cover
Contact Name
Basori
Contact Email
tjakbasori@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
suarbetangbbkalteng@gmail.com
Editorial Address
http://suarbetang.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/BETANG
Location
Kota palangkaraya,
Kalimantan tengah
INDONESIA
Suar Betang
ISSN : 19075650     EISSN : 26864975     DOI : 10.26499/surbet.v14i1.91
Core Subject : Education,
SUAR BETANG is a journal that publishes articles in the study of literature, linguistics, and language teaching. This journal will be consumed by litterateur, linguists, researchers, university lecturers in language teaching, students in linguistics, language teachers, journalists, and other professionals. All articles in SUAR BETANG have passed reviewing process by peer reviewers and edited by editors. SUAR BETANG is published by Balai Bahasa Kalimantan Tengah twice a year, in June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol 16, No 1 (2021): Juni 2021" : 11 Documents clear
Perbandingan Cerita Rakyat "Terjadinya Bukit Tangkiling" dan "Tangkuban Perahu": Sebuah Pendekatan Struktural NFN Kambang
SUAR BETANG Vol 16, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v16i1.240

Abstract

This paper aims to compare two folklores, Terjadinya Bukit Tangkiling and Tangkuban Perahu, based on structuralism. These folktale come from two different area. The story of Bukit Tangkiling from the area of Central Kalimantan and Tangkuban Perahu from West Java. These folklores tell the story of a central character who runs away from home as a result of being hit by his mother. That character then grows up and eventually falls in love with his own biological mother. The aim of this writing is to compare Bukit Tangkiling and Tangkupan Perahu in order to reveal who is the first to quote or transform from these two stories. The method used is a qualitative method. The analysis is to reveal the differences and similarities of the central figures in those folklores. The writer found that those stories contain several similarities and events: names of characters, settings, plot and subthemes.AbstrakTulisan ini bertujuan membandingkan cerita rakyat “Terjadinya Bukit Tangkiling” dan “Tangkuban Perahu” dengan pendekatan strukturalisme. Dua cerita rakyat tersebut berasal dari daerah yang berbeda. “Bukit Tangkiling” dari Kalimantan Tengah dan “Tangkuban Perahu” dari Jawa Barat. Dua cerita rakyat itu sama-sama mengisahkan tokoh sentral yang lari dari rumah akibat kepalanya dipukul oleh ibunya. Setelah tumbuh dewasa, tokoh sentral itu jatuh cinta kepada ibu kandungnya sendiri. Dari penulisan ini diharapkan diketahui cerita apa yang mengungkapkan kutipan terlebih dahulu atau mentransformasikan jalan cerita. Metode penulisan ini adalah metode kualitatif. Analisis dilakukan untuk mengungkap perbedaan dan persamaan melalui tokoh sentral yang ada di dalam cerita rakyat tersebut. Penulis menyimpulkan bahwa terdapat beberapa persamaan peristiwa, seperti nama tokoh, latar, alur, dan subtema. 
Metafora Konseptual Cinta dalam Lirik Lagu Taylor Swift di Album 1989 NFN Irwansyah
SUAR BETANG Vol 16, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v16i1.213

Abstract

This study describes the conceptual metaphors of love in the lyrics of Taylor Swift's 1989 album. The purpose of this study is to describe the use of metaphors and conceptualize love-themed data. This research uses descriptive qualitative method with proficient free listening technique by taking song lyrics from Taylor Swift. The data source is song lyrics in Taylor Swift's 1989 album. The selection of the data sources is motivated by the fact that Taylor Swift is a singer who produces songs based on personal experiences. This makes the puns for the song more beautiful and poetic. The results show that the conceptualization of love metaphors found on Taylor Swift's 1989 album namely (1) love is a game, (2) love is fire, (3) heartbreak is the national anthem, (4) love is the object of trouble, (5) love is the throne, (6) love as glassware, (7) love as an object of color, (8) love is journey, (9) love is a sin, (10) love as a ship object, (11) love is life, (12) love is a trap, (13) love as an object falls, (14) love as an intoxicating object, (15) love is power and (16)  love as an object is hunted.AbstrakPenelitian ini mendeskripsikan metafora konseptual cinta dalam lirik lagu Taylor Swift di album 1989. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan metafora dan mengonseptualisasikan data yang bertema cinta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik simak bebas libat cakap dengan mengambil lirik lagu dari Taylor Swift. Sumber data yang digunakan ialah lirik-lirik lagu pada album 1989 milik Taylor Swift. Pemilihan sumber data dilatarbelakangi bahwa Taylor Swift seorang penyanyi yang menghasilkan lagu berdasarkan pengalaman pribadi bersama pasangannya. Hal ini memunculkan permainan kata-kata yang terkesan lebih indah dan puitis. Hasil identifikasi menunjukkan konseptualisasi metafora cinta yang ditemukan pada album 1989 milik Taylor Swift antara lain (1) cinta adalah permainan, (2) cinta adalah api, (3) patah hati adalah lagu kebangsaan, (4) cinta sebagai objek masalah, (5) cinta adalah takhta, (6) cinta sebagai barang pecah belah, (7) cinta sebagai objek warna, (8) cinta adalah perjalanan, (9) cinta sebagai perbuatan dosa, (10) cinta sebagai objek kapal, (11) cinta adalah kehidupan, (12) cinta adalah perangkap, (13) cinta sebagai objek yang jatuh, (14) cinta sebagai objek yang memabukkan, (15) cinta adalah kekuatan, dan (16) cinta sebagai objek yang diburu.
Kekerasan Verbal dalam Merespons Status dan Komentar Politik di Media Sosial dan Implikasinya terhadap Kesantunan Berbahasa Duddy Zein; NFN Wagiati
SUAR BETANG Vol 16, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v16i1.231

Abstract

This paper is entitled "Verbal Violence in Responding to Status and Political Comments on Social Media and Its Implications to Language Politeness". This study examines patterns of verbal violence displayed by supporters of candidate pairs in responding to political discourse on the 2019 presidential election. The focus of the study is about mass communication which shows the existence of verbal violence and its implications for language politeness. This research uses a descriptive method. The data analyzed in this research are comments, status, and tweets as response from netizens who support presidential candidate pairs in the 2019 presidential election. Data is taken from several social media, such as Facebook, Twitter, Instagram, Line, and Whatsapp. Determination of the research object is done with purposive considerations. The results showed that (1) on various occasions on social media, supporters of each pair of candidates dominantly use expressive speech acts; (2) supporters of candidate pairs often violate the principles of politeness, namely violating the maxims of wisdom, generosity, praise, humility, agreement, and sympathy; (3) the existence of verbal violence is caused by messages conveyed through social media which tend to be free, without having to go through the gate keeper process.AbstrakTulisan ini berjudul “Kekerasan Verbal dalam Merespons Status dan Komentar Politik di Media Sosial dan Implikasinya terhadap Kesantunan Berbahasa”. Penelitian ini mengkaji pola-pola kekerasan verbal yang ditampilkan oleh para pendukung pasangan calon dalam merespons wacana politik pemilihan presiden pada tahun 2019. Fokus kajian pada penelitian ini adalah komunikasi massa yang memperlihatkan adanya kekerasan verbal dan implikasinya terhadap kesantunan berbahasa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Data yang dianalisis dalam penelitin ini berupa komentar, status, dan tweet sebagai respons dari netizen pendukung pasangan calon presiden pada pemilihan presiden tahun 2019 terhadap wacana politik pilpres tersebut. Data diambil dari beberapa media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, Line, dan Whatsapp. Penentuan objek penelitian dilakukan dengan pertimbangan purposif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) dalam berbagai kesempatan di media sosial, para pendukung setiap pasangan calon secara dominan menggunakan tindak tutur ekspresif; (2) para pendukung paslon kerap kali melanggar prinsip-prinsip kesantunan, yaitu pelanggaran terhadap maksim kearifan, kedermawanan, pujian, kerendahan hati, kesepakatan, dan kesimpatian; (3) adanya kekerasan verbal disebabkan oleh pesan yang disampaikan lewat media sosial cenderung bebas, tanpa harus melalui proses gate keeper.
Pengungkapan Emosi Kekecewaan pada Anak Usia 1—3 Tahun: Sebuah Kajian Psikolinguistik Elen Azmiati; NFN Nuryani
SUAR BETANG Vol 16, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v16i1.214

Abstract

This study describes the expressions of disappointment in 1—3 years children in a psycholinguistic perspective. The purpose of this study is to identify, analyze, and describe the language or speech spoken by children when they expressing disappointment. The method used is descriptive qualitative analysis using the theory of children's language acquisition in the field of phonology and syntax. Conversation data is obtained naturally by recording events when children experience disappointment. The results of the analysis show that children tend to express expressions of disappointment through non-verbal language in the form of roaring, screaming, and crying accompanied by explanatory speech. At the phonological level, children first master vowel sounds and several consonant sounds, such as p, b, m, n, and h. At the syntactic level, children aged 1; 4 (1 year; 4 months) have just mastered verbs and nouns. Children aged 2; 0 is able to speak two words that fall into the category of verbs, nouns, pronouns, and negative expressions. Children aged 2: 9 are able to speak two or more words that fall into the noun, verb, adjective, or adverb category. AbstrakPenelitian ini memaparkan pengungkapan kekecewaan pada anak usia 1—3 tahun dari kacamata psikolinguistik. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mendeskripsikan bahasa atau tuturan yang dituturkan oleh anak-anak ketika dia mengalami kekecewaan. Metode yang digunakan adalah analisis kualitatif deskriptif dengan menggunakan teori pemerolehan bahasa anak dalam bidang fonologi dan sintaksis. Data percakapan diperoleh secara natural dengan cara merekam kejadiaan saat anak mengalami kekecewaan. Hasil analisis menunjukkan anak cenderung mengungkapkan ekspresi kekecewaan melalui bahasa nonverbal berupa raungan, teriakan, hingga tangisan yang disertai tuturan penjelas. Pada tataran Fonologi, anak lebih dahulu menguasai bunyi-bunyi vokal dan beberapa bunyi konsonan, seperti p, b, m, n, dan h. Pada tataran Sintaksis, anak usia 1; 4 (1 tahun; 4 bulan) baru menguasai verba dan nomina. Anak usia 2; 0 sudah mampu menuturkan dua kata yang masuk dalam kategori verba, nomina, pronomina, serta ungkapan negatif. Anak usia 2; 9 sudah mampu menuturkan dua atau lebih kata yang masuk kategori nomina, verba, adjektiva, atau adverbia.
Tindak Tutur Perlokusi dalam Novel Indigo Stories Karya Hanamizuki Mega Ferdian Achsani
SUAR BETANG Vol 16, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v16i1.235

Abstract

This study aims to describe the form of perlocutionary speech acts found in the novel Indigo Stories. Thi is a qualitative descriptive research. The process of obtaining data was carried out through a documentation study which included reading techniques. The writer reads the novel over and over again and marks the parts of the dialogue that show it as a form of perlocutionary speech act using Searle's speech act theory. The results showed that there were several perlocutionary utterances in the Indigo Stories, such as representative, directive, expressive, commissive and declarative speech. The results showed that the most dominant type of speech found was directive which was marked by data findings of 37.86%. The type of directive speech that is mostly found is the form of speech to ask. Meanwhile, the least number of speeches found was the type of declarative speech, which was indicated by data findings of 6.25%. In this type of speech, only prohibiting speech forms are found. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk tindak tutur perlokusi yang terdapat pada novel Indigo Stories. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan teknik baca. Penulis membaca novel secara berkali-kali dan menandai bagian-bagian dialog yang menunjukkan sebagai bentuk tindak tutur perlokusi dengan menggunakan teori tindak tutur Searle. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan beberapa bentuk tuturan perlokusi pada novel Indigo Stories, seperti tuturan representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis tuturan yang paling dominan ditemukan adalah direktif, yaitu sebanyak 37,86%. Jenis tuturan direktif yang paling banyak ditemukan adalah bentuk tuturan meminta. Sementara itu, tuturan yang paling sedikit ditemukan adalah jenis tuturan deklaratif, yaitu sebanyak 6,25%.  Pada jenis tuturan ini hanya ditemukan bentuk tuturan melarang.
Pengantar Redaksi dan Ucapan Terima Kasih Dwiani Septiana
SUAR BETANG Vol 16, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Analisis Wacana Perbedaan Agama dan Budaya dalam Film “Bidadari Mencari Sayap” Candra Alfiyani
SUAR BETANG Vol 16, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v16i1.215

Abstract

This study aims to analyze the discourse in Aria Kusumadewa's film “Bidadari Mencari Sayap” using Teun van Dijk's theory which includes text analysis (macro structure, super structure, micro structure), social cognition, and social context. The type of the research is descriptive qualitative. Techniques in collecting data are observation and note technique. The result shows that the macro structure in this film raises the theme of a religious and cultural difference. This super structure film tells the story of a family formed from different religions and cultures that cause conflict. There are three parts of micro structure in this film: (1) semantics, this film is more directed at divine meanings from different points of view; (2) syntax, in the film there is coherence, using conjunctions and, but, then, because rather than using pronouns I and you; and (3) stilistics, the use of language almost entirely Indonesian but there are also some uses of slang and Betawi. Social cognition in this film raises the story of life from the perspective of marriage.The social context of this film shows the implicit messages that the film wants to convey to the audience regarding the importance of communication in dealing with differences. AbstrakPenelitian ini bertujuan menganalisis wacana dalam film “Bidadari Mencari Sayap” karya Aria Kusumadewa menggunakan teori Teun van Dijk yang meliputi analisis teks (struktur makro,super struktur, dan struktur mikro), kognisi sosial, dan konteks sosial. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik simak dan catat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur makro pada film ini mengangkat tema tentang sebuah perbedaan agama dan budaya. Super struktur film ini berisi cerita tentang sebuah keluarga yang terbentuk dari agama dan budaya yang berbeda yang menyebabkan konflik. Struktur mikro dalam film ini terdapat tiga bagian, yaitu (1) semantik yang lebih mengarah kepada makna-makna ketuhanan berdasarkan sudut pandang yang berbeda; (2) sintaksis yang menunjukkan adanya koherensi dengan memakai kata penghubung dan, tetapi, lalu, karena daripada menggunakan kata ganti aku dan kamu; (3) stilistika menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan hampir secara keseluruhan menggunakan bahasa Indonesia. Akan tetapi, ada juga penggunaan bahasa gaul dan bahasa Betawi. Kognisi sosial pada film ini ialah cerita kehidupan melalui sudut pandang perkawinan. Konteks sosial film ini menunjukkan pesan-pesan tersirat yang ingin disampaikan kepada penonton mengenai pentingnya komunikasi dalam menghadapi sebuah perbedaan.
Does Gender Influence The Intercultural Competence (IC) of Indonesian English Teacher? Mas Muhammad Idris
SUAR BETANG Vol 16, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v16i1.237

Abstract

This study is set out to see the intercultural competence (henceforth IC) degree of English teachers and determine whether gender influences their IC or not. This study is conducted due to the reason that the need of IC becomes essential part both in education and life context in which the societies’ changes in communication and developing mutual aims have always been happened. This study was in the model of descriptive quantitative research that used a sample survey design. Samples of 88 English teachers in Yogyakarta taken by using Morgan’s table (1970). They were asked to complete the instrument comprising 3 factors with 40 items developed by Pestalozzi Programme and Intercultural Cities of the Council of European Commission and the European Wergeland Centre (2008). This study revealed that the degree of IC of English teachers was high and there was no significant relationship between gender and the IC of English teachers. In other words, the gender does not influence their IC accordingly as well as it is recommended that the IC should be had by any individuals respectively.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi komunikasi antarbudaya (IC) guru bahasa Inggris dan menentukan apakah gender memengaruhinya. Penelitian ini dilakukan dengan alasan perlunya IC menjadi bagian penting dalam konteks pendidikan dan kehidupan ketika perubahan-perubahan pada masyarakat dalam hal komunikasi dan meningkatkan tujuan yang saling menguntungkan selalu terjadi. Penelitian ini adalah penelitain kuantitatif dalam bentuk survei. Sampel penelitian ini berjumlah 88 guru di Yogyakarta yang diambil menggunakan tabel Morgan (1970). Mereka diminta untuk menjawab sebuah instrumen yang telah diadaptasi yang terdiri atas 3 faktor dengan 40 butir pertanyaan. Instrumen ini dikembangkan oleh Pestalozzi Programme and Intercultural Cities of the Council of European Commission and the European Wergeland Centre (2008). Analisis mununjukkan bahwa tingkat IC guru bahasa Inggris dikategorikan tinggi dan tidak ada hubungan yang signifikan antara gender dan kompetensi interkultural guru bahasa Inggris. Dengan kata lain, gender tidak memengaruhi kemampuan IC mereka.
Strategi Kesantunan Masyarakat Multikultural Misbahul Munir; Miftahulkhairah Anwar; NFN Nuruddin
SUAR BETANG Vol 16, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v16i1.229

Abstract

Language is a product of human thought used as a communication tool. Language also reflects a person's attitudes, thoughts, and behavior. Therefore, politeness strategies are needed in communicating, especially with people who have just met or have social distance. Jakarta, as a capital city, consists of various tribes and different customary and cultural backgrounds. The language used within is of course various in everyday communication. Accents still signify the identity of the tribes. The purpose of this study was to describe the use of Brown and Levinson's politeness strategies in people's daily conversations in Semanan Village, RT 002 RW 006, Semanan Village, West Jakarta. The method used in this research is a qualitative method using the recording technique as a data collection technique. The data is then categorized and analyzed. The results of this study show that the speech strategy consists of direct politeness strategies, positive politeness strategies, negative politeness strategies, and indirect politeness strategies. There are also directive speech, namely: assertive speech and expressive speech.AbstrakBahasa merupakan produk pikiran manusia yang kegunaannya sebagai alat komunikasi. Bahasa juga mencerminkan sikap, pikiran, dan perilaku seseorang. Oleh karena itu, strategi kesantunan dibutuhkan dalam berkomunikasi, terlebih dengan orang-orang yang baru ditemui atau memiliki jarak sosial. Sebagai ibu kota, Jakarta terdiri atas beragam suku dan latar belakang adat serta kebudayaan yang berbeda-beda. Bahasa yang digunakan tentu bermacam-macam. Logatnya pun masih menandakan identitas sukunya. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan penggunaan strategi kesantunan Brown dan Levinson dalam percakapan sehari-hari masyarakat di Kampung Semanan, RT 002 RW 006, Kelurahan Semanan, Jakarta Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan teknik rekam sebagai teknik pengumpulan data. Data kemudian dikategorisasi dan dianalisis. Berdasarkan analisis, strategi tuturan yang dapat diidentifikasi terdiri atas strategi kesantunan langsung, strategi kesantunan positif, strategi kesantunan negatif, dan strategi kesantunan tidak langsung. Terdapat pula tuturan direktif, yakni tuturan asertif dan tuturan ekspresif.
Analisis Postmodern Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono NFN Trisnawati
SUAR BETANG Vol 16, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v16i1.223

Abstract

The development of the era of the creation of literary works can not be separated from the paradigm of modernism. However, modernism is considered obsolete and incapable of meeting human needs anymore so by humans it must be replaced with a new paradigm. Protests against modernism spawned a new paradigm called postmodern. This study aims to describe aspects of eclecticism in Sapardi Djoko Damono’s novel Hujan Bulan Juni in the postmodern paradigm based on the Lyotard theory. The study used a qualitative descriptive approach. The data analyzed in this study are unit of stories related to aspects of eclectisism, namely the blurring of borders between countries, mixing foreign cultures with local cultures, adoption of behavior and the use of goods originating from foreign countries.AbstrakPenciptaan karya sastra tidak lepas dari paradigma modernisme. Namun, modernisme dianggap usang dan tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia lagi sehingga harus digantikan oleh paradigma baru. Protes terhadap modernisme melahirkan paradigma baru yang disebut postmodern. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspek eklektisisme dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono dalam paradigma postmodern berdasarkan teori Lyotard. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa satuan cerita yang berkaitan dengan aspek eklektisisme berupa pengaburan batas antarnegara, pencampuran budaya asing dengan budaya lokal, pengadopsian perilaku, dan penggunaan barang-barang yang berasal dari negara asing.

Page 1 of 2 | Total Record : 11