperenam disebabkan pewaris mempunyai keturunan (anak). Adapun dalam aturan KHI terdapat konsep yang berbeda dengan aturan fiqh mawaris, bahwa kalau kita melihat Kewarisan Islam dalam KHI adalah diberikannya hak seorang ahli waris yang telah meninggal dunia kepada keturunannya yang masih hidup. Aturan tersebut terdapat dalam Pasal 185 Kompilasi Hukum Islam (KHI) di Indonesia yang bunyi lengkapnya sebagai berikut: (1) Ahli waris yang meninggal dunia lebih dahulu dari pada si pewaris, maka kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya, kecuali mereka yang tersebut dalam Pasal 173. (2) Bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang sederajad dengan yang diganti.
HERMENEUTIKA QURAN REFORMIS
Mukholik, Ayis
At-Tafkir Vol 9 No 1 (2016): Vol. 9 No 1 Juni 2016
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Langsa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Penelitian ini memiliki tiga kata kunci yang menjadi pokok kajian, yaitu Metodologi Quran Reformis, Biografi Penyusun Quran Reformis dan makna Islam dalam Quran Reformis. Terdapat kelompok muslim progresif, mereka adalah Edip Yuksel, Layth Saleh al-Shaiban dan Martha Schulte-Nafeh yang menggagas QurâÄn: A Reformist Translation. Karya unik ini berupaya memecahkan persoalan yang dihadapi Islam tersebut dengan menggabungkan antara pemikiran kontemporer dan tekstualitas al-QurâÄn. Mereka mempunyai orientasi yang searah dalam hal pembaharuan Islam. Hidup di dunia kontemporer dan sering bersinggungan dengan isu-isu Barat, mengarahkan pemikirannya banyak merespon realitas modern dan berusaha untuk mendialogkan antara Islam dan Barat.Mereka memberikan paradigma baru tentang pendekatan yang digunakan untuk menafsirkan al-Quran yaitu Cross-reference (referensi silang terhadap Bible). Mereka membuka peluang terhadap Bible (Kitab Samawi) untuk digunakan sebagai salah satu hujjah yang mempunyai otoritas dalam kegiatan interpretasi. Hal ini bertujuan agar al-Quran tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat Islam secara internal, namun agar dibaca oleh penganut agama lainnya. Hal ini dapat membuka kran dialogis dan inklusif. Salah satu implementasi produk tafsir mereka tentang islam adalah, islam merupakan sebuah konsep tentang mindset dan tindakan. Orang dengan agama dan aliran apapun selama mereka masih mendedikasikan diri kepada Tuhan, percaya kepada hari akhir, dan berbuat kebaikan, maka mereka layak untuk disebut sebagai muslim. Dengan paradigma seperti ini maka mereka dengan tegas membuka kembali tabu keagamaan yang semula eksklusif dan sektarian, menjadi inklusif dan pluralis.
ANALISIS PEMIKIRAN IBNU FARIS MENGENAI ILMU LUGHAH DALAM KITAB ASH-SHAHIBIY
Amalia, Henni
At-Tafkir Vol 10 No 2 (2017): Vol. 10 No 2 Desember 2017
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Langsa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Ilmu lughah is all about knowledge and discussions in arabiclanguage. Some Arab linguist also different on the object of thestudy in accordance with the used name, Ibnu Faris is one ofArab linguists who interpreted in his book of ash-Shahiby thatfiqhul lughah is science all about the Arabic pronunciation, andIlmu Lughah is a taufiq or ilham that from Allah. The purpose ofthis study to inform the argument of Ibnu Faris about ilmu lughahprincipal based on theorem reinforce his argument. Thisresearch is used descriptive qualitative method. The results ofthis study; (1) to indicate the principle of language learning ofknowing the common nouns in daily life; (2) ilmu lughah is ataufiq that come from Allah through intelligent of the humanbeing.
MENJADI BERAGAMA: KONVERSI AGAMA DAN RELASI KUASA PADA INDIGENOUS COMMUNITY
Masyhur, Laila Sari
At-Tafkir Vol 1 No 1 (2014): Vol I No 1 Juni 2014
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Langsa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Using a theory of power relation of Michel Foucault, the followingresearch analyze the behavior of religious conversion in the indigenouspeople of Anak Rawa in Penyengat, Siak District, hereinafter referred toas the native People. The research will show that in the middle of thedomination of the state and theologians, the community of indigenouspeople actualizes power to maintain its identity in the the midst of theinvasion of new values and culture. To support the argument, theresearcher traced the religiousity of the Indigenous People focusing onseveral events of everyday life such as traditions of marriage, death, andcelebration of religious holidays. In addition to adapting to fies the ritualtraditions of each religion so that thes traditions become a means ofpreserving their communal identity as a native tribe. The researchultimately shows the interplay between the state and theologians as thedominant group, on the one hand, and the indigenous community as asubjugated group, on the other, in the use of power.