cover
Contact Name
Jurnal Living Islam
Contact Email
living.islam@uin-suka.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
living.islam@uin-suka.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Living Hadis
ISSN : 25287567     EISSN : 25484761     DOI : -
Jurnal Living Hadis (ISSN: 2528-7567) (e_ISSN: 2548-4761) is a yearly dual published journal issued by Department of Hadith Studies, Faculty of Ushuluddin and Islamic Thought, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta in cooperation with ASILHA (Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia, Association of Hadith Studies in Indonesia). Jurnal Living Hadis circulates research from lecturers, researchers, as well as intellectual who focus on the study on hadith; including takhrij al hadith, ma’anil hadith, mukhtalif-musykil hadith, contemporary hadith studies, hermeneutics, methodology and syarah hadith (interpretation of hadith) up to social phenomenon of hadith, worldly known as living hadith.
Arjuna Subject : -
Articles 141 Documents
STUDI KITAB HADIS NUSANTARA: KITAB JAWAHIR AL-AHADIS KARYA BUYA MAWARDI MUHAMMAD Muhammad Alan Juhri
Jurnal Living Hadis Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (878.821 KB) | DOI: 10.14421/livinghadis.2019.1636

Abstract

Buya Mawardi Muhammad merupakan seorang ulama yang cukup tersohor di Indonesia pada abad ke-20 M, terutama di ranah asalnya, Minangkabau. Beliau sangat disegani karena pengetahuannya yang meliputi berbagai bidang keilmuan. Mulai dari ilmu bahasa, seperti nahwu, sharaf, balaghah, dan ‘arudh, serta ilmu-ilmu keislaman lainnya seperti hadis, ilmu hadis, fiqh mawaris, ilmu tafsir, dan lain sebagainya. Ini terbukti dari karya-karya yang beliau hasilkan di berbagai bidang tersebut. Tulisan ini akan membahas satu di antara karyanya yang cukup monumental di bidang hadis yang berjudul Jawāhir al-Aḥādīṡ  al-Nabawiyyah. Kitab ini hanya berisi hadis-hadis shahih dan hasan yang beliau pilih dari kitab-kitab hadis dan sunan-sunan para imam yang mu’tabarah. Adapun karakteristik dari kitab ini di antaranya ialah bahwa kitab tersebut disusun berdasarkan tema-tema yang beragam berdasarkan hadis-hadis yang lebih menekankan pada masalah akhlak dalam perkara sosial dan muamalah, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Kitab ini terdiri dari 147 halaman yang di dalamnya termuat lebih dari 500 hadis. Dengan demikian, karya Buya Mawardi ini dapat menjadi salah satu bukti kekayaan intelektual ulama Nusantara, sehingga menarik untuk diteliti sebagai khazanah tambahan bagi para generasi penerus, terutama bagi para pengkaji hadis.
PEMAKNAAN HADIS OLEH HANAN ATTAKI DALAM DAKWAHNYA DI YOUTUBE Syamsiyani Syams
Jurnal Living Hadis Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.964 KB) | DOI: 10.14421/livinghadis.2019.1850

Abstract

Hanan Attaki merupakan sosok penceramah muda yang tengah mendapatkan popularitasnya. Hanan memiliki majelis bernama Gerakan Pemuda Hijrah yang rutin mengadakan kajian setiap hari Rabu di Kota Bandung. Kekhasan Hanan Attaki dalam memilih tema kajian yang bersifat up to date serta gaya penyampaian materi ceramah yang kekinian, menjadikan jamaahnya didominasi kaum muda. Setidaknya, sekitar 4000 orang rutin menghadiri kajian Gerakan Pemuda Hijrah tersebut. Selain ceramah secara langsung, Hanan juga memanfaatkan media sosial sebagai media dakwahnya. Akun youtube Hanan telah diikuti jutaan orang. Melihat besarnya potensi pengaruh yang ditimbulkan dari dakwah melalui media Youtube ini, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai pemaknaan hadis oleh Hanan Attaki dalam dakwahnya di Youtube.
Hadis Dhubābah Perspektif Teori Parity danSymmetric Universe Ulya Ulya Fikriyati
Jurnal Living Hadis Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1267.824 KB) | DOI: 10.14421/livinghadis.2019.1779

Abstract

Salah satu bidang hadis yang menjadi konsentrasi kajian kontemporer adalah iʻjāz ‘ilmī. Artikel ini membahas hadis dhubābah. Selama ini, hadis dhubābah didekati dengan teori-teori medis dan kedokteran. Artikel ini sebenarnya menggunakan data yang sama dari ranah medis, namun mendekatinya dari perspektif fisika. Teori yang digunakan untuk menganalisis hadis dhubābah adalah teori parity dan universe is symmetryc. Kedua teori tersebut menjelaskan bahwa fisik segala materi di dunia dibentuk dan diciptakan secara simetris. Partikel mikro maupun makro selalu memiliki pasangan demi stabilitas semesta, tidak terkecuali anatomi tubuh lalat. Sisi luar fisik lalat kerap terpapar sisi negatif karena sering hinggap di tempat-tempat kotor. Namun lalat juga memproduksi zat imun paling tinggi dibanding dengan hewan-hewan lain dari dalam tubuhnya. Selain menjadi media hidup E-Coly (sisi negatif), lalat juga menjadi lahan subur tumbuhnya Actinomyces (sisi positif) yang dapat menghasilkan zat antri-mikroba actinomycetin. Actinomycetin dikenal sebagai zat yang dapat memusnahkan E-Coly. Tanpa parity yang sempurna, lalat tidak dapat hidup. Jika lalat tidak dapat hidup, maka sampah yang dihasilkan manusia akan lebih lama terurai. Jika sampah tersebut tidak segera terurai, maka akan terjadi symmetry-breaking yang mengubah semesta secara gradual.
TELAAH HADIS TUNTUNAN MENGAZANI DAN MENGISTIAZAHI BAYI (ANALISIS TA'ARUD AL ADILLAH) Nurdhin Baroroh; Mhd Abyan Fauzi
Jurnal Living Hadis Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (40.922 KB) | DOI: 10.14421/livinghadis.2019.1946

Abstract

Menyambut kelahiran bayi merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai wujud syukur kepada Allah SWT. Diantara ritual yang dilakukan adalah mengumandangkan azan pada telinga kanan dan ikamah pada telinga kiri jabang bayi. Dasar ritual tersebut adalah hadis Muhammad SAW riwayat Abū Dāwūd, at-Tirmῑżi dan Ahmad yang bersumber dari Ibn Abi Rafi’.Tuntunan lain adalah dengan mengistiazahi bayi atau meminta perlindungan kepada Allah Swt untuk keselamatan si bayi, berlandaskan Q.S. Ali Imrān (3) ayat 36 dan hadis nabi yang bersumber dari Abū Hurairah danIbnu ‘Abbās yang diriwayatkan oleh Imām Bukhāri. Ada nuansa keberbedaan di balik kedua tuntunan tersebut, meski sama-sama bersumber dari hadis nabi, maka pembahasan dalam tulisan ini akan menelaah keduanya baik dari sisi Rijal Sanad dan sisi hukumnya. Penelaahan sisi Rijal Sanad dengan menggunakan ‘Ilmu al-Jarḥ wa at-Ta’dῑl sedangkan aspek hukumnya akan didekati dengan menggunakan teori Ta’āruḍ al-Adillāh, disebabkan munculnya keberbedaan diantara keduanya.
PEMAKNAAN HADIS TENTANG KHILAFAH DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA Yusron Yusron
Jurnal Living Hadis Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.137 KB) | DOI: 10.14421/livinghadis.2019.1929

Abstract

Bentuk pemerintahan khilafah dan ormas tertentu yang memaksakan ideloginya dalam kontkes NKRI menjadikan urgensi penelitian khilafah menjadi sangat penting. Hal ini sebagaimana dilakukan dalam perspektif hadis dan pemaknaannya dalam konteks sekarang. Dalam hadis-hadis yang diriwayatkan oleh beberapa periwayat, hadis yang menunjukkan bahwa satu-satunya khilafah sebagai bentuk negara adalah dalam tatanan masa pemerintahan khulafah al-rasidun. Bentuk pemerintahan disesuaikan dengan kepentingan masing-masing negara. Selain khilafah, terdapat beragam bentuk pemerintahan yang disebut dalam hadis yaitu mulkan ‘adhdhan (kerajaan yang menggigit) dan mulkan jabriyyah (kerajaan diktator). Hal yang membedakan dengan pemerintahan khilafah pada masa khulafa a-rasyidun adalah mereka dipilih dengan musyawarah dan bukan turun-termurun. Dalam perspektif hermeneutika, pemahaman atas hadis tentang khilafah harus dikembalikan kepada pembacaan secara utuh dalam perspektif historisnya dan dipahami pula dalam konteks kekinian. Sehingga, pola pemerintahan saat ini adalah mengikuti pola berdasarkan kepentingan bersama dalam sebuah negara dengan merujuk pada kenyataan historis.
Social Movement in Pengajian at Jogokariyan Mosque Ahmad Muttaqin
Jurnal Living Hadis Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1911.585 KB) | DOI: 10.14421/livinghadis.2019.1612

Abstract

Pengajian (religious teaching) is one of the primary programmes at Jogokariyan mosque. It has been held regularly and incidentally using the current issues as a theme. After the 212 demonstration 2016 in Jakarta, pengajian in Jogokariyan always uses the specific themes related to the religious social issues.  This article tries to explore how the reception of hadis or the teachings of prophetic tradition live in a social movement in the context of pengajian at Jogokariyan mosque. Employing a social movement approach, this article seeks to explore deeply how the hadis or prophetic traditions are expressed and its relevance to the social movement in pengajian. The social movement has three strategies, namely, (1) political opportunities, (2) mobilizing structures and (3) framing process. This present paper concludes that firstly, religious teaching in Jogokariyanmosque is a model of reception of hadis about seeking knowledge and majlis ilm’. The hadis is used as a basic tool to mobilize the process of social movement in pengajian. Secondly, the social movement in the Jogokariyan mosque is motivated by the injustice feeling caused by the policy of the government today.
KHABARUL WAHID DALAM PANDANGAN ASY-SYAFI'I DALAM KITAB AR-RISALAH Sholahuddin Zamzabela; Indal Abror
Jurnal Living Hadis Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.765 KB) | DOI: 10.14421/livinghadis.2019.1936

Abstract

Pada akhir abad kedua hijriah, ketika dunia Islam diramaikan dengan golongan yang menolak sunnah, baik keseluruhan ataupun yang wahid saja, Imam Syafi’i tampil sebagai seorang yang membela dan mempertahankan khabar al-wahid. Adapun yang dimaksud dengan khabar al-wahid dalam kitab al-Risalah adalah khabar yang berasal dari seseorang kepada seseorang yang lain hingga berakhir kepada Nabi saw atau berakhir kepada selain Nabi saw. Meski memiliki istilah yang hampir sama, khabar al-wahid memiliki titik perbedaan dengan khabar al- ahad atau dalam kajian `ulumul hadis lebih dikenal dengan istilah hadis ahad. Titik perbedaan tersebut terletak pada jumlah periwayat yang dimaksud pada masing-masing istilah. Ahad diartikan dengan jumlah yang lebih dari tiga tetapi tidak sampai derajat mutawattir, sementara Imam Syafi`i mengartikan wahid hanya diriwayatkan oleh satu orang perawi. Walaupun demikian, keduanya mempunyai kesamaan bahwasanya khabarul wahid dan khabarul ahad tidaklah mencapai derajat mutawatir. Dalam kaitannya dengan penetapan khabar al-wahid sebagai hujjah, kriteria kehujjahan yang ditetapkan al-Syafi’ merupakan kriteria yang cukup ketat dan lengkap. Para ulama fikih dan hadis sebelumnya, hanya mensyaratkan perawi yang tsiqah dalam penerimaan khabar al-wahid tanpa ada syarat yang lain, sementara syarat yang ditetapkan oleh sl-Syafi’i ini tampaknya merupakan syarat digunakan oleh para ahli hadis dewasa ini dengan berbagai pengembangan.
Takhrij dan Fahm al Hads "Khuffat al Jannah bi al Makaarih” dalam Kitab Adab al-'Aalim wa al Muta'allim Ishom Fuadi Fikri
Jurnal Living Hadis Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (76.288 KB) | DOI: 10.14421/livinghadis.2019.1651

Abstract

ABSTRACTThis paper aims to discuss one of the Hadith in the book "Adab al-‘Aalim wa al-Muta’allim" by KH. Hasyim As'ariy, i.e. "Khuffat al-Jannah bi al-Makaarih". The approach used is the takhrij hadith bi al-lafdzi, which is to use few words and first words in the hadith. This paper is a study of literature based on relevant literature sources and seeks to answer the question of the status of authenticity of the hadith and how to understand the hadith. The quality of the hadith is worth Saheeh as a logical consequence of the connection of the Sanad and its famous tsiqah narrators, besides the matn hadith, it also does not conflict with such hadith as narrated by other narrators who are more religious. Therefore, the hadith can be used as a shara’ proposition, where in this case KH. Hasyim As'ariy explained that among the obligations of a teacher is always to encourage himself to; 1) always increase knowledge and do good deeds in sincerity of power and effort, 2) continuous worship, 3) read, 4) study, 5) discuss, 6) make notes, 7) memorize, 8) do not waste time and his age on something that is not related to science and good deeds, except when it is primary, including; eat-drink, rest-sleep, fulfill the rights of his wife or guest, make a living according to the level of need, illness, and so on. ABSTRAKTulisan ini bertujuan untuk membahas salah satu hadis yang yang tertera di dalam kitab “Adab al-‘Aalim wa al-Muta’allim” karya  KH. Hasyim As’ariy, yakni “Khuffat al-Jannah bi al-Makaarih”. Pendekatan yang digunakan adalah takhrij hadis bi al-lafdzi, yakni menggunakan sebagaian kata dan kata pertama dalam matan hadis. Tulisan ini merupakan kajian kepustakaan berdasarkan sumber-sumber literatur yang relevan dan berusaha menjawab persoalan mengenai status keotentikan hadis dan bagaimana pemahaman hadis tersebut. Kualitas hadits tersebut adalah bernilai shahih sebagai konsekuensi logis dari adanya persambungan sanad dan para perawinya terkenal tsiqah, disamping matan haditsnya juga tidak bertentangan dengan hadits semisal yang diriwayatkan oleh perawi lainnya yang lebih tsiqah. Oleh sebab itu, hadis tersebut dapat digunakan sebagai dalil syara’, dimana dalam hal ini KH. Hasyim As’ariy menjelaskan bahwa diantara kewajiban seorang guru adalah senantiasa mendorong dirinya sendiri untuk; 1) selalu menambah pengetahuan dan beramal saleh dalam kesungguhan daya dan upaya, 2) kontinyu dalam beribadah, 3) membaca, 4) belajar, 5) berdiskusi, 6) membuat catatan-catatan, 7) mengahafal, 8) tidak menyia-nyiakan waktu dan umurnya pada sesuatu yang tidak berkaitan dengan keilmuan dan amal saleh, kecuali bila hal itu bersifat primer, diantaranya; makan-minum, istirahat-tidur, memenuhi hak istri atau tamunya, mencari nafkah sesuai kadar kebutuhan, sakit, dan sebagainya.
Pembacaan Hermeneutika Hadis tentang Perintah Istri Bersujud kepada Suami: Perspektif Hans-George Gadamer 'Azzah Nurin Taufiqotuzzahro'
Jurnal Living Hadis Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (720.809 KB) | DOI: 10.14421/livinghadis.2019.1616

Abstract

Salah satu penyebab marjinalisasi dalam kehidupan, baik sosial, budaya, pendidikan, politik tidak jauh dari pemikiran yang mengarah pada perempuan yang diperkuat dengan adanya al-Qur’an dan hadis Nabi. Perempuan sering menjadi sumber perbincangan oleh pemikir Islam, terlebih menyangkut gender. Sudah banyak literatur dan kajian yang membahasnya karena dirasa masih kontroversial seiring dengan pembahasan hak-hak asasi manusia yang tidak hanya berimplikasi pada permasalahan wanita itu sendiri tetapi berimbas pula pada pembahasan agama, termasuk Islam. Namun, di sisi lain teks-teks holistik yang ada memberi pengertian lain untuk meluruskan kegagalan faham yang selama ini menjadi doktrin di dunia Islam. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis hadis Nabi bernuansa misogini yang berisi tentang perintah istri bersujud kepada suami. Pemahaman leterlek hadis tersebut diklaim oleh beberapa fraksi sebagai hadis misoginis, yang mana hadis-hadis ini diduga berisi konten yang merendahkan dan memojokkan kaum perempuan. Melalui konsep hermeneutika Hans-George Gadamer yang mengantongi meaningfulsense sebagai solusi tepat, penulis memperoleh pandangan bahwa hadis perintah istri bersujud kepada suami bukan merupakan hadis misoginis yang digadang merendahkan perempuan dan menempatkan laki-laki di posisi paling depan. Konsep hermeneutika Gadamer, yang meliputi teori pemahaman, penafsiran, dan penerapan, justru menjawab bahwa hadis tersebut menyiratkan pengangkatan derajat perempuan dengan memberikan pemahaman untuk memenuhi hak serta kewajiban antara suami dan istri, dan bersikap baik terhadap satu sama lain.
Living Hadis di Kampung Madinah, Temboro, Magetan Muhammad Rasyied Awabien
Jurnal Living Hadis Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/livinghadis.2020.2171

Abstract

Temboro Village is located in Magetan, East Java, has a unique Islamic life. In this village, almost the entire community tried to imitate the life and Islamic life of the people of Madinah. This is evidenced from how to dress and the habit of hastening prayer in the mosque and closing the shop when prayer time arrives. Although the style of dress wearing a niqab for women and wearing special trousers for men, Islam in the village of Temboro is considered not radical. Based on interviews and observations, it was found that the Islamic style in Temboro Village was oriented towards the Jama'ah Tabligh and had a large positive impact. The living quran approach used is able to reveal that religious life in Temboro Village has experienced a significant shift. In addition, the economy of the community has also increased since the presence of several Islamic boarding schools in that place.

Page 6 of 15 | Total Record : 141