cover
Contact Name
Prima Hariyanto
Contact Email
patriyawhura@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
patriyawhura@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. bangka tengah,
Kepulauan bangka belitung
INDONESIA
Sirok Bastra
ISSN : 23547200     EISSN : 26212013     DOI : -
SIROK BASTRA is a journal which publishes language literature and language literature education research, either Indonesian, local, or foreign research. All articles in SIROK BASTRA have passed the reviewing process by peer reviewers and edited by editors. SIROK BASTRA is published by Kantor Bahasa Kepulauan Bangka Belitung twice times a year, in June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 2 (2018): Sirok Bastra" : 9 Documents clear
PENELUSURAN IDENTITAS DAN BAHASA MASYARAKAT BANYUWANGI BERDASARKAN KESAMAAN LEKSIKAL KOSAKATA JAWA KUNO DI BANYUMAS DAN BANYUWANGI (Exploration of Banyuwangi Society Identity and Language Based on Lexical Similarity of Classic Javanese Vocabulary in Banyumas and Banyuwangi) Satwiko Budiono
Sirok Bastra Vol 6, No 2 (2018): Sirok Bastra
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.144 KB) | DOI: 10.37671/sb.v6i2.128

Abstract

Ada beberapa kesamaan antara bahasa Jawa di Banyumas dan Banyuwangi dari aspek linguistik. Kesamaannya dapat dilihat dari (1) kemiripan bunyi, (2) kemiripan mengandung kosakata bahasa Jawa Kuno, (3) kemiripan tidak memiliki tingkat tutur, dan (4) kemiripan status sebagai daerah pinggiran. Padahal, lokasi geografis pemakai bahasa Jawa di Banyumas dan Banyuwangi memiliki jarak yang jauh. Pemakai bahasa Jawa di Banyumas terletak di bagian barat Provinsi Jawa Tengah, sedangkan pemakai bahasa Jawa di Banyuwangi terletak di bagian timur Provinsi Jawa Timur. Oleh karena itu, kesamaan bahasa Jawa di Banyumas dan Banyuwangi. Dalam hal ini, penelitian ini membahas dan membuktikan kemiripan bahasa di Banyumas dan Banyuwangi dari pendekatan dialektologi. Hal ini disebabkan dialektologi mampu membuktikan kemiripan dua dialek dengan dilihat dari metode kuantitatif melalui penghitungan dialektometri dan metode kualitatif melalui analisis kesamaan leksikal dan penelusuran sejarah. Hasil penelitian ini dapat menelusuri identitas masyarakat Banyuwangi dan melihat hubungan antara masyarakat banyumas dan Banyuwangi berdasarkan kesamaan leksikal. Penelitian ini juga terkait dengan upaya pelestarian bahasa secara spesifik pada kosakata bahasa Jawa kuno.There are several similarities regarding linguistic aspect between Javanese languages in Banyumas and Banyuwangi. These similarities appear in (1) sound, (2) classic Javanese vocabulary usage, (3) level of speech absence, and (4) outlaying areas status. The geographical location of Javanese language speakers in Banyuwangi and Banyumas are far apart. The Javanese language speakers in Banyumas are situated in the western side of Central Java Province, whilst the Javanese speakers in Banyuwangi are located in the eastern side of East Java Province. Hence, the similarity between Javanese languages in Banyumas and Banyuwangi are an interesting topic to be discussed due to the insufficient number of research examining and proving the language similarity in Banyumas and Banyuwangi from a dialectological approach. This approach is able to prove the similarity of two dialects by utilizing quantitative method through dialectometry calculation, and qualitative method through lexical similarity analysis and historical investigation. The result of this research will be able to search the identity of Banyuwangi society and to observe the relation between Banyumas and Banyuwangi society absed on lexical similarity. This research is also related to the language preservation act, in particular on the classic Javanese vocabulary.
METODE BERNYANYI SEBAGAI PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI MATERI BAHASA INDONESIA KELAS V SD (The Singing Method to Increase The Students Abilitty of The 5th Grades Elementary School Students in Learning Indonesian Subject) Hetilaniar Hetilaniar; Mardiana Sari
Sirok Bastra Vol 6, No 2 (2018): Sirok Bastra
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.391 KB) | DOI: 10.37671/sb.v6i2.132

Abstract

Materi Bahasa Indonesia akan mudah dipahami jika disampaikan dengan menyenangkan. Salah satunya dengan metode bernyanyi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas V SD Se-Kecamatan Rambang Dangku, Kabupaten Muara Enim, dengan menggunakan metode bernyanyi. Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa, para siswa diberi evaluasi setelah melalui proses pembelajaran. Tes yang dilakukan disesuaikan dengan materi yang diterimanya saat penelitian berlangsung. Setelah dilakukan penelitian, terbukti bahwa metode bernyanyi dapat meningkatkan kemampuan memahami materi bahasa Indonesia kelas V SD Se-Kecamatan Rambang Dangku. Hal ini dapat dilihat pada tahap prasiklus, hasil belajar siswa yang mencapai KKM hanya 45 persen. Pada siklus I terdapat peningkatan hasil belajar sebesar 71 persen dan peningkatan yang sangat signifikan terjadi pada siklus II sebesar 89 persen.Indonesian subject will be easier to teach if it is delivered with pleasure way. One of them is singing method. The objective of this research is to increase the students ability of 5th grades of Rambang Dangku district of Muara Enim Regency by using singing method. To find out the student’s ability, the student was given the test after class. Test given is according to the subject that they was learn. After the research is done, it was proved that singing method can increase the students ability to understand the indonesian subject of 5th grades of elementary school of Rambang Dangku district. it can be seen in pre cycle phase, the result of students achievement thar reach KKM about 45% only. In the first cycle there are enhancement of student achievement within 71% and there are significant enhancement in second cycle within 89%.
KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL MARS KARYA AISHWORO ANG (Social Critism in Novel Mars by Aisworo Ang) Dian Nathalia Inda
Sirok Bastra Vol 6, No 2 (2018): Sirok Bastra
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.145 KB) | DOI: 10.37671/sb.v6i2.133

Abstract

Aishworo Ang, pengarang yang berasal dari Gunungkidul mengemukakan tanggapan dan sindiran sebagai wujud ketidakpuasan dan ketidaksetujuannya pada beberapa fenomena sosial yang ada di dalam novel keduanya, Mars. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mendeskripsikan kritik sosial yang terdapat dalam novel Mars. Data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada banyak kritik sosial yang ada di novel Mars. Kritik sosial tersebut meliputi kritik terhadap kekuasaan, kritik terhadap kinerja pemerintah, kritik terhadap oknum politisi, kritik terhadap pemberian nama, kritik terhadap sistem pendidikan, kritik terhadap tenaga pendidik, dan kritik terhadap penyalahgunaan tradisi.Aishworo Ang, an author from Gunungkidul, expressed his responses and satire as a form of dissatisfaction and disagreement about some of the social phenomena in his second novel, Mars. This study aims to reveal and describe social criticism contained in the novel Mars. Data were analyzed using qualitative descriptive methods using the sociological approach to literature. From the results of the discussion it can be concluded that there are many social criticisms in the Mars novel. These social criticisms include criticism of power, criticism of government performance, criticism of politicians, criticism of naming, criticism of the education system, criticism of educators, and criticism of abuse of tradition.
NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL SEBAIT CINTA DI BAWAH LANGIT KAIRO KARYA MAHMUD JAUHARI ALI (Educative Values in Sebait Cinta di Bawah Langit Kairo by Mahmud Jauhari Ali) Risman Iye; Susiati Susiati
Sirok Bastra Vol 6, No 2 (2018): Sirok Bastra
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.8 KB) | DOI: 10.37671/sb.v6i2.135

Abstract

Sastra merupakan respresentatif pengarang terhadap realita sosial yang terjadi dan didalamnya terdapat pesan yang disampaikan oleh pengarang kepada pembacanya dan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai edukatif yang ada dalam novel Sebait Cinta di Bawah Langit Kairo karya Mahmud Jauhari Ali. Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka atau penelitian yang bersifat kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Sebait Cinta Di Bawah Langit Kairo terdapat empat nilai yaitu: Nilai pendidikan religius, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial, dan nilai pendidikan budaya Sedangkan nilai pendidikan yang paling dominan dalam novel Sebait Cinta di Bawah Langit Kairo adalah nilai pendidikan religiusLiterature is the representation of the social reality that occurs and there are messages conveyed by the author to the reader and can be used as learning media. This study aims to decribes educative values in Sebait Cinta di Bawah Langit Kairo novel by Mamud Jauhari Ali. This type of research is library research or qualitative research. The results of the research show that there are four educative values contained in the novel Kreation Mamud Jauhari Ali which are the value of religious education, the value of moral education, the value of social education, and the value of cultural education. The most dominant value of education in this novel is the value of religious education.
KETAHANAN BAHASA HATAM DI TENGAH ANCAMAN KEPUNAHAN (Hatam Vitality under the Threat of Language Extinction) Inayatusshalihah Inayatusshalihah
Sirok Bastra Vol 6, No 2 (2018): Sirok Bastra
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.917 KB) | DOI: 10.37671/sb.v6i2.139

Abstract

Gambaran mengenai keterancaman bahasa di seluruh dunia cukup suram; hampir tidak ada bahasa yang terhindar dari ancaman kepunahan, baik bahasa dengan jumlah penutur yang besar maupun yang kecil. Demikian pula situasi kebahasaan di Indonesia. Bahasa-bahasa minoritas mulai tergerus oleh bahasa yang lebih dominan. Ketahanan bahasa-bahasa daerah mulai mengalami penurunan karena berbagai faktor penyebab, seperti dominasi bahasa daerah lain atau bahasa Indonesia. Tulisan ini bertujuan melihat ketahanan salah satu bahasa daerah di Papua Barat, yaitu bahasa Hatam yang dituturkan di Kampung Watariri, Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan. Dengan metode survei, data kajian dijaring menggunakan kuesioner yang disebarkan ke lima puluh responden yang merupakan penutur jati bahasa Hatam. Ketahanan bahasa Hatam dilihat berdasarkan sembilan kriteria vitalitas yang ditetapkan oleh UNESCO (2003), yaitu transmisi antargenerasi, jumlah penutur, proporsi penutur dalam total populasi, ranah penggunaan, respon terhadap ranah dan media baru, bahan ajar dan literasi, sikap dan kebijakan pemerintah, sikap penutur, jumlah dan kualitas dokumentasi. Hasil analisis menunjukkan bahasa Hatam berada pada tingkat “vulnerable” karena tidak memenuhi sembilan kriteria vitalitas. Keberlangsungan hidup bahasa Hatam rentan mengalami ancaman kepunahan meskipun transmisi bahasa antargenerasi masih dipertahankan. Kerentanan ini disebabkan penurunan jumlah ranah penggunaan bahasa dan ketiadaan bahan ajar dan ortografi, serta keterbatasan dokumentasi.  The portrait of language endangerment in the world is quite gloomy; almost no language is spared from endangerment, both languages with large or small speakers. Likewise, the linguistic situation in Indonesia where minority languages are being eroded by dominant languages. The vitality of indigenous languages began to decline due to various factors, such as Indonesian dominance or other local languages. This paper aims to assess the vitality of one languages in West Papua, namely Hatam which is spoken in Watariri, Oransbari District, South Manokwari Regency. Using survey method, the data was collected by questionnaire distributed to fifty respondents who is the Hatam native speakers. Hatam vitality was assessed based on nine vitality criteria proposed by UNESCO (2003), these are intergenerational language transmission, number of speakers, proportion of speakers within the total population, language domains, response to new domains and media, materials for language education and literacy, govermental attitudes and policies, speakers’ attitude towards their language, and amount and quality of documentation. The analysis result shows that Hatam situated in vulnerable level because it doesn’t fulfill the nine criteria of vitality. Viability of Hatam is vulnarable to the threat of extinction even though the intergenerational language transmission is still maintained. This vulnerability is due to a decrease in the number of domains, lacking of material for language teaching and orthograpy, and inadequacy of documentation.
NILAI-NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT KALIMANTAN BARAT BURUNG ARUE DAN BURUNG TALOKOT (Cultural Values of West Kalimantan Folklore Burung Aroe dan Burung Talokot) Binar Kurniasari Febrianti
Sirok Bastra Vol 6, No 2 (2018): Sirok Bastra
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.837 KB) | DOI: 10.37671/sb.v6i2.134

Abstract

Tulisan ini memaparkan nilai-nilai budaya dalam cerita rakyat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya daerah melalui nilai-nilai budaya yang terdapat dalam cerita rakyat. Cerita rakyat Burung Arue dan Burung Talokot berasal dari suku Dayak Kanayan, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Cerita ini dipilih karena merupakan cerita lokal dan masih dipercaya masyarakat setempat hingga sekarang. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari cerita rakyat Burung Aroe dan Burung Talokot berupa buku yang sudah diterbitkan. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah studi pustaka dengan pendekatan antropologi sastra. Adapun analisis penelitian menggunakan metode deskriptif, yakni metode yang menggambarkan data secara sistematis, faktual, dan akurat. Hasil analisis penelitian menerangkan bahwa cerita rakyat merupakan warisan budaya yang mempunyai arti penting dan berkaitan dengan kehidupan masyarakatnya. Hal ini diperkuat dengan unsur-unsur pembangun cerita yang mengungkapkan gagasan, pandangan hidup, dan ajaran moral yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat yang bisa dijadikan pedoman hidup. Di lain sisi, nilai-nilai budaya dalam cerita ini adalah rumah adat, simbol budaya, sumber daya alam, bersyukur kepada Tuhan, menepati janji dan amanah, nilai kasih sayang, nilai kesabaran, dan menjaga persaudaraan.This paper describes cultural values in folklore. This study aims to find out regional culture through cultural values contained in folklore. Folklore of Burung Arue dan Burung Talokot comes from the Dayak Kanayan ethnic, Mempawah Regency, West Kalimantan. This story was chosen because it is a local folklore and is still trusted by the local community until now. The source of the data in this study comes from the folklore of Burung Arue dan Burung Talokot in the form of published books. The method used for data collection is literature study with the literal anthropogy approach. The analysis of the study uses descriptive methods that describe data systematically, factually, and accurately. The results of the research analysis explain that folklore is a cultural heritage that has important values and related to the lives of its people. This is reinforced by the story building elements that express ideas, views of life, and moral lessons related to people's lives that can be used as guidelines for life. On the other hand, cultural values in this story are traditional house, cultural symbols, natural resources, giving thanks to God, keeping promises and mandates, values of compassion, the value of patience, respect for parents, and maintaining brotherhood.
KAJIAN MAKNA PADA AKSESORI PAKAIAN ADAT LAMPUNG PEPADUN (The Study of Semantics on Lampoong Pepadun Clothes Accessories) Roveneldo Roveneldo
Sirok Bastra Vol 6, No 2 (2018): Sirok Bastra
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.343 KB) | DOI: 10.37671/sb.v6i2.137

Abstract

Penelitian ini membahas tiga hal, (1) apa saja nama dan makna aksesori pakaian adat Lampung Pepadun dikaji dari sisi semantik leksikal, (2) apakah makna sosial dan makna kultural dari aksesoris pakaian adat Lampung Pepadun dari sisi semiotic, dan (3) bagaimana sikap masyarakat Lampung terhadap eksisitensi pakaian adat Lampung Pepadun secara umum. Tujuan penelitian (1) mengetahui perkembangan pakaian adat Lampung pepadun, (2) memahami sikap masyarakat Lampung terhadap pakaian adat Lampung pepadun, dan (3) menelaah filosofi dan makna dalam pakaian adat Lampung pepadun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode kualitatif deskiptif, linguistik antropologi. Selanjutnya teori untuk mengupas penelitian ini memakai teori semantik leksikal dan teori simeotik. Hasil penelitian yang ditemukan, perkembangan pakaian adat Lampung pepadun sangat baik. Sikap masyarakat, bangga terhadap pakaian adat Lampung pepadun. Begitu juga masyarakat pengrajin aksesoris pakaian adat dan desainer terus berinovasi. Terdapat dua puluh kosa kata aksesori pakaian adat Lampung Pepadun, yaitu (1) sigor/siger, (2) kembang cempaka, (3) beringin tumbuh, (4) serajo bulan, (5) bulang taji, (6) bebe, (7) papan jajar, (8) gelang burung, (9) gelang kano, (10) gelang ruwi, (11) gelang bibit, (12) buah manggus, (13) kalung bulan temenggal, (14) sabik inuh, (15) sabik buluh perindu, (16) selempang pinang buah jukum, (17) bidak bekilas, (18) ikat pinggang bulu serati, (19) tapis jung satrat, dan (20) tanggai. This research discusses three things (1) what are the names and meanings of Lampung Pepadun traditional clothing accessories studied from the side of lexical semantics (2) What is the social meaning and cultural meaning of the accessories of the Lampung Pepadun traditional clothing in terms of semiotics (3) how the attitude of Lampung people for the existence of the Lampung Pepadun traditional clothing in general. The purpose of the study is (1) to know the development of Lampung pepadun traditional clothing. (2) to understand the attitude of the Lampung community towards Lampung pepadun traditional clothing (3) to examine the philosophy and meaning in Lampung traditional pepadun clothing. The method used in this study is descriptive qualitative methods with anthropology linguistic. Furthermore, the theory used to explore this research are lexical semantic theory and simeotic theory. The results of the research show that the development of Lampung traditional pepadun clothing is very good. The people of Lampung are proud of Lampung traditional clothing pepadun. Likewise, the crafters of traditional clothes accessories and designers continue to innovate. There are twenty vocabularies of Lampung Pepadun traditional clothing accessories, they are (1) sigor/siger, (2) kembang cempaka, (3) beringin tumbuh, (4) serajo bulan, (5) bulang taji, (6) bebe, (7) papan jajar, (8) gelang burung, (9) gelang kano, (10) gelang ruwi, (11) gelang bibit, (12) buah manggus, (13) kalung bulan temenggal, (14) sabik inuh, (15) sabik buluh perindu, (16) selempang pinang buah jukum, (17) bidak bekilas, (18) ikat pinggang bulu serati, (19) tapis jung satrat, dan (20) tanggai.
BAHASA PENGUNGKAP BUDAYA DAYAK GOLIK (Disclosure Language of Dayak Golik Culture) Martina Martina
Sirok Bastra Vol 6, No 2 (2018): Sirok Bastra
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.546 KB) | DOI: 10.37671/sb.v6i2.140

Abstract

Saat ini, masyarakat Dayak Golik tidak terlalu peduli lagi dengan budayanya karena dianggap tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman. Untuk menghidupkan kembali nilai-nilai budaya dalam masyarakat Dayak Golik, bahasa daerah memiliki peranan penting sebagai pengungkapnya. Bahasa Golik sebagai sarana komunikasi masyarakat akan lebih efektif dibandingkan menggunakan bahasa lainnya. Dengan bahasa tersebut diharapkan masyarakat akan mudah memahami dan mengerti budayanya karena menggunakan bahasanya sendiri. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dengan mudah diaplikasikan dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu, masalah kajian ini difokuskan pada bagaimana bahasa bisa menjadi pengungkap budaya Dayak Golik. Kajian ini menggunakan teori sosiolinguistik dan antropologi komunikasi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa bahasa bisa mengungkap budaya yang ada di dalam masyarakat Dayak Golik. Pengungkapan budaya itu melalui nyanyian dan upacara penyambutan adat yang menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasinya. Melalui nyanyian dalam bahasa Golik, masyarakat dapat mengetahui nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalam nyanyian itu. Begitu juga dengan upacara penyambutan adat, budaya atau tradisi penyambutan tamu memiliki nilai-nilai di dalamnya. Di setiap gerakan, memiliki makna tersendiri dan hal itu hanya bisa diungkap dengan bahasa yang mereka gunakan.At present, the Dayak Golik community does not care much about their culture because it is considered irrelevant to the current development. To revive cultural values in the Dayak Golik community, local language has an important role to play in revealing them. Golik language as media of public communication will be more effective than using other languages. With this language, it is expected that the community will easily understand their own culture because it uses their own language. The values contained in it are easily applied in their lives. Therefore, the problem of this study focused on how language could reveal the Golik Dayak culture. This study uses sociolinguistic theory and communication anthropology. The method used is descriptive method with qualitative approach. The results of the analysis show that language can reveal the culture that exists within the Golik Dayak community. Disclosure of the culture is through singing and traditional welcoming ceremonies which using language as media of communication. Through singing in Golik, people can know the values of local wisdom contained in the song. Likewise, the welcoming ceremony tradition and tradition of welcoming guest ceremony has values in it. In each movement, it has its own meaning and it can only be revealed in the language they use.
WACANA SEREMONIAL PIDATO DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA (Speech Ceremonial Discourse in The Javanese Tradition Wedding Ceremony) Mulyana Mulyana
Sirok Bastra Vol 6, No 2 (2018): Sirok Bastra
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.456 KB) | DOI: 10.37671/sb.v6i2.129

Abstract

Pidato dalam upacara perkawinan adat Jawa adalah bagian penting dalam keseluruhan tradisi bahasa dan budaya Jawa. Sebagai satuan wacana, struktur, dan muatan budaya dalam pidato menyimpan sejumlah permasalahan. Tujuan penelitian menjelaskan penggunaan bahasa, estetika bahasa, dan perubahan wacana pidato. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiolinguistik yang dilengkapi dengan analisis wacana (discourse analysis). Bahan penelitian atau data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tuturan lisan pidato perkawinan (PP) yang dapat didokumentasikan selama penelitian. Tuturan yang diambil sebagai data, didokumetasikan dari tuturan langsung dalam upacara perkawinan yang diselenggarakan oleh masyarakat Jawa di wilayah Yogyakarta. Hasil analisis menunjukkan: pertama, bahasa yang digunakan dalam upacara perkawinan masyarakat Jawa antara lain adalah: bahasa Jawa, bahasa Indonesia, bahasa campuran Jawa-Indonesia (Jawindo). Dalam penyampaiannya, wacana pidato kadang-kadang mengalami gejala alih kode dan campur kode, dan mengalami perubahan atau pergantian tingkat tutur. Kedua, unsur-unsur estetika yang digunakan dalam wacana pidato perkawinan yang berhasil ditemukan antara lain adalah: tembung saroja, tembung garba, yogyaswara, keratabasa, tembung entar, paribasan, bebasan, saloka, pepindhan, pralambang, purwakanthi, panambang bunyi ha-, seselan –in-, seselan –um-, tembung kawi, dan diksi religiusitas. Ketiga, terjadinya perubahan wacana pidato perkawinan disebabkan oleh perubahan konteks yang melatarbelakanginya. Konteks dalam hal ini berkaitan dengan situasi atau suasana yang berlangsung dalam upacara tersebut.  Speech in the Javanese wedding ceremony is important part in the Javanese tradition. But, as a unit of discourse, structure, and culture content in speech have several problems. This study aims to explain language usage, language aesthetics and speech discourse changes. This study used the sosiolinguistic approach that accompanied by the discourse analysis. This study used the object and/or data of the oral story about wedding speech (PP: pidato perkawinan) that gathered and documented as long as the study was conducted. The stories taken as data were documented from the direct stories in the wedding ceremony that performed by the Javanese in the area of Yogyakarta. The analysis results performed to the data could describe and explain several problems of this study. First, the spoken language in the wedding ceremony in the Javanese people were the Javanese, the Indonesian, and the mixed language between them called Jawindo (Javanese-Indonesian). Second, the aesthethics elements used in the wedding speech discourse that we found successfully were: tembung saroja, tembung garba, yogyaswara, keratabasa, tembung entar, paribasan, bebasan, saloka, pepindhan, pralambang, purwakanthi, panambang bunyi ha-, seselan -in-, seselan -um-, tembung kawi, and religious diction. Third, the change of the wedding speech discourse was happened because of the change of the underlying context. Context in this case related to the situation and ambience during the ceremony.

Page 1 of 1 | Total Record : 9