cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal Penelitian Teknologi Industri
ISSN : 2085580X     EISSN : 26144069     DOI : -
Jurnal Penelitian Teknologi Industri (JPTI), adalah jurnal ilmiah yang bertujuan untuk mempublikasikan hasil-hasil penelitian dan pengembangan, tinjauan ilmiah, paket ilmiah dan kajian dalam bidang kimia proses dan teknologi yang dilakukan oleh para peneliti/perekayasa baik yang berasal dari Balai Riset dan Standardisasi Industri Manado maupun instansi lainnya.
Arjuna Subject : -
Articles 106 Documents
PENGARUH PENAMBAHAN SARI PALA (Myristica fragrans) dan CENGKEH (Eugenia carryophyllus) TERHADAP TINGKAT KESUKAAN MINUMAN SERBUK BERBASIS LEMON CUI (Citrus microcarpa) Mariati Edam
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 10 No. 2 Desember 2018
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.809 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v10i2.4408

Abstract

Lemon cui, nutmeg meat and clove leaf contain antioxidants which can be added to powder drinks. The purpose of this study was to obtain the most preferred formula of lemon cui based instant powder drinks with the addition of nutmeg and clove leaf juice. This research uses descriptive method with experimental design that is Complete Random Design (CRD) with the treatment of the type of addition of nutmeg and clove leaf juice as antioxidants, as many as six levels of treatment made in the following formulations: (A) 50% sucrose: lemon cui juice 30%: water 20%; (B) 50% sucrose: 30% lemon cui juice: 0% nutmeg juice: clove juice 20%; (C) 50% sucrose: 30% lemon cui juice: 5% nutmeg juice: clove juice 15%; (D) 50% sucrose: 30% lemon cui juice: 10% nutmeg juice: clove juice 10%; (E) 50% sucrose: 30% lemon cui juice: 15% nutmeg juice: clove juice 5%; (F) 50% sucrose: 30% lemon cui juice: nutmeg juice 20%: clove juice 0%. The results showed that the percentage of panelists' preference based on indicators of color, odour and taste of lemon cui based powder drinks ranged from 57 to 67%, with preference level criteria being neutral. The organoleptic test results showed that the level of preference for color (2.76-3.68), odour (2.70-3.12) and taste (2.54-3.24) with criteria of liking. Based on the results of the study, it was concluded that the panelists' preferred level of the best lemon cui based instant powder drink was formula B.Keywords: cloves, lemon cui, nutmeg, powder drinks.
UJI KINERJA ALAT PENGGORENG VAKUM YANG DIAPLIKASI PADA BUAH NANGKA (Artocarpus integra) Nicolas Tumbel; Hilda F G Kaseke; Supardi Manurung
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Volume 7, No. 1 Desember, Tahun 2015
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (888.671 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v7i2.4811

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja alat/mesin penggoreng vakum yang diaplikasikan pada pembuatan keripik dari buah nangka. Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan proses, yaitu sortasi (pengupasan kulit dan pembersihan), pembelahan, pencucian, penggorengan (suhu 80-81oC dan tekanan 70-72 cmhg),serta penirisan produk. Hasil percobaan diuji berdasarkan SNI No. 01-4269-1996 tentang Standard Mutu Keripik Nangka. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Spesifikasi alat mesin penggoreng vakum yang digunakan memiliki panjang 120 cm, lebar 100 cm dan tinggi 80 cm yang dilengkapi dengan tabung penggoreng, panel listrik, unit pemanas, unit bak air, pompa vakum dan unit peniris produk. Mesin penggoreng vakum memiliki kapasitas 2500 g buah nangka dengan waktu penggorengan selama 39 menit dan rendemen yang dihasilkan sebesar 29,60%. Keripik nangka yang dihasilkan memiliki kadar air 2,97%, kadar lemak 16,03%, kadar abu 1,34%, serta cemaran logam dan cemaran mikroba yang memenuhi syarat SNI. Keripik nangka memiliki bau dan rasa normal, tekstur renyah, warna kuning kecoklatan dan keutuhan 98%. Keripik nangka yang dihasilkan memenuhi syarat mutu Standard Nasional Indonesia (SNI) No. 01-4269-1996. Kata Kunci: nangka, keripik, mutu keripik nangka, alat/mesin penggoreng vakum
Pengaruh cara perendaman dan jenis kentang terhadap mutu keripik kentang Judith Henny Mandei
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 9 No. 2 Desember 2017
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (751.166 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v9i2.3516

Abstract

Penelitian pengaruh cara perendaman dan jenis kentang terhadap mutu keripik kentang telah dilaksanakan. Tujuan penelitian adalah untuk melihat pengaruh cara perendaman dan varitas kentang terhadap mutu dari keripik kentang.  Penelitian menggunakan metode deskriptif trial and error,  dengan dua jenis  kentang  (kentang lokal dan kentang mentega), dengan beberapa cara perendaman yaitu: A=Perendaman dalam air dingin; B=Perendaman dalam  air panas pada suhu 80 °C selama  5 menit dilanjutkan dengan disiram dengan  air panas (100 °C); C=Perendaman dalam larutan kapur 1,5%, selama 30 menit; D=Perendaman dalam larutan soda kue 1% selama 30 menit; E=Rendam air dingin berulang kali dilanjutkan dengan siram air mendidih 100°C (kentang lokal); F=Rendam air mendidih 100°C 1 menit dilanjutkan rendam air dingin (kentang  mentega). Pengamatan dilakukan terhadap bahan baku kentang (kadar pati, kadar air dan kadar gula, dan kadar abu), serta produk keripik kentang (kadar air, kadar abu, kadar lemak, serta uji sensoris (warna, bau, rasa dan tekstur/kerenyahan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu keripik kentang dipengaruhi oleh jenis kentang dan cara perendaman. Berdasarkan nilai organoleptik dan pengujian kerenyahan,  jenis kentang yang lebih sesuai dijadikan keripik adalah jenis kentang mentega, dimana sampai penyimpanan hari ke-7 masih menghasilkan tekstur yang renyah.  Sedangkan untuk jenis kentang lokal yang memenuhi syarat mutu keadaan keripik berdasarkan  SNI 01-4031-1996 adalah keripik kentang yang dihasilkan dengan perendaman pada larutan soda kue 1% selama 30 menit (perlakuan D). Berdasarkan mutu kimia (kadar air rata-rata 2,81%, kadar abu rata-rata 1,75% dan penyerapan minyak rata-rata 42,28%), keripik kentang yang, memenuhi syarat mutu adalah keripik kentang yang dibuat dengan cara perendaman pada suhu 80°C selama 5 menit dilanjutkan dengan disiram dengan air mendidih 100 °C (perlakuan B).
PENGARUH KONSENTRASI ASAM SULFAT DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP KADAR ETANOL LIMBAH SERAT RUMBIASAGU (Metroxylon Sp) DAN SERAT SAGU BARUK(Arenga microcarpa) Sjamsiwarni R Sjarif
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6, No. 2 Desember Tahun 2014
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.001 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v6i2.3192

Abstract

Ampas sagu merupakan limbah yang dihasilkan dari pengolahan sagu terdiri dari serat-serat empelur, kaya akan karbohidrat dan bahan organik lainnya. Pemanfaatan limbah sagu masih terbatas dan biasanya dibuang begitu saja. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah serat sagu baruk dan sagu rumbia menjadi etanol dengan menggunakan metode deskriptif dilakukan dengan tiga tahap, yaitu: tahap pertama persiapan bahan baku dengan pengeringan, penggilingan dan pengayakan 4 dan 40 mesh. Tahap kedua hidrolisis dengan asam sulfat 0,5 : 1,0 dan 1,5 N waktu hidrolisa 2, 3 dan 4 jam pada temperatur 121 °C dengan autoclave dan fermentasi dengan ragi roti 3% selama 24 jam. Tahap ketiga destilasi alkohol. Pengamatan terlebih dahulu dilakukan terhadap kadar karbohidrat dan kadar gula bahan baku serat sagu baruk dan sagu rumbia, volume larutan hasil hidrolisis, kadar gula larutan hasil hidrolisis, volume destilat(etanol) dan kadar etanol. Hasil uji bahan baku menunjukkan kadar karbohidrat serat/ampas sagu baruk berkisar antara 41,22-49,18% dan sagu rumbia 52,78-62,85%. Kandungan gula yakni 1,91-3,19% untuk serat/ampas sagu baruk dan 1,28-3,19% serat/ampas sagu rumbia. Hasil penelitian menunjukkan kadar gula tertinggi terdapat pada serat/ampas sagu rumbia dengan perlakuan penambahan asam sulfat 1,5 N dan waktu hidrolisis 3 jam yakni 13,90%. Kadar etanol tertinggi juga diperoleh pada hasil fermentasi serat sagu rumbia yang diperlakukan dengan penambahan asam sulfat 1,0 N dan waktu hirolisa 3 jam hidrolisis 13,60%. Limbah pengolahan pati sagu dari tanaman sagu (baruk dan rumbia) berupa serat/ampas dapat diolah menjadi etanol melalui proses hidrolisis asam sulfat konsentrasi rendah dengan pemanasan bertekanan.Kata kunci : limbah serat sagu, etanol
Cover JPTI Vol. 6 No. 2 Desember 2014 Tampinongkol, Meity
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6, No. 2 Desember Tahun 2014
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (31.598 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v6i2.4784

Abstract

PENGARUH LARUTAN SULFIT PADA BAHAN BAKU KELAPA TERHADAP MUTU KOPRA PUTIH Hilda Kaseke
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 8 No. 2 Desember 2016
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.51 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v8i2.2218

Abstract

Penelitian pengaruh perlakuan larutan sulfit pada bahan baku kelapa terhadap mutu kopra putih telah dilaksanakan. Penelitian menggunakan alat pengering tungku kopra putih berbentuk kubus dengan dimensi: panjang 360cm x 130 cm dan tinggi 200 cm, yang merupakan alat dengan pemanasan langsung model konveksi bebas(direct hot air dryer) yang mana uap panas dari LPG mengenai belahan kelapa yang ditiup oleh blower dan kipas angin kemudian udaranya dikeluarkan melalui exhausting atau lubang ventilasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan perlakuan lama penyimpanan dan perendaman dalam larutan sulfit. Pengamatan dilakukan terhadap kadar air, kadar lemak, warna, dan kadar asam lemak bebas. Kopra putih yang terbaik didapatkan pada kopra putih yang bahan bakunya diberi perlakuan perendaman dalam larutan sulfit, baik selama 6 jam dan 24 jam,warnanya putih keabu-abuan.Kopra putih yang dihasilkan memenuhi Standar Industri Indonesia untuk kopra.Kata kunci: Kopra putih, larutan sulfit, lama penyimpanan
PENGEMBANGAN PEMBUATAN PLAFON DARI ABU SEKAM PADI DENGAN MENGGUNAKAN SERAT SABUT KELAPA Petrus Patandung
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.767 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v8i1.1304

Abstract

Pengembangan pembuatan plafon  dengan menggunakan abu sekam padi dan serat sabut kelapa sebagai bahan bangunan telah dilaksanakan. Tujuan penelitian ini adalah memanfaatkan abu sekam padi dan serat sabut kelapa yang belum digunakan secara maksimal, dan belum diolah  atau  diproses menjadi produk industri seperti untuk pembuatan plafon dengan bahan tambahan gypsum, semen dan dipress dengan menggunakan tekanan 500 kg/cm², dengan berbagai  perlakuan:  A; B; C; D dan E dan tiap perlakuan menggunakan 1600 g  gypsum, semen 1000 g, abu sekam padi 1000 g dan serat sabut kelapa:  135; 155; 175; 195 dan 215 g. Penelitian ini menggunakan metode bentuk Tabelaris dan grafik serta  data dianalisis secara deskriptif. Penelitian diulang 3 (tiga) kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil bobot isi yaitu 1,48–1,82 gr/cm³, penyerapan air 16,15–26,28%, dan kuat lentur 61,06-105,80kg/cm², kemampuan digergaji dan  dipaku dalam keadaan baik, bidang potong yaitu campuran yang merata tidak berlubang dan tidak terbelah-belah, tepi potong yaitu lurus, rata, tidak mengerut, sama tebalnya, permukaan lembaran tidak retak-retak tidak berlubang atau cacat lain, kecuali perlakuan E permukaan lembaran tidak retak-retak tetapi agak berlubang atau cacat lain , tebal 4,8–4,93 mm, penyimpangan:  panjang  0,00–0,48%, lebar 0,00–0,46% serta tebal 0,00–8,12%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang terbaik diperoleh pada  parlakuan B, C dan D dengan menghasilkan kuat lentur 100,15–105,80 kg/cm²  dapat dipaku, digergaji dan tidak terjadi tetesan air.Kata Kunci: Abu sekam padi, serat sabut kelapa, plafon, kuat lentur 
EVALUASI NILAI GIZI IKAN TERI DENGAN PEMBERIAN BUMBU PADA UMUR SIMPAN BERBEDA Angcivioletta Moniharapon; Fetty Indriaty
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Volume 7, No. 1 Juni, Tahun 2015
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.363 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v7i1.4681

Abstract

Telah dilakukan pengembangan pemanfaatan ikan teri menjadi “walowa kacang” dengan menggunakan bumbu-bumbu sebagai penambah cita rasa bawang putih dan cabai  memiliki sifat antimikrobial yang aman bagi manusia sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pengawet bahan makanan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengembangkan penelitian terdahulu dengan inovasi penambahan cita rasa pedas, bawang, dan pencampuran antara pedas dan bawang pada walowa kacang, serta menganalisa mutu dari walowa kacang yang bercitarasa setelah proses pembuatan dan proses penyimpanan.Penelitian ini dilaksanakan dengan metode percobaan deskriptif dengan pemberian bumbu cabai, bawang dan campuran cabai dan bawang yang dilaksanakan dengan tahap yaitu pemberian garam 3% dan bumbu-bumbu bawang putih, cabai dan campuran bawang putih dan cabai masing-masing sebanyak 2% dan dilakukan penyimpanan selama 0, 1, 2, 3 bulan. Penilaian mutu kimia dilakukan selama penyimpanan melalui pengujian kadar air, kadar protein, uji mikrobiologi (TPC) dan uji organoleptik.Hasil penelitian menyatakan bahwa selama 3 bulan penyimpanan, nilai kadar air terhadap TPC walowa kacang mengalami penurunan sebesar 8.46%, sedangkan kadar protein walowa kacang  meningkat, untuk setiap penambahan citarasa bawang, cabai dan campuran bawang dan cabai. Nilai Organoleptik Tekstur, Rasa dan Kenampakan (citarasa bawang, cabai dan campuran bawang dan cabai) Walowa Kacang berturut-turut adalah poin 3(agak disukai) dengan lama penyimpanan terbaik 0-2 bulan, poin 3 (agak disukai) dengan lama penyimpanan 0-3 bulan, dan poin 4 (disukai) dengan lama penyimpanan 0-2 bulan. Kata Kunci: Ikan Teri, Bumbu, Nilai Nutrisi, Penyimpanan
Cover JPTI Vol. 7 No. 2 Desember 2015 Meity Tampinongkol
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Volume 7, No. 1 Desember, Tahun 2015
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (476.876 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v7i2.4816

Abstract

PENGARUH KAPUR UNTUK PENINGKATAN KADAR ALKOHOL DARI CAP TIKUS Petrus Patandung
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 10 No. 1 Juni 2018
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (548.396 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v10i1.3994

Abstract

Pengaruh kapur untuk peningkatan  kadar alkohol dari Cap tikus telah dilakukan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan kapur dan lama penyulingan, sehingga dapat meningkatkan kadar alkohol untuk  farmasi. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan desain percobaan factorial yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2(dua) Faktor yaitu Faktor A jumlah penambahan kapur:A1=50 g, A2=75 g, A3=100 g, A4=125 g dan A5=150 g, sedangkan Faktor B yaitu lama penyulingan: B1=2 jam, B2=3 jam dan B3=4 jam. Masing-masing perlakuan diulang  2 (dua) kali,Hasil yang terbaik dan tertinggi diperoleh pada perlakuan dengan penambahan kapur sebanyak 150 g (A5) dan lama penyulingan 2 jam yang dapat menghasilkan kadar alkohol rata-rata 82,23 %.

Page 7 of 11 | Total Record : 106