cover
Contact Name
Dody Candra Harwanto
Contact Email
dcharwanto@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
dcharwanto@gmail.com
Editorial Address
Jalan Diponegoro 233 Ungaran, Jawa Tengah
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Tonika: Jurnal Penelitian dan Pengkajian Seni
ISSN : 26544466     EISSN : 26851261     DOI : 10.37368
Core Subject : Art,
Tonika merupakan jurnal interdisiplin yang mengkaji pelbagai isu dan diskursus musik. Jurnal ini mengapresiasi artikel-artikel dalam ranah kajian teoretis, filosofis dan aplikatif berdasar pada penelitian dan pengkajian. Artikel-artikel di Tonika berorientasi untuk menyebarluaskan dan mengembangkan pengetahuan seni guna merespon perkembangan global sehingga dapat bermanfaat bagi para akademisi, praktisi, peneliti dan pengajar.
Arjuna Subject : -
Articles 108 Documents
Educational Values on Dendang Saluang Pauah in the Life of the Kuranji Community, Padang City Caecilia Trisani Lumbantoruan; Syeilendra Syeilendra
Tonika: Jurnal Penelitian dan Pengkajian Seni Vol 5 No 1 (2022): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/tonika.v5i1.355

Abstract

This study aimed to describe and analyze the educational values ​​contained in the poems and stories of Kaba and the community’s understanding of the aesthetics of Dendang Pauah in the Kuranji District. The presentation of the story of Kaba was a story about the life of community behavior that contained an educational value, also to find out the relationship of the story of Kaba in the performance of Dendang Pauah. The type of research was qualitative research with a descriptive analysis approach. The informants of this study are pemain saluang (flautist), tukang dendang (thugs) and the audience ( old and young age) and other community leaders. The data collection techniques were literature study, observation, interviews and documentation. Ensuring the validity of the data obtained, the data was carefully examined and analyzed using data reduction, presentation, and conclusion. The results of this research showed that the story of Kaba can be proven that the Kuranji guided by the expression of Kaba to live a wise life in the attitude to act, prioritize cooperation with neighbors, gotong royong (mutual assistance) by emphasizing the value of beauty/ aesthetics contained in the presentation of Dendang Saluang Pauah. The tukang Kaba tells the story resounding in the rhythm of a pakok limo song Tanjuang Karang and pakok anam with the pado-pado song then closed with lambok malam rhythm with malereang.
Bentuk Pertunjukan dan Proses Kreativitas Penciptaan Karya Musik Jimi Multhazam dalam Single Album The Upstairs Dadang Dwi Septiyan
Tonika: Jurnal Penelitian dan Pengkajian Seni Vol 5 No 1 (2022): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/tonika.v5i1.364

Abstract

Kreativitas merupakan menemukan sesuatu yang baru dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Jimi Multhazam merupakan musisi yang memiliki kreativitas dalam penciptaan musik yang khas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan memahami proses kreatif penciptaan karya musik Jimi Multhazam dalam single album The Upstairs. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu wawancara tidak langsung dan melakukan observasi terhadap dokumentasi yang dimiliki dan tinjauan literatur. Data yang didapatkan, kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis konten untuk mendapatkan pemahaman mendalam terhadap data yang berupa informasi tertulis atau terdokumentasikan dalam bentuk video, media massa, buku-buku yang menjadi referensi, serta album-album musik The Upstairs. Hasil temuan dari penelitian ini bahwa bentuk pertunjukan The Upstairs berorientasi pada gaya pop akhir 1970-an dan 1980-an yang juga menggabungkan energi baru dan sikap pemberontakan dari punk dengan warna sound yang ramah dan easy listening, didukung dengan gaya busana warna-warni yang mendukung keglamouran pertunjukannya. Sesuai dengan konsep dari Primadi, proses kreatif Jimi Multhazam dan kelompok musiknya yaitu The Upstairs memiliki sumber gagasan dalam mencipta karya nya dari lingkungan sekitarnya, baik dari lingkungan pertemanan, dan fenomena-fenomena yang sering muncul dalam dunia anak muda. Proses penciptaan karya musik Jimi Multhazam dengan The Upstairs, mendahulukan pendekatan dan penjelasan mengenai kerangka karya. Pendekatan terhadap seluruh personel untuk saling menyalurkan kontribusi di dalam karya yang akan dibuat. Kemudian dituangkannya ke dalam karya musik The Upstairs dengan bentuk single dan album dari tahun 2002 hingga 2018.
Halleluyah: Dari Latin sampai Handel Hengki Bonifacius Tompo
Tonika: Jurnal Penelitian dan Pengkajian Seni Vol 5 No 1 (2022): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/tonika.v5i1.366

Abstract

Hallelujah merupakan sebuah kata yang berasal dari kata Ibrani “hallel” yang artinya kurang lebih berteriak atau berseru dengan suara nyaring khususnya teriakan sukacita dengan penuh semangat. Dalam Alkitab Perjanjian Lama Halleluyah disebut sebamyak 24 kali khususnya dalam kitab Mazmur, sedangkan dalam Kitab Perjanjian Baru disebut sebanyak empat kali. Halleluyah juga telah menjadi salah satu tema dalam nyanyian Gregorian. Teks untuk Haleluya berasal dari Kitab Wahyu dalam Perjanjian Baru. Wahyu 19:6: “Haleluya: karena Tuhan Yang Maha Kuasa memerintah”. Wahyu 19:16: “Dan di jubahnya dan di pahanya tertulis nama, Raja segala Raja, dan Raja segala Tuhan”. Wahyu 11:15 berbunyi: “Dan dia akan memerintah selama-lamanya”. Hallelujah mempunyai sejarah yang panjang: Abad Pertengahan, era Romawi abad ke-8, Latin, Bizantium, dan era Barok (Handel). Beberapa musikolog mengatakan, kemungkinan Haleluya tidak akan setenar seperti saat ini tanpa kerja keras Handel lewat Messiah-nya. Tujuan dari penelitian adalah untuk memberikan pencerahan tentang lagu Haleluya, yang dalam kenyataaan di lapangan belum banyak dipahami oleh umum. Metode dalam penelitian untuk artikel ini adalah studi pustaka dengan pendekatan sejarah musik.
Pembelajaran Musik Virtual di Era Pandemi COVID 19: Bentuk Tindakan Sosial Rasionalitas Formal dan Nilai MS Viktor Purhanudin; Rasimin Rasimin; Dody Candra Harwanto
Tonika: Jurnal Penelitian dan Pengkajian Seni Vol 5 No 1 (2022): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/tonika.v5i1.373

Abstract

Pembelajaran musik yang diselenggarakan pada lembaga pendidikan formal maupun non formal, idealnya dilaksanakan secara langsung di ruang-ruang kelas. Pembelajaran musik yang dilaksanakan seperti itu setidaknya memiliki tiga implikasi positif yaitu: 1) Guru akan lebih maksimal dalam mengajarkan materi pada peserta didik; 2) Suasana kegiatan belajar akan lebih komunikatif sehingga membuat siswa tidak jenuh dalam belajar; 3) Memberi kemudahan siswa dalam menangkap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Semenjak pandemi COVID 19 melanda dunia, pembelajaran musik tatap muka kemudian sirna beralih pada model pembelajaran musik virtual. Tulisan ini merupakan artikel konseptual yang mencoba mengungkap latar belakang dan rasionalitas tindakan sosial dibalik fenomena perubahan pembelajaran musik tatap muka menjadi virtual di era pandemi COVID 19. Dalam artikel ini, kejadian tersebut akan diungkap melalui kajian sosiologi khususnya teori tindakan sosial Max Weber. Ditinjau dari teori tindakan sosial Max Weber, pertama, fenomena transformasi pembelajaran musik tatap muka menjadi tatap layar di masa pandemi COVID 19 dilatar belakangi oleh proses verstehen struktur terhadap sistem sosial, yakni pagebluk corona dan pemberlakuan aturan bekerja dari rumah serta penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan yang didengungkan pemerintah. Kedua, peristiwa peralihan model pembelajaran langsung menjadi virtual di zaman pandemi COVID 19 dapat dikategorikan sebagai tindakan sosial yang berbasis pada rasionalitas formal dan nilai.
Kreativitas Aransemen Musik Gereja Pantekosta Pusat Surabaya Pondok Daud, Kabupaten Bondowoso Ritchie Manuel Pratama; Irfanda Rizki Harmono Sejati
Tonika: Jurnal Penelitian dan Pengkajian Seni Vol 5 No 1 (2022): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/tonika.v5i1.376

Abstract

Tim Musik GPPS Pondok Daud Bondowoso adalah pelayan ibadah pada bidang musik yang terdapat di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya Pondok Daud, Kabupaten Bondowoso. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami kreativitas musik dan aransemen musik pada lagu yang dinyanyikan oleh tim musik GPPS Pondok Daud Bondowoso. Metode penelitian pada penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian dari penelitian ini adalah kreativitas musik yang berupa aransemen lagu rohani yang dinyanyikan tim musik GPPS Pondok Daud Bondowoso meliputi penggubahan pada bagian intro, interlude, akor, dan coda. Aransemen pada intro berupa penggubahan dari bagian reff lagu yang dimainkan oleh instrumen melodis, kemudian aransemen pada interlude berupa penggubahan akor terdiri dari 8 birama yang dimainkan oleh instrumen melodis, kemudian aransemen pada akor terdapat pada setelah bagian interlude, kemudian aransemen pada coda berupa penggubahan akor yang terdiri dari 4 birama. Kreativitas yang berupa aransemen lagu dapat mengatasi perbedaan jenis musik yang dinyanyikan untuk berbagai kalangan umur pada gereja berdenominasi Pantekosta, khususnya di GPPS Pondok Daud Bondowoso.
Estetika Musik Gereja dalam Perspektif Estetika Musik dan Teologi Kristen Agus Budi Handoko
Tonika: Jurnal Penelitian dan Pengkajian Seni Vol 5 No 2 (2022): Volume 5 Nomor 2 Tahun 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/tonika.v5i2.427

Abstract

Keindahan adalah sebagai sesuatu hal yang diperlukan dalam harmoni kehidupan manusia, bahkan bukan hanya keindahan yang menyangkut hal duniawi tetapi juga lebih dalam lagi tentang keindahan yang rohani. Filsafat keindahan atau estetika merupakan cabang dari ilmu filsafat terus dipelajari dan dikembangkan, tetapi ternyata masih belum banyak tulisan yang lebih khusus menjelaskan tentang estetika musik rohani, yaitu estetika musik sebagai fungsi ritual yang meningkatkan keimanan umat kepada Tuhannya, secara khusus estetika musik di gereja. Penulisan artikel ini menggunakan metodologi kualitatif interpretatif dengan studi literatur terkait estetika musik dan teologi Kristen, dari data yang ada kemudian dianalisis dan diinterpretasikan menjadi pengertian estetika musik gereja. Pengertian estetika musik gereja adalah estetika musik yang diterapkan digereja, yaitu bagian dari filsafat yang lebih fokus mempelajari tentang keindahan musik di gereja yang digunakan dengan tujuan untuk mendukung kegiatan beribadah dan meningkatkan keimanan jemaat serta mendukung tugas panggilan gereja dalam bersekutu, bersaksi dan melayani.
Digital Kultur: Music and Cultural Festivals Platform of Performing Arts in Digital Era Ranti Rachmawanti
Tonika: Jurnal Penelitian dan Pengkajian Seni Vol 5 No 2 (2022): Volume 5 Nomor 2 Tahun 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/tonika.v5i2.448

Abstract

This article discusses the results of research on the development of the Digital Kultur application as a platform for organizing cultural festivals. The purpose of this research is to find out the development indicators that can be used in applications. Digital Kultur is an invention in the form of an application made for organizing various cultural festivals in Indonesia. It is designed to be one of the solutions to address technological challenges in the world of music and performing arts. Digital Kultur has made it easy for participants to compete, perform and express their abilities in music not only within a small event, but also in a large-scale cultural festival, involving dance, folklore, and other art fields. By using this application, festival participants are managed online, starting from the registration process, auditions, judgment, up to the result before the final offline festival. Participants will perform live and record through the application of Digital Kultur in any city or place, respectively, with the specification of facilities and infrastructure adapted to the conditions of the local area. The selection and assessment process is carried out directly, and only selected participants as finalists will be invited to perform directly at the festival venue. The main point of using this application is the effectiveness and efficiency of the operational time of the festival.
Pola Tabuh Gendang Melayu pada Musik Pengiring Tari Tanggai di Kota Palembang Arif Kurniawan; Maulidiawati Maulidiwati
Tonika: Jurnal Penelitian dan Pengkajian Seni Vol 5 No 2 (2022): Volume 5 Nomor 2 Tahun 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/tonika.v5i2.453

Abstract

Ensambel musik pengiring tari Tanggai, biasanya alat-alat musik atau instrumen yang digunakan ialah biola, akordion, tamburin, rebana, gitar, bass gitar, dan Gendang Melayu. Kesemua alat musik ini yang biasanya diolah oleh penata musik yang kemudian dimanfaatkan untuk mengiringi tari Tanggai. Gendang Melayu merupakan nama alat musik yang digunakan secara luas oleh masyarakat melayu khususnya dikota Palembang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui secara musikal pola tabuh Gendang Melayu pada musik pengiring tari Tanggai. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Kemudian, teknik pengumpulan data: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pengamatan langsung dilaksanakan di Sanggar Seni Semesta Official dan Pertunjukan tari Tanggai di beberapa acara pernikahan di Palembang. Teknik analisis data menggunakan triangulasi. Teknik analisis data di lakukan dengan cara mereduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pola tabuh Gendang Melayu yang dimainkan saat mengiringi tari Tanggai ialah pola tabuh langgam. Pola tabuh Gendang Melayu saat mengiringi tari Tanggai dikenal dengan istilah pola tabuh langgam Palembang, yang terbagi menjadi dua motif yaitu pola umak (induk) dan ningkah (anak). Perbedaan dari kedua pola tersebut terletak pada perannya saat mengiringi tari Tanggai. Pola tabuh umak (induk) berfungsi untuk mengatur tempo, pola dasar dalam sebuah iringan musik, sedangkan gendang anak atau yang biasa di sebut ningkah berpungsi mengisi kekosongan pada ruang ritmis tabuhan umak.
Proses Pembuatan dan Fungsi Sequencer dalam Aransemen Musik Ibadah di Petra Community Church Semarang Calvin Christian Sonjani; Dody Candra Harwanto
Tonika: Jurnal Penelitian dan Pengkajian Seni Vol 5 No 2 (2022): Volume 5 Nomor 2 Tahun 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/tonika.v5i2.469

Abstract

Seiring perkembangan digital yang semakin maju terutama di bidang musik, beberapa gereja merespons kemajuan yang terjadi dengan mulai menerapkan sequencer dalam format musik peribadahan. Salah satunya adalah gereja Petra Community Church yang menggunakan sequencer dalam aransemen musik peribadahannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan dan fungsi sequencer dalam aransemen ibadah di Petra Community Church Semarang. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian kualitatif. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Petra Church Community Semarang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi pustaka, dengan teknik analisis data yaitu tahap reduksi, penyajian, dan kesimpulan. Narasumber dalam penelitian ini antara lain koordinator musik di Petra Community Church, musik direktor di Petra Community Church, serta pelayan musik kebaktian minggu di Petra Community Church Semarang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sequencer dapat membantu membuat suasana musik dalam ibadah bisa lebih dirasakan oleh jemaat, sebagai acuan tempo, guide sequencer dapat menjadi acuan aransemen, sequencer juga berfungsi sebagai layer tambahan atau sebagai backing layer, dan dapat memberikan aba-aba hitungan ataupun bagian lagu yang akan dimainkan. Proses pembuatannya yaitu 1) menentukan tempo dan nada dasar, 2) membuat guide, 3) menambahkan layer-layer, 4) memberi voice over, 5) menambahkan eq dan reverb untuk hasil akhir.
Analisis Struktur Aransemen Lagu It is Well with My Soul dalam Format Paduan Suara Campuran Marthin Timotius Zebua; Tanesya Hotris Samosir; Yohanes Dwi Pramono Mahardiko; Epifani Omega Tutupoly
Tonika: Jurnal Penelitian dan Pengkajian Seni Vol 5 No 2 (2022): Volume 5 Nomor 2 Tahun 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/tonika.v5i2.475

Abstract

Artikel ini membahas tentang analisis struktur pada aransemen lagu It is Well with My Soul dalam format paduan suara campuran dengan gaya acapella, yang diaransemen oleh penulis sendiri. Penulis menggunakan lima tahap aransemen oleh Singgih Sanjaya sebagai acuan untuk mengaransemen lagu tersebut, yakni konsep aransemen, aransemen awal, modifikasi, aransemen lanjutan, serta evaluasi dan revisi. Penelitian ini menggunakan musicology research method, yang menjadi fundamental kajian tentang musik secara teoritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengembangan di beberapa elemen musik dalam aransemen lagu tersebut. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis struktur yang mencakup: (1) varasi melodi pada bar 65, 70, dan 87; (2) variasi harmoni pada bar 1–10, bar 19–26, bar 36–43, bar 48–51, bar 87–94, dan beberapa bar pendek lainnya; (3) variasi irama untuk panjang-pendeknya nada pada bar 88 – 94, serta untuk perubahan tempo pada bar 1 dan 77; (4) variasi polifon pada bar 44–48 dan bar 52–56, kemudian variasi ini ditemukan di beberapa bar lainnya; (5) adanya perfect authentic cadence pada bar 58–59 dan 93–94; (6) penerapan dinamika yang cukup ekspresif di beberapa bar; (7) tekstur homofoni dan (8) bentuk lagu tiga bagian dengan susunan A1–A1’–A2–A2’–B–B’–C–C’.

Page 6 of 11 | Total Record : 108