cover
Contact Name
David Alinurdin
Contact Email
veritas@seabs.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
veritas@seabs.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan
ISSN : 14117649     EISSN : 26849194     DOI : -
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan is a peer-reviewed and open-access journal published semiannually (June and December) by Sekolah Tinggi Teologi SAAT (Southeast Asia Bible Seminary), Malang City, East Java, Indonesia. The journal specializes in evangelical theology that focuses on the novelty in biblical studies, systematic theology, and practical theology, contributing to theological studies and ecclesial ministry. Manuscripts submitted for publication in this journal include quantitative or qualitative field research findings, conceptual and critical studies, exegesis or exposition material, case studies, and other forms of original thought in the broad scope of theological research, supported with academic references that are adequate, robust, and accurate.
Articles 413 Documents
Gereja dan Pelayanan Mahasiswa Kristen : Sebuah Studi Pertumbuhan Gereja Mula-Mula dan Implikasinya bagi Pelayanan Mahasiswa Kristen di Universitas Sumatra Utara Sinulingga, Risnawaty
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 8 No 2 (2007)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (19.714 KB)

Abstract

Pelayanan mahasiswa Kristen ada di hampir setiap perguruan tinggi di Indonesia, termasuk pada perguruan tinggi negeri. Pelayanan mahasiswa Kristen yang dimaksudkan adalah persekutuan interdenominasi di kampus atau antar kampus, seperti PelmaKri (Pelayanan mahasiswa Kristen), Perkantas (Persekutuan Kristen Antar Universitas) atau KMK (Kebaktian Mahasiswa Kristen). Disebut pelayanan mahasiswa bukan saja karena fokus pelayanan adalah mahasiswa dan alumninya tetapi juga karena mayoritas dari pelaku pelayanan adalah mahasiswa dan alumni. Pelayanan mahasiswa Kristen menonjol bukan saja karena jumlah dan jenis kegiatannya, tetapi juga unik dalam kegiatan penginjilan dan pemuridannya, serta penting pengaruhnya. Tetapi pada umumnya, pelayanan mahasiswa Kristen kurang memiliki hubungan yang harmonis dengan gereja. Boleh dikatakan pelayanan mahasiswa Kristen tidak mementingkan kerja sama dengan gereja. Gereja sendiri tidak memberikan dukungan yang cukup, serta kurang memanfaatkan dampak positif dari pelayanan mahasiswa tersebut. Hal ini terjadi karena gereja tidak mengenal kegiatan mahasiswa yang berbentuk gerakan interdenominasi ini dengan baik, bahkan cenderung untuk mencurigainya. Padahal kegiatan pelayanan mahasiswa Kristen ini mempunyai banyak kemiripan dengan gereja mula-mula yang bertumbuh secara luar biasa pada Kisah Para Rasul. Dengan latar belakang pemikiran seperti dikemukakan di atas, tampaknya diperlukan pengenalan yang benar mengenai pertumbuhan gereja mula-mula yang luar biasa itu dan kesamaannya dengan pelayanan mahasiswa Kristen, mengingat pelayanan mahasiswa dapat menjadi faktor pendukung pertumbuhan gereja pada masa kini. Dengan pemaparan ini diharapkan para pemimpin gereja akan lebih mengenali pelayanan mahasiswa Kristen tersebut serta mendorong kerja sama yang baik di antara keduanya. Salah satu pelayanan mahasiswa Kristen dapat ditemukan pada Universitas Sumatera Utara (USU). Penulis melayani di universitas ini sebagai Pendeta dan Pembina kegiatan mahasiswa Kristen. Karena itu, bahasan bagi pelayanan mahasiswa dalam artikel ini akan diwakili oleh pelayanan mahasiswa Kristen di kampus USU yang bernama Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen (selanjutnya disebut UKM KMK USU).
Analisis Pola Hermeneutik Jusuf B. S., H. L. Senduk dan Herlianto tentang Pandangan Alkitab terhadap Kremasi Pramudya, Wahyu
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 8 No 2 (2007)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.616 KB)

Abstract

Webster’s Unabridged Dictionary menyebutkan bahwa kata “kremasi” berasal dari bahasa Latin crematio. Kata tersebut berasal dari cremo yang mempunyai arti membakar, secara khusus pembakaran orang mati menurut adat istiadat bangsa-bangsa kuno. Pada masa kini, kremasi tampaknya menjadi salah satu alternatif yang mulai dipertimbangkan, termasuk oleh orang-orang Kristen. Menariknya, tidak semua denominasi dalam kekristenan menyetujui praktik kremasi. Lebih lagi, sepertinya jauh lebih banyak denominasi yang menolak praktik kremasi daripada menerimanya. Beberapa tokoh di dalam denominasi tertentu atau interdenominasi yang menyatakan penolakannya terhadap kremasi atas orang Kristen adalah: Jusuf B. S., H. L. Senduk, dan Herlianto. Tulisan ini akan memaparkan pandangan Jusuf, Senduk, dan Herlianto tentang kremasi. Lebih dari sekadar pemaparan pandangan mereka, penulis juga akan mencoba menggali lebih dalam bagaimana mereka menghasilkan pandangan tersebut dari teks-teks Alkitab. Analisis akan difokuskan pada proses hermeneutik yang ditempuh ketiga tokoh tersebut. Perlu ditambahkan bahwa tulisan ini adalah kajian akademis yang dilakukan tanpa mengurangi rasa hormat penulis terhadap dedikasi pelayanan yang telah ditunjukkan tokoh-tokoh tersebut.
490 Tahun Reformasi : Apakah Sola Scriptura Masih Secara Konsisten Menjadi Pegangan Gereja-Gereja Reformed Masa Kini? Lukito, Daniel Lucas
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 8 No 2 (2007)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (16.928 KB)

Abstract

Dalam kaitan peringatan Reformasi yang ke 490 (1517-2007), marilah bersama-sama kita melakukan introspeksi secara mendalam: Apakah gereja-gereja reformed atau gereja-gereja injili sebetulnya masih konsisten (sebagaimana Martin Luther dan kaum reformator lainnya) berpegang pada ajaran sola scriptura secara ketat? Karena itu di dalam artikel ini saya mengajak kita melihat situasi gereja-gereja (dan pendeta-pendetanya) masa kini dengan membandingkannya dengan masa Reformasi abad 16 dan, lebih jauh lagi, dengan masa Reformasi pada zaman raja Yosia pada 2 Raja-raja 22:1-20, khususnya dengan ditemukannya kembali kitab Taurat (lih. ay. 8) yang telah sekian lama hilang pada masa itu. Artikel ini akan saya tutup dengan sebuah refleksi ke arah mana sesungguhnya gereja-gereja injili atau reformed berjalan, khususnya bila mereka sudah “kehilangan” Alkitab.
Menikmati Perjamuan Kudus : Pengajaran Perjamuan Kudus menurut John Calvin dan Sumbangsihnya bagi Kehidupan Bergereja Mulia, Hendra G.
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 8 No 2 (2007)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (18.558 KB)

Abstract

Perjamuan Kudus pada masa kini mengalami bahaya degradasi. Pelaksanaan Perjamuan Kudus melalui cara pelaksanaan yang tidak benar dan pengaruh konsep yang salah telah mengakibatkan desakralisasi sakramen tersebut. Akibatnya, jemaat tidak bertumbuh, sekalipun mereka setia mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus. Gereja dengan pemimpin dan jemaat yang demikian akan sekadar menjadi lapangan permainan kebutuhan sosial dan ajang ekspresi diri yang subjektif. Khususnya bagi gereja-gereja Protestan reformed, yang mestinya berpegang pada ajaran bapa gereja John Calvin, pelaksanaan Perjamuan Kudus perlu dikaji ulang, karena pelaksanaan Perjamuan Kudus dalam gereja jauh dari konsep yang dikemukakan oleh Calvin. Pengertian doktrin Calvin tidak terwujud dalam praksis kehidupan gereja. ... Berikut ini kita mencoba untuk melihat hakekat Perjamuan Kudus. Dalam hal ini penulis akan mengikuti doktrin Perjamuan Kudus seperti yang dikemukakan oleh Calvin. Mengapa mengikuti Calvin? Karena dalam keyakinan penulis, teologi Perjamuan Kudus Calvin adalah teologi Perjamuan Kudus yang cukup seimbang antara dimensi materi dan dimensi spiritualnya. Lagi pula, doktrin Calvin merupakan doktrin yang paling konsisten dalam semua bagiannya. Alasan terakhir adalah karena doktrin Calvin adalah warisan yang berharga selama ini ditinjau dari sudut historis, teologis dan biblikal. Dalam tulisan ini, kita akan melihat apa hakikat Perjamuan Kudus, perdebatan dalam konsep kehadiran Kristus dan dampak Perjamuan Kudus terhadap orang percaya yang mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus. Dalam terang pengertian doktrin Perjamuan Kudus Calvin ini, kita mencoba melihat pelaksanaan yang benar dari Perjamuan Kudus dalam kehidupan gereja. Pelaksanaan Perjamuan Kudus yang benar dalam gereja akan mengembalikan kedalaman dan berkat yang melimpah pada waktu kita menjalankan Perjamuan Kudus.
Introduksi pada Iman Reformed Frame, John M.
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 8 No 2 (2007)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (16.172 KB)

Abstract

Tulisan ini hanyalah suatu “introduksi” kepada iman reformed, jadi bukan merupakan suatu analisis yang mendalam. Namun jelas tetap bermanfaat untuk mengetahui gambaran sekilas di saat awal studi saudara. Bersama-sama dengan tulisan ini, saya mengharapkan saudara membaca Pengakuan Iman Westminster, Larger dan Shorter Catechism, serta “tiga bentuk kesatuan” dari gereja-gereja reformed di benua Eropa: Pengakuan Iman Belgia, Katekismus Heidelberg, serta Kanon-kanon Dordt. Semua itu merupakan ringkasan yang indah dari posisi doktrin reformed, yang disajikan secara utuh, ringkas, dan tepat. Heidelberg adalah salah satu karya devosional yang agung di sepanjang masa. Saya juga percaya ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari pembukaan ringkasan teologi reformed karya Cornelius Van Til, The Defense of the Faith.
Rahasia Keluarga Sukses : Mazmur 127 Barus, Armand
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 8 No 2 (2007)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (18.766 KB)

Abstract

Mazmur 127 adalah bagian dari mazmur-mazmur ziarah. Penulis mazmur ziarah melihat hidup sebagai suatu perjalanan, perjalanan ziarah. Kata “ziarah” (ha|mma|`álôt) pada ayat 1 dapat juga diterjemahkan ke tempat tinggi. Perjalanan ke tempat tinggi. Bagi bangsa Israel kuno, ziarah merupakan suatu perjalanan ke Yerusalem, tempat yang tinggi, di mana Allah berada, perjalanan menjumpai Allah. Perjalanan ziarah diiringi dengan nyanyian. Sebagai mazmur ziarah, Mazmur 127 disebut sebagai mazmur keluarga. Hidup berkeluarga adalah sebuah perjalanan ziarah untuk bertemu dengan Allah. Isi mazmur ini menyangkut dua pokok penting dalam hidup berkeluarga yakni rumah dan anak-anak. Kehidupan keluarga yang dijalani dengan susah payah pada perenungan terakhir disadari dan diterima sebagai pemberian Allah. Pemazmur tidak merendahkan atau mencela kerja keras manusia dalam mencari dan membina dua pokok dasar tersebut, melainkan pemazmur mengarahkan pencarian manusia kepada sumber yang sebenarnya. Pokok teologis yang didendangkan pemazmur adalah: Allah adalah sumber segala sesuatu yang diperlukan manusia. Rahasia kesuksesan keluarga terdapat pada Allah. Mazmur 127 dipandang sebagai karya raja Salomo atau berasal dari zaman pemerintahan raja Salomo (ay. 1). Dengan perkataan lain, mazmur ini telah beredar dalam masyarakat Israel kuno sejak zaman pemerintahan Salomo. Suatu kemungkinan penyusunan mazmur ini diilhami oleh kehidupan keluarga raja Salomo. Informasi kata Salomo pada ayat 1 akan digunakan untuk menyingkapkan makna terkandung dalam mazmur ini. Karakter Salomo berfungsi sebagai alat penggali makna mazmur ini. Meski demikian, tidak dapat dipastikan apakah mazmur ini merupakan komposisi puisi yang diterbitkan sebelum atau sesudah zaman pembuangan. Bahkan A. Weiser berpendapat bahwa mazmur ini tidak terikat pada waktu atau periode sejarah tertentu karena “ia termasuk dalam dunia amsal yang tidak terikat pada waktu sejarah (it belongs to the timeless world of the proverb).”
Yesus Sebagai Guru : Studi Injil Yohanes Jonch, Christian
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 8 No 2 (2007)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (18.974 KB)

Abstract

Banyak buku atau artikel telah diterbitkan berbicara tentang siapakah Yesus dan karya-Nya. Namun sayang, kebanyakan sarjana kurang memperhatikan atau telah mengabaikan potret Yesus sebagai guru dalam Injil Yohanes. Padahal, dalam Injil Yohanes rasul Yohanes secara eksplisit menunjukkan Yesus sebagai guru. William Barclay menulis sebuah buku berisi empat puluh dua bab; masing-masing mengenai gelar Yesus dalam Perjanjian Baru. Namun tidak satu bab pun membahas Yesus sebagai guru (rabi). Demikian juga halnya Frank J. Matera ketika membahas kristologi Injil Yohanes dalam bukunya New Testament Christology, telah mendaftarkan sejumlah identitas dan gelar Yesus, tetapi tidak memasukkan Yesus sebagai guru, apalagi membahasnya. Pengecualian mungkin R. H. Fuller dalam bukunya The Foundations of New Testament Christology, telah memasukkan Yesus adalah rabi dalam pembahasannya. Namun, pembahasannya tentang Yesus sebagai rabi juga terlalu singkat hanya sekitar dua halaman penuh. Bahkan M. Hengel mengatakan bahwa sebutan rabi bagi Yesus tidak seharusnya membawa konotasi guru, tetapi mungkin hanya mempunyai fungsi sebagai satu istilah penghormatan saja. Karena itu, ia mengatakan bahwa kita harus berhenti secara bersama-sama melukiskan Yesus sebagai seorang rabi. Kurangnya sarjana-sarjana dalam melihat Yesus sebagai guru, khususnya dalam Injil Yohanes tentu sangat disayangkan. Semua kenyataan ini mendorong penulis untuk menunjukkan bahwa Yesus sebagai guru harus diperhatikan dan dibahas oleh para sarjana dalam pemberitaan, pengajaran, maupun dalam buku-buku teologi. Di samping itu, gambaran Yesus sebagai guru, selain sebagai Tuhan dan Juruselamat, harus diteladani oleh para hamba Tuhan, para penatua, para diaken atau majelis gereja, guru-guru sekolah minggu, orang-orang Kristen secara umum, bahkan para dosen, guru agama Kristen, dan guru Kristen. Dalam artikel ini, penulis akan menunjukkan Yesus sebagai Guru, persamaan dan perbedaan Yesus dengan para rabi Yahudi, profil Yesus sebagai guru, dan metode-metode pengajaran Yesus. Setelah itu, penulis akan menghubungkan Yesus sebagai guru dalam konteks pembaca pertama (suatu rekonstruksi) dan para guru masa kini.
Khotbah Situasional : Mengenal Metode Khotbah Harry Emerson Fosdick Kosasih, Andri
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 9 No 1 (2008)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (16.58 KB)

Abstract

Harry Emerson Fosdick (1878-1969) diakui oleh banyak orang sebagai satu dari pengkhotbah Amerika yang paling berpengaruh pada paruh pertama abad kedua puluh. Ia dilahirkan di Buffalo, New York, anak dan cucu dari seorang guru sekolah Baptis. Pada masa kuliah di Colgate University ia sudah menggumulkan hubungan antara iman Kristen dan kebenaran sains modern. Akhirnya, pada tahun 1896 ia meninggalkan iman injili masa kecilnya dan mengadaptasi teologi liberal setelah membaca buku A History of the Warfare of Science with Theology in Christendom karya Andrew Dickson White. Para profesor pengajar di Colgate University dan Union Theological Seminary (New York), tempat ia meraih gelar B. A. (1900) dan B. D. (1904), meyakinkannya bahwa ia tetap dapat melayani Tuhan tanpa harus memegang teologi injilinya. Hasilnya, Fosdick belajar teologi di bawah William Newton Clarke yang membawanya kepada Neo-liberalisme dengan penekanannya pada evolusi wahyu ilahi dan kebaikan manusia.
Analisis terhadap Penerjemahan WAW (Dalam Teks Masoret) Menjadi KAI (Dalam Teks Septuaginta) dalam Kitab Rut Wanahardja, Cahyadi
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 9 No 1 (2008)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (19.548 KB)

Abstract

Ketertarikan pada bahasa-bahasa asli Alkitab (Ibrani dan Yunani) dan panggilan pelayanan di bidang penerjemahan Alkitab telah mengarahkan perhatian penulis untuk memilih pokok bahasan yang terkesan “mudah” ini. “Mudah” karena kata waw dalam bahasa Ibrani maupun kai dalam bahasa Yunani memang, secara sederhana, dapat diterjemahkan sebagai “dan” saja. Namun, hal ini tidak sesederhana yang dipikirkan penulis sebelumnya. Bahasan ini menjadi cukup sulit karena ada hal-hal kompleks yang harus dipahami dalam proses penerjemahan kata ini. Khususnya, ketika pertanyaan-pertanyaan kritis diajukan pada topik ini, misalnya, apakah setiap waw pasti diterjemahkan menjadi kai? Jika demikian, bagaimana hasil terjemahannya? Apakah itu menjadi terjemahan literal atau dinamis? Tidak berhenti sampai di sini, ada beberapa hal lain yang selanjutnya perlu ditanyakan, seperti, mengapa sebagian besar kata waw diterjemahkan menjadi kai? Adakah kesejajaran secara tata bahasa antara waw dan kai ini? Mengapa ada beberapa kata waw yang tidak diterjemahkan menjadi kai? Bahkan, perlu juga untuk menanyakan mengapa ada beberapa kata bukan waw yang diterjemahkan menjadi kai? Mengapa di beberapa bagian, terjadi penambahan-penambahan kalimat/frasa sementara di beberapa bagian yang lain terjadi pengurangan kalimat/frasa? Apakah ada penafsiran pribadi dalam hal ini? Pertanyaan terakhir yang penting adalah apakah budaya Yahudi maupun budaya Hellenis telah memengaruhi penerjemah? Untuk menjawab beberapa pertanyaan ini, penulis akan membagi bahasan ini menjadi empat tahap. Pada tahap pertama, akan diuraikan secara singkat, tata bahasa Ibrani (waw dan adverbia) dan Yunani Koine (kai dan kata-kata penghubung lainnya) yang akan menjadi dasar analisis. Di tahap yang kedua, akan dianalisis proses penerjemahan waw menjadi kai. Analisis ini dimulai dari persoalan-persoalan makro hingga mikro. Dua metode menjadi dasar analisis pada tahap ini adalah tata bahasa dan kritik teks. Pada tahap ketiga, penulis akan diperlihatkan pengaruh budaya Hellenis (budaya penerima) dan pengaruh budaya Israel (budaya sumber) terhadap proses penerjemahan ini. Pada tahap terakhir, akan ditarik kesimpulan-kesimpulan dari sudut pandang tata bahasa, budaya dan teologis tentang proses penerjemahan waw menjadi kai dalam kitab Rut.  
Bagaimana Kaum Injili Memandang Gereja Katolik? Lie, Bedjo
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 9 No 1 (2008)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (18.099 KB)

Abstract

Ribuan jemaat Katolik berkumpul di Supermall Surabaya Convention Center (SSCC) pada bulan November 2007 yang lalu. Kegiatan KKR yang bernuansa Katolik karismatik ini telah menjadi gerakan yang makin terasa di Indonesia. Sekilas, gerakan ini telah “mendekatkan” Katolik dengan kaum Protestan, khususnya kalangan karismatik. Di sisi lain, usaha pembelaan iman Katolik terhadap keberatan-keberatan teologis kaum Protestan juga makin terasa akhir-akhir ini di Indonesia. Tambah maraknya buku Katolik yang bernada apologetik terhadap Protestan semakin memperlebar jurang antara umat Katolik dan Kristen Protestan. Dalam rangka memikirkan relasi antara kaum Katolik dan Protestan ini, beberapa paradigma relasi muncul dalam benak penulis. Apakah gereja Katolik dapat dipandang sebagai saudara, pesaing, atau musuh? Bagaimana jika pilihan ini diajukan kepada Anda yang berasal dari golongan Protestan khususnya injili dalam memandang gereja Katolik Roma? Sebaliknya juga penting, bagaimanakah perspektif gereja Katolik dalam memandang kaum injili? ... Pembahasan tulisan ini akan mengalir sebagai berikut: Pertama, akan dipaparkan mengenai sekilas pandang pergeseran pandangan gereja Katolik terhadap doktrin kesatuan gereja yang meliputi sikap mereka terhadap gereja-gereja lain di luar gereja Katolik. Kedua, argumentasi biblis dan tradisi untuk mendukung doktrin kesatuan gereja menurut gereja Katolik. Ketiga, penulis akan menyampaikan suatu tinjauan kritis atas pandangan Katolik tersebut. Pada bagian akhir, beberapa pemikiran tentang hubungan antara kaum injili dan Katolik akan diajukan sebagai kesimpulan dan aplikasi.