cover
Contact Name
Jurnal Arsitektur Zonasi
Contact Email
jurnal_zonasi@upi.edu
Phone
-
Journal Mail Official
yudi.permana@upi.edu
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Arsitektur ZONASI
ISSN : 26211610     EISSN : 26209934     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Journal of Architectural ZONASI is an online open access journal. It features articles on a wide range of issues in architecture, including architectural history and theory, dwelling culture, building technology and material science, architectural design, interior design, landscape architecture, heritage and conservation, and urbanism. Published three annually, in February, June, and October, the journal welcomes contributions from all over the world
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 1 (2020): Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2020" : 10 Documents clear
PERAN KONTEKSTUALITAS KAWASAN DALAM DESAIN TOURISM INFORMATION CENTER BOROBUDUR MAGELANG Kirana, Wibisono Adi; Pamungkas, Luhur Sapto
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 3, No 1 (2020): Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2020
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v3i1.17854

Abstract

Abstract: Magelang is a district in Central Java. Magelang has many tourist attractions, including natural and cultural tourism and temples. Therefore, many foreign and local tourists visit Magelang. The number of tourists coming to Magelang from 2013 to 2017 experienced a significant increase. One of the tourists’ favorite destinations was Borobudur Temple in 2017. Thus, tourists who visit need an information place to facilitate tourism information, give them new and broad insights, and provide them with up-to-date information. The Tourism Information Center itself is already available in Borobudur, Magelang, and has some rooms to support activities. However, some functions of the rooms have problems of inadequacy, so that visitors are reluctant to come there. The contextual architecture approach is used because the site area is near the tourist area of Borobudur Temple, so that the contextual architecture approach is very appropriate to apply. The concept of the mass composition which tells the composition of the Borobudur master stupa is applied and the materials identical to Borobudur Temple are also used as well. The landscape concept from the history of Borobudur Temple which used to be a lake is applied into several ponds, so that the Tourism Information Center has an identity in the area as a means of tourism information.Keywords: Borobudur, Contextual Architecture, Magelang, Redesign, Tourism Information Center. Abstrak: Magelang merupakan sebuah kabupaten di Jawa Tengah. Magelang mempunyai banyak tempat wisata, baik wisata alam, budaya, serta candi.  Sehingga banyak wisatawan asing maupun lokal yang berkunjung ke Magelang. Diagram wisatawan yang datang ke Magelang dari tahun 2013 sampai 2017 mengalami peningkatan yang signifikan. Salah satu tujuan favorit wisatawan yaitu Candi Borobudur. Pada tahun 2017.Dengan demikian wisatawan yang berkunjung memerlukan tempat informasi untuk mempermudah informasi wisatawan, memberi wawasan baru dan luas terhadap wisatawan, memberikan informasi up date kepada wisatawan. Tourism Information Center. Tourism Information Center sendiri sudah tersedia di Borobudur Magelang, dan mempunyai beberapa ruang untuk menunjang kegiatan. Namun dari beberapa fungsi ruang mempunyai permasalahan yang dianggap kurang layak, sehingga pengunjung enggan untuk datang ke sini. Pendekatan arsitektur kontekstual digunakan karena area site berada di dekat kawasan wisata Candi Borobudur, sehingga pendekatan arsitektur kontekstual sangat layak digunakan. Konsep gubahan masa yang menceritakan gubahan stupa induk borobudur diterapkan, material yang identik dengan Candi Borobudur juga digunakan pula. Pengambilan konsep lanskap dari sejarah Candi Borobudur yang dulunya danau diterapkan menjadi beberapa kolam. Sehingga Tourism Information Center ini mempunyai identitas pada kawasan sebagai sarana informasi turis.Kata Kunci: Arsitektur Kontekstual, Borobudur, Magelang, Redesain,  Tourism Information Center
PENGARUH BUKAAN TERHADAP PENCAHAYAAN ALAMI DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA MASJID AL AHDHAR BEKASI Vidiyanti, Christy; Siswanto, Rodi; Ramadhan, Febriansyah
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 3, No 1 (2020): Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2020
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v3i1.18621

Abstract

Abstract: The building should be able to provide a comfortable space for users to avoid outside unfavorable climate, so that the activities in it can run optimally. The comfort aspect is one of the important factors in special worship in it. Al-Ahdhar Mosque is a mosque designed by architect Nataneka. This mosque has large openings so that natural lighting and natural ventilation can enter the building. However, it needs to be investigated whether this large opening is enough to influence the lighting conditions and conditions of the Al-Ahdhar mosque. This research was also conducted to find out the relationship between natural lighting and natural ventilation produced and to find out the opinions of respondents to the thermal comfort of the Al-Ahdhar mosque. The method used in this study is field measurements and observations which are then processed quantitatively. The results showed that natural lighting at Al-Ahdhar mosque was 180 lux on the 1st and 128th floors of lux on the 2nd floor, which meant that natural lighting in this mosque still did not meet the standards of 200 lux. Thermal conditions at Al-Ahdhar mosque, the lowest temperature of 240C is found in areas that have openings of 34%. While 80% openings produce temperatures that tend to be higher at 29.20C to 29.60C. Larger openings do not necessarily produce good natural lighting and air conditioning conditions. But keep in mind the location of openings, orientation of openings, and types of openings. The bigger the openings will also include large solar radiation as well.Keywords: natural lighting; natural ventilation; thermal conditions; mosqueAbstrak: Bangunan sebaiknya dapat memberi ruang beraktivitas yang nyaman kepada pengguna agar terhindar dari iklim luar yang tidak menguntungkan, sehingga aktivitas di dalamnya dapat berjalan dengan optimal. Aspek kenyamanan merupakan salah satu faktor penting dalam kekhusukan beribadah di dalamnya. Masjid Al-Ahdhar merupakan masjid yang didesain oleh arsitek Nataneka. Masjid ini memiliki bukaan yang cukup besar sehingga pencahayaan alami dan penghawaan alami dapat masuk ke dalam bangunan. Namun, perlu diteliti apakah bukaan yang besar ini cukup berpengaruh terhadap kondisi pencahayaan dan kondisi penghawaan pada masjid Al-Ahdhar. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pencahayaan alami dan penghawaan alami yang dihasilkan serta mengetahui pendapat responden terhadap kenyamanan termal masjid Al-Ahdhar. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengukuran lapangan dan observasi yang kemudian diolah secara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencahayaan alami pada masjid Al-Ahdhar adalah sebesar 180 lux pada lantai 1 dan 128 lux pada lantai 2 yang berarti pencahayaan alami pada masjid ini masih belum memenuhi standar yaitu sebesar 200 lux. Kondisi thermal pada masjid Al-Ahdhar, suhu terendah yaitu sebesar 240C didapatkan pada area yang memiliki bukaan 34%. Sedangkan bukaan 80% menghasilkan suhu udara yang cenderung lebih tinggi yaitu sebesar 29,20C sampai 29,60C. Bukaan yang semakin besar belum tentu menghasilkan kondisi pencahayaan alami dan penghawaan alami yang baik. Namun perlu diperhatikan letak bukaan, orientasi bukaan, dan jenis bukaan. Semakin besar bukaan juga akan memasukkan radiasi matahari yang besar pula.Kata Kunci: pencahayaan alami; penghawaan alami; kondisi termal; masjid
KAWASAN WISATA WATERFRONT TANJUNG ADIKARTO KULON PROGO muflihah, azizah nurul; Natalia, Dita Ayu Rani
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 3, No 1 (2020): Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2020
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v3i1.17892

Abstract

Abstract: Tourism is one of the biggest sectors in Yogyakarta. The increasing number of new tourist destinations has increased the number of tourists. Increasing visitors every year makes the Yogyakarta government make a policy about tourism, one of which is the development of tourism in the coastal area of Kulon Progo. Kulon Progo Regency is one of the tourist destinations that has many natural and culinary attractions. Downstream of the Serang river which is next to Tanjung Adikarto port in Karangwuni village, Wates has the potential as a tourist area with high natural resources and potential fish. The development of this area aims to empower the surrounding community with the main livelihood of the population are fishermen and traders. However, the surrounding community is less able to utilize its natural resources. Then the need for encouragement from the development of this region with the concept of community development. This approach aims to accommodate the economic needs of fishermen by designing fishing areas specifically for small fishermen on the Serang river and the food court used to process fish caught by fishermen to have a higher selling value. Support local traders and industries in Kulon Progo by designing souvenir centers so that local products can be marketed. This concept aims to increase the social status and economic status of the community. And can reduce the unemployment rate which is still quite high in Kulon Progo.Keywords: community development; TanjungAdikarto; waterfront tourism.Abstrak: Pariwisata merupakan salah satu sektor terbesar di Yogyakarta. Semakin banyaknya destinasi wisata baru membuat peningkatan jumlah wisatawan. Bertambahnya pengunjung setiap tahunnya membuat pemerintah Yogyakarta membuat kebijakan tentang pariwisata, salah satunya adalah pengembangan pariwisata di kawasan pesisir pantai Kulon Progo. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu destinasi wisata yang memiliki banyak tempat wisata alam dan kuliner. Hilir sungai Serang yang berada disamping pelabuhan Tanjung Adikarto di desa Karangwuni, Wates memiliki potensi sebagai kawasan wisata dengan sumber daya alam dan potensi ikan yang cukup tinggi. Pembangunan kawasan ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar dengan mata pencaharian utama penduduk adalah nelayan dan pedagang. Namun masyarakat sekitar kurang mampu memanfaatkan sumber daya alam yang dimilikinya. Maka perlu adanya dorongan dari pembangunan kawasan ini dengan konsep community development. Pendekatan ini bertujuan untuk mewadahi kebutuhan perekonomian nelayan dengan merancang area pemancingan khusus nelayan kecil di sungai Serang dan foodcourt yang digunakan untuk mengolah ikan hasil tangkapan nelayan agar memiliki nilai jual lebih tinggi. Mendukung pedagang dan industri lokal yang terdapat di Kulon Progo dengan merancang pusat oleh-oleh sehingga produk lokal bisa dipasarkan. Konsep ini bertujuan untuk menaikkan status sosial dan status ekonomi masyarakat. Serta dapat mengurangi tingkat pengangguran yang masih cukup tinggi di Kulon Progo.Kata Kunci: community development; Tanjung Adikarto; wisata waterfront.
KAJIAN PENANDA IDENTITAS SEBAGAI GRAFIS PADA RUANG LUAR DAN BAGIAN DARI WAYFINDING SYSTEM KAWASAN Minggra, Restu
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 3, No 1 (2020): Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2020
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v3i1.19588

Abstract

Abstract: UPI campus is an educational environment which accommodates a variety of academic activities that are organized and arranged according to the hierarchy and activity needs. Activities on campus increased, as does the intensity of a movement which is not fit with the availability of compelling and informative signage within the campus. These research proses are started with an observation and collecting data about the quality of signage in the UPI campus area. The data then compared with the basic principles of signage design as part of the wayfinding process and the suitability of the design to the aesthetic value of the signage as part of environmental graphic design. This research is expected to bring benefits in the science of Environmental Graphic Design, which is an incision between architecture and graphic design science field. This research also expected to be contributed for the UPI campus development, and also provide an alternative design in campus spatial planning policy that improves the quality of campuses landscape.Keywords: Signage; Wayfinding; campus. Abstrak: Kampus Universitas Pendidikan indonesia (UPI) merupakan kawasan kampus Induk UPI yang menampung berbagai macam aktivitas perkuliahan dan aktivitas akademik yang tertata dan tersusun berdasarkan hierarki dan kebutuhan ruang. Aktivitas di dalam kampus terus meningkat, begitu juga intensitas pergerakan di dalam kawasan kampus yang tidak diimbangi dengan pengadaaan fasilitas sistem penanda (signage) di dalam lingkungan kampus yang efektif dan informatif. Metode penelitian yang digunakan dalam proses pengamatan, pengumpulan informasi, dan penyajian analisis menggunakan pendekatan Kualitatif. Studi ini menggunakan metode observasi di lapangan terhadap kualitas penanda identitas di dalam kawasan kampus UPI. Bentuk evaluasi yang dilakukan adalah dengan melakukan komparasi antara penanda identitas di dalam kawasan kampus UPI dengan prinsip prinsip dasar desain penanda sebagai bagian dari proses wayfinding, dan kesesuaian desain terhadap nilai estetis penanda sebagai bagian dari desain grafis lingkungan (Environmental Graphic Design). Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat dalam pengembangan ilmu arsitektur dan ilmu desain grafis, khususnya bidang ilmu Environemntal Graphic Desain yang menjadi jembatan antara dua rumpun ilmu. Selain itu, dapat Memberikan kontribusi terhadap pengembangan masterplan kampus UPI dan memberi masukan terhadap kebijakan tata ruang kampus guna memperbaiki kualitas ruang luar secara menyeluruh.Kata Kunci: Penanda; signage; wayfinding, kampus.
REVITALISASI PASAR PRAWIROTAMAN MENJADI PASAR KREATIF DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR KONTEKSTUAL SEBAGAI KONSEP DESAIN Adhirya Kurn, Adhirya Kurn; Kurniawan, Muhammad Arief
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 3, No 1 (2020): Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2020
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v3i1.17858

Abstract

Abstract: Revitalization of Prawirotaman Market through Contextual Architecture to Become a Creative Market is to redesign a building, which functions as a purchase and sale area with such commodities as basic needs, food, vegetables, glassware, and others. The redesign is motivated by a number of problems, such as the many inefficient and ineffective spaces, lack of sale areas, and minimum parking lots. In addition, it will improve the market status from a traditional market to a Class II market. The growing population and location of Prawirotaman market that is close to tourist accommodations and tourism village provide an opportunity for the market to operate 24 hours, particularly as a culinary market. To revitalize Prawirotaman Market, the author applies the concept of Contextual Architecture as a creative market. Such approach aims to create a new atmosphere, especially in Prawirotaman Village, to make it better known as a market with a contextual concept as a creative market. The revitalization of Prawirotaman Market to solve a number of problems is conducted by analyzing the problems, planning the design concept, and analyzing the results to obtain the proper concept and response.Keywords: Social relationship, Space Problem, Traditional Abstrak: Revitalisasi Pasar Prawirotaman Dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual Sebagai Pasar Kreatif adalah perancangan kembali sebuah bangunan yang berfungsi sebagai tempat jual beli dengan jenis barang dagang meliputi kebutuhan pokok, makanan, sayuran, barang pecah belah dan masih banyak lagi. Perencanaan ulang ini dilatar belakangi oleh beberapa permasalahan seperti banyak ruang yang tidak efisien dan efektif, kurangnya tempat berdagang, kurangnya lahan parkir, selain itu akan meningkatkan status pasar menjadi pasar tradisional menjadi tingkat kelas II. Pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah dan lokasi Pasar Prawirotaman berdekatan dengan kampung turis atau kampung wisata yang mampu menjadi peluang untuk menjadikan pasar ini beroperasi selama 24 jam terutama di bidang kulinernya. Dalam merevitalisasi Pasar Prawirotaman penulis menerapkan konsep dengan “ Pendekatan Arsitektur Kontekstual sebagai pasar kreatif ” Pemilihan pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan suasana baru khususnya di kampung prawirotaman supaya menjadi lebih dikenal lagi oleh masyarakat sebagai pasar yang memiliki konsep kontekstual sebagai pasar kreatif. Solusi yang diterapkan dalam Revitalisai Pasar Prawirotaman untuk mengatasi semua permasalahan yang timbul dengan cara menganalisa permasalahan kemudian membuat konsep perancangan yang setiap hasil analisisnya mendapatkan konsep dan responnya masing – masing.Kata Kuunci           : Hubungan dengan masyarakat, Permasalahan Ruang, Tradisional
KAJIAN ARSITEKTUR TERHADAP ANALISA PERILAKU PADA BANGUNAN PERUMAHAN CITRA GRAND CITY PALEMBANG NARHADI, J. M. SRI
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 3, No 1 (2020): Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2020
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v3i1.19262

Abstract

Abstract: Housing in urban areas has become a necessity both in terms of current housing needs and future housing needs. All of these housing developments have their own targets in meeting their needs. The government itself also targets that the existing housing can be reached by all levels of society.Citra Grand City Palembang is an example of an elite residential complex in Palembang and was developed since 2008. Citra Grand City is designed as a city that has good accessibility. With its status as a residential complex of elite complexes, it is interesting to study how the behavior contained therein is reviewed through architectural rules. In connection with the field of architecture the behavior to be observed is the garbage disposal system, parking arrangement, compliance with building boundary rules, and aesthetic observation.Keywords: Housing, Architecture, Behavior Abstrak: Perumahan dalam perkotaan saat ini telah menjadi sebuah kebutuhan baik ditinjau dari kebutuhan rumah saat ini maupun kebutuhan rumah akan datang. Kesemua pembangunan perumahan ini mempunyai target tersendiri dalam pemenuhan kebutuhannya. Pemerintah sendiri juga menargetkan agar perumahan yang ada saat ini dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat.Citra Grand City Palembang adalah sebuah contoh bangunan perumahan kompleks elite yang ada di Palembang dan dikembangkan sejak tahun 2008. Citra Grand City dirancang sebagai kota yang memiliki aksesibilitas yang baik. Dengan statusnya sebagai sebuah kawasan bangunan perumahan kompleks elite, menarik untuk dikaji bagaimana perilaku yang terdapat di dalamnya ditinjau melalui kaidah arsitektur. Dalam kaitan dengan bidang arsitektur perilaku yang akan diamati adalah sistem pembuangan sampah, penataan parkir, kepatuhan terhadap aturan garis sempadan bangunan, dan observasi estetika.Kata Kunci: Perumahan, Arsitektur, Perilaku
MENDEKONSTRUKSI BANGUNAN BERSEJARAH "STASIUN HALL BANDUNG" Rahaditya, Bagas Rizky; Wirasmoyo, Wiliarto
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 3, No 1 (2020): Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2020
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v3i1.17824

Abstract

Abstract: Bandung Hall Station is one of the main gates to get to Bandung in the railway sector. On the other hand, Bandung Hall Station is one of the cultural heritage buildings and it belongs to the category A cultural heritage building. This station serves departures and train stops from various types of trips. For stations with large capacity, this station has many problems especially in access and circulation. For this reason, it is necessary to improve the quality of services carried out to accommodate the satisfaction of train service users. The approach used is Bernard Tschumi's deconstruction architecture. The method used is the rational approach method and is solved by synthesis with the architectural deconstruction approach of Bernard Tschumi's method. The method used as a site approach is a consolidation method. For the method of approach to building design used typology methods. Bernard Tschumi's Deconstruction concept supports the design goal of being fit to space to activities in order to linking facilities with the surrounding station buildings so that it becomes a unity. The aim is to help in improving services from PT. KAI and also to improve the safety and comfort factors for service users.  Keywords: Deconstruction, Fit to space to activities, Rational approach, Hall Station. Abstrak: Stasiun Hall Bandung merupakan salah satu gerbang untuk menuju ke kota Bandung di sektor perkeretaapian. Di sisi lain, Stasiun Hall Bandung merupakan bangunan cagar budaya. Untuk mendesain di sebuah bangunan cagar budaya perlu diperhatikan regulasi yang berlaku terkait bangunan cagar budaya. Tujuannya untuk melestarikan peninggalan sejarah bagi kota Bandung. Stasiun Hall Bandung tergolong kategori bangunan cagar budaya golongan A. Stasiun ini melayani pemberangkatan dan pemberhentian kereta dari berbagai jenis perjalanan. Untuk stasiun dengan kapasitas besar, stasiun ini memiliki banyak permasalahan terutama pada akses dan sirkulasi. Untuk itu perlu adanya peningkatan mutu pelayanan yang dilakukan untuk mewadahi kepuasan pengguna jasa kereta api. Pendekatan yang digunakan adalah arsitektur dekonstruksi Bernard Tschumi. Metode yang digunakan adalah metode rational approach dan diselesaikan dengan sintesis dengan pendekatan arsitektur dekonstruksi metode Bernard Tschumi. Metode yang digunakan sebagai pendekatan pada site adalah metode konsolidasi yang akan membuat pengunjung nyaman dan mudah untuk melakukan kegiatan disini. Untuk metode pendekatan perancangan bangunannya menggunakan metode typologi. Konsep Dekonstruksi Bernard Tschumi menunjang untuk tujuan desain menjadi fit to space to activities yang mengaitkan fasilitas dengan bangunan stasiun sekitarnya sehingga menjadi kesatuan. Tujuannya untuk membantu peningkatan pelayanan dari PT.KAI dan juga untuk meningkatkan faktor keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jasa.Kata Kunci: Dekonstruksi, Fit to space to activities, Rational approach, Stasiun Hall
PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOR MAPPING DI PASAR TRADISIONAL KOTA TASIKMALAYA Nuurmayadi, Dicky; Hendardi, Agi Rivi
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 3, No 1 (2020): Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2020
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v3i1.21737

Abstract

Abstract: Traditional markets are identical with dirty, seedy, and smelly due to waste problems generated by the activities / processes of the market itself. The market has a big enough role to fulfill daily needs and support the economy of the urbans. The City of Tasikmalaya has several traditional markets that are provided to meet the daily needs of its people, local governments with various funding programs has to build or revitalize markets with the hope that they can provide more services for its users. The development and revitalization process that is carried out is sometimes only focused to the physical aspects without thinking about the environmental management system, especially on the problem of waste management systems that involve the behavior and activities of market users. This study was conducted to obtain a description of the condition of waste management in traditional markets in the City of Tasikmalaya through an approach to the activities and behavior of users, management institutions, and facilities in the market environment using the Behavior Mapping method. From the research results obtained data that almost all existing markets do not yet have a suitable waste management system, garbage is only collected without going through a good sorting process, users are not too concerned with the conditions of existing waste problems, the existing institutions also have not been maximally managed, the facilities provided are only in the form of temporary waste collection facilities and the conditions can be seen from the condition.Keywords: Waste, Traditional Markets, Management System, Behavior MappingAbstrak: Pasar tradisional identik dengan kotor, kumuh, dan bau akibat permasalahan sampah yang dihasilkan oleh aktivitas/proses kegiatan dari pasar itu sendiri. Pasar memiliki peran yang cukup besar bagi pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan penunjang perekonomian masyarakat di perkotaan. Kota Tasikmalaya memiliki beberapa pasar tradisional yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakatnya, pemerintah daerah dengan berbagai program pendanaan membangun atau merevitalisasi pasar dengan harapan agar dapat memberikan pelayanan yang lebih bagi penggunanya. Proses pembangunan dan revitalisasi yang dilakukan terkadang hanya terfokus kepada aspek fisik tanpa memikirkan sistem pengelolaan lingkungan khususnya pada masalah system pengelolaan sampah yang melibatkan perilaku dan aktivitas dari pengguna pasar. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran bagaimana kondisi pengelolaan sampah di pasar tradisional di Kota Tasikmalaya melalui pendekatan terhadap aktivitas dan perilaku pengguna, lembaga pengelola, dan fasilitas yang ada di lingkungan pasar menggunakan metode Behavior Mapping. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa hampir semua pasar yang ada belum memiliki system pengelolaan sampah yang sesuai, sampah hanya dikumpulkan tanpa melalui proses pemilahan yang baik, pengguna tidak terlalu peduli dengan kondisi permasalahan sampah yang ada, kelembagaan yang ada juga belum secara maksimal melakukan pengelolaan, fasilitas yang disediakan hanya berupa sarana penampungan sampah sementara dan dilihat dari kondisinya pun terkesan asal ada.  Kata Kunci: Sampah, Pasar Tradisional, Pengelolaan, Behavior Mapping
PENERAPAN ARSITEKTUR ANALOGI LOGO KULON PROGO BINANGUN PADA REST AREA DI JALAN TEMON WATES, KULON PROGO Wulandari, Trianita; Setyowati, Marcelina Dwi
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 3, No 1 (2020): Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2020
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v3i1.17792

Abstract

Abstract: The design of the Rest Area on Kulon Progo Temon Wates Road with the Kulon Progo Binangun Logo Analogy Architecture approach is the design of the design of the building for the rest area for drivers in the Wates Kulon Progo area, especially in the Temon sub-district located right on the National road. This is due to the absence of a rest area in the Kulon Progo area. In connection with the construction of the new Yogyakarta Airport in Temon Wates it will increase the number of vehicles through the connecting link between Kulon Progo to Yogyakarta and outside Yogyakarta. Therefore, a facility for resting is needed, namely the rest area for road user safety. Aside from being a place of rest, the conceptual approach used in the Temon Wates road rest area is planned to use a symbolic analogy architecture approach related to the logo of Kulon Progo, in order to create a building that has a landmark image in the buildings in the Kulon Progo area.The method used in designing this rest area is a descriptive method through primary and secondary data collection, the data is analyzed to determine the design concept. Therefore, in the Rest Area on Temon Wates street, there are facilities that support visitors to rest comfortably such as food court, lodging, souvenir center, sitting area, prayer room, gas station, and park.Keywords: Architectural Analogy, Logo of  Kulon Progo Binangun, Rest Area Abstrak: Perancangan Rest Area di Jalan Temon Wates Kulon Progo dengan pendekatan Arsitektur Analogi Logo Kulon Progo Binangun adalah perancangan desain bangunan area tempat beristirahat bagi para pengendara di kawasan Wates Kulon Progo khususnya di daerah kecamatan Temon yang berada tepat di jalan Nasional. Hal ini dilatar belakangi karena belum adanya rest area di kawasan Kulon Progo. Sehubungan dengan pembangunan Bandara baru Yogyakarta yang berada di Temon Wates maka akan meningkatkan jumlah kendaraan yang melalui jalur penghubung antara Kulon Progo ke Yogyakarta maupun luar Yogyakarta. Maka dari itu dibutuhkan sebuah fasilitas untuk beristirahat yaitu rest area demi keselamatan pengguna jalan. Selain sebagai tempat beristirahat, pendekatan konsep yang digunakan pada rest area jalan Temon Wates direncanakan akan menggunakan pendekatan arsitektur analogi simbolik yang berkaitan dengan logo dari Kulon Progo, agar menciptakan sebuah bangunan yang memiliki citra sebagai landmark pada bangunan di kawasan Kulon Progo.Metode yang digunakan dalam perancangan rest area ini adalah metode deskriptif melalui pengumpulan data primer dan sekunder, data tersebut dianalisis untuk menentukan konsep perancangan. Oleh karena itu di dalam Rest Area di jalan Temon Wates ini memiliki fasilitas yang mendukung pengunjung agar beristirahat secara nyaman seperti food court, penginapan, pusat oleh-oleh, area duduk, mushola, SPBU, dan taman.Kata kunci : Analogi Arsitektur, Logo Kulon Progo Binangun, Rest Area
KAJIAN PERILAKU PEJALAN KAKI PADA KAWASAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD) Prima, Taslim Septia; Prayogi, Luthfi
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 3, No 1 (2020): Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2020
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v3i1.22842

Abstract

Abstract: Walking is an activity that covers the daily life of the community. Walking can connect from one place to another place. The pedestrian pathway includes facilities that support walking. Especially in the Transit Oriented Development (TOD) area, pedestrian pathways are needed to create people's behavior that likes to walk. Community behavior can be influenced by physical and non-physical factors of the pedestrian path. Different behaviors will produce different responses to the pedestrian path. Some pedestrians will often be bypassed or seen alive, but there are also pedestrians who are not too often traversed so that the path can be said to not be alive. Keywords : Pedestrian, Behavior, Walking Abstrak: Berjalan kaki termasuk kegiatan yang meliputi keseharian masyarakat. Berjalan kaki dapat menghubungkan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Jalur pedestrian termasuk fasilitas yang mendukung kegiatan berjalan kaki. Terutama dalam Kawasan Transit Oriented Development (TOD), jalur pedestrian sangat dibutuhkan guna menciptakan perilaku masyarakat yang senang berjalan kaki. Perilaku masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor fisik maupun non fisik dari jalur pedestrian. Perilaku yang berbeda beda akan menghasilkan respon yang berbeda pada jalur pedestrian. Beberapa pedestrian akan sering dilewati atau terlihat hidup namun ada juga pedestrian yang tidak terlalu sering dilewati sehingga jalur tersebut dapat dikatan tidak hidup.Kata Kunci: Pedestrian , Perilaku, Berjalan Kaki

Page 1 of 1 | Total Record : 10