cover
Contact Name
Jurnal Teknik Lingkungan ITB
Contact Email
jurnaltlitb@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltlitb@gmail.com
Editorial Address
http://journals.itb.ac.id/index.php/jtl/about/editorialTeam
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Teknik Lingkungan
ISSN : 08549796     EISSN : 27146715     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Teknik Lingkungan ITB merupakan jurnal resmi yang dipublikasikan oleh Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Jurnal ini mencakup seluruh aspek ilmu Teknik Lingkungan sebagai berikut (namun tidak terbatas pada): pengelolaan dan pengolahan air bersih, pengelolaan dan pengolahan air limbah, pengelolaan dan pengolahan persampahan, teknologi pengelolaan lingkungan, pengelolaan dan pengolahan udara, kebijakan air, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Articles 438 Documents
PROGRAM STANALISIS MANFAAT BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH SPENT BLEACHING EARTH MELALUI PEMANFAATAN DAN PENIMBUNAN DENGAN MEMPERHITUNGKAN NILAI GAS RUMAH KACA UDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN, INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Pasaribu, Kapas Fernando; Sukandar, Sukandar
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.014 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2017.23.2.4

Abstract

Abstrak: Pertumbuhan industri minyak sawit di Indonesia mendorong tumbuhnya jumlah limbah spent bleaching earth (SBE). Ditetapkannya limbah SBE sebagai limbah B3 pada tahun 2014 menyebabkan urgensi pengelolaan limbah B3 pada perusahaan. Urgensi pengelolaan limbah SBE mendorong peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) yang berdampak negatif pada perubahan iklim. Oleh karenanya, eksternalitas berupa emisi GRK perlu diinternalisasi dalam skenario perencanaan biaya guna mengurangi beban lingkungan. Dalam penelitian ini, pengujian nilai manfaat-biaya pada skenario pengelolaan limbah SBE yang meliputi pemanfaatan dan penimbunan telah dilakukan. Nilai emisi GRK pada tiap skenario diinternalisasi dalam nilai investasi melalui perhitungan shadow price of carbon (SPC). Pengujian nilai manfaat-biaya dilakukan melalui perhitungan net present value (NPV) dan benefit cost ratio (BCR) yang dilanjutkan dengan analisis sensitivitas. Skenario pemanfaatan minyak nabati SBE sebagai bahan baku pembuatan biodiesel serta pemanfaatan residunya sebagai pengganti bahan baku bentonit dalam kiln semen merupakan skenario yang layak secara ekonomi dan memiliki nilai GRK yang rendah, sehingga layak dijadikan sebagai alternatif pengelolaan limbah SBE. Kata kunci: Benefit-cost analysis, spent bleaching earth, gas rumah kaca, shadow price of carbon Abstract : The growth of palm oil industry in Indonesia induces the growth of spent bleaching earth (SBE). Legitimation of SBE waste as hazardous waste in 2014 caused urgency of SBE?s waste management on the palm oil company. This urgancy of SBE waste management induce the increased of greenhouse gas (GHG) emissions that have a negative impact on climate change. Therefore, externalities of GHG emissions need to be internalized in the cost planning scenario to reduce environmental impact. In this study, cost-benefit value testing on SBE waste management scenarios including recovery and landfillin has been done. The GHG emission value in each scenario is internalized in the investment value through the calculation of shadow price of carbon (SPC). Cost-benefit analysis is done through calculation of net present value (NPV) and benefit cost ratio (BCR) followed by sensitivity analysis. The scenario of recover vegetable oil from SBE as raw material for biodiesel production and its residue as a substitute of bentonite in cement kiln is founded economically feasible and has low GHG value, making it as an alternative waste management for SBE waste Key words: Benefit-cost analysis, spent bleaching earth, greenhouse gas, shadow price of carbon
ANALISA PENGELOLAAN SAMPAH MAKANAN DI KOTA BANDUNG Brigita, Gladys; Rahardyan, Benno
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 19, No 1 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (718.92 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.1.4

Abstract

Abstrak : Komposisi sampah di Indonesia didominasi oleh sampah organik yang berasal dari sampah sisa makanan, sementara pengelolaan sampah jenis  ini  telah  mendapatkan perhatian khusus di  beberapa negara  lain  seperti Amerika Serikat, Singapura, dan Inggris, di Indonesia pengelolaan sampah organic masih dititikberatkan pada metode landfilling. Dengan mengambil kota Bandung sebagai lokasi penelitian, penelitian mengenai sampah makanan ini dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran timbulan dan komposisi sampah sebagai data primer serta pengumpulan data sekunder dengan tujuan untuk melakukan kajian dan analisa pengelolaan sampah makanan di Kota Bandung. Dengan mengambil titik sampel dalam 7 kategori (food court, RM padang, RM Sunda, hotel, PKL, RM siap saji, kafe), penelitian dilakukan sejak bulan april ? juni 2013. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah timbulan sampah sisa makanan sebesar 0,23 ? 2 liter/orang/hari dengan komposisi sebanyak 73% merupakan sampah organik. Permasalahan teknis yang dihadapi dalam pengelolaan sampah sisa makanan adalah kurangnya kesadaran pemerintah dalam menyediakan fasilitas pengolahan sampah makanan secara khusus dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemilahan.
PENGARUH VARIASI SUBSTRAT DAN ORGANIC LOADING RATE PADA PEMBENTUKAN BIOGRANULAR AEROB DALAM SEQUENCING BATCH REACTOR Pertiwi, Melati Sekar; Handajani, Marisa
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 18, No 2 (2012)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.432 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2012.8.2.4

Abstract

Abstrak : Sistem lumpur aktif konvensional merupakan sebuah teknologi pengolahan air limbah secara biologi yang sudah sering dijumpai dalam instalasi pengolah air limbah. Terdapat dua tangki pengolahan dalam lumpur aktif konvensional, yaitu tangki aerasi dan tangki pengendapan. Pada tangki pengendapan, biomassa tersuspensi memiliki kecepatan pengendapan yang relatif rendah sehingga waktu retensi hidrolik menjadi lebih lama. Hal ini menyebabkan luas lahan yang dibutuhkan untuk tangki pengendapan menjadi lebih besar. Untuk mengoptimalkan penggunaan lahan, diperlukan unit pengolahan yang lebih kompak, yaitu dengan menggunakan Sequencing Batch Reactor. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membentuk granular aerob yang memiliki kecepatan pengendapan yang tinggi serta unit pengolahan yang lebih kompak.Penelitian dilakukan dengan menggunakan kolom reaktor setinggi 1,2 m dengan volume sebesar 2,4 liter. Penelitian dilakukan dengan dua jenis substrat, yaitu glukosa dan asetat. Variasi Organic Loading Rate (OLR) yang dilakukan yaitu 24 dan 5 kg COD/ m3.hari. Waktu pengendapan dijadikan variabel tetap dengan durasi 10 menit. Laju aliran udara yang digunakan yaitu 1 liter/menit. Hasil yang diperoleh dari penelitian dengan OLR 24 kg COD/m3.hari pada substrat glukosadapat membentuk granular dengan ukuran berkisar antara 1,6-13,77 mm, sedangkan pada substrat asetat dapat membentuk granular dengan ukuran berkisar antara 1,3-26,5 mm. Pada variasi OLR 5 kg COD/ m3.hari, kedua substrat menunjukkan hasil yang hampir serupa, yaitu dapat membentuk granular dengan ukuran sebesar 0,3-2 mm. 
DINAMIKA POPULASI BAKTERI HETEROTROF DAN AUTOTROF PADA PENGOLAHAN SLUDGE PRODUCED WATER HASIL EKSPLORASI MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN METODE AERATED STATIC PILE DAN DEGRADASI ANAEROBIK Sari, Eka Pravita; Effendi, Agus Jatnika
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 20, No 1 (2014)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1008.212 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2014.20.1.8

Abstract

Abstrak: Kuantitas produced water akan semakin meningkat setiap tahun seiring dengan semakin lamanya sumur pengeboran. Hal ini akan berbanding lurus dengan sludge yang dihasilkan pada proses pengolahan produced water di IPAL. Tingginya rasio C/N serta kandungan C-organik pada sludge akan mempengaruhi proses degradasi sludge oleh mikroba. Pengolahan yang memanfaatkan kinerja dari mikroorganisme ini dilakukan secara aerob dan anaerob hingga kandungan C-organik >15% dan rasio C/N yaitu 15% ? C/N ? 25 yang mengacu dalam Permentan No.70/Permentan/SR.140/10/2011. Studi penelitian lebih banyak menargetkan hubungan dinamika populasi kedua kelompok mikroba tersebut terhadap performa kerja reaktor secara aerob dan anaerob. Hasil penelitian diperoleh bahwa pertumbuhan bakteri heterotrof dan autotrof terjadi secara berurutan. Populasi tertinggi bakteri heterotrof aerob mencapai 3,3.1010 - 4,9.1013 CFU/g tanah (hari ke-20), bakteri autotrof aerob mencapai 4,2.106 - 8,3.108 CFU/g tanah (hari ke-30), bakteri heterotrof anaerob mencapai 2,56.106 - 1,56.108 CFU/g tanah (hari ke-25), dan bakteri autotrof anaerob mencapai 5,6.103 - 9,7.105 CFU/g tanah (hari ke-40). Reaktor pengolahan paling optimum terdapat pada RA2 (untuk bakteri heterotrof aerob) dengan µ 0,807 koloni/hari, RA3 (bakteri autotrof aerob) dengan µ 0,468 koloni/hari, RN1 (untuk bakteri heterotrof anaerob) dengan µ 0,412 koloni/hari dan RN5 (untuk bakteri autotrof anaerob) dengan µ 0,197 koloni/hari. Kata kunci: sludge produced water, bakteri heterotrof, bakteri autotrof, aerated static pile, degradasi anaerobik. Abstract: The quantity of produced water will be increased every year along with the length of drilling wells. It will be directly proportional to generated sludge from produced water treatment process at waste water treatment plant. The high of C/N ratio and C-organic content on sludge will influence of degradation process by microbes. The process used of microbes performance in aerobic and anaerobic until C-organic content >15% and C/N ratio is 15% ? C/N ? 25 which refers in Permentan No.70/Permentan/SR.140/10/2011. Research study more targeted relations of population dynamics both two groups microbes with reactor performance in aerobic and anaerobic. The results of study showed that bacterial population was increased by increasing source carbon. The growth of heterotrophs and autotrophs bacteria occur sequentially. Highest population of heterotrophs aerobic bacteria reached 3.3.1010 ? 4.9.1013 CFU/g soil (20th day), population of autotrophs aerobic bacteria reached 4.2.106 ? 8.3.108 CFU/g soil (20th day), population of heterotrophs anaerobic bacteria reached 2.56.106 - 1.56.108 CFU/g soil (25th day), and population of autotrophs anaerobic bacteria reached 5.6.103 ? 9.7.105 CFU/g soil (40th day). Optimum reactors was found in RA2 (for heterotrophs aerobic bacteria) with µ is 0.807 colonies/day, RA3 (for autotrophs aerobic bacteria) with µ is 0.468 colonies/day, RN1 (for heterotrophs anaerobic bacteria) with µ is 0.412 colonies/day, and RN5 (for autotrophs anaerobic bacteria) with µ is 0.197 colonies/day. Keywords:  sludge produced water, heterotrophs bacteria, autotrophs bacteria, aerated static pile, anaerobic degradation. 
DINAMIKA JUMLAH SAMPAH YANG DIHASILKAN DI KOTA BANDUNG Zulfinar, Zulfinar; Sembiring, Emenda
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 1 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (715.587 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.1.3

Abstract

Abstrak: Umumnya permasalahan yang dialami oleh kota-kota menengah dan besar di Indonesia adalah masalah persampahan. Banyak faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah timbulan sampah, seperti pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, standar hidup yang tinggi, perilaku masyarakat dan sektor informal. Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah timbulan sampah. Oleh karenanya perlu mengetahui seberapa dinamis jumlah timbulan sampah sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk di Kota Bandung. Metode pendekatan sistem dinamik dengan menggunakan simulasi, didapat proyeksi sampah yang dihasilkan Kota Bandung dengan menerapkan berbagai skenario hingga tahun 2034. Timbulan sampah selama masa simulasi memiliki perubahan-perubahan yang cukup dinamis dengan parameter sensitivitas berupa parameter timbulan sampah perkapita. Kata Kunci: sampah, sistem dinamis, simulasi, sensitivitas Abstract: Generally, the problems experienced by the cities of medium and large companies in Indonesia is the problem of waste. Many factors led to increased amount of waste, such as population growth, economic growth, higher living standards, social behavior and informal sector. Bandung is one of the cities that have the factors that led to the increasing amount of waste. Therefore, need to know how dynamic the amount of waste in accordance with the development and population growth in the city of Bandung. Dynamical systems approach using simulations obtained projection Bandung waste generated by applying various scenarios until the year 2034. Waste generation during simulation has changes quite dynamic parameters such as parameter sensitivity of waste generation per capita. Keywords: garbage, dynamic systems, simulation, sensitivity
PEMODELAN KUALITAS AIR MENGGUNAKAN MODEL QUAL2K (STUDI KASUS: DAS CILIWUNG) Triane, Desy; Suharyanto, Suharyanto
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 2 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.54 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.2.9

Abstract

Abstrak: Pengelolaan DAS Ciliwung termasuk salah satu program kebijakan Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia (Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Masyarakat) yang terdapat pada salah satu target Millenium Development Goals (MGD) dengan prioritas utama adalah pengelolaan dan perbaikan fungsi dan kualitas air Sungai Ciliwung.  Sungai ini berhulu di Atta?wun Puncak (Kabupaten Bogor) dan mengalir sampai Teluk Jakarta (Jakarta Utara) dengan panjang sungai kurang lebih 129 km, dengan luas DAS sekitar 347 km2. Debit rata-rata sungai Ciliwung berfluktuatif pada setiap segmennya. Fluktuasi debit terbesar terdapat pada segmen 6 (Pintu Manggarai) dengan adanya pengurangan debit dari 31 m3/s menjadi 1,8 m3/s. Berdasarkan profil DO Sungai Ciliwung segmen 1-6 rentang nilai berfluktuasi antara  0,3 mg/L sampai dengan 8 mg/L. Beberapa titik di Segmen 5 dan 6 telah mencapai  kondisi anoxic hal tersebut ditandai dengan rendahnya nilai DO (0,5 mg/L) yaitu di titik KM 96.1 s.d KM 126.5 (Waduk Pluit). Baku mutu yang ditetapkan untuk nilai DO sebagai kelas III yaitu sebesar 3 mg/L.  Hampir semua titik pengamatan di segmen 1- 6 untuk parameter BOD telah melebihi baku mutu yang ditetapkan yaitu untuk kelas III yaitu 6 mg/L, nilai BOD yang berfluktuasi dengan rentang antara 0.1 mg/L hingga mencapai titik tertinggi sebesar 14,5 mg/L di titik KM 126,5. Beban pencemar untuk BOD terbesar dihasilkan pada segmen 4 dan 5 sungai yaitu sebesar 13577.5 kg/hr dan 28180.9kg/hr. Simulasi penyebaran pencemar dilakukan dengan menggunakan software model QUAL2k dengan penyelesaian menggunakan rumus numerik dan  jenis model steady state. Hasil kalibrasi untuk nilai K1 dan K2 pada segmen 1 adalah 0,3 L/hr dan 0,4 L/hr, segmen 2,3 dan 4 adalah 0,35 L/hr dan 0,4 L/hr, dan segmen 5 dan 6 adalah 0,12 L/hr dan 0,45 L/hr. Pemodelan ini berfungsi untuk mengetahui pola penyebaran pencemar pada air Sungai Ciliwung dari hulu sampai hilir dan merekomendasikan kebijakan dan langkah pengelolaan sesuai dengan hasil grafik model dan besar beban pencemar. Kata kunci:  Sungai Ciliwung dan DAS, beban pencemar, Qual2K, kalibrasi model Abstract: Ciliwung River Watershed management is one of the policies program belong to Ministry of Human and Cultural Development that is included in one of Millenium Development Goals (MDG) with its priority is to manage and recover Ciliwung river functions and water quality. Ciliwung River is one of the river that has social and economic function. The river headwaters is in Atta'wun Puncak (Kab. Bogor) and downstream is in North Jakarta with length 129 km, and 347 km2 for watershed. Average discharge Ciliwung river is fluctuative in each segment. The highest rate fluctuations present is in 6 segments (Pintu Manggarai) with a reduction in discharge of 31 m3 / s become to 1.8 m3 / s. Based on Ciliwung?s DO profile for segments 1-6, range of values fluctuate between 0.3 mg / L up to 8 mg / L. Some points in Segments 5 and 6 have reached an anoxic condition that is characterized by the low value of DO (0.5 mg / L), that is at KM 96.1 to KM 126.5 (Waduk Pluit). Quality standards established for the value of DO as class III in the amount of 3 mg / L. Almost all points observation in segment 1- 6 for BOD parameter has exceeded the quality standards established for Class III which is 6 mg / L, BOD values that fluctuate in range between 0.1 mg / L to reach the highest point of 14.5 mg / L at KM 126.5. The biggest pollutant load for BOD generated in segments 4 and 5 rivers in amount of 13577.5 kg/d and 28180.9 kg/d. Dispersion simulation of pollutants carried out using QUAL2k to completion using a numerical formula and steady state models. Calibration results for value of K1 and K2 in segment 1 are 0.3 L /d and 0.4 L / d, segments 2,3, and 4 are 0.35 L / d and 0.4 L / d, and segment 5 and 6 are 0.12 L / d and 0.45 L / d. This modeling is used to determine the dispersion of pollutants in water Ciliwung River from upstream to downstream and recommend policies and management measures in accordance with the results of graph models and large pollutant loads. Key words: Ciliwung River and Watersheed, pollutant load capacity, Qual2K, model calibration
PENGARUH PERUBAHAN KONSENTRASI KO-SUBSTRAT TERHADAP POPULASI MIKROORGANISME PEMUTUS ZAT WARNA AZO DI BIOREAKTOR MEMBRAN Adyasari, Dini; Effendi, Agus Jatnika
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 16, No 1 (2010)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.114 KB) | DOI: 10.5614//jtl.2010.16.1.8

Abstract

Abstrak : Zat warna azo merupakan masalah utama dari limbah yang dihasilkan oleh industri tekstil. Zat warna azo menjadi begitu berbahaya karena sifatnya yang toksik dan mutagenik untuk kehidupan. Untuk menghilangkan zat warna azo pada air buangan, maka dikembangkan strategi baru untuk pengolahan air buangan secara biologi bernama bioreaktor membran (BRM). BRM yang memiliki 3 tangki, yaitu anoksik, kontak, dan stabilisasi, akan beroperasi dengan konsentrasi ko-substrat yang divariasikan, yaitu 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dinamika populasi mikroba yang mempengaruhi proses rekayasa yang terjadi di dalam BRM, seperti penyisihan warna dan zat organik. Parameter yang diukur adalah perubahan populasi mikroba per tangki, identifikasi jenis mikroba dominan, dan pengaruh mikroba terhadap pendegradasian warna dan zat organik. Hasil menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroba optimum terjadi di konsentrasi ko-substrat 6%. Mikroba sangat berperan terhadap pendegradasian zat warna azo, terutama mikroba di tangki anoksik. Spesies dominan yang berpengaruh terhadap proses rekayasa BRM diidentifikasi berjumlah 7 spesies.Abstract : The azo dye is the main problem of the waste produced by the textile industries. It is very dangerous to living entities due to its toxicity and mutagenic properties. In order to remove the properties (color) of the azo dye waste when disposing to the water environment, this research developed a new concept using a Biology Treatment Process called as a membrane bioreactor (BRM). BRM has three tanks, which is anoxic, contacts, and stabilization, and it operates with various co-substrate concentrations, namely 2%, 4%, 6%, 8%, and 10%. The purpose of this research is to determine the dynamics of microbial population that affect the engineering process occurs in the BRM, such as azo dyes decolorization and organic matter removal. Parameters being measured are the changes in microbial populations in each tank, the identification of dominant microbial species, and the influence of microbes on color and organic matter removal. Results showed that optimum microbial growth occurred in the co-substrate concentration of 6%. Microbes contribute significantly in azo dyes removal, especially microbes in anoxic tank. There are 7 species identified as dominant species that contribute in the engineering process of BRM.Keywords : azo dyes, membrane bioreactor, microbial growth, microbial identification, the dynamics of microbial population
PENGARUH GAS BUANG KNALPOT TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT (SOLANUM LYCOPERSICUM L.) Hilmansyah, Eggy; Setiani, Barti; Sofyan, asep
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 2 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.542 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.2.3

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pemaparan gas hasil dari knalpot terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat yang telah dilakukan di Rumah Kaca. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor dan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah umur tanaman tomat yang terdiri dari dua taraf, yaitu umur tanaman 1 bulan dan tanaman berumur 2 bulan. Faktor kedua adalah taraf lama pemaparan (kontrol di luar chamber, kontrol di dalam chamber, lama pemaparan selama 15 menit, 30 menit, 45 menit dan 1 jam). Hasil penelitian menunjukkan terjadi interaksi antara umur tanaman dengan lama pemaparan terhadap pertumbuhan tanaman tomat. Berdasarkan Uji statistik hasil tertinggi ditunjukkan pada umur tanaman 2 bulan (P2) yang berada pada kontrol dalam (T2) sebesar 81,3 cm dan hasil terendah pada umur tanaman 1 bulan (P1) yang berada pada lama pemaparan selama 60 menit (T6) sebesar 34,9 cm. Kata kunci:  tanaman tomat, pertumbuhan tanaman, lama pemaparan, rancangan acak kelompok,   pencemara udara. Abstract: This research is designed to find out the impact of the exposure of the exhaust fumes which come from the mufflers on growth of the tomatoes cultivation which has been conducted in the Green House. This research used Randomized Block Design with factorial pattern which consisted of 2 factors and 3 time repetitions. First factor was age of the tomatoes cultivation which made up in two levels, that is, cultivation age has one month and the cultivation has two months in age. Second factor was long of duration for the exposure (in field control, in chamber control, duration of exposures  were 15 minutes, 30 minutes, 45 minutes and 1 hour respectively). The research results revealed that the interactions have been occurred between the cultivation age and duration of exposure on growth the tomatoes cultivation. Based on the statistical test, highest result is shown on the cultivation with 2 month in age (P2) which is existed under control (T2) as high as 81.3 cm, in height and lowest result was on the cultivation with 1 month in age (P1) which is existed on long of duration of the outpouring for 60 minutes (T6) as high as 34,9 cm in height. Keywords: tomoto plant, growth of plant, duration of exposure, randomized blok design, air polution
RECOVERY MINYAK DARI LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) SPENT BLEACHING EARTH DENGAN METODE EKSTRAKSI PELARUT Krisyanti, Sri; Sukandar, Sukandar
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 17, No 1 (2011)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.207 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2011.17.1.4

Abstract

Abstrak: Spent bleaching earth (SBE) adalah limbah padat yang dihasilkan dari proses penyulingan minyak dari  industri oleokimia. Spent bleaching earth yang sudah terpisah dengan minyak murni mengandung gums dan kotoran serta sejumlah besar minyak. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, kandungan minyak yang terdapat dalam spent bleaching earth berkisar antara 20%-30% berat spent bleaching earth. Residu minyak spent bleaching earth tersebut di-recovery dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut. Metode ekstraksi yang digunakan yaitu soxhlet dan maserasi. Pelarut yang digunakan yaitu n-heksan dan aseton. Rendemen minyak terbesar dihasilkan dari metode soxhlet dengan menggunakan pelarut aseton dengan kadar 24,14 %. Sedangkan rendemen minyak terkecil dihasilkan dari metode maserasi dengan pelarut n-heksan yaitu sekitar 15,37 %. Kualitas minyak berdasarkan parameter viskositas dan warna minyak terbaik secara menurun yaitu maserasi n-heksan> soxhlet n-heksan> maserasi aseton > soxhlet aseton. Densitas minyak tertinggi yaitu ekstrak minyak metode maserasi dengan pelarut aseton sebesar 0,8838 gr/cm3 dan densitas paling kecil yaitu ekstrak minyak metode soxhlet dengan pelarut aseton yaitu sebesar 0,875 gr/cm3. Persentase asam lemak bebas tertinggi yaitu soxhlet aseton 39,77% atau sama dengan 23,35 mg NaOH/mg minyak dan terendah yaitu 14,27%  atau sama dengan 11,49 mg NaOH/mg minyak berasal dari  metode maserasi dengan pelarut n-heksan. Minyak yang menggunakan pelarut aseton memiliki kualitas kurang baik dibandingkan dengan minyak yang menggunakan pelarut n-heksanKata kunci: Ekstraksi, maserasi, minyak, soxhlet, spent bleaching earth Abstract : Spent bleaching earth (SBE) is a solid waste generated as part of the refining process in the oleochemical industry . The spent bleaching earth thus separated from the oil contains gums and impurities along with significant amount of oils. Based on several previous studied, the content of the oils contained in spent bleaching earth ranged from 20% - 30 % by weight of spent bleaching earth. Spent bleaching earth resisdual oils was recovered by using solvent extraction method. Extraction method used is soxhlet and maceration. While the solvent used are n-hexane and aceton. Yield of oils from soxhlet method using acetone solvent has a highest content oils of 24.14 %. While the lowest yield of oil produced from maceration method using n-hexane solvent is about 15.37 %. Oil quality parameter based on viscosity and color from high  to bad quality is maceration n-hexane>soxhlet n-hexane>maceration acetone>soxhlet acetone. The highest density of oil extract is about 0,8838 gr/cm3, produced by maceration method using acetone solvent. While the lowest is about 0.875 gr/cm3, produced by soxhlet method using acetone solvent. The highest percentage free fatty acid (FFA) is about 39.77 % or same with 23.35 mg NaOH/ mg oil  from soxhlet method using acetone and the lowest is about 14.27% or same with 11.49 mg NaOH/ mg oil  from maceration method using  n-hexane. Extract oil produced from acetone solvent has a less good quality than extract oil from n-hexane solvent.  Key words: Extraction, maceration, oil, soxhlet, spent bleaching earth
OPTIMIZATION AND KINETICS STUDY OF BIOETHANOL PRODUCTION FROM PALM OIL MILL EFFLUENT UNDER ANAEROBIC PROCESS Diamant, Eng; Handajani, Marisa
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 23, No 1 (2017)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.812 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2017.23.1.9

Abstract

Abstrak: Various factors has influenced to the products during the anaerobic fermentation process pathway including pH as the main factors. This research study on kinetics of the bioethanol production at different pH conditions (5.5, 6.5-7.5 and 8.5) with artificial palm oil mill effluent with various concentrations of COD (10 g/L, 15 g/L, and 20 g/L) as a substrate. The optimum condition of pH value which provided the maximum bioethanol production under fermentation process from artificial wastewater will be re-implemented and adjusted the pH of palm oil mill effluent (POME) according to the characteristic of COD. Batch reactor will be used in this research study to preserve the microbial activity for converting substrate into bioethanol production within 72 hours. Nitrogen purged for the first 24 hours will be conducted to remove any residual oxygen from the reactor then internal gas in headspace of the reactor circulation system will be replaced as a mixing system. Microorganisms are taken from cow rumen mixed with palm oil mill effluent sludge. The kinetic studies will be determined such as product formation as bioethanol using Modified Gompertz model and substrate consumption using first-order kinetic. Bioethanol and acids yield and production rate will be determined as well. The result of ethanol production from the experiment was shown that the optimum pH condition from initial COD concentration of 10 g/L was in neutral condition and from 15 and 20 g/L were in acidic condition with the concentration of 12.36 g/L, 10.42 g/L, and 20.91 g/L, respectively. According to characteristic of POME wastewater, the concentration of COD was about 15 g/L then pH condition was operated into acidic condition (pH 5.5). From the experiment of the POME wastewater, the ethanol production obtained the maximum in 72 hours of 3.73 g/L. Ethanol yield and production rate from POME were 1.93 g/g and 51.87 mg/L/hr, respectively. Total volatile fatty acids yield and production rate from POME were 2.34 g/g and 62.95 mg/L/hr, respectively.secara rata-rata faktor keamanan sampah terkompaksi melewati standar TPA sementara dan permanen. Kata kunci: pH, kinetic, fermentation, ethanol production, palm oil mill effluent (POME) Abstract: Beberapa factor dapat mempengaruhi produk selama proses anaerobic fermentasi termasuk pH sebagai faktor utama. Penelitian ini mengkaji kinetika produksi bioetanol pada kondisi pH yang berbeda (5,5, 6,5-7,5 dan 8,5) menggunakan limbah pabrik kelapa sawit artifisial dengan berbagai konsentrasi COD (10 g/L, 15 g/L, dan 20 g/L) sebagai substrat. Kondisi optimum nilai pH yang menghasilkan produksi bioetanol maksimum dalam proses fermentasi dari limbah artifisial akan diimplementasikan kembali dan disesuaikan pH limbah pabrik kelapa sawit (POME) sesuai karakteristik COD. Reaktor batch akan digunakan dalam penelitian ini untuk mempertahankan aktivitas mikroba dalam mengubah substrat menjadi bioetanol dalam waktu 72 jam. Nitrogen yang dimurnikan selama 24 jam pertama akan dilakukan untuk menghilangkan sisa oksigen dari reaktor maka gas internal di ruang kepala sistem sirkulasi reaktor akan diganti sebagai sistem pencampuran. Mikroorganisme yang digunakan diambil dari rumen sapi yang dicampur dengan lumpur buangan pabrik kelapa sawit. Studi kinetik akan ditentukan seperti pembentukan produk bioetanol dengan menggunakan model modifikasi Gompertz dan konsumsi substrat menggunakan kinetika orde satu . Nilai Yield dari bioetanol dan asam, serta laju produksi dari bioethanol dan asam juga akan ditentukan. Hasil produksi etanol dari percobaan menunjukkan bahwa kondisi pH optimum dari konsentrasi COD awal 10 g/L berada dalam  kondisi netral dan dari 15 dan 20 g/L berada dalam kondisi asam dengan konsentrasi masing-masing 12,36 g/L, 10,42 g/L, dan 20,91 g/L. Menurut karakteristik air limbah POME, konsentrasi COD sekitar 15 g/L kemudian kondisi pH dioperasikan ke dalam kondisi asam (pH 5.5). Dari percobaan limbah cair POME, produksi etanol diperoleh maksimum dalam 72 jam adalah 3,73 g/L. Hasil etanol dan laju produksi POME adalah 1,93 g/g dan 51,87 mg/L /jam. Total hasil asam lemak volatil dan laju produksi dari POME masing-masing adalah 2,34g/g dan 62,95 mg/L/jam. Keywords: pH, kinetik, fermentasi, produksi etanol, limbah pabrik kelapa sawit (POME)

Page 2 of 44 | Total Record : 438