cover
Contact Name
Hartono, M.Pd.I
Contact Email
yudipoday@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
yudipoday@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. situbondo,
Jawa timur
INDONESIA
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist
ISSN : 26213699     EISSN : 26152568     DOI : -
Core Subject : Religion,
Al Bayan: adalah Jurnal Ilmu Al- Qur'an dan Ilmu Hadist yang diterbitkan oleh LPPM STIQ Wali Songo Situbondo dua kali dalam satu tahun yaitu pada bulan januari dan juli. Jurnal ilmiah yang kami kelola memuat tema seputar Al Qur'an dan Hadist dan kajian-kajian keislaman lainnya.
Arjuna Subject : -
Articles 257 Documents
Mendisabilitaskan Manusia Merajut Kesetaraan Aksesibilitas Rumah Ibadah Bagi Kaum Difabel Nurhakim, M. Ilham
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist Vol 2 No 2 (2019): 2019
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Wali Songo Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (517.211 KB) | DOI: 10.35132/albayan.v2i2.74

Abstract

Penyandang disabilitas adalah sebagian orang yang mempunyai hambatan personal terkait dengan kondisi fisik, mental intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu yang cukup lama. Hambatan hambatan ini diperburuk dengan situasi lingkungan sosial maupun fisik yang tidak mendukung untuk tumbuhberkembang, berpartisipasi dan berperan sosial, serta menjalani penghidupan yang layak sebagai manusia yang bermartabat. Banyak masyarakat yang tidak peduli terhadap kaum difabel, salah satu bentuk ketidakpedulian masyarakat terhadap kaum disabilitas adalah minimnya aksesibilitas kemudahan rumah ibadah bagi kaum disabilitas. Padahal hak bagi kaum difabel ini seharusnya difasilitasi oleh berbagai kalangan di masyarakat.Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) ini dimulai ketika hak dan kewajiban yang berjalan tidak seimbang, karena setiap manusia mempunyai hak kodrat yang dibawa oleh manusia sejak dalam kandungan hal itu merupakan hak fundamental yang dimiliki oleh setiap manusia sejak lahir yang diberikan oleh Tuhan yang Maha Esa, yang melekat pada setiap manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial. Sehingga kaum disabilitas seharusnya mempunyai hak untuk tidak diperlakukan secara diskriminatif dalam segala aspek kehidupan dalam bermasyarakat. Dengan cara memberikan fasilitas dan aksesibilitas yang dibutuhkan oleh masyarkat difabel demi memberi kesetaraan, kenyamanan dan kesejahteraan untuk kaum disabilitas. Memberikan tempat ibadah yang inklusi membuat semua golongan lapisan masyarakat bisa untuk datang ke masjid tanpa adanya perbedaan. Masyarakat seharusnya ikut andil serta merta dalam menciptakan sebuah tatanan generasi baru yang inklusi, meleburkan segala sekat pemisah yang menghalangi hak antara difabel dan masyarakatnormal seperti biasa.
Perspektif Baru Metode Dan Aliran Tafsir Ibn Qayyim Muhaimin, Abdul; Munawaroh, Mas’ulil
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist Vol 2 No 2 (2019): 2019
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Wali Songo Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (707.116 KB) | DOI: 10.35132/albayan.v2i2.75

Abstract

Qasam in the Koran shows the seriousness of Allah to convey material or strengthen arguments because of the lack of faith in the material delivered. This shows that knowing Qasam in the Qur'an is very urgent and it is not surprising if in the end Imam Ibn Qayyim al-Jauziyyah wrote a specific account explaining the Qasam in the Qur'an in his interpretation called “at-Tibyan fi Aqsamil Qur’an”. Therefore it is necessary to do a study to find out new perspectives of sources, methods and interpretations according to M. Ridlwan Nasir, thus adding insight into our study in the study of commentaries. The problem in this study is what sources, methods and interpretive flows are used in the tafsir “at-Tibyan fi Aqsamil Qur’an”. The results of the research that the research source used is bil Iqtiran (a combination of bil Ma'tsur and bil Ra'y), The method of the explanation uses the Bayan methodi , in terms of the breadth of the explanation using the Itnabi method , and seen from the goals & objectives of the verse interpreted using the Maudu'i method. While the flow / tendency, the flow Sufi, Lughawi, ‘Ilmi, and al-Fiqhi, but the most dominant flow is the Sufi.
Tafsir Ilmi Dalam Persfektif Al-Qur’an Sulaiman, Sulaiman
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist Vol 2 No 2 (2019): 2019
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Wali Songo Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.588 KB) | DOI: 10.35132/albayan.v2i2.76

Abstract

Al-Qur'an sebagai sebuah kitab suci, ternyata tidak hanya mengandung ayat-ayatyang berdimensi aqidah, syari'ah dan akhlaq semata, akan tetapi juga memberikan perhatian yang sangat besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan (sains). Jika kita membaca Al-Qur'an secara seksama, akan kita temukan sangat banyak ayat-ayat yangmengajak kepada manusia untuk bersikap ilmiah, berdiri di atas prinsip pembebasan akaldari takhayul dan kebebasan akal untuk berpikir. Al-Qur'an selalu mengajak manusiauntuk melihat, membaca, memperhatikan, memikirkan, mengkaji serta memahami darisetiap fenomena yang ada terlebih lagi terhadap fenomena-fenomena alam semesta yang perlu mendapatkan perhatian khusus karena darinya bisa dikembangkan sains danteknologi untuk perkembangan umat manusia dan dengan itu pula akan didapatkan pemahaman yang utuh dan lengkap. Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang mutlak diperlukan manusia dalam memperoleh dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring bergeraknya zaman, kreatifitas dan pengetahuan manusia juga berkembang.Hal itu ditandai dengan munculnya berbagai ilmu pengatahuan modern baik ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial beserta perkembangannya dari waktu ke waktu.Selain itu, memiliki potensi mengembangkan pengetahuan dengan perantara pendengaran, penglihatan, akal dan hati adalah keistimewaan yang menjadikan manusia lebih unggul dari makhluk-makhluk lain dalam menjalankan fungsi kekhalifahan.Dalam pada itu tidak dapat dipungkiri bahwa dalam menunjukkan keagungan dan kebesaran-Nya, al-Qur’an mengisyaratkan fenomena-fenomena alam untuk dipahami dan dipelajari.
Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Penerapan Hukum Islam Di Indonesia Suhaili, Achmad
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist Vol 2 No 2 (2019): 2019
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Wali Songo Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.612 KB) | DOI: 10.35132/albayan.v2i2.77

Abstract

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak yang secara alamiah diperoleh seseorang sejak lahir, karena itu HAM sejalan dengan ftrah manusia itu sendiri. HAM pada hakikatnya merupakan anugrah Allah kepada semua manusia. Dilihat dari kodrat manusia, hakekatnya telah dianugerahi hak-hak pokok yang sama oleh Allah SWT. Hak-hak pokok inilah yang disebut sebagai hak asasi manusia (HAM). HAM yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal, dan abadi berkaitan dengan martabat dan harkat manusia itu sendiri. HAM juga menjadi keharusan dari sebuah negara untuk bisa menjaminnya dalam konstitusinya. Karena Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, di jungjung tinggi, di lindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat martabat manusia. Ajaran Islam meliputi seluruh aspek dari sisi kehidupan manusia, dan tentu saja telah tercakup di dalamnya aturan dan penghargaan yang tinggi terhadap hak asasi manusia (HAM). Namun memang tidak dalam satu dokumen yang terstruktur, tetapi tersebar dalam ayat-ayat suci alQuran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah Islam, selalu konsisten dalam penerapan Hukum Islam yang senantiasa mensandingkan prinsipnya dengan Nilai-nilai Hak Asasi Manusia yang harus di lindungi oleh Negara dan Pemerintah.
Peran Kepemimpinan Kyai Dalam Mendidik Dan Membentuk Karakter Santri Yang Siap Mengabdi Kepada Masyarakat Kurniati, Mia; Surur, Miftahus; Rasyidi, Ahmad Hafas
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist Vol 2 No 2 (2019): 2019
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Wali Songo Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (589.223 KB) | DOI: 10.35132/albayan.v2i2.80

Abstract

Boarding school is an Islamic institution that has a noble goal, that is to educate the community in which is called santri, so that it becomes a human being beneficial to himself more for the outside community. To be a students who hope to be able to be useful in the midst of society, for that institution of boarding schools create a variety of programs and education either in the form of character education and formal education in order to adapt themselves With the demands of the epoch but still on the line of provisions taught his religion that is Islam. In a boarding school certainly has leaders who lead the entire students therein, as the caretaker as well as the main leader of boarding school is a major role in realizing the vision and mission of boarding schools, because only the top The entire activity will run.The method used in this study is a qualitative method in which the source of results is obtained from interviews with predetermined sources. The results of the study prove that the role of the kyai is very urgent for the life of the boarding school community in it,because the kyai is the leader of the boarding school. In realizing a common goal in educating and shaping the character of santri as needed in the midst of society, of course there are several obstacles. However, this is still a reasonable limit and is handled jointly by the kyai together with the administrators of the Salafiyah Dawuhan Islamic boarding school.
Khitan Perempuan dalam Sunan Abu Daud Romziana, Luthviyah; Zaiyadi, Ahmad
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist Vol 3 No 1 (2020): 2020
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Wali Songo Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35132/albayan.v3i1.81

Abstract

The word khitan (circumsion) come from the word khatn, wich mean that the part that is cut from the boys or the girls genetalia. Khitan from prophet Ibrahim in the past also get circumcision althought his age is 80 years old. Khitan (circumsion) for girl known by the term female genital cutting and female circumsion. Practically, female genital is done by cutting of all clitoris then saw it until remain a little hole. Where this practice model is used many times at the Pharaoh's time in ancient Egypt as an effort oppression of women and decrease sexual libido. In this case, circumsion for girl will be explained at hadits that was narated by Abu Dawud. Keyword: Khitan, female genitale mutilation, Sunan Abu Dawud
Aktualitas al-Qur'an dan Problematika Makna dalam Bahasa Arab Pathollah, Akhmad Ghasi
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist Vol 3 No 1 (2020): 2020
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Wali Songo Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35132/albayan.v3i1.82

Abstract

Exactly, all the prosess of linguistic activity such as morfology, sintaxis, stylistic and the others, will oriented to get and explore the meanings behind the text. And al-Qur’an as one of the sacred texts should be explored all aspects of it’s meanings. In this context, Arabic Language as the main instrument used in al-Qur’an have to breaked down from it’s basic contruction until it’s complemented contruction. In the other side, simbolity or textuality inside the language save several meanings as the potention to be actual on reader either on mind as understanding or practically of it. Therefore, this reasearch will explore the actuality of al-Qur’an and it’s relation with several meanings behind the text. The problem is existence of more from one meaning behind the text either word or sentence until paragraph and wacana. So, the existence of Semantic as a comprehensive prosess in linguistic activity is realistic conclusion. And the conclusion of this is to confirm problem of exsistence more one meanings behind Arab Language text and its connection with the al-Qur’an and it’s actuality
Sikap Ilmiah Terhadap Urgensi Hadis Dalam Pendidikan Agama Islam Budiyanto, Budiyanto
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist Vol 3 No 1 (2020): 2020
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Wali Songo Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35132/albayan.v3i1.83

Abstract

Dewasa ini pendidikan dihadapkan oleh masalah moralitas muda-mudi, khususnya pelajar dan mahasiswa sudah menjadi problem umum yang merupakan persoalan yang terpengaruh oleh budaya asing yang tidak mencerminkan akhlaq, mudah terprovokasi, cepat marah, pergaulan bebas yang kesemuanya itu keluar dari konsep Al-Qur’an dan Hadist. Hal ini merupakan gambaran anak bangsa yang mulai terancam keutuhan pribadinya, Kendatipun ada segelintir umat Islam yang tidak mengakui kedudukan Hadis sebagai sumber ajaran Islam, hal ini terjadi, antara lain, boleh jadi karena mereka tidak memahami hadis secara komprehensif. Dalam artikel ini akan menjelaskan tertang Sikap Ilmiah Urgensitas Hadits dalam dunia pendidikan, karena Al Hadist sangatlah menentukan dalam memutuskan sebuah hukum setelah Al –Qur’an. Hadist merupakan bagian terpenting dalam pendidikan agama islam, karena pedididikan didasarkan pada sandaran hukum dan pedoman melangkah dalam kehidupan bermasyarakat dan menjalankan ajaran –ajaran agama islam dengan baik dan benar. Paradigma pendidikan akan berjalan dengan teratur dan bermuara dengan kebahagiaan, dengan hakikat bahagia didunia dan akhirat dengan menjalani tuntunan nabi Muhammad Shollahu Alaihi Wasallam yang telah diutus oleh sang Allah subhanahu Wata’ala. maka dapatlah disimpulkan bahwa urgensi hadis Nabi eksistensinya sebagai Tabyin menduduki posisi yang sangat kuat dalam dunia pendidikan dalam menjelaskan ayat-ayat Al Quran yang sifatnya umum atau mujmal,. Hubungan Al Quran dengan Hadis Nabi Muhammad Shollahu Alaihi Wasallam antara satu dengan lainnya tidak bisa dipisahkan, karena Hadis sangatlah berfungsi sebagai penjelas Alquran. Oleh karenanya bagi siapapun yang mengingkarinya dapat dikatakan menolak isi kandungan Al Quran.
Kajian Filosofis Hukum Keluarga Islam Sebagai Kewajiban Suami Memberikan Nafkah Istri Dan Anak Mutamakin, M.; Ansari, Ansari
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist Vol 3 No 1 (2020): 2020
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Wali Songo Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35132/albayan.v3i1.84

Abstract

Marriage is a legal act that is binding between a man and a woman (husband and wife) that contains the value of worship. In a marriage there are rights and obligations of husband and wife that one of them is about the living. A living is to meet the needs of the family was born and inner. Meet all the needs of the family. Living well is the cost of living which includes food, pakaiana, facilities and infrastructure needed by the family. Living is not just a gift given to a husband to his wife, but also an obligation between the father with his son and also has the responsibility among an owner with something he had. Maintenance obligation is stipulated in Al-Quran Surat Ath Thalaaq verse seven, surah al Baqarah verse two hundred thirty-three and al Hadith as well as in KHI chapter XII Chapter seventy-nine until the future twenty-four and KHU Civil chapter V, Article one hundred seven Paragraph (2). Living means an obligation that must be dilkasanakan the form of shopping related to basic needs of both husband to wife and father to the child or his family. So the importance of living in the study of Islamic law, even of a wife who is dithalaq by her husband is still entitled to earn a living for herself and her son. In addition, even though a living is an obligation to be fulfilled but it concerns the levels of living, must first see the limits of the ability of the provider.
Analisis Sistem Bagi Waris Di Dusun Lebak Desa Lebak Kecamatan Sangkapura Bawean Kabupaten Gresik Najiha, Ulfatun
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist Vol 3 No 1 (2020): 2020
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Wali Songo Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35132/albayan.v3i1.85

Abstract

Tidak semua ummat islam membagikan harta warisan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah dalam al Qur’an, hal itu disebabkan beberapa alasan, diantaranya minimnya ilmu pengetahuan tentang hukum faraidh dan kewajiban mengaplikasikannya, kurangnya sosialisasi dan himbauan dari pihak-pihak yang kompeten, seperti ulama’ setempat dan lain-lain. Oleh karena itu sering didapati banyak kasus-kasus dan sengketa dan tidak sedikit ditemukan juga kasus Munasakhot, dimana warisan tidak segera dibagi hingga terjadi kematian pada ahli waris berikutnya, dan terkadang dijumpai yang bukan ahli waris mendapat bagian dari harta warisan. Dalam penelitian ini diperoleh data bahwa system pembgian harta waris di dusun Lebak desa Lebak, umumnya masyarakat setempat membagikan harta warisan dengan system shuluh(musyawarah).

Page 3 of 26 | Total Record : 257