cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal Penelitian Teknologi Industri
ISSN : 2085580X     EISSN : 26144069     DOI : -
Jurnal Penelitian Teknologi Industri (JPTI), adalah jurnal ilmiah yang bertujuan untuk mempublikasikan hasil-hasil penelitian dan pengembangan, tinjauan ilmiah, paket ilmiah dan kajian dalam bidang kimia proses dan teknologi yang dilakukan oleh para peneliti/perekayasa baik yang berasal dari Balai Riset dan Standardisasi Industri Manado maupun instansi lainnya.
Arjuna Subject : -
Articles 106 Documents
PENELITIAN PENYULINGAN MINYAK PALA ”SIAUW” METODE UAP BERTEKANAN DAN KARAKTERISTIK MUTU MINYAK PALA Fahri Polii
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 8 No. 1 Juni 2016
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.876 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v8i1.1301

Abstract

Penelitian penyulingan minyak pala ”Siauw” metode uap bertekanan dan karakteristik minyak pala telah dilakukan. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui metode penyulingan yang dapat memberikan hasil optimal terhadap kuantitas maupun kualitas minyak biji pala ”Siauw”. Bahan baku Penelitian adalah biji pala yang berasal dari Pulau Siau yang  dikenal secara internasional sebagai pala ”Siauw”. Dalam penelitian ini dilakukan penyulingan minyak pala sistem tekanan uap. Alat yang memiliki beberapa komponen, yaitu ketel uap, ketel penyulingan dan kondensor (pendingin), serta pemisah minyak (florentine flask). Proses penyulingan diawali dengan melakukan pencacahan/penghancuran biji pala dengan ukuran 0,5-1,0 cm yang selanjutnya dimasukkan ke dalam ketel penyulingan yang telah dipanaskan. Ketel uap dipanaskan sehingga tekanan mencapai 1,5 barr lalu uap dialirkan ke ketel suling. Proses penyulingan dilakukan selama 7 dan 14 jam dengan aliran tekanan uap 1 barr. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tekanan ketel uap 1 barr akan tercapai setelah ketel dipanaskan selama 2 jam, akan tetapi ketika uap dialirkan ke dalam ketel suling (berisi bahan biji pala), maka tekanan akan turun menjadi 0,25 barr. Pada pemanasan ketel uap selama 3 jam diperoleh tekanan 1,5 bar dan ketika uap dialirkan ke dalam ketel suling, maka tekanan turun menjadi 1 barr, dimana tekanan 1 bar ini akan konstan selama proses penyulingan selama 14 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen total minyak pala berkisar antara 5,63-6,84%,  berat jenis minyak pala berkisar antara 0,9022-0,9042 (penyulingan 7 jam) dan 0,9057-0,9181 (penyulingan 14 jam), indeks bias minyak pala 1.472-1,482 (7 jam) dan 1,484-1,490 (14 jam), sisa penguapan memberikan hasil antara 2,2-2,5% (7 jam) dan 2,6-2,9% (14 jam). Uji kelarutan dalam alkohol menunjukkan pada perbandingan 1 bagian minyak pala dan setelah ditambahkan 3 bagian alkohol 90% memberikan penampakan jernih baik yang disuling selama 7 jam maupun 14 jam, zat asing: negatif, bau adalah khas minyak pala dan kadar miristicin 8,56-8,58% (7 jam) dan 12,58-12,60% (14 jam). Rendemen dan komponen/senyawa fisiko-kimia minyak pala secara kuantitatif dan kualitatif akan meningkat seiring dengan lamanya waktu penyulingan. Kata kunci: uap bertekanan, miristicin, pala siauw.
PEMBUATAN KOMPOSIT BATA MERAHDARI LIMBAH PADAT PABRIK MINYAK NABATI Alexius Luther Ola
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Volume 7, No. 1 Juni, Tahun 2015
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.614 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v7i1.4680

Abstract

Pengembangan teknologi proses bata merah limbah padat pabrik minyak nabati, yaitu spent bleaching earth telah dilakukan. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji pemanfaatan limbah pabrik minyak nabati sebagai bahan baku pembuatan bata merah yang sekiranya dapat berperan untuk mengatasi masalah lingkungan dari limbah padat yang menumpuk di lokasi pabrik minyak nabati. Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap yakni, penelitian pendahuluan untuk mendapatkan komposisi bahan yang baik dan penelitian lanjutan yaitu pembuatan bata merah skala teknis produksi. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa bata percobaan untuk perlakuan bahan A1-F1 memiliki karakteristik sedikit plastis s/d agak plastis, tidak retak dan tidak bengkok saat dikeringkan, dengan susut kering  antara 7,5-7,79%, selanjutnya tidak retak dan tidak bengkok setelah dibakar pada suhu ±700 oC dengan susut bakar antara 1,92-2,94%. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan tersebut selanjutnya dilakukan pencetakan bata merah skala teknis produksi dengan perlakuan (komposisi campuran bahan) (B): 60 bagian SBE+25 bagian Tanah Liat (TL)+15 bagian Domato; (C):  50 bagian SBE+25 bagian TL+25 bagian Domato; dan (D): 70 bagian SBE+20 bagian TL+10 bagian Domato. Hasil uji fisik kuat tekan bata merah dari limbah padat pabrik minyak nabati menunjukkan bahwa semua perlakuan memenuhi persyaratan. Produk dengan kuat tekan kelas terendah terdapat pada perlakuan (B), yakni  63,30 kg/cm² dan yang tertinggi pada perlakuan  (C), yakni 103,30 kg/cm². Bila ditinjau dari semua parameter uji maka produk bata merah perlakuan D memenuhi syarat SNI 152094-2000 dengan kuat tekan pada kelas 100 kg/cm². Kata kunci: Spent bleaching earth, tanah domato, tanah liat, bata merah.
Indeks Kata Kunci Meity Tampinongkol
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Volume 7, No. 1 Desember, Tahun 2015
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5.471 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v7i2.4815

Abstract

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI LIPID TERHADAP KETEBALAN DAN LAJU TRANSMISI UAP AIR EDIBLE FILM RUMPUT LAUT DAN APLIKASINYA SEBAGAI EDIBLE COATING FILM PADA TOMAT APEL DAN NOGAT Judith Henny Mandei
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 10 No. 1 Juni 2018
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (611.163 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v10i1.3938

Abstract

Penelitian pengaruh jenis dan konsentrasi lipid terhadap ketebalan dan laju transmisi uap air edible film rumput laut dan aplikasinya sebagai edible coating pada masa simpan buah tomat apel dan edible film pada nogat telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk  mengetahui pengaruh penambahan lipid (asam lemak dan lilin/wax) terhadap ketebalan dan laju transmisi uap air edible film serta pengaruh penggunaan edible coating terhadap daya awet buah tomat apel. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 3 tahapan yaitu: (1) .Penggunaan Konsentrasi Karaginan yaitu 1%, 1,5%, 2,0%, dan 2,5% (b/v). Tahap ini menggunakan metode deskriptif. (2). Penambahan Jenis Lipid. Jenis lipid yang akan digunakan yaitu asam stearat dan lilin lebah  dengan konsentrasi masing-masing: 0,10 %,  0,15 %, 0,20 %, 0,25 %, 0,30 %, 0,4 % dan 0,5 %. Tahap ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 kali ulangan pada masing-masing perlakuan. (3) Aplikasi Edible Coating Pada Produk Pangan.Untuk edible coating akan diaplikasikan pada tomat apel. Tahap ini akan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa edible film dari karaginan dengan konsentrasi 1,5 % menghasilkan film dengan penampakan yang bening, transparan dengan ketebalan yang cukup. Pada penambahan jenis lipid memperlihatkan bahwa penambahan asam stearat 0,2 – 0,3 % merupakan perlakuan terbaik yang menghasilkan film dengan ketebalan 0,025 mm serta laju transmisi uap air 606 – 640 gr/m2.hari., sedangkan penambahan lilin 0,2 – 0,4 % merupakan perlakuan terbaik yang menghasilkan film dengan ketebalan 0,025 mm dengan laju transmisi uap air 595 – 653 gr/m2.hari. Aplikasi edible coating pada tomat apel dapat memperpanjang umur simpan dari tomat apel dari 6 hari menjadi 10 hari pada penyimpanan suhu ruang sedangkan aplikasi edible film pada produk nogat tidak dapat emmeperpanjang masa simpan produk.Kata Kunci : rumput laut, edible coating, asam stearat, lilin leba
Cover JPTI Vol. 6 No. 1 Juni 2014 Tampinongkol, Meity
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6, No. 1 Juni Tahun 2014
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (31.598 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v6i2.3214

Abstract

VARIASI CAMPURAN MINYAK KELAPA SAWIT DAN VIRGIN COCONUT OIL PADA PEMBUATAN MENTEGA PUTIH Yunita Filia Assah
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 9 No. 2 Desember 2017
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (607.027 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v9i2.3555

Abstract

ABSTRAKVirgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak yang dihasilkan dari buah kelapa (Cocos nucifera) segar tanpa melalui penambahan bahan kimia atau proses yang menggunakan panas tinggi. VCO sendiri sebagian besar terdiri dari saturated fatty acids (92%), monounsaturated (6%) dan polyunsaturated fatty acids (2%). VCO telah berkembang menjadi beberapa produk turunan, salah satunya adalah pemanfaatan menjadi mentega putih. Pada proses pembuatan mentega putih umumnya digunakan minyak dan lemak. Saat proses pembuatan dilakukan, minyak dan lemak dicampurkan dengan formula tertentu. Penggunan minyak nabati padat dapat digunakan sebagai bahan campuran dengan VCO untuk membentuk sifat mentega putih yang plastis. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari perbandingan campuran VCO dan Minyak Nabati Padat 100:0; 80:20; dan 60:40. Produk yang dihasilkan kemudian dilakukan uji Kadar Air, Bilangan Asam dan Asam Lemak Bebas, Kadar Lemak, Titik Cair, dan Stabilitas Emulsi. Hasil Pengamatan terhadap produk menunjukkan kadar air berkisar 0.375 – 0.44%, kadar lemak 92.985 – 97.720%, asam lemak bebas berkisar antara 0.406 – 0.445%, bilangan asam 0.813 – 0.885 mgNaOH/gr, Stabilitas emulsi 100%, dan titik leleh berkisar antara 25.25 - 34⁰C. Perlakuan perbandingan VCO:Minyak Padat 60:40 adalah perlakuan paling optimal, dilihat dari hasil uji kadar lemak 92.985%, kadar air 0.425%, FFA 0.406%, Bilangan Asam 0.813 mgNaOH/gr, stabilitas emulsi 100%, serta titik leleh 34℃.Kata Kunci :  Mentega putih, VCO, Kelapa 
PENGARUH PENGAWETAN RENDAMAN DINGIN ASAM BORAT TERHADAP KUALITAS PAPAN DAN BINGKAI RENG KAYU AREN SEBAGAI BAHAN BANGUNAN Petrus Patandung
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6, No. 1 Juni Tahun 2014
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.047 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v6i2.3188

Abstract

Pengaruh pengawetan rendaman dingin dengan menggunakan asam borat terhadap papan dan bingkai reng kayu dari pohon aren yang tidak produktif untuk bahan bangunan telah dilakukan. Tujuan penelitian adalah untuk mengawetkan papan dan bingkai reng menggunakan asam borat sehingga dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Penelitian dilakukan dengan membuat benda uji berbentuk papan dan bingkai reng dengan ukuran 2x15X15 cm dan 2,5x12x12 cm yang dibuat dari batang aren bagian keras dan bagian lunak yang diperoleh di kisaran: 0-1,5 ; 1,5-3,5; 3,5-6; dan 6-9 meter dari pangkal batang aren. Benda uji selanjutnya direndam secara dingin menggunakan asam borat 1, 2, 4, 6 dan 8% selama 3 (tiga) bulan. Hasil analisis menunjukkan bahwa bagian keras contoh uji rendaman dingin memiliki kisaran kadar air 14,17-19,91%, nilai berat jenis 0,46-0,66, kuat tekan sejajar serat 113-275 kg/cm2, kuat tekan tegak lurus serat 100-123 kg/cm2, retensi 0,66-6,65 kg/m3, dan penetrasi 76,85-81,68%; dan bagian lunak memiliki kadar air 16,30-21,48%, nilai berat jenis 0,24-0,38, kuat tekan sejajar serat 105-115 kg/cm2, kuat tekan tegak lurus serat 75-110 kg/cm2, retensi 0,29-3,53 kg/m3 dan penetrasi 67,88-71,93%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang terbaik diperoleh pada benda uji I 0-1,5 meter dari pangkal batang aren dengan menggunakan bahan pengawet asam borat 8% karena menghasilkan kuat tekan sejajar serat sebesar 275 kg/cm2 dan memenuhi standar mutu kayu bangunan SNI 03-3527-1994. Kata kunci: pengawetan, kayu aren, papan dan bingkai reng, retensi, penetrasi
FORTIFIKASI TEPUNG TULANG IKAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA BAKSO IKAN Mariati Edam
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 8 No. 2 Desember 2016
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.235 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v8i2.1918

Abstract

Tepung tulang ikan mengandung unsur penyusun tulang berupa kalsium, fosfor dan bahan-bahan yang mengandung nitrogen seperti asam-asam amino pembentuk protein kolagen. Kalsium dibutuhkan untuk proses pembentukan dan perawatan jaringan rangka tubuh serta beberapa kegiatan penting dalam tubuh seperti pembekuan darah, kontraksi otot, menjaga keseimbangan hormon dan katalisator pada reaksi biologis. Salah satu dampak dari defisiensi kalsium yang sekarang ini banyak terjadi adalah osteoporosis. Pemanfaatan tepung tulang ikan dapat dilakukan dalam bentuk pengkayaan sebagai salah satu upaya fortifikasi zat gizi dalam makanan. Bakso merupakan salah satu produk makanan yang tepat untuk dilakukan fortifikasi kalsium, karena bakso banyak digemari dan dapat dinikmati oleh semua kalangan  baik balita, anak-anak, ibu hamil, orang dewasa maupun lanjut usia. Hal ini merupakan alternatif pencegahan dampak defisiensi kalsium yang sekarang ini banyak terjadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik fisiko-kimia bakso ikan dengan fortifikasi tepung tulang ikan. Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari satu faktor yaitu fortifikasi tepung tulang ikan yang terdiri dari 5 level perlakuan yaitu 0, 2.5, 5, 7.5 dan 10% sebanyak dua kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik fisik bakso ikan dengan fortifikasi tepung tulang ikan yaitu uji gigit bakso ikan bernilai 5-7 dengan kriteria lemah–agak kuat, sedangkan uji lipat  semua perlakuan bernilai 5 yaitu kriteria tidak retak bila dilipat 2 kali. Karakteristik kimia bakso ikan dengan fortifikasi tepung tulang ikan yaitu kadar protein tergolong tinggi yaitu berkisar 12.46-15.90%, kadar lemak semua perlakuan mengandung 0.55%, abu berkisar 1.45-5.67% dan kalsium berkisar 0.68-1.07%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa fortifikasi tepung  tulang ikan berpengaruh menurunkan karakteristik fisik yaitu uji lipat dan karakteristik kimia yaitu protein tetapi dapat menaikkan kadar abu termasuk mineral kalsium dari bakso ikan.Kata Kunci: Bakso Ikan,  Fortifikasi, Kalsium, Tulang Ikan.
POTENSI AKUMULASI ASAP CAIR PENGOLAHAN KELAPA DAN HASIL SAMPINGNYA Broerie Pojoh
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 9 No. 1 Juni 2017
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1250.803 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v9i1.3097

Abstract

ABSTRAKKelapa dan produk turunannya dimanfaatkan secara luas sebagai sumber minyak, makanan, minuman, bahan bakar, dan bahan bangunan. Terdapat kecenderungan semakin menurunnya produktivitas kelapa dan perannya bagi ekonomi masyarakat. Hal ini disebabkan oleh nilai jual yang relatif rendah dan berfluktuasi terutama terhadap produk utama yang dihasilkan, yaitu kopra asap. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keekonomian kelapa dilakukan antara lain dengan mengusahakan diversifikasi usaha dengan tanaman sela atau perikanan/peternakan. Meningkatnya permintaan terhadap produk seperti VCO membangkitkan semangat bagi petani/pengolah kelapa untuk mengolah kelapa. Salah satu alternatif usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah kelapa adalah dengan mengusahakan akumulasi asap cair dari proses pembuatan kopra asap/kopra putih, atau arang tempurung kelapa. Terdapat potensi yang sangat besar dari asap cair pada pengolahan kelapa menjadi kopra asap atau kopra putih serta pembuatan arang tempurung.  Akumulasi asap cair pada pengolahan kelapa dapat dilakukan dengan menambahkan kondensor pada tungku pembuatan kopra putih Tipe Baristand Industri Manado dan tungku pembuatan arang tempurung tipe Behive Baristand Industri Manado. Alternatif lainnya dari penggunaan kondensor tersebut adalah dengan meneliti  kemungkinan aplikasi teknik pendinginan yang diterapkan pada proses pembuatan minuman tradisional Minahasa, yaitu pembuatan cap tikus. Akumulasi asap menjadi asap cair setidaknya memberikan dua keuntungan, yaitu meningkatkan nilai tambah pengolahan kelapa menjadi produk yang bermanfaat dan menghindarkan pencemaran lingkungan akibat asap dari pengolahan kopra dan pembakaran arang tempurung.Kata kunci: asap cair, kopra asap, kopra putih, sabut kelapa,  arang tempurung ABSTRACT Coconut and its derivatives are widely used as a source of oil, food, beverages, fuel, and building materials. There is a tendency for declining coconut productivity and its role for the economy of society. This is due to the relatively low selling value and fluctuates mainly to the main product produced, ie copra smoke. Efforts undertaken to improve the coconut economy are done, among others, by seeking to diversify the business with intercrops or fishery / livestock. Increased demand for products such as VCO evokes enthusiasm for farmers / coconut processors to cultivate coconuts. One of the alternative business that can be done to increase the added value of coconut is by seeking the accumulation of liquid smoke from the process of making copra smoke / white copra, or coconut shell charcoal. There is a huge potential of liquid smoke in the processing of coconut into copra smoke or white copra and the manufacture of shell charcoal. The accumulation of liquid smoke in the coconut processing can be done by adding condensers to the white copra making furnace of Balai Riset dan Standardisasi Industri Type and the Balai Riset dan Standardisasi Industri Behive Type for shell charcoal making. Another alternative to the use of condensers is to examine the possibility of application of cooling techniques applied to the process of making Minahasa traditional drinks, namely the manufacture of “cap tikus.” The accumulation of smoke into liquid smoke at least provides two advantages, namely to increase the added value of coconut processing into a useful product and avoid environmental pollution due to smoke from copra processing and charcoal burning.Keywords: liquid smoke, copra smoke, white copra, coconut husk, shell charcoal
Cover JPTI Vol. 10 No. 1 Desember 2018 Tampinongkol, Meity
Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 10 No. 2 Desember 2018
Publisher : Balai Riset Dan Standardisasi Industri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (31.598 KB) | DOI: 10.33749/jpti.v10i2.5357

Abstract

Page 6 of 11 | Total Record : 106