cover
Contact Name
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students
Contact Email
jurnal.fkg@unpad.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.fkg@unpad.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students
ISSN : 26569868     EISSN : 2656985X     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students adalah open access journal berbahasa Indonesia, yang menerbitkan artikel penelitian dari para peneliti pemula dan mahasiswa di semua bidang ilmu dan pengembangan dasar kesehatan gigi dan mulut melalui pendekatan interdisipliner dan multidisiplin. Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran dua kali setahun, setiap bulan Februari dan Oktober. Bidang cakupan Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students adalah semua bidang ilmu kedokteran gigi, yaitu biologi oral; ilmu dan teknologi material gigi; bedah mulut dan maksilofasial; ilmu kedokteran gigi anak; ilmu kesehatan gigi masyarakat, epidemiologi, dan ilmu kedokteran gigi pencegahan; konservasi gigi, endodontik, dan kedokteran gigi operatif; periodonsia; prostodonsia; ortodonsia; ilmu penyakit mulut; radiologi kedokteran gigi dan maksilofasial; serta perkembangan dan ilmu kedokteran gigi dari pendekatan ilmu lainnya. Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students mengakomodasi seluruh karya peneliti pemula dan mahasiswa kedokteran gigi untuk menjadi acuan pembelajaran penulisan ilmiah akademisi kedokteran gigi.
Arjuna Subject : -
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol 8, No 2 (2024): Juni 2024" : 15 Documents clear
The effect of sandblasting surface treatment on shear bond strength between acrylic denture teeth and thermoplastic nylon denture base Barus, Ghea Primta; Nasution, Hubban
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 8, No 2 (2024): Juni 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v8i2.55225

Abstract

Thermoplastic nylon has been introduced in dentistry as a material for denture bases since 1950’s. Thermoplastic nylon has become a popular alternative for denture fabrication, which provides better aesthetics and several advantages. Unfortunately, thermoplastic nylon has insufficient shear bond strength with acrylic resin, causing the acrylic denture teeth to often debond from the thermoplastic nylon denture base. Sandblasting is suggested can be used to increase shear bond strength between artificial teeth and denture bases. This study aims-to evaluate the effect of sandblasting surface treatment on shear bond strength between acrylic denture teeth and thermoplastic nylon denture base. Four groups with different aluminum oxide particle sizes (No treatment, 50 μm, 110 μm, 250 μm) were used in this study (n=8). A universal testing machine was used to test the specimens. The data were analyzed using the One-way ANOVA test. One-way ANOVA showed a statistically significant difference between groups (P < 0.001). There is an effect of sandblasting surface treatment on shear bond strength between acrylic denture teeth and thermoplastic nylon denture base. Sandblasting with 250 μm aluminum oxide showed the best result than another group. KEY WORDS: shear bond strength, sandblasting, acrylic denture teeth, thermoplastic nylon, denture base.
Kebiasaan buruk oral yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial anak: ulasan sistematik Suherlyas, Calla Aurelia; Indriyanti, Ratna; Musnawirman, Iwan Ahmad
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 8, No 2 (2024): Juni 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v8i2.54097

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Tumbuh kembang kraniofasial merupakan proses yang penting bagi anak karena dapat memengaruhi fungsional dan penampilan anak. Kebiasaan buruk oral dapat memengaruhi masa pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial serta dapat menyebabkan penyimpangan seperti maloklusi. Jika tidak segera dilakukan perawatan, maloklusi pada usia anak dapat semakin berkembang ke arah yang buruk. Tinjauan sistematik dilakukan untuk mengetahui kebiasaan buruk oral apa saja yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial anak pada usia sekolah dan penyimpangan yang cenderung terjadi akibat kebiasaan buruk oral, baik secara skeletal ataupun dental. Metode: Artikel yang didapatkan dari 4 database elektronik dianalisis dengan panduan PRISMA 2020. Penilaian risk of bias dilakukan dengan menggunakan QUADAS -2. Hasil: Terdapat 8 artikel yang digunakan sebagai referensi pada tinjauan sistematik ini. Kebiasaan buruk oral pada anak usia sekolah yang diteliti dari beberapa artikel tersebut adalah mouth breathing, atypical swallowing/ tongue thrusting, menggigit kuku, menggigit pena, mengisap ibu jari, mengisap bibir, dan mengisap dot. Secara keseluruhan, penyimpangan yang cenderung terjadi pada anak yang memiliki kebiasaan buruk oral adalah penyimpangan pada gigi geligi. Pada anak dengan kebiasaan bernafas melalui mulut, mengisap ibu jari, dan mengisap bibir, penyimpangan yang cenderung terjadi adalah penyimpangan secara dentoskeletal. Simpulan: Penyimpangan yang cenderung terjadi pada anak dengan kebiasaan buruk oral adalah secara dental berupa maloklusi molar kelas I, sementara penyimpangan secara skeletal cenderung hanya terjadi pada anak dengan kebiasaan bernafas melalui mulut, mengisap ibu jari, dan mengisap bibir. Tinjauan sistematik ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan tatalaksana pada anak dengan kebiasaan buruk oral yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial. Oral bad habit that can affect children’s craniofacial growth and development: a systematic reviewIntroduction: Craniofacial growth and development is an essential process for children as it impacts both mastication and children's appearance. Bad oral habits can interfere with this process and cause deviations in craniofacial growth and development, such as malocclusion. If not treated promptly, childhood malocclusion can worsen over time. This systematic review aimed to discover the oral habits that can affect craniofacial growth and development in school-aged children and to determine the skeletal and dental deviations that tend to occur due to these habits. Methods: The article obtained from 4 electronic databases was analyzed following the PRISMA guidelines. The risk of bias was assessed using QUADAS -2. Results: Eight articles were used in this systematic review. The bad oral habits of school-aged children examined in  these studies include mouth breathing, atypical swallowing/ tongue thrusting, onychophagia, biting pen, thumb sucking, lip sucking, and pacifier sucking. In general, dental malocclusion tends to occur in children with these bad oral habits. In children with mouth-breathing habits, thumb sucking, and lip sucking, both dental and skeletal malocclusions tend to occur. Conclusion: The deviations that tend to occur in school-aged children with bad oral habits are primarily dental, often manifesting as Angle Class I molar malocclusion. Skeletal deviations are more likely to occur only in children with mouth-breathing, thumb-sucking, and lip-sucking habits. This systematic review is expected to serve as a useful reference for treating children with bad oral habits that may affect craniofacial growth and development.
Distribusi frekuensi hipokalsifikasi gigi tetap pada penyandang sindrom down: studi cross-sectional Budiman, Amelia Ambarwati; Andisetyanto, Prima; Soewondo, Willyanti
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 8, No 2 (2024): Juni 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v8i2.54130

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Sindrom Down (Trisomi 21) merupakan kelainan genetik yaitu adanya kromosom ekstra pada kromosom 21. Kelainan pada penyandang Sindrom Down dapat memengaruhi berbagai faktor dan memiliki ciri fisik yang khas, salah satunya adalah anomali gigi, termasuk kelainan struktur email gigi yaitu hipokalsifikasi email. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi frekuensi hipokalsifikasi gigi tetap pada penyandang Sindrom Down. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei cross-sectional. Subjek yang diperoleh dengan metode accidental sampling menghasilkan sebanyak 30 anak penyandang Sindrom Down dari Yayasan POTADS, terdiri dari 13 laki-laki dan 17 perempuan. Anak penyandang Sindrom Down adalah anak yang telah didiagnosis mengalami Sindrom Down oleh dokter anak. Hipokalsifikasi email merupakan kelainan struktur email yaitu adanya bercak tidak tembus cahaya, buram sampai berwarna keputihan, dan berwarna kecoklatan. Pemeriksaan hipokalsifikasi email dapat dilakukan melalui pemeriksaan klinis dengan pencahayaan yang cukup. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil: Frekuensi hipokalsifikasi email pada gigi tetap penyandang Sindrom Down sebesar 33,33%; terdiri dari 26,67% pada gigi insisivus sentral, 3,33% pada gigi molar pertama, dan 3,33% pada gigi insisivus sentral dan molar pertama. Berdasarkan jenis kelamin 13,33% pada laki-laki dan 20% pada perempuan, berdasarkan usia 3,33% pada 7 tahun, 6,67% pada 11 tahun, 3,33% pada 12 tahun, 3,33% pada 13 tahun, 3,33% pada 14 tahun, 6,67% pada 17 tahun, 3,33% pada 21 tahun, dan 3,33% pada 22 tahun. Simpulan: Distribusi frekuensi hipokalsifikasi email pada gigi tetap penyandang Sindrom Down sebesar 33,33%, Hipokalsifikasi paling banyak terjadi pada gigi insisivus sentral dan lebih banyak terjadi pada penderita berjenis kelamin perempuan. Frequency distribution of hypocalcification on permanent teeth in people with down syndrome at POTADS Bandung Foundation: a cross-sectional studyIntroduction: Down Syndrome (Trisomy 21) is a genetic disorder, namely the presence of an extra chromosome on chromosome 21. Abnormalities in people with Down Syndrome can influence various factors and have distinctive physical characteristics, one of which is dental anomalies, including abnormalities in the structure of tooth enamel, enamel hypocalcification. The aim of this study was to determine the frequency distribution of hypocalcification of permanent teeth in people with Down Syndrome. Methods: This research uses descriptive methods with cross-sectional survey techniques. Subjects were obtained using the accidental sampling method, resulting in 30 children with Down Syndrome from POTADS Foundation, consisting of 13 boys and 17 girls. All children had been diagnosed with Down Syndrome by a pediatrician. Enamel hypocalcification is an abnormality in the structure of the enamel, characterized by the presence of opaque to whitish and brownish spots. Examination of enamel hypocalcification can be done through clinical examination with sufficient lighting. Data analysis used frequency dstribution. Results: The frequency of enamel hypocalcification on permanent teeth of people with Down Syndrome was 33.33%; consisting of 26.67% in central incisors, 3.33% in first molars, and 3.33% in central incisors and first molars. Distribution by gender showed 13.33% in boys and 20% in girls, based on age 3.33% at 7 years, 6.67% at 11 years, 3.33% at 12 years, 3.33% at 13 years, 3.33% at 14 years, 6.67% at 17 years, 3.33% at 21 years, and 3.33% at 22 years. Conclusions: The frequency distribution of enamel hypocalcification in the permanent teeth of individuals with Down Syndrome in Bandung was 33.33%. Hypocalcification was most common in central incisors and more prevalent in women.
Perbedaan penilaian kedalaman karies proksimal antara radiografi bitewing dan radiografi periapikal teknik bisekting: studi experimental Rahmadani, Shafira Wulan; Prasetyarini, Swasthi; Supriyadi, Supriyadi
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 8, No 2 (2024): Juni 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v8i2.56517

Abstract

ABSTRAKPendahuluan:  Lokasi karies yang tidak mudah dijangkau seperti daerah proksimal gigi akan sukar diperiksa secara klinis sehingga dapat menggunakan pemeriksaan radiografis. Radiografi intraoral yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah radiografi periapikal dan radiografi bitewing. Pada radiografi periapikal dapat dilakukan dengan dua teknik pengambilan, yaitu dengan teknik paralel dan bisekting. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui perbedaan nilai kedalaman karies proksimal antara radiografi bitewing dan radiografi periapikal teknik bisekting. Metode: Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian true experimental dengan desain post test only control design. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 20 gigi yang dibuat karies. Gigi yang karies dilakukan radiografi dengan dua teknik yang berbeda, yaitu radiografi bitewing dan radiografi periapikal dengan teknik bisekting. Pengukuran kedalaman karies pada radiograf menggunakan aplikasi ImageJ. Pengukuran dilakukan pada semua hasil radiograf dengan kedua teknik yang hasilnya diubah menjadi gambar digital. Kedalaman karies diukur dari dari titik pertemuan garis terluar dan garis oklusal karies sampai ke titik terdekat karies dengan tanduk pulpa menggunakan satuan milimeter. Hasil: Pada radiograf bitewing memiliki nilai kedalaman karies yang terkecil sebesar 2,872 mm dan terbesar 4,692 mm, sedangkan pada radiograf periapikal nilai terkecil sebesar 3,213 mm dan terbesar 4,820 mm. Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai kedalaman karies proksimal antara pemeriksaan radiografi bitewing dan radiografi periapikal teknik bisekting.KATA KUNCI: Karies proksimal, radiografi bitewing, radiografi periapikal, teknik bisekting.Differences in proximal caries depth assessment between bitewing radiography and bisecting technique periapical radiography: experimental studyABSTRACTIntroduction:  Caries locations that are not easily accessible such as the proximal region of the tooth will be difficult to examine clinically so that radiographic examination can be used. Intraoral radiographs used in dentistry are periapical radiographs and bitewing radiographs. In periapical radiography can be done with two retrieval techniques, namely with parallel and bisecting techniques. The purpose of this study was to determine the difference in the value of proximal caries depth between bitewing radiography and bisecting technique periapical radiography. Methods: The type of research used is true experimental research with post test only control design. This study used a sample of 20 teeth that were made carious. Carious teeth were radiographed with two different techniques, namely bitewing radiography and periapical radiography with bisecting technique. Measurement of caries depth on radiographs using the ImageJ application. Measurements were made on all radiograph results with both techniques whose results were converted into digital images. Caries depth is measured from the meeting point of the outer line and occlusal line of caries to the closest point of caries to the pulp horn using millimeters. Results: On bitewing radiographs, the smallest caries depth value was 2.872 mm and the largest was 4.692 mm, while on periapical radiographs the smallest value was 3.213 mm and the largest was 4.820 mm. Conclusion: Based on the results of the research that has been carried out, it can be concluded that there is a difference in the value of proximal caries depth between bitewing radiographic examination and periapical radiographic bisection technique.KEY WORDS: Proximal caries, bitewing radiograph, periapical radiograph, bisecting technique.
Aktivitas antibakteri fraksi etanol Capsicum annuum L. (cabai merah rawit domba) terhadap Streptococcus mutans ATCC 25175: Studi eksperimental Garinanda, Yasmine Aliyah; Yohana, Winny; Pramesti, Hening Tjaturina
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 8, No 2 (2024): Juni 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v8i2.55925

Abstract

Pendahuluan: Karies gigi adalah infeksi bakteri pada rongga mulut yang mengakibatkan kerusakan lokal pada struktur gigi. Salah satu bakteri penyebab karies adalah Streptococcus mutans sehingga pengontrolan pertumbuhan bakteri ini diduga menurunkan risiko karies. Capsicum annuum L. (Cabai Merah Rawit Domba) diyakini memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas antibakteri, konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bakterisidal minimum (KBM) fraksi etanol C. annum (FECA) terhadap S. mutans ATCC 25175 secara in vitro. Metode: Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris menggunakan metode pengenceran seri dengan Chlorhexidine Gluconate 0,2% sebagai kontrol positif dan campuran media Brain Heart Infusion Broth dan suspensi S. mutans sebagai kontrol negatif. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik Mann-Whitney. Hasil: FECA pada konsentrasi 0.625-900 mg/ml tidak menghambat pertumbuhan S. mutans. Tidak terdapat perbedaan rata-rata absorbansi yang signifikan antara FECA pada konsentrasi 0.625-900 mg/ml dan kontrol negatif berdasarkan uji Mann Whitney. Terdapat pertumbuhan koloni S. mutans pada subkultur FECA pada konsentrasi 50-900 mg/ml di media Brain Heart Infusion Agar. Simpulan: Fraksi etanol C. annuum varietas Cabai Merah Rawit Domba Kabupaten Pangalengan tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. mutans ATCC 25175.

Page 2 of 2 | Total Record : 15