cover
Contact Name
Elsi Dwi Hapsari
Contact Email
elsidhapsari2@gmail.com
Phone
+6287839259788
Journal Mail Official
elsidhapsari2@gmail.com
Editorial Address
Sekretariat DPP PPNI Graha PPNI Jl. Lenteng Agung Raya No 64, Kec. Jagakarsa, RT 006 RW O8, Jakarta Selatan
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)
ISSN : 25031376     EISSN : 25498576     DOI : http://dx.doi.org/10.32419/jppni.v4i3
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) merupakan jurnal resmi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia ini merupakan jurnal dengan peer-review yang diterbitkan secara berkala setiap 4 bulan sekali (April, Agustus, Desember), berfokus pada pengembangan keperawatan di Indonesia. Tujuan diterbitkan JPPNI adalah untuk mewujudkan keperawatan sebagai suatu profesi yang ditandai oleh kegiatan ilmiah yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan oleh perawat di Indonesia, dikomunikasikan melalui media jurnal yang dikelola oleh organisasi profesi, dan didistribusikan ke kalangan perawat, pemangku kepentingan, dan masyarakat.
Articles 205 Documents
Citra Profesi Perawat Menurut Persepsi Mahasiswa Kesehatan (Farmasi) di Yogyakarta Aulia Hanif Fathudin; Elsi Dwi Hapsari
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.828 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v3i1.100

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang: Citra profesi perawat terbentuk dari adanya kontak antara perawat dengan pasien dan tenaga kesehatan lain. Informasi tentang citra profesi perawat dari mahasiswa calon tenaga kesehatan masih kurang. Citra yang dipersepsikan baik nantinya mendukung kolaborasi dalam pelayanan kesehatan. Tujuan Penelitian: Mengetahui citra profesi perawat yang dipersepsikan oleh mahasiswa farmasi di Yogyakarta. Metode: Penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, dilaksanakan di UMY dan UGM pada bulan Februari-Mei 2016. Sampel penelitian adalah mahasiswa farmasi angkatan aktif diambil dengan purposive sampling (n=329). Penelitian menggunakan instrumen berupa kuesioner modifikasi dari penelitian lain, meliputi citra sikap, perilaku, kinerja, profesi dan pelayanan keperawatan, otonomi dan peran perawat. Analisis data secara univariat yang menggambarkan frekuensi dan persentase respon. Hasil: Citra profesi perawat dipersepsikan positif oleh mahasiswa farmasi (57,4%). Responden mempersepsikan positif sikap perawat (84,2%), perilaku perawat (50,5%), kinerja perawat (52,6%), profesi dan pelayanan keperawatan (58,1%). Bagian otonomi dan peran perawat dipersepsikan negatif oleh 51,4% responden. Diskusi: Citra profesi perawat yang dipersepsikan positif ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman responden yang baik saat berinteraksi dengan perawat. Sementara persepsi citra yang negatif dapat muncul karena adanya mitos dan miskonsepsi. Kesimpulan: Citra profesi perawat menurut persepsi mahasiswa farmasi tergolong dalam kategori positif. Namun, otonomi/kemandirian perawat masih dinilai rendah dan peran kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain belum maksimal. Perawat dalam pelayanannya perlu meningkatkan peran mandiri dan kolaborasi serta semakin menunjukkan profesionalitas sehingga dapat membangun citra baik di masyarakat.Kata Kunci: citra, perawat, mahasiswa, farmasi, persepsiImage of Nurse Profession Perceived by Health Students (Pharmacy) in YogyakartaABSTRACTBackground: The image of nurse profession is created from contact between nurses with patients and other health professionals. There is only very little information about the image of nurse profession from prospective health professional students. A well-perceived image will later support collaboration in health services. Objective: To identify the image of nurse profession perceived by pharmacy students in Yogyakarta. Methods: This research is quantitative descriptive using cross sectional approach, conducted at UMY and UGM in February 2016-May 2016. The research samples were active pharmacy students taken by using purposive sampling (n=329). The research instrument was modified questionnaires from other research, including attitude, behavior, performance, nursing profession and service, nurse’s autonomy and role. Data were analyzed using univariate analysis that described frequency and percentage of responses. Results: The image of nurse profession was perceived positively by pharmacy students (57.4%). Respondents positively perceived nurse’s attitude (84.2%), nurse’s behavior (50.5%), nurse’s performance (52.6%), nursing profession and service (58,1%). The autonomy and role of nurse were negatively perceived by 51.4% of respondents. Discussion: The positive image of nursing profession can be influenced by the good knowledge and experience of respondents when interacting with nurses. The negative image perception can arise due to myths and misconceptions. Conclusion: The image of the nurse profession perceived by the pharmacy students can categorized into positive perception. However, the autonomy and role of nurse are still regarded low. Nurses need to improve independent and collaborative nursing services in order to create a more professional image.Keywords: image, nurse, students, pharmacy, perception
Hubungan Intensitas Nyeri dengan Kualitas Tidur pada Pasien Pasca Bedah Sesar Noviyanti, Hevy Amalia; Sutrisna, Marlin; Kusmiran, Eny
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.51 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v4i2.179

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang: Bedah Sesar adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim serta berat janin di atas 500 gram. Dampak yang terjadi setelah bedah sesar adalah nyeri dan gangguan tidur. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan intensitas nyeri dengan kualitas tidur pada ibu pasca bedah sesar. Metode: Menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 42 ibu pasca bedah sesar yang diambil dengan teknik accidental sampling. Pengambilan data dilakukan di RS TK II Dustira Cimahi, menggunakan lembar kuesioner Maternal Pain Questionnaire (MPQ) untuk pengukuran intensitas nyeri dan The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk pengukuran kualitas tidur. Data dikumpulkan pada bulan Mei 2017. Analisis data menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian: Intensitas nyeri yang tertinggi terjadi pada klien pasca bedah sesar yaitu intensitas nyeri hebat dengan 22 responden (52,4%) dan tidak nyaman terdapat 20 responden (47,6%). Lebih dari setengah responden mengalami kualitas tidur yang buruk yaitu 28 responden (66,7%). Ada hubungan antara intensitas nyeri dengan kualitas tidur pada pasien pasca bedah sesar. Diskusi: Faktor yang memengaruhi kualitas tidur pasien adalah sakit yang disebabkan oleh nyeri. Nyeri pasien setelah seksio sesaria karena terputusnya kontinuitas jaringan (trauma pembedahan) sehingga terjadi gangguan kualitas tidur. Semakin berat nyeri, maka semakin terganggu kualitas tidur pasien. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara intensitas nyeri dengan kualitas tidur pada pasien pasca bedah sesar. Pelayanan kesehatan diharapkan melibatkan peran aktif keluarga untuk mengatasi penanganan nyeri pasien pasca bedah sesar, sehingga pasien memiliki kualitas tidur baik.Kata Kunci: Bedah sesar, nyeri, kualitas tidurRelationship Between Pain Intensity With Sleep Quality of Patient Post Caesarean SectionABSTRACTBackground: Cesarean section is an artificial birth, in which the fetus is born through an incision in the abdominal wall and uterine wall and the weight of the fetus is above 500 grams. Impacts that occur after caesarean section are pain and sleep disorders. Aim: To know the relation of pain intensity with sleep quality of mothers post cesarean section. Method: Using cross sectional approach. The sample of the study were 42 post-cesarean mothers taken by accidental sampling technique. The data was collected at RS TK. II Dustira Cimahi using Maternal Pain Questionnaire (MPQ) questionnaire for pain intensity measurement and The Sleep Sleep Quality Index (PSQI) for sleep quality measurement, in May 2017. The MPQ and PSQI questionnaires in this study were not tested for validity and reliability because this questionnaire was standard. Data analysis using Chi-Square test. Results: The highest intensity of pain occurred in the client after cesarean section with severe pain intensity with 22 respondents (52,4%) and uncomfortable there were 20 respondents (47,6%) and more than most client experience poor sleep quality that is 28 respondents ( 66.7%) but there are still clients who experienced good sleep quality 14 respondents (33.3%). The result of the study is that there is a correlation between pain intensity and sleep quality in post cesarean patients. Discussion: The factor that influences the patient’s sleep quality is pain caused by pain. Post sectio caesaria pain due to tissue continuity (trauma from surgery) is interrupted resulting in sleep quality disruption. The more severe the pain, the more disturbed the patient’s sleep quality. Conclusion: There was a significant relationship between the intensity of pain and sleep quality in post-caesarean section patients. Health services are expected to involve the active role of the family to overcome the pain management of post-cesarean patients, so that patients have good quality sleep.Keywords: Cesarean section, pain, sleep quality
PENGAMBILAN KEPUTUSAN SUAMI-ISTRI KELUARGA PETANI DALAM MENENTUKAN JUMLAH KELUARGA IDEAL PADA MASYARAKAT PATRILINEAL BALI Nugraha, Adikarya; Hapsari, Elsi Dwi; Rahmat, Ibrahim
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.473 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v1i1.16

Abstract

"> ABSTRAKTujuan Penelitian: mengetahui pola pengambilan keputusan suami-istri keluarga petani dalammenentukan jumlah keluarga ideal. Metode: Jenis penelitian ini adalah kualitatif, pengambilandata dilakukan dengan mengadakan wawancara mendalam semiterstruktur dengan partisipanpenelitian. Partisipan pada penelitian ini adalah suami-istri keluarga petani yang hanya memiliki duaanak perempuan dan yang memiliki anak empat. Pengambilan data dilakukan tanggal 1 sampaidengan 30 Oktober 2015 di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, ProvinsiBali. Data dianalisis dengan menggunakan metode Colaizzi. Hasil: Pola pengambilan keputusanuntuk menentukan jumlah keluarga ideal dipengaruhi oleh budaya pentingnya anak laki-laki untukmeneruskan keturunan dan adat Bali, pertimbangan kelayakan hidup, dan keinginan melestarikanbudaya Bali. Proses pengambilan keputusan suami-istri keluarga petani selalu melalui prosesperundingan antara suami dan istri untuk menentukan jumlah keluarga ideal. Diskusi: Keluargapetani yang hanya memiliki anak perempuan akan terlebih dahulu berusaha memperoleh anak lakilaki, baru setelah itu melakukan upacara nyentana, yakni pernikahan adat dengan meminang anaklaki-laki untuk tinggal di keluarga perempuan. Simpulan: Pola pengambilan keputusan suami-istrikeluarga petani dalam menentukan jumlah keluarga ideal pengaruhi oleh pentingnya anak lakilaki untuk meneruskan keturunan dan adat Bali, pertimbangan kelayakan hidup dan keinginananmelestarikan budaya Bali.Kata Kunci: pengambilan keputusan, keluarga petani, jumlah keluarga ideal, masyarakat patrilinealBali.ABSTRACTObjective: This study aimed to identify the pattern of decision making by married couples offarmer family in determining an ideal family size. Methods: The study was qualitative. Data werecollected by conducting in-depth semi-structured interviews with participants. Participants in thisstudy were married couples of farmer family who only had two daughters and had four children.Data were collected between 1 and 30 October 2015 at Sobangan Village, Mengwi Subdistrict, Badung District, Bali Province. Data were analyzed using Colaizzi’s method. Results: The pattern ofdecision-making to determine the ideal number of families was affected by the culture of the importance of male child to continue Balinese generation and customs, consideration of proper necessities of life and willingness to preserve Balinese culture. The decision making process by marriedcouples of farmer family was always through a process of negotiation between them to determinethe ideal family size. Discussion: Farmer family who only had female children would attempt tohave male children, then after that they held nyentana ceremony, a wedding custom to propose amale child to live in their family. Conclusion: The pattern of decision-making by married couplesof farmer family in determining the ideal family size was in fl uenced by the importance of malechildren to continue Balinese generation and customs, consideration of proper necessities of lifeand willingness to preserve Balinese culture.Keywords: decision-making, farmer family, ideal family size, patrilineal society of Bali.
Hubungan Harga Diri dan Komunikasi Terapeutik Mahasiswa Profesi Keperawatan Kristofora Erma Kurniawati; Totok Harjanto
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 2, No 3 (2017)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.665 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v2i3.91

Abstract

ABSTRAKTujuan Penelitian: Praktik klinik keperawatan memiliki stresor tinggi yang dapat mempengaruhi harga diri mahasiswa. Komunikasi terapeutik merupakan skill mendasar dan penting dalam mencegah kesalahan medis dan memberikan pelayanan optimal terhadap pasien. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan skor harga diri dan skor komunikasi terapeutik mahasiswa profesi di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada. Metode: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif korelasional dengan rancangan cross-sectional dengan subyek 60 mahasiswa profesi. Pengambilan data dilakukan selama 1 bulan. Harga diri diukur dengan Kuesioner State Self-Esteem Scale dan komunikasi terapeutik dengan checklist observasi. Hasil penelitian dianalisis dengan Uji Pearson. Hasil: Harga diri sebagian besar responen berada pada kategori rendah atau kurang dari rata-rata (53,4%). Komunikasi terapeutik sebagian besar responden berada pada kategori kurang (86,7%). Uji korelasi skor harga diri dan skor komunikasi terapeutik menghasilkan r=0,057 dan p=0,664. Diskusi: Sebagian responden memiliki harga diri rendah, hal ini disebabkan responden baru tiga minggu mengikuti pendidikan profesi sehingga dalam proses adaptasi dan proses menumbuhkan harga diri. Skor komunikasi terapeutik yang kurang pada sebagian besar responden disebabkan responden terfokus pada tindakan keperawatan untuk menghindari kesalahan. Hasil korelasi skor harga diri dan skor komunikasi terapeutik dalam penelitian ini tidak mendukung adanya hubungan antara skor harga diri dan skor komunikasi terapeutik. Hasil ini disebabkan komunikasi terapeutik tidak hanya ditentukan oleh faktor internal, namun juga faktor eksternal serta perbedaan jenis tindakan keperawatan yang memiliki kesulitan yang berbeda dan perbedaan ruang rawat inap. Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara harga diri dan komunikasi terapeutik.Kata Kunci: harga diri, komunikasi terapeutik, mahasiswa profesi keperawatan, pasienCORRELATION BETWEEN SELF-ESTEEM AND THERAPEUTIC COMMUNICATION OF STUDENTS OF PROFESSIONAL NURSING PROGRAM, FACULTY OF MEDICINE, UNIVERSITAS GADJAH MADA WITH PATIENTS AT RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTAABSTRACTObjective: Nursing clinical practice has high stressors that may affect student self-esteem. Therapeutic communication is a basic and important skill in preventing medical errors and providing optimum services to patients. This research aims to identify the correlation between self-esteem scores and therapeutic communication scores in students in Nursing Professional Program, Faculty of Medicine, Public Health, and Nursing, Universitas Gadjah Mada. Methods: This research is quantitative correlational using cross-sectional design with the subjects of 60 professional students. Data were collected for 1 month. Self-esteem was measured by using State Self-Esteem Scale Questionnaire and therapeutic communication was measured using an observation checklist. The data were analyzed using Pearson Test. Results: 53.4% of respondents had low self-esteem or less than the average. 86.7% of respondents had poor therapeutic communication. The score of correlational test of self-esteem and therapeutic communication score indicated r=0.057 and p=0.664. Discussion: Some respondents had low self-esteem because they had just been three weeks in professional education so that they were in the process of adaptation and the process of developing self-esteem. Low therapeutic communication scores on the majority of respondents were caused by respondents focus on nursing procedures in order to avoid errors. The results of the correlation between self-esteem scores and therapeutic communication scores in this research did not support the correlation between self-esteem scores and therapeutic communication scores. This was because therapeutic communication is not only determined by internal factors, but also external factors and differences in types of nursing actions which have different difficulties and different inpatient rooms. Conclusion: There is no correlation between self­esteem and therapeutic communication.Keywords: self-esteem, therapeutic communication, students of professional nursing program, patients
Gambaran Symptoms pada Perempuan dengan Kanker Ginekologi Nunung Nurhayati; Fitriani Miraz; Astri Mutiar; Linlin Lindayani
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 3, No 3 (2018)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.595 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v3i3.168

Abstract

ABSTRAKLatar belakang: Kanker ginekologi merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi jenis kanker yang sering terjadi. Faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian kanker ginekologi, yaitu banyaknya gejala-gejala yang diabaikan sehingga gejala yang sebenarnya dapat ditangani lebih awal menjadi penyakit yang sangat serius. Perempuan dengan kanker ginekologi memiliki beban gejala dari waktu ke waktu yang dapat menghasilkan respon negatif pada fisik, psikologis dan emosional pasien. Penelitian ini akan melihat beban gejala pada kanker ginekologi baik yang sudah melakukan proses kemoterapi maupun yang belum melakukan proses kemoterapi.Tujuan: Mendeskripsikan symptom pada perempuan dengan kanker ginekologi. Metode: Penelitian ini menggunakan desian penelitian kuantitatif bersifat deskriptif dengan pendekatan cross-sectional study dengan jumlah sampel 95. Instrument MSAS digunakan untuk pengukuran gejala. Data dianalisis dengan menggunakan deksriptif analisis. Hasil: Sepuluh gejala yang umum dialami responden dengan kanker ginekologi adalah merasa khawatir 96,8% (92), merasa sedih 95,8% (91), susah tidur 93,7% (89), masalah dalam aktivitas atau gairah seksual 89,5% (85), merasa lelah 86,3% (82), kurang nafsu makan 81,1% (77), pusing 80% (76), mudah marah 80% (76), nyeri 78,9% (75), kurang energi 78,9 (75), dengan rata-rata gejala sebesar 1,08 (± 0,386). Kesimpulan: Tiga gejala yang umum dialami responden dengan kanker ginekologi adalah merasa khawatir, merasa sedih, susah tidur. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan untuk membuat suatu intervensi priotitas untuk meminimilkan gelaja yang dirasakan oleh pasien dengan kanker ginekologi.Kata Kunci: Kanker Ginekologi, Gejala, PerempuanSymptom in Women with Gynecological CancerABSTRACTBackground: Gynecological cancer is one of the most common types of reproductive health problems in cancer. Factors that cause high rates of gynecological cancer, namely the number of symptoms that are ignored so that the actual symptoms can be treated early into a very serious disease. Women with gynecological cancer have a burden of symptoms over time which can produce negative responses to the physical, psychological and emotional patient. This study will look at the symptoms in gynecological cancers both those who have undergone chemotherapy and those who have not yet taken chemotherapy. Objectives: Describe the symptom burden in women with gynecological cancer. Methods: This study used a descriptive quantitative research design with a cross-sectional study approach with a sample size of 95. The MSAS instrument was used to measure symptoms. A descriptive statistics were used to analyse the data. Results: Ten common symptoms experienced by respondents with gynecological cancer were feeling worried 96.8% (92), feeling sad 95.8% (91), insomnia 93.7% (89), problems in activity or sexual arousal 89, 5% (85), feeling tired 86.3% (82), lack of appetite 81.1% (77), dizziness 80% (76), irritability 80% (76), pain 78.9% (75), less energy is 78.9 (75), with an average symptom of 1.08 (± 0.386). Conclusion: Three common symptoms experienced by respondents with gynecological cancer are feeling worried, feeling sad, insomnia. The results of this study can be input for health workers to make a priority intervention to minimize the symptoms felt by patients with gynecological cancer.Keywords: Gynecological Cancer, Symptoms Burden, Women
Pengaruh Madu terhadap Frekuensi Batuk dan Napas Serta Ronkhi pada Balita Pneumonia Diah Ayu Agustin; Nani Nurhaeni; Nur Agustini
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.792 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v2i1.82

Abstract

ABSTRAKBalita pneumonia mengalami batuk, napas cepat, dan ronkhi. Madu memiliki efek antimikroba dan antibodi yang dapat menghambat pertumbuhan agen mikroba penyebab pneumonia. Tujuan penelitian: mengetahui pengaruh pemberian madu terhadap frekuensi batuk, frekuensi napas, dan ronkhi balita pneumonia. Metode: Desain penelitian quasi-experimental: pre-test-post-test, non-equivalent control group. Jumlah sampel 34 balita berdasarkan rumus besar sampel kategorik berpasangan. Kelompok intervensi sejumlah 17 orang, diberikan madu murni 2,5 cc 30 menit sebelum anak tidur malam (± pukul 18.00) selama 3 hari. Kelompok kontrol sejumlah 17 orang diberikan air putih 2,5 cc 30 menit sebelum anak tidur malam (± pukul 18.00) selama 3 hari. Pengukuran hasil penelitian dilakukan pada hari pertama sebelum perlakuan dan hari keempat setelah perlakuan. Instrumen yang digunakan ialah timer, stetoskop, lembar observasi, dan kuesioner. Analisis data bivariat berpasangan menggunakan marginal homogenity, pair t test, dan Mc Nemar. Analisis data bivariat tidak berpasangan menggunakan Kolmogorov Smirnov, Fisher exact, dan independent t test. Hasil: Hasil penelitian menemukan adanya pengaruh yang bermakna pada pemberian madu terhadap frekuensi batuk (p=0,001), frekuensi napas (p=0,0001), dan ronkhi (p=0,012) antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Kesimpulan: Rekomendasi penelitian ialah perlu menerapkan pemberian madu pada balita pneumonia untuk menurunkan batuk, frekuensi napas, dan ronkhi.Kata Kunci: balita pneumonia, frekuensi batuk, frekuensi napas, madu, ronkhi.EFFECT OF HONEY ON FREQUENCY OF COUGH, RESPIRATION AND RHONCHI IN UNDER-FIVE CHILDREN WITH PNEUMONIAABSTRACTUnder-five children with pneumonia experience cough, rapid breathing, and rhonchi. Honey has antimicrobial and antibody effects which can inhibit the growth of pneumonia-causing microbial agents. Objective: To identify the effect of honey on frequency of cough, respiration, and rhonchi in under-five children with pneumonia. Methods: This study employed quasi- experimental research with pretest-posttest, non-equivalent control group. The number of samples of 34 under-five children based on the formula of categorical paired samples. The intervention group numbering 17 people was given 2.5 cc ofpure honey 30 minutes before the child slept at night (± 06:00pm) for 3 days. The control group numbering 17people was given 2.5 cc ofwater 30 minutes before the child slept at night (± 06:00pm) for 3 days. The study results were measured on the first day before treatment and the fourth day after treatment. The instruments used were timer, stethoscope, observation sheet, and questionnaire. Paired bivariate data were analyzed using marginal homogeneity, pair t test, and Mc Nemar. Unpaired bivariate data were analyzed of using Kolmogorov-Smirnov, Fisher’s exact, and independent t-test. Results: The study results found a significant effect of giving honey on frequency of cough (p=0.001), frequency of respiration (p=0.0001), and rhonchi (p=0.012) between the control group and the intervention group. Conclusion: This study recommends to give honey to under-five children with pneumonia to decrease cough, frequency of respiration, and rhonchi.Keywords: under-five children with pneumonia, frequency of cough, frequency of respiration, honey, rhonchi.
Hubungan Perilaku Pencegahan dengan Kejadian Komplikasi Akut pada Pasien Diabetes Melitus I Wayan Suardana; I Wayan Mustika; Dewa Ayu Sri Utami
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.861 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v4i1.193

Abstract

ABSTRAKTujuan: menganalisis hubungan perilaku pencegahan dengan kejadian komplikasi akut pada pasien Diabetes Melitus (DM). Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian correlational. Tehnik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 85 orang. Instrumen yang digunakan dikembangkan dari instrumen The Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ) untuk menilai perilaku pencegahan pada pasien DM dan instrumen untuk menilai pengetahuan, sikap, dan perilaku. Data dianalisis secara univariate dan bivariat (chi-square test). Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan perilaku pencegahan dengan kejadian komplikasi akut pada pasien DM. Pasien DM yang memiliki perilaku pencegahan yang cukup (60-79%) mempunyai 4,73 kali untuk mengalami komplikasi akut pada DM. Diskusi: Tindakan pengendalian DM untuk mencegah komplikasi sangat diperlukan, khususnya dengan menjaga tingkat gula darah sedekat mungkin dengan normal. Kesimpulan: Perilaku pencegahan yang baik dapat mencegah terjadinya komplikasi pada penderita DM Type II.Kata Kunci: Perilaku, pencegahan, komplikasi, Diabetes MelitusRelationship Between Preventive Behaviour with Acute Complications Occurrence in Diabetes Mellitus Patients ABSTRACTAim: to analyze the relationship between preventive behavior with the incidence of acute complications in DM patients. Method: The type of research used is correlational research. The sampling technique used was purposive sampling with 85 samples. The Instruments of this research are developed from The Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ) to assess the preventive behaviour in DM patients and instrument to assess knowledge, attitude, and behaviour. Data analysis using univariate and bivariate (chi-square test) analysis. Results: The results of this study indicate that there is a correlation between preventive behavior and the incidence of acute complications in DM patients. DM patients who was categorized in moderate preventive behaviour (60-79%) have 4.73 times experience acute complication in DM. Discusion: preventive behavior to prevent complication is necessary, especially by maintaining the blood glucose as close as possible to normal level. Conclusion: Good preventative behavior could prevent complications in patients with Type II of DM.Keywords: behaviour, prevention, complication, diabetes mellitus
PERBEDAAN TERAPI BACK MASSAGE DAN AKUPRESUR TERHADAP KUALITAS TIDUR PASIEN HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM LANGSA Mailisna .; Sutomo Kasiman; Evi Karota Bukit
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 1, No 3 (2016)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.153 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v1i3.32

Abstract

ABSTRAKTujuan penelitian: mengetahui perbedaan terapi back massage dan akupresur terhadap kualitastidur pasien hemodialisa di Rumah Sakit Umum Langsa. Metode: Jenis penelitian yang digunakanialah kuasi eksperimen dengan pretest dan posttest pada dua kelompok (two group pretest danposttest desain). Populasi pada penelitian ini berjumlah 88 orang yang menjalankan hemodialisarutin. Jumlah sampel sebanyak 66 orang (33 responden dilakukan terapi back massage danakupresur) yang diperoleh dengan menggunakan teknik non probability sampling jenis consecutivesampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner kualitas tidur dengan skor 0–21. Analisisbivariat menggunakan uji paired t test dengan derajat kemaknaan α (0.05). Hasil: Hasil penelitianmenunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifi kan hasil skor kualitas tidur di antara therapy backmassage dan akupresur dengan nilai p=0.575(>0.001). Penelitian ini menunjukkan ada peningkatankualitas tidur pasien hemodialisa setelah dilakukan intervensi. Kesimpulan: Terapi back massagedan akupresur dapat dijadikan sebagai tindakan terapi komplementer yang dapat diaplikasikansebagai upaya peningkatan kualitas tidur pasien hemodialisa.Kata Kunci: terapi back massage, akupresur, kualitas tidur, hemodialisaThe Difference between Back Massage Therapy and Acupressure on Quality of Sleep inHemodialysis Patients at General Hospital of LangsaABSTRACTObjective: This study aims at identifying the difference between back massage and acupressuretherapy on quality of sleep in hemodialysis patients at General Hospital of Langsa. Methods: Itemployed a quasi-experimental method with two-group pretest-posttest design. The population was88 patients who received hemodialysis routinely. A sample size was 66, consisting of 33 receivingback massage and 33 receiving acupressure and taken using non-probability sampling design, i.e.consecutive sampling. Data were collected using questionnaires concerning the quality of sleep witha score of 0-21 and analyzed using bivariate analysis with paired t-test at α (0.05). Results: Theresults of the study indicated that there was the difference in the quality of sleep before and afterback massage therapy and acupressure with p-value=0.575 (>0.001). It was also found that therewas the increase in the quality of sleep in hemodialysis patients after the intervention. Conclusion:Back massage and acupressure therapy can used as a complementary therapy which can appliedas the therapy for improving the quality of sleep in hemodialysis patients.Keywords: Back Massage Therapy, Acupressure, Quality of Sleep, Hemodialysis.
HUBUNGAN PEER AND PARENT ATTACHMENT DENGAN GANGGUAN PERILAKU MAKAN PADA REMAJA SMA Maria Yuliana; Mustikasari -
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.829 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v3i2.105

Abstract

ABSTRAKRemaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik serta psikologis yang pesat. Hal ini membuat remaja rentan mengalami masalah kesehatan, salah satunya gangguan perilaku makan. Salah satu faktor yang memengaruhi yaitu peer attachment dan parent attachment. Tujuan penelitian: untuk mengetahui adanya hubungan peer dan parent attachment dengan gangguan perilaku makan pada remaja SMA. Metode: Penelitian menggunakan desain cross sectional kepada 65 responden yang diambil berdasarkan purposive sampling. Kriteria responden penelitian yaitu remaja usia 15-17 tahun dan mengalami gangguan perilaku makan. Gangguan perilaku makan diidentifikasi menggunakan alat ukur The Eating Attitudes Test-26 (EAT-26), sedangkan attachment diukur dengan The Inventory of Peer and Parent Attachment (IPPA) yang valid dan reliabel. Penelitian ini telah dinyatakan lolos kaji etik oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Hasil: penelitian menunjukkan ada hubungan peer attachment dengan gangguan perilaku makan (p=0,000; r=0,459), dan ada hubungan parent attachment dengan gangguan perilaku makan (p=0,020; r=0,288). Kesimpulan: Rekomendasi adalah sekolah dapat memaksimalkan upaya membangun perilaku hidup sehat dengan mengadakan penyuluhan secara berkala berkaitan dengan berat badan ideal, perilaku makan yang baik, dan gizi seimbangKata Kunci: gangguan perilaku makan, parent attachment, peer attachment, remajaCORRELATION BETWEEN PEER AND PARENT ATTACHMENT WITH DISORDERED EATING BEHAVIORS IN HIGH SCHOOL ADOLESCENTSABSTRACTObjective: This study is aimed to determine the correlation between peer and parent attachment with disordered eating behaviors in high school adolescents. Methods: Its design was cross-sectional with samples and selected through purposive sampling technique.The Criteria of respondents were adolescent aged 15-17 years and experienced disodered eating behaviors. Disordered eating behaviors were identified using the The Eating Attitudes Test-26 (EAT-26), while attachments were measured by The Inventory of Peer and Parent Attachment (IPPA). Both of them are valid and reliable. This research has been declared escaped ethical review by Research Ethics Committee Faculty of Nursing University of Indonesia. Data was analyzed with pearson correlation test. Results: The results showed there were a correlation between peer attachment and disordered eating behaviors (p=0,000; r=0,459). Also, there were a correlation between parent attachment and disordered eating behaviors (p=0,020; r=0,288). Disscussion: Recommendation is schools can maximize efforts to build healthy lifestyles by conducting periodic counseling related to ideal body weight, good eating behavior, and balanced nutrition.Keywords: adolescent, disordered eating behaviors, parent attachment, parent attachment
Faktor Resiko Jatuh pada Lansia di Unit Pelayanan Primer Puskesmas Medan Johor Rohima, Vitri; Rusdi, Iwan; Karota, Evi
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.18 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v4i2.184

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang: Lansia merupakan tahap akhir pertumbuhan kehidupan manusia yang mengalami perubahan fisik maupun psikososial, dan salah satu aspek penting perubahan itu adalah resiko jatuh. Resiko jatuh pada lansia dipengaruhi oleh faktor intrinsik, faktor ekstrinsik, dan faktor situasional. Tujuan: penelitian ini untuk mengetahui hubungan resiko jatuh dengan kejadian jatuh pada klien lansia di Puskesmas Medan Johor. Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif korelasi terhadap 70 responden lansia. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner faktorfaktor penyebab resiko jatuh dan kejadian resiko jatuh pada klien lansia. Hasil: umumnya klien berusia 60-74 (51%), beragama Islam (81%), dan keluarga tinggal serumah lebih dari 2 orang 84%. Hasil penelitian menunjukkan faktor penyebab resiko jatuh lansia terutama dari faktor situasional 26%, faktor intrinsik 17% dan tidak ada dari faktor ekstrinsik (0%). Berdasarkan kejadian resiko jatuh pada lansia adalah 46% beresiko tinggi, 36% beresiko rendah, dan 18% tidak beresiko. Hasil uji chi square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dari faktor intrinsik p=0,000, faktor ekstrinsik p=0,000 dan faktor situasional p=0,004 terhadap kejadian resiko jatuh. Kesimpulan: faktor-faktor resiko jatuh berhubungan dengan kejadian jatuh pada klien lansia di Puskesmas Medan Johor. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pelayanan kesehatan khususnya pelayanan asuhan keperawatan untuk meningkatkan edukasi kepada klien lansia dan keluarganya tentang dengan resiko jatuh dan pelayanan kesehatan dapat melakukan pengembangan program kegiatan pencegahan resiko jatuh pada lansia.Kata Kunci: Lansia, resiko jatuh, kejadian resiko jatuhRisk for Full Factor among the Elders in Puskesmas Medan Johor ABSTRACTBackground: Elderly is a process of human life experiencing various physical and psychosocial changes, and one important aspect due to these changes is the risk of falling among the elders. It is influenced by intrinsic, extrinsic, and situational factors. Aim: The purpose of this study was to determine the relationship between the risk of falls and the incidence of falls in elderly clients who visit to the Health Center. Method: This study is a descriptive study of correlation to 70 elderly people at the Puskesmas Medan Johor. The data were collected by using questionnaires of risk factors of fall and risk incidence of falls on the elders. Result: Demographic data are generally the elders aged 60-74 years (51%), Moslem (81%), family live at home more than 2 person (84%). The results of the study showed that the risk factor of falling elderly mainly from situational factor (26%), intrinsic factor (17%) and extrinsic factor (0%). Meanwhile, based on the risk incidence of falling on the elderly clients, the result is high risk (46%), low risk (36%), and no risk of fall (18%). The chi square test shows that there is significant correlation of intrinsic factor p=0.000, extrinsic factor p=0.000 and situational factor p=0.004 to fall risk event. Conclusion: There is a relationship between falling risk factors and the incidence of falls in elderly clients at the Puskesmas Medan Johor. This study provide recommendations for health services, especially nursing care services to provide education to elderly clients and their families related to the risk of falls in the elderly and the health centers can develop prevention programs to reduce the risk of falls in the elderly.Keywords: Elderly, a risk factor for falling, the risk of falling

Page 2 of 21 | Total Record : 205