cover
Contact Name
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students
Contact Email
jurnal.fkg@unpad.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.fkg@unpad.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students
ISSN : 26569868     EISSN : 2656985X     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students adalah open access journal berbahasa Indonesia, yang menerbitkan artikel penelitian dari para peneliti pemula dan mahasiswa di semua bidang ilmu dan pengembangan dasar kesehatan gigi dan mulut melalui pendekatan interdisipliner dan multidisiplin. Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran dua kali setahun, setiap bulan Februari dan Oktober. Bidang cakupan Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students adalah semua bidang ilmu kedokteran gigi, yaitu biologi oral; ilmu dan teknologi material gigi; bedah mulut dan maksilofasial; ilmu kedokteran gigi anak; ilmu kesehatan gigi masyarakat, epidemiologi, dan ilmu kedokteran gigi pencegahan; konservasi gigi, endodontik, dan kedokteran gigi operatif; periodonsia; prostodonsia; ortodonsia; ilmu penyakit mulut; radiologi kedokteran gigi dan maksilofasial; serta perkembangan dan ilmu kedokteran gigi dari pendekatan ilmu lainnya. Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students mengakomodasi seluruh karya peneliti pemula dan mahasiswa kedokteran gigi untuk menjadi acuan pembelajaran penulisan ilmiah akademisi kedokteran gigi.
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 2 (2022): Juni 2022" : 12 Documents clear
Tingkat pengetahuan orang tua anak usia dini mengenai kebiasaan bernapas melalui mulut sebagai etiologi maloklusiKnowledge level of preschool children’s parents regarding mouth breathing habits as etiology of malocclusion Siti Nadira Aisyah; Naninda Berliana Pratidina; Anne Agustina Suwargiani; Niekla Survia Andiesta; Risti Saptarini Primarti
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 6, No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v6i2.33992

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Maloklusi adalah salah satu masalah gigi dan mulut yang paling banyak terjadi di Indonesia. Penyimpangan fungsi rongga mulut berupa kebiasaan bernapas melalui mulut dapat menjadi faktor etiologi maloklusi. Bernapas merupakan fungsi rongga mulut yang pertama kali mengalami maturasi, sehingga pengetahuan orang tua anak usia dini penting dalam mencegah timbulnya kebiasaan bernapas melalui mulut pada anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua anak usia dini mengenai kebiasaan bernapas melalui mulut sebagai etiologi maloklusi. Metode: Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan teknik pengambilan sampel cluster random sampling dan simple random sampling. Penelitian dilakukan terhadap 92 orang tua murid TK Ibunda, TK Islam Raih Impian, dan TK Islam Bukit Indah. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner sejumlah 15 butir pertanyaan. Hasil: Sebanyak 5 responden (5,4%) berada di kategori tingkat pengetahuan rendah, 45 responden (48,9%) pada kategori sedang, dan 42 responden (45,7) pada kategori tinggi. Karakteristik responden yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan, dan status pekerjaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengetahuan berdasarkan analisis statistik (p > 0,05). Simpulan: Tingkat pengetahuan orang tua anak usia dini mengenai kebiasaan bernapas melalui mulut sebagai etiologi maloklusi termasuk dalam kategori sedang.Kata kunci: Tingkat pengetahuan; orang tua anak usia dini; kebiasaan bernapas melalui mulut; maloklusi ABSTRACTIntroduction: Malocclusion is one of Indonesia’s most frequent dental problems. The abnormality of oral function, such as mouth breathing habits, could be the etiology of malocclusion. Breathing is the first oral function that undergoes maturation; thus, the knowledge of preschool children’s parents is important to prevent children from developing mouth breathing habits. This study aimed to describe the level of knowledge among preschool children’s parents about mouth breathing habits as the etiology of malocclusion. Method: A descriptive analytics study was conducted towards 92 preschool children’s parents of TK Ibunda, TK Islam Raih Impian, and TK Islam Bukit Indah using random cluster sampling and simple random sampling technique. A questionnaire consisting of 15 questions was used. Results: There were 5 parents (5,4%) in low category of knowledge level, 45 parents (48,9%) in moderate category, and 42 parents (45,7) in high category. According to statistical analytics, there is no significant correlation between parents’ characteristics (gender, age, education, and employment status) and their knowledge level (p > 0,05). Conclusion: The level of knowledge about mouth breathing habits as the etiology of malocclusion among preschool children’s parents was moderate.Keywords: Level of knowledge; preschool children’s parents; mouth breathing habits; malocclusion.
Efektivitas wound healing sheet ekstrak Aloe vera dan albumin telur ayam kampung (Gallus domesticus) terhadap penyembuhan luka insisi gingivaWound healing sheet with Aloe vera extract and free-range chicken egg albumin (Gallus domesticus) for healing of gingival incisions Alya Ghina Rosyada; Wizni A'dila A'ziza; Myrna Evana Amanda Putri; Mutia Rochmawati
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 6, No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v6i2.39927

Abstract

Korelasi pengetahuan kesehatan gigi dan mulut ibu dengan pengalaman karies anak usia 3-5 tahunThe correlation between mothers' knowledge of children's oral health care and the caries experience of 3-5 years old children Dini Larasati; Riana Wardani; Netty Suryanti
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 6, No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v6i2.31161

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Anak balita berpotensi terkena karies. Ibu, sebagai pengasuh anak, harus memiliki bekal pengetahuan yang cukup agar dapat menjaga kesehatan gigi dan mulut anak dan membentuk perilaku kesehatannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi anak, dan pengalaman karies anak usia 3-5 tahun. Metode: Jenis penelitian adalah penelitian korelasi dengan desain cross sectional. Populasi adalah ibu beserta anaknya yang berusia 3-5 tahun di Desa Sumber Jaya, Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling, sampel sebanyak 127 pasang ibu dengan anak usia 3-5 tahun yang datang ke Posyandu. Kuesioner telah diuji validitasnya dengan face validity dan dinyatakan valid serta diuji reliabilitasnya dengan test retest dan dinyatakan reliabel. Data dianalisis dengan uji korelasi Spearman. Hasil: Tingkat pengetahuan ibu berada pada kategori sangat baik dengan rerata nilai 9,84. Pengalaman karies anak berada dalam kategori sedang dengan rerata indeks def-t 3,92. Hasil uji korelasi rank spearman menunjukkan rs = 0,052 yang berarti kekuatan korelasi lemah dan ρvalue = 0,558 dengan α = 0,05, nilai ρvalue > α menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keduanya. Simpulan: Tidak terdapat hubungan  antara pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi dan mulut anak dengan pengalaman karies anaknya.Kata kunci: pengetahuan; kesehatan gigi; karies anak; indeks def-t ABSTRACTIntroduction Toddlers have great potential to be infected with caries. Mothers must have good knowledge to shape their kids’ healthy behavior and take care of their mouth and teeth. This research aims to analyze the correlation between mothers’ knowledge about children’s teeth healthcare and caries experience of children aged 3-5. Methods: The research type used is the correlational studies, with a cross sectional design. The population are mothers and their children aged 3-5 in Desa Sumber Jaya, Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat. Samples were taken by total sampling technique, samples of 127 pairs of mother and children aged 3-5 that come to Posyandu. Questionnaire was tested using face validity and test retest reliability that was found valid and reliable. Spearman correlation test was used to analyze data. Results: The level of knowledge the mothers have lies in the good category with an average value of 9.84. Children’s caries experience lies in the moderate category with an average def-t index value of 3.92. The result of spearman correlation test shows rs = 0.052 which means the correlation is weak and ρvalue = 0.558 with α = 0.05, ρvalue > α shows that there is no significant correlation between mothers’ knowledge and children’s caries experience. Conclusions: There is no correlation between mothers’ knowledge about children’s teeth healthcare and the caries experience of children aged 3-5 in Posyandu Sumber Jaya Tambun Selatan.Keywords: knowledge; oral health care; children; caries experience; def-t index
Efek analgesik ektrak daun trembesi (Samanea Saman (jacq.) Merr.) terhadap mencit putih (Mus musculus)Analgesic effect of trembesi leaf extract (Samanea saman (Jacq.) Merr.) on white mice (Mus musculus) Nikmatus Sa'adah; Niswatun Chasanah; Sawitri Dwi Indah Pertami; Puspa Dila Rohmaniar; Agus Aan Adriansyah; Ahda Mas Ulah
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 6, No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v6i2.38880

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Senyawa metabolit sekunder flavonoid dan steroid ekstrak daun Trembesi (Samanea saman (Jacq.) Merr.) berfungsi sebagai analgesik dengan menghambat mediator-mediator inflamasi sehingga pelepasan asam arakidonat dan kerja enzim siklooksigenase terblokir. Tujuan penelitian menganalisis efek analgesik ekstrak daun Trembesi terhadap mencit putih (Mus musculus). Metode: Penelitian eksperimental laboratoris ini menggunakan teknik simple random sampling dengan sampel 30 ekor mencit dibagi menjadi 5 kelompok. Ekstrak daun trembesi yang digunakan dosis 25 mg/kgBB, 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, kontrol negatif CMC.Na 0,5%, dan kontrol positif asetosal, pada masing-masing kelompok mencit putih jantan diberikan secara per oral, kemudian diinduksi nyeri dengan asam asetat 1% secara intraperitonial. Jumlah geliat mencit diamati setiap 5 menit selama 30 menit, lalu dihitung presentase efektivitas analgesiknya dengan membandingkan persentase proteksi analgesik kelompok senyawa uji terhadap persentase proteksi analgesik kelompok kontrol positif. Hasil: Ekstrak daun Trembesi dosis 100 mg/kgBB memberikan efek analgesik yang lebih besar yaitu 76,62% dibandingkan dengan ekstrak daun Trembesi dosis 25 mg/kgBB (24,63%) dan 50 mg/kgBB (49,34%).  Nilai signifikansi hasil uji Kruskal Wallis sebesar 0,001 sehingga dapat diartikan terdapat perbedaan efektivitas analgesik ekstrak daun Trembesi yang signifikan antar kelompok. Simpulan: Terdapat efek analgesik ekstrak daun Trembesi (Samanea saman (Jacq.) Merr.) pada mencit putih (Mus musculus).Kata kunci: nyeri; analgesik; samanea saman, tikus putih ABSTRACTIntroduction: Pain is an sensory and emotional unpleasant experience because of tissue damage. Secondary metabolites of flavonoids and steroids from Trembesi (Samanea saman (Jacq.) Merr.) leaf extract have a function as analgesics by inhibiting inflammatory mediators so the release of arachidonic acid and the action of the cyclooxygenase enzyme is blocked. This study aimed to analyzed the analgesic effect of Trembesi leaf extract on white mice (Mus musculus). Methods: This experimental laboratory study used a simple random sampling technique with 30 mice samples divided into 5 groups. Trembesi leaf extract used was dose of 25 mg/kgBW, 50 mg/kgBW, 100 mg/kgBW, negative control CMC.Na 0.5%, and positive control Acetosal, given oral to each group, then induced pain with 1% acetic acid intraperitoneally. Number of stretching mice was observed every 5 minutes for 30 minutes, then the percentage of analgesic effectiveness was calculated by comparing the percentage of analgesic protection of the test group to the percentage of analgesic protection of the positive control group. Results: Trembesi leaf extract at a dose of 100 mg/kgBW gave a great analgesic effect, 76.62% compared to Trembesi leaf extract at a dose of 25 mg/kgBW (24.63%) and 50 mg/kgBW (49.34%). The significance value of the Kruskal Wallis test results is 0.001 so it can be interpreted that there is a significant difference in the analgesic effectiveness of Trembesi leaf extract between groups. Conclusion: There is an analgesic effect of Trembesi (Samanea saman (Jacq.) Merr.) leaf extract on white mice (Mus musculus).Keywords: pain; analgesic effect; saman leaf extract (samanea saman (jacq.) merr.); white mice 
Hubungan kunjungan pertama ke dokter gigi dengan persepsi orang tua terhadap maloklusi pada anak dengan gangguan spektrum disorder usia 6-18 tahunThe relationship between first dental visit and perception parents against malocclusion in children with Autism Spectrum Disorder 6-18 years old Safira Meita Hapsari; Syaina Azzahra; Alfini Octavia
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 6, No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v6i2.38622

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Gangguan Spektrum Autisme (GSA) merupakan gangguan kejiwaan heterogen yang terjadi seumur hidup ditandai dengan gangguan perilaku sosial, komunikasi, dan bahasa serta pembatasan minat dan  aktivitas secara bersamaan. Anak dengan GSA biasanya menunjukkan perilaku yang negatif pada perawatan gigi karena  keterbatasan yang dimilikinya, akibatnya perawatan gigi yang seharusnya dapat dilakukan menjadi terhambat. Tujuan Penelitian: mengetahui hubungan kunjungan pertama ke dokter gigi dengan persepsi terhadap maloklusi pada anak dengan Gangguan Spektrum Autisme di Yogyakarta. Metode: Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional analitik dengan studi potong lintang (cross sectional study). Subjek penelitian adalah 41 anak dengan GSA yang berasal dari SLB Bina Anggita, SLB Citra Mulia Mandiri, SLB Dharma Rena Ring Putra II, SLB Negeri 1 Bantul, SLB Samara Bunda, dan SLB Tegar Harapan. Pengalaman kunjungan ke dokter gigi dan kondisi maloklusi-estetik gigi dan mulut pada anak dengan GSA dikumpulkan melalui kuesioner yang kemudian dianalisis dengan menggunakan Uji Spearman. Hasil: Hasil Uji Spearman menunjukkan nilai koefisisen korelasi sebesar 0,083 (p<0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara kunjungan ke dokter gigi dengan maloklusi pada anak GSA. Simpulan: Tidak ada hubungan antara kunjungan pertama ke dokter gigi dengan maloklusi pada anak dengan Gangguan Spektrum Autisme di Yogyakarta.Kata kunci: Gangguan spektrum autisme, Maloklusi, Kunjungan pertama ABSTRACTIntroduction: : Autism Spectrum Disorder (ASD) is a lifelong heterogeneous psychiatric disorder characterized by disturbances in social behavior, communication, and language as well as restrictions on interests and activities simultaneously. Children with ASD usually show negative behavior in dental care because of their limitations, as a result, dental care that should be able to be done is hampered. The high level of dental and oral problems in children with ASD is due to the lack of awareness of visiting the dentist. The most common oral condition in ASD children is malocclusion. The study was aimed To determine the association between the first visit to the dentist and  malocclusion aesthetically in children with Autism Spectrum Disorder in Yogyakarta. Methods: This type of research is an analytic observational study with a cross sectional study. The subjects of the study were 41 children with ASD that randomly choosen by cluster sampling method that represent the children from Bina Anggita Special School, Citra Mulia Mandiri Special School, Dharma Rena Ring Putra II Special School, Bantul State Special School 1, Samara Bunda Special School, and Tegar Harapan Special School. The experience of visiting the dentist and the aesthetic condition of the teeth and mouth in children with ASD were collected by the questionnaire then analyzed through the Spearman test. Results: The results  of  the Spearman test showed a correlation coefficient of 0.083 (p<0.05), which means there is no correlation between visits to dentist and the aesthetics condition of the teeth and mouth in ASD children. Conclusions: There is  no  correlation between the aesthetic condition and the age of visits to the dentist in children with ASD.Keywords: Autism spectrum disorder,  Malocclusion, First visit
Perbedaan nilai kekuatan tekan resin damar mata kucing (Shorea javanica) dengan resin damar batuThe difference in compressive strength value of mata kucing dammar resin (Shorea javanica) and batu dammar resin Farah Kholidah; Kosterman Usri; Opik Taofik Hidayat
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 6, No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v6i2.31464

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Resin damar merupakan komoditas hasil hutan bukan kayu yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya guna yang luas. Resin alami yang populer dan melimpah di Indonesia adalah resin damar mata kucing dan resin damar batu. Resin banyak digunakan dalam material kedokteran gigi seperti resin komposit, resin akrilik, varnish, dan dental wax, tetapi resin yang digunakan adalah resin buatan karena keterbatasan sumber daya resin alami di luar negeri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan nilai kekuatan tekan antara resin damar mata kucing dan resin damar batu dalam rangka penggunaan resin tersebut sebagai alternatif bahan dasar material kedokteran gigi Metode: Jenis penelitian eksperimental semu, uji kekuatan tekan pada 16 sampel resin damar mata kucing dan 16 sampel resin damar batu menggunakan alat Universal Testing Machine dengan kecepatan crosshead 1,0 ± 0,25 mm/menit hingga terjadi patahan pada sampel  berdasarkan metode ASTM D695. Nilai kekuatan tekan dari kedua resin damar tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode uji Mann-Whitney menggunakan software SPSS statistik versi 22. Hasil: nilai kekuatan tekan resin damar mata kucing rerata 7,307±6,768 MPa, nilai kekuatan tekan resin damar batu rerata 3,139±1,067 MPa. Hasil p-value didapatkan nilai sebesar 0,032. Nilai P tersebut menunjukkan terdapat perbedaan nilai kekuatan tekan yang signifikan antara resin damar mata kucing dengan resin damar batu Simpulan: Resin damar mata kucing memiliki nilai kekuatan tekan lebih tinggi sehingga berpotensi lebih besar untuk aplikasi material kedokteran gigi yang memiliki sifat mekanis rendah seperti varnish.Kata kunci: Resin damar mata kucing (Shorea javanica); resin damar batu; uji kekuatan tekan.  ABSTRACTIntroduction: Dammar resin is a non-timber forest product commodity that has high economic value and wide usability. Natural resins that are popular and abundant in Indonesia are mata kucing dammar resin and batu dammar resin. Resin widely used in dental materials such as composite resins, acrylic resins, varnishes, and dental waxes, but the resins used are artificial resins due to limited natural resin resources abroad. This study aims to analyze the difference in the compressive strength values between mata kucing dammar resin and batu dammar resin to use the resin as an alternative to dental materials. Methods: This research was quasi-experimental, compressive strength test on 16 samples of mata kucing dammar resin and 16 samples of batu dammar resin using a Universal Testing Machine with a crosshead speed of 1,0 ± 0,25 mm/minute until fracture occurs in the sample based on the ASTM D695 method. The value of the compressive strength of both dammar resins then analyzed using the Mann-Whitney test method using SPSS statistical software version 22. Results: The average compressive strength value of mata kucing dammar resin was 7,307±6,768 MPa, the average compressive strength value of batu dammar resin was 3,139±1,067 MPa. The p-value results obtained a value of 0.032. The p-value indicates a significant difference in the compressive strength value between the mata kucing dammar resin and the batu dammar resin. Conclusion: Mata kucing dammar resin has a higher compressive strength value, so it has greater potential for applying dental materials with low mechanical properties such as varnish.Keywords: Mata kucing dammar resin (Shorea javanica); batu dammar resin; compressive strength test.
Hubungan tingkat pengetahuan mengenai COVID-19 dengan tingkat kecemasan Dokter Gigi dalam menghadapi pandemi COVID-19The Relationship Between Knowledge Level of COVID-19 with Anxiety Level of Dentists in Facing the COVID-19 Pandemic Aliyya Luthfiana; Arlette Suzy Puspa Pertiwi; Wilda Hafny Lubis; Tadeus Arufan Jasrin
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 6, No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v6i2.35360

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Dokter gigi merupakan profesi yang rentan terinfeksi coronavirus disease 19 (COVID-19). Pesatnya penyebaran COVID-19 di seluruh dunia menyebabkan kecemasan meluas di kalangan masyarakat dan tenaga medis. Salah satu faktor yang memengaruhi kecemasan adalah pengetahuan. Pengetahuan mengenai COVID-19 diduga berhubungan erat dengan kecemasan yang dialami oleh dokter gigi pada masa pandemi COVID-19. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan mengenai COVID-19 dengan tingkat kecemasan yang dialami oleh dokter gigi dalam menghadapi pandemi COVID-19. Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik korelasi dengan menggunakan metode cross-sectional dan uji korelasi rank Spearman. Sampel yang digunakan adalah 64 orang dokter gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Unpad yang direkrut dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner tingkat pengetahuan mengenai COVID-19 dan kuesioner modifikasi Generalized Anxiety Disorder-7 (GAD-7). Pengumpulan data dilakukan secara online dengan menggunakan google form. Hasil: Tingkat pengetahuan dokter gigi tergolong baik dengan nilai rerata 83,59%, sementara tingkat kecemasan secara keseluruhan berada dalam kategori tidak cemas dengan nilai rerata 5,45. Hasil analisis SPSS menunjukan nilai p-value 0,443>0,005, dan nilai koefisien korelasi -0,098. Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan mengenai COVID-19 dan tingkat kecemasan dokter gigi dalam menghadapi pandemi COVID-19.Kata kunci: Pengetahuan; kecemasan; dokter gigi; COVID-19; GAD-7 ABSTRACTIntroduction: Dentist is a profession that is vulnerable to coronavirus disease 19(COVID-19) infection. The worldwide spread of COVID-19 is causing anxiety among the public and medical workers. One of the factors that influence anxiety is knowledge.  In this case, lack of knowledge of COVID-19 was thought to be closely related to dentist’s anxiety when facing the COVID-19. This study aimed on determining whether there is a relationship between the knowledge level of COVID-19 with the anxiety level of dental health care workers in facing the COVID-19 pandemic. Methods: This analytic correlational study was conducted by using a cross-sectional method and Spearman’s rank correlation test. Sixty-four dentists of Rumah Sakit Gigi dan Mulut(RSGM) Unpad, with a purposive sampling technique were used as sample. A questionnaire about COVID-19 and modified Generalized Anxiety Disorder-7(GAD-7) were used as instruments. Data was collected online via google form. Results: The knowledge level of dental health care workers about COVID-19 was in a good category with an average level of 83.59%, while the anxiety level mean was in not anxious category with an average level of 5,45. The result of SPSS analysis showed 0.443>0.005 as the amount of p-value, while the correlation coefficient was in the amount of -0.098. Conclusion: There’s no relationship between the knowledge level of COVID-19 with the anxiety level of dental health care workers in facing the COVID-19 pandemic.  Keywords: Knowledge; anxiety; dentist; COVID-19; GAD-7
Tingkat pengetahuan dokter gigi mengenai deteksi dini karsinoma sel skuamosa rongga mulut Knowledge level of dentists about early detection and diagnosis of oral squamous cell carcinoma Gostry Aldica Dohude; Rizki Ramaliah
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 6, No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v6i2.39540

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Karsinoma sel skuamosa rongga mulut (KSSRM) merupakan neoplasma ganas epitelial yang menunjukkan diferensiasi sel skuamosa ditandai dengan adanya pembentukan keratin. Insidensi kanker mulut masih terus meningkat dan hampir semua penderita kanker mulut ditemukan ketika sudah berada pada stadium lanjut. Salah satu faktor yang dapat menimbulkan keterlambatan diagnosis ini adalah dokter gigi yang kurang teliti dalam pemeriksaan rutin rongga mulut atau tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keganasan di rongga mulut. Deteksi dini kanker mulut  akan memperlama kelangsungan hidup pasien dan prognosis menjadi lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan dokter gigi mengenai deteksi dini dan diagnosis karsinoma sel skuamosa rongga mulut. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner online kepada 106 dokter gigi di Kota Medan. Responden dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu responden yang diteliti berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Hasil: Sebanyak 56,6% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 41,1% responden memiliki tingkat pengetahuan yang cukup dan 2,7% responden memiliki tingkat pengetahuan kurang/rendah. Simpulan: Pengetahuan dokter gigi mengenai deteksi dini dan diagnosis KSSRM sudah termasuk dalam kategori baik, namun terdapat beberapa responden yang memiliki pengetahuan cukup hingga kurang. Kata kunci: OSCC ; deteksi dini; pengetahuan; dokter gigi ABSTRACTIntroduction: Squamous cell carcinoma is an epithelial malignant neoplasm that shows squamous cell differentiation characterized by the formation of keratin. The incidence of oral cancer is still increasing and almost all oral cancer patients are found when they are at an advanced stage. One of the factors that can cause this delay in diagnosis is the dentist who is not careful in routine oral examinations or does not have sufficient knowledge about malignancies in the oral cavity. In fact, if oral cancer is detected early, it will prolong the patient’s survival and the prognosis will be better. This study aims to describe the level of knowledge of dentists regarding the early detection and diagnosis of squamous cell carcinoma of the oral cavity. Methods: This study was conducted using an online questionnaire to 106 dentists in the city of Medan. Respondents were selected using a purposive sampling technique, namely respondents who were studied based on predetermined criteria. Results: From the results of this research, as many as 56.6% of respondents have a good level of knowledge, 41.1% of respondents who have a sufficient level of knowledge and 2.7% of respondents who have a low level of knowledge. Conclusions: Dentists’ knowledge of early detection and diagnosis of OSCC is included in the good category, although there are some respondents who have sufficient to less knowledge.Keywords: Early detection of OSCC; knowledge; dentist
Nilai facial index berdasarkan klasifikasi maloklusi angle pada sub ras deuteromelayuFacial index value based on angle’s classification of malocclusion on deuteromalay subrace Wafa Hanifah; Avi Laviana; Yuliawati Zenab
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 6, No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v6i2.32426

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Perawatan ortodonti bertujuan untuk mencapai oklusi yang ideal dengan konfigurasi wajah yang harmonis. Proporsi ideal wajah pada masyarakat suatu daerah harus diketahui untuk digunakan sebagai sumber data dalam menegakkan diagnosis dan membuat rencana perawatan yang tepat agar perawatan ortodonti memperoleh hasil terbaik. Tujuan penelitian ini adalah mengukur nilai facial index berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle pada Sub ras Deuteromelayu. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian yaitu mahasiswa Program Studi Sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran sub ras Deuteromelayu. Metode pengambilan sampel yaitu total sampling dengan kriteria inklusi sampel berasal dari keturunan Suku Aceh, Suku Minangkabau, Suku Sunda, Suku Jawa, Suku Bali, Suku Bugis, dan Suku Makassar. Nilai facial index dihitung dari tinggi wajah dibagi lebar wajah lalu dikali 100. Hasil: Jumlah sampel total 115 orang, terdiri dari 17 pria dan 98 wanita. Data nilai facial index berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle pada penelitian ini untuk pria terdapat 6 sub kelas maloklusi dengan 4 tipe wajah yang berbeda, sementara untuk wanita terdapat 6 sub kelas maloklusi dengan 5 tipe wajah yang berbeda. Klasifikasi Maloklusi Angle yang terbanyak pada pria dan wanita yaitu Kelas I Tipe 1 dan tipe wajah terbanyak yaitu mesoprosopic pada pria dan euryprosopic pada wanita. Rerata nilai facial index pada pria adalah 87,28 dan wanita adalah 84,16. Simpulan: Nilai facial index berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle pada sub ras Deuteromelayu yang terbanyak pada pria yaitu Kelas I Tipe 1 dengan tipe wajah mesoprosopic dan leptoprosopic, dan pada wanita Kelas I Tipe 1 dengan tipe wajah euryprosopic.Kata kunci: Maloklusi; Nilai facial index; Sub Ras Deuteromelayu ABSTRACTIntroduction: Orthodontic treatment aims to achieve an ideal occlusion and a harmonious facial configuration. The ideal proportion of face in various area must be known for a data source in establishing a diagnosis and making the right treatment plan so that the orthodontic treatment achieves the best results. This study aimed to measure facial index based on Angle’s classification of malocclusion on Deuteromalay Subrace. Method: This research was a descriptive study with cross sectional approached. The research population were undergraduate students of Faculty of Dentistry, Padjadjaran University, Deuteromalay Subrace. The sampling method was total sampling with the inclusion criteria of samples were the descendants of the Acehnese, Minangkabau, Sundanese, Javanese, Balinese, Bugis, and Makassar ethnic groups. The facial index value was calculated from the height of the face divided by the width and then multiplied by 100. Results: The total sample was 115 people consisting of 17 men and 98 women. The facial index value data based on Angle’s classification of malocclusion in this study for men was 6 malocclusion subclasses with 4 different facial types, for women was 6 malocclusion subclasses with 5 different facial types. The most Angle’s classification of malocclusion in men and women were class I type 1 and the most facial types were mesoprosopic in men and euryprosopic in women. The average facial index in men was 87.28 and women was 84.16. Conclusions: The most facial type in men was mesoprosopic and euryprosopic in women, the most Angle’s classification of malocclusion was Class I Type 1.Keywords: Malocclussion; Facial Index; Deuteromayal subrace
Efektivitas ekstrak daun cocor bebek (kalanchoe pinnata) terhadap waktu perdarahan (bleeding time) pada ekor mencit strain balb-cEffectiveness of kalanchoe pinnata leaf extract on bleeding time in the tail of balb-c mice strain Zainul Cholid; Rendra Chriestedy Prasetya; Benedicta Regina Phoebe Sukamto
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 6, No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v6i2.39618

Abstract

ABSTRAKPendahuluan : Pembedahan dalam kedokteran gigi dapat menyebabkan suatu komplikasi seperti perdarahan. Daun cocor bebek berpotensi sebagai agen hemostasis karena mengandung flavonoid, tanin, saponin yang berperan dalam menghentikan perdarahan. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun cocor bebek terhadap waktu perdarahan pada ekor mencit strain balb-c. Metode:  Jenis penelitian eksperimen laboratoris dengan rancangan penelitian the post test only control group design. 20 ekor mencit diadaptasikan selama satu minggu, dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok kontrol negatif (K-) disondase Na-CMC 0,5%, kelompok kontrol positif (K+) disondase asam traneksamat dosis 0,065 mg/gr BB mencit, kelompok perlakuan disondase ekstrak daun cocor bebek dan dibagi menjadi 3 sub kelompok dosis 0,1 mg/gr BB mencit (P1), dosis 0,2 mg/gr BB mencit (P2), dosis 0,3 mg/gr BB  mencit (P3) dalam Na-CMC 0,5%. Mencit dipuasakan selama 7 jam sebelum pemberian sondase, setelah 1 jam pemberian, dilakukan pemotongan sepanjang 0,5 cm dari ujung ekor. Darah diteteskan pada kertas whatman dengan waktu 30 detik per kotak. Data dianalisis dengan uji Kruskall Wallis dan Mann Whitney. Hasil: Rata-rata waktu perdarahan K-, K+, P1, P2, P3 adalah 7,750 menit, 3,875 menit, 5,250 menit, 3,750 menit, 4,250 menit. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan signifikansi 0,015 (p<0,05) sehingga terdapat perbedaan pada seluruh kelompok. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan perbedaan signifikan antara kelompok K+, P1, P2, P3 dengan K- (p<0,05) sedangkan pada kelompok K+, P1, P2, P3 tidak berbeda signifikan (p>0,05). Simpulan: Ekstrak daun cocor bebek efektif dalam memperpendek waktu perdarahan pada ekor mencit strain balb-cKata Kunci : Kalanchoe;  waktu perdarahan ; hemostasis ABSTRACTIntroduction: Surgery in dentistry can cause bleeding complications. Cocor bebek leaves have the potential as a hemostatic agent because they contain flavonoids, tannins, saponins that can stop bleeding. This study aims to determine effectiveness of cocor bebek leaf extract on bleeding time in balb-c mice strain tails. Methods: This type of research is a laboratory experiment with the post test only control group design. 20 mices were adapted for one week then divided into 3 groups. Negative control group was given 0.5% Na-CMC (K-), positive control group was given tranexamic acid at a dose of 0.065 mg/gr BW (K+), treatment group was given cocor bebek leaf extract and divided into 3 sub-groups at a dose of 0.1 mg/gr BW (P1), 0.2 mg/gr BW (P2), 0.3 mg/gr BW (P3) in 0.5% Na-CMC. Mice were fasted for 7 hours before giving sondase, After 1 hour of administration, 0.5cm length was cut from tail tip. Blood was dripped on whatman paper for 30 seconds/box. Data were analyzed by Kruskall Wallis and Mann Whitney test. Results: Average bleeding time for K-, K+, P1, P2, P3 was 7,750 minutes, 3,875 minutes, 5,250 minutes, 3,750 minutes, 4,250 minutes. Results of Kruskal Wallis test showed a significance of 0.015 (p<0.05) so that there were differences in all groups. Results of Mann Whitney test showed a significant difference between the K+, P1, P2, P3 and K- groups (p<0.05) while the K+, P1, P2, P3 groups were not significantly different (p>0.05). Conclusion: Cocor bebek leaf extract was effective in shortening the bleeding time in the tails of balb-c mice strainKeywords: Kalanchoe; bleeding time; homeostasis

Page 1 of 2 | Total Record : 12