cover
Contact Name
Jurnal Teknik Lingkungan ITB
Contact Email
jurnaltlitb@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltlitb@gmail.com
Editorial Address
http://journals.itb.ac.id/index.php/jtl/about/editorialTeam
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Teknik Lingkungan
ISSN : 08549796     EISSN : 27146715     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Teknik Lingkungan ITB merupakan jurnal resmi yang dipublikasikan oleh Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Jurnal ini mencakup seluruh aspek ilmu Teknik Lingkungan sebagai berikut (namun tidak terbatas pada): pengelolaan dan pengolahan air bersih, pengelolaan dan pengolahan air limbah, pengelolaan dan pengolahan persampahan, teknologi pengelolaan lingkungan, pengelolaan dan pengolahan udara, kebijakan air, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Articles 438 Documents
ESTIMASI EMISI CO2 DARI PEMBANGUNAN BERBAGAI UKURAN RUMAH SEDERHANA Sudjono, Priana; Octaviana Yudhi, Chendy
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 17, No 2 (2011)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.099 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2011.17.2.10

Abstract

Abstrak: Mendirikan rumah akan mengemisikan CO2 ke udara. Emisi CO2 tersebut berasal dari pembuatan dan pengangkutan bahan bangunan, serta pekerjaan konstruksi. Penelitian ini mencoba memperkirakan besaran emisi CO2 dari pembangunan rumah sederhana. Penelitian diawali dengan pendataan jenis bahan bangunan dan perhitungan kebutuhan bahan bangunan setiap tipe rumah yang merupakan fungsi luas lantai. Kemudian penentuan faktor emisi berbagai bahan bangunan didasarkan pada penelitian terdahulu. Untuk memperoleh gambaran hubungan antara jenis bahan bangunan dan tipe rumah dengan besaran emisi CO2, simulasi dilakukan dengan berbagai skenario yang menyertakan luas rumah dan variasi bahan bangunan sebagai variabel. Hasil simulasi menunjukkan bahwa tipe rumah dan jenis bahan bangunan berperan penting dalam mencapai besaran emisi CO2. Terdapat indikasi bahwa kerumitan pembuatan bahan bangunan dan rumah mempengaruhi besaran emisi CO2. Dengan demikian kesimpulan yang dapat diambil adalah besaran emisi CO2 berbanding lurus dengan luas rumah, jenis dan volume kebutuhan bahan bangunan serta tingkat kerumitan proses konstruksi. Dengan mempertimbangkan variabel tersebut, konstruksi suatu rumah yang rendah emisi CO2 dapat direncanakan.Kata kunci: emisi, CO2, bahan bangunan, rumah Abstract : Construction of a house will emit CO2 into the air. The emitted CO2 comes from manufacturing and transporting building materials and construction works. The study tried to estimate the amount of CO2 emissions from the construction of low-cost houses. The study begins with data collection on the type of building materials and the estimation of the required volume of the building materials for each type of house that is a function of floor area. Then the emission factors of various building materials are determined based on several previous researches. To obtain a figure of the relationships between the type of building materials, type of house with the amount of CO2 emissions, simulations were carried out with the wide variety of scenarios that include house type and variety of building materials as variables. The simulation results show the relationship between the type of the house and the type of building materials plays important roles in the amount of CO2 emision. There are indications that the complexity of manufacturing a building material and the house affect the emissions of CO2. Thus the conclusion is that the amount of CO2 emission is proportional to the area of the house, types of building materials and the volume of building material needs, and the complexity of the construction process. Taking into account of these variables, construction of a houseemitted low CO2 can be planned. Key words: CO2, emissions, construction materials, house. 
PENENTUAN JALUR PIPA SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN WEIGHTED RANKING TECHNIQUE (WRT) DI KECAMATAN BOGOR TENGAH Rosadi, Widhi Sally Sufinah; Hartati, Etih; Halomoan, Nico
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1505.545 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2017.23.2.10

Abstract

Abstrak: Bogor Tengah merupakan pusat pelayanan Kota Bogor dengan tingkat kepadatan penduduk paling tinggi di Kota Bogor, yaitu sebesar 128,8 jiwa/ha. Dalam upaya mengelola air limbah domestik, Pemerintah Kota Bogor melalui RTRW Kota Bogor tahun 2011-2031, merencanakan penyaluran air limbah domestik dengan sistem terpusat mengingat tidak memungkinkan setiap rumah memiliki sistem setempat. Pada perencanan ini, dibuat 2 buah alternatif jalur untuk selanjutnya dipilih jalur yang paling sesuai dengan kriteria teknis yang dipersyaratkan. Metode pendekatan yang digunakan adalah Weighted Ranking Technique (WRT). WRT merupakan metode pemilihan alternatif yang didasarkan pada pemberian bobot terhadap parameter. Berdasarkan hasil analisis, terpilih jalur alternatif 1 sebagai jalur pipa terbaik dengan nilai akhir 0,26. Alternatif 1 memiliki rata rata kecepatan minimum 1,69 m3/detik, waktu pengaliran 8,37 jam, biaya pembelian pipa sebesar Rp. 275.670.000,-, luas area terlayani 67,48 %, dan jumlah aksesoris yaitu 123 unit manhole dan 1 unit siphon Kata kunci: : Pemilihan alternatif jalur pipa, sistem terpusat, Weighted Ranking Technique (WRT) Abstract : Bogor Tengah sub-district is the service center of Bogor City with the highest population density in Bogor City, which is 128.8 people/ha. In an effort to manage domestic wastewater, Bogor City Government through RTRW Kota Bogor 2011-2031, has planned the distribution of domestic wastewater with offsite system since it does not allow every house to have an onsite system. In this plan, 2 pipeline alternatives were identified, to be later selected among those two. The approach method used is Weighted Ranking Technique (WRT). WRT is an alternative selection method based on weighting of parameters. Based on the analysis result, the alternative path 1 was chosen as the best pipeline with the final value of 0,26. Alternative 1 has a minimum flow rate is 1.69 m3 / sec, the flow time is 8.37 hours, the cost of purchasing a pipe of Rp. 275.670.000,-, the area served is 67.48%, and the number of accessories is 123 manhole units and 1 siphon unitKey words: .. Alternative selection of pipeline, offsite system, Weighted Ranking Technique (WRT)
ANALISIS RISIKO PENCEMARAN MERKURI TERHADAP KESEHATAN MANUSIA YANG MENGONSUMSI BERAS DI SEKITAR KEGIATAN TAMBANG EMAS TRADISIONAL (STUDI KASUS: DESA LEBAKSITU, KECAMATAN LEBAKGEDONG, KABUPATEN LEBAK, BANTEN) Pratiwi, Caecilia Ardianovita; Ariesyady, Herto Dwi
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 18, No 2 (2012)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1034.45 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2012.18.2.1

Abstract

Abstrak: Kegiatan tambang emas tradisional berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan akibat penggunaan merkuri, seperti yang dilakukan di Desa Lebaksitu, Kecamatan Lebakgedong, Kabupaten Lebak, Banten. Merkuri digunakan sebagai pengikat unsur emas dalam proses amalgamasi. Pencemar merkuri yang masuk ke lingkungan dapat menyebar ke daerah sekitarnya melalui air, penyerapan oleh tumbuhan dan bioakumulasi pada rantai makanan. Dari hasil analisis Hg di dalam tanah diperoleh kisaran nilai 15.200 ? 226.894 ppb untuk daerah Lebaksampai, 4.275 - 93.925 ppb untuk daerah Lebaktenjo, dan 15.881 ? 102.888 ppb untuk daerah Lebakpari. Tanaman padi yang tumbuh pun memiliki kandungan Hg yang tinggi. Sebagian besar sampel beras yang diperiksa mengandung lebih dari 0,05 ppm merkuri sehingga berisiko terhadap kesehatan penduduk. Penyebaran kuesioner terhadap 30 rumah dengan 126 orang responden didapat data jumlah konsumsi, frekuensi paparan, dan berat badan untuk perhitungan ADD dan HI. Nilai ADD yang didapat berkisar antara 0,825 ? 2,177 ppb/hari untuk anak perempuan berusia dibawah 13 tahun, sedangkan untuk anak laki-laki berkisar antara 0,840 ? 2,177 ppb/hari. Untuk orang dewasa, nilai ADD wanita berkisar antara 0,356 ? 0,800 ppb/hari dan nilai ADD pria berkisar antara 0,327 ? 0,816 ppb/hari. Sedangkan untuk manula di atas 60 tahun, nilai ADD wanita sebesar 0,712 dan pria sebesar 0,506 ? 0,632.  Dengan menggunakan nilai reference dose 0,3 ppb/hari, didapat nilai HI. Nilai HI yang didapat untuk seluruh responden lebih dari 1 atau konsumsi tersebut dapat berpotensi menimbulkan efek non-karsinogenik. 
MICROBIOLOGICAL SOURCE TRACKING BAKTERI ESCHERICHIA COLI DENGAN METODE ANTIBIOTIC RESISTANCE ANALYSIS DI SUNGAI CIKAPUNDUNG Andriani, Ferlita; Ariesyady, Herto Dwi
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 19, No 2 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.483 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.2.6

Abstract

Abstrak: Saat ini DAS Citarum Hulu tengah mengalami penurunan kualitas air sungai. Salah satu penyebab terjadinya permasalahan ini adalah adanya pencemaran pada anak sungai yang masuk ke badan air Citarum Hulu. Sungai Cikapundung merupakan salah satu anak sungai yang turut berkontribusi dalam penurunan kualitas air Sungai Citarum Hulu. Usaha pencegahan pencemaran yang efektif dan efisien hanya dapat dilakukan apabila sumber pencemar telah diketahui. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pelacakan sumber pencemar adalah Microbiological Source Tracking (MST). Terdapat dua metode utama dalam MST yaitu konvensional dan modern. Antibiotic Resistance Analysis (ARA) merupakan salah satu cara modern dalam mendeteksi bakteri yang bertujuan membedakan diversitas resistensi bakteri terhadap antibiotik sehingga dapat terlihat perbedaan pola resistensi dan dapat diidentifikasi sumber bakterinya. Pada Sungai Cikapundung, pelacakan E. coli dilakukan dengan menguji resistensi dari tiap isolat yang diambil dari 3 titik sampling di sepanjang badan air terhadap 10 jenis antibiotik. Pada titik 1 yang terletak di hulu Cikapundung, belum ditemukan adanya pencemaran fekal. Sedangkan, sebaran E. coli pada titik 2 dan 3 berasal dari sumber manusia. Dengan diketahuinya sumber pencemar spesifik, maka diharapkan dapatdilakukan penanganan lebih lanjut yang tepat sasaran. 
WATER FOOTPRINT KONSUMSI TAHU DAN TEMPE DI KOTA BANDUNG Haidir, Muhammad; Sudradjat, Arief
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 20, No 1 (2014)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.188 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2014.20.1.3

Abstract

Abstrak: Air adalah kebutuhan hidup primer manusia. fungsinya sampai sekarang tidak dapat digantikan (Nobelia, 2008). Selain digunakan secara langsung, air tawar digunakan manusia secara tidak langsung salah satunya adalah konsumsi pangan dalam hal ini konsumsi tahu dan tempe. Banyak air yang dibutuhkan selama rantai suplai sampai waktu konsumsi (Van Oel dan Hoekstra, 2011) sehingga konsumsi makanan masyarakat juga menghabiskan banyak air yang terkandung dalam tahu dan tempe tersebut (air maya). Oleh karena itu dibutuhkan konsep water footprint untuk menghitung penggunaan air secara tidak langsung dalam konsumsi tahu dan tempe masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai water footprint konsumsi tahu dan tempe masyarakat Kota Bandung. Pengambilan data primer dengan survey kuisioner di Kecamatan Mandalajati, Kecamatan Coblong dan Kecamatan Sumur Bandung dengan jumlah sampel sebanyak 70. Data sekunder pada penelitian ini berdasarkan Hoekstra dan Mekonnen (2010), wawancara dan observasi langsung dengan pemilik industri tahu dan tempe yang berada di daerah Cibuntu, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung serta data penunjang lainnya terkait penelitian. Metode perhitungan pada penelitian ini berdasarkan the water footprint assessment manual (Hoekstra et al., 2011). Pada penelitian ini nilai water footprint dari produk tahu sebesar 2154 liter/kg dan nilai water footprint produk tempe sebesar 2763 liter/kg. Untuk nilai water footprint konsumsi tahu dan tempe Kota Bandung secara keseluruhan mencapai 93 m3/kapita/tahun atau mencapai 223 juta m3/tahun dan sebesar 13% dari nilai total water footprint konsumsi pangan. Sehingga penghematan air dalam rangka mengurangi nilai water footprint konsumsi tahu dan tempe dapat dilakukan pada tingkat konsumen dan tingkat produsen serta peran pemerintah. Kata kunci : konsumsi tahu dan tempe, water footprint produk, water footprint konsumsi. Abstract:  Freshwater is the primary needs of human life. It functions until now irreplacible (Nobelia, 2008). Besides being used directly, freshwater used by humans indirectly for example food consumption in terms of soybean curd and fermented soybean consumption. A lot amount of water required through the supply chain until the moment of consumption (Van Oel and Hoekstra, 2011) so that the soybean cur dan fermented soybean curd also requires a lot amount of freshwater indirectly that contained in soybean curd and fermented soybean (virtual water). Therefore the concept of water footprint needed to estimate the indirectly water use in soybean curd and fermented soybean consumption in Bandung. The purpose of this study is to estimate the water footprint of soybean curd and fermented soybean consumption. Primary collecting data by questionnaire survey in Mandalajati District Coblong District and Sumur Bandung District with the sample size of 70 Secondary data collecting obtained from Hoekstra and Mekonnen (2010), interview and observation with the owner of soybean curd and fermented soybean industry in Cibuntu area, Babakan Ciparay District, city of Bandung, and also the other data related to study. Calculation method Based on The Water Footprint Assessment Manual (Hoekstra et al., 2011). The water footprint of soybean curd product and fermented soybean product is 2154 liters/kg and 2763 liters/kg respecticely. The water footprint of soybean curd and fermented in Bandung is 93 m3/capita/year or 223 million m3/year. Thus, the water saving effort can be applied at consumer level, product level and the role of the government.Keywords : soybean curd and fermented soybean consumption,water footprint product, water footprint consumption
KAJIAN REZIM HIDROLOGI DAN SALINITAS DAS LANDAK- KAPUAS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN SUMBER AIR BAKU SPAM REGIONAL PONTIANAK - ZONA HUJAN EQUATORIAL Aprillia, Ricka; Sabar, Arwin
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 20, No 2 (2014)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1625.627 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2014.20.2.9

Abstract

Abstrak: Adanya rencana pembangunan berkelanjutan di kawasan pesisir kapuas menuju Kota Metropolitan Pontianak, memerlukan sumber air baku yang layak dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas sesuai standar nasional. Dari segi kuantitas, ketersediaan air baku cukup berlimpah, namun dari segi kualitas, sumber air baku Kota Pontianak terancam interusi air laut pada tahun normal dan tahun kering di musim kemarau. Saat ini, cakupan layanan PDAM di wilayah Regional Pontianak baru mencapai 45% dari total   penduduk 1.022.269 jiwa (2010). Kualitas air hasil produksi PDAM juga kurang stabil dampak dari kualitas air baku tidak memadai (warna tinggi dan kadar klorida diatas ambang  batas  saat  kemarau)  sehingga  kualitas  air  yang  diterima  pelanggan  tidak  layak  minum. Penelitian ini membahas mengenai rezim hidrologi untuk keandalan sumber air baku (kualitas dan kuantitas) dari Sungai Ambawang interbasin Sungai Landak (Biyung) yang terpilih dijadikan sumber air baku yang barudalam pengembangan infrastruktur air minum Regional Pontianak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sungai Ambawang secara periodik terpengaruh pasang surut yang  berpoten si terinterusi air laut, sehingga dibangun bendungan untuk memutus salinitas. Sedangkan Sungai Landak (Biyung) memiliki debit yang acak dan dipengaruhi oleh curah hujan. Hasil pembagian debit Discrit Markov terhadap nilai salinitas menunjukkan bahwa, salinitas tertinggi terjadi pada iklim kering, bulan kering dan debit harian kering dimana amplitudo pasut di muara sungai maksimum. Debit harian minimum Sungai Landak tercatat pada tahun 1997 sebesar 21 m3/detik analog dengan debit rencana R20 1 harian sebesar 23,38 m3/detik.  Kebutuhan air baku Regional Pontianak sampai dengan tahun 2030 sebesar 4,6 m3/det sedangkan debit untuk alokasi air minum enggunakan debit 20 tahun kering, R20 kering pada Sungai Ambawang sebesar 12,05 m3/det, sehingga sampai dengan tahun 2030 kebutuhan air baku Regional Pontianak dapat terpenuhi. Kata kunci: air baku, air minum, Regional Pontianak, salinitas, Sungai Ambawang, Sungai Landak. Abstract :  The  existence of  sustainable development plan  inkapuas coastal areas  towardPontianak Metropolitan Cities, requires a decent source of raw water in terms of quality, quantity and continuity according to national standards. In terms of quantity, availability of raw water is quite abundant, but in terms of quality, raw water source is threatened sea water interution in normal and dry years in the dry season. Currently, the services coverageof PDAM in the area of Regional Pontianak only reached 45% of the total population of 1,022,269soul (2010). Water quality output PDAM is also unstable, impact of inadequate water quality (high color and chloride levels above the threshold when dry) so that customers receive quality water unfit to drink. This study discusses the hydrological regime for the reliability of raw water source (quality and quantity) of interbasin Ambawang River Landak River (Biyung) were selected as new raw water source for drinking water infrastructure development Regional Pontianak. The results showed that Ambawang River periodically affected by tidal and seawater interution, so the dam was built to break salinity. While the Landak River (Biyung) has a random discharge and is influenced by rainfall. The result of the division of discharge Discrit Markov against salinity values showed that, the highest salinity occurs in dry climates, dry month and daily discharge dry where the amplitude tidal estuary maximum. The minimum daily discharge Landak River recorded in 1997 at 21 m3 / sec analog with R20 daily discharge plan of 23.38 m3/ sec. Pontianak Regional raw water needs of 4.6 m3 / sec in the 2030, while the used discharge for the allocation of drinking water a debit 20 years of dry, dry R20 on the River Ambawang of 12.05 m3/sec, so the 2030 needs raw water Regional Pontianak can be met. Key words: raw water, drinking water, Regional Pontianak, salinity, Ambawang River, Landak River
ANALISIS MULTI KRITERIA TERHADAP PEMILIHAN KONSEP PENGELOLAAN SAMPAH (STUDI KASUS : DAERAH PERKAMPUNGAN DI WILAYAH DANAU SENTANI) Alfons, Alfred Benjamin; Padmi, Tri
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 2 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.271 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.2.4

Abstract

Abstrak: Penerapan sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Jayapura sampai saat ini masih jauh dari apa yang diharapkan oleh masyarakat, karena belum bisa menjangkau masyarakat yang bermukim pada daerah perkampungan di pulau?pulau di sekitar wilayah Danau Sentani. Akibatnya, 12.554,38 liter/hari sampah yang dihasilkan oleh masyarakat di wilayah ini menjadi tidak tertangani. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, mengembangkan dan kemudian memilih konsep pengelolaan sampah terbaik yang sesuai untuk diterapkan di Kampung Ifale, Kampung Yobeh, Kampung Putali, Kampung Atamali dan Kampung Asei Besar dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Hasil perhitungan dengan metode AHP menunjukkan bahwa konsep pengelolaan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) yang diawali pengolahan sampah skala rumah tangga terpilih sebagai alternatif konsep pengelolaan sampah yang paling sesuai dan dapat diterapkan pada lokasi penelitian. Hal ini disebabkan karena konsep ini memiliki bobot prioritas paling tinggi (2,05) jika dibandingkan dengan alternatif?alternatif konsep pengelolaan sampah yang lainnya. Berdasarkan pada hasil perhitungan ini pula, aspek lingkungan, aspek sosial dan aspek teknis terpilih sebagai kriteria utama yang harus dipertimbangkan dengan masing?masing bobot kriteria secara berurutan yaitu 0,534, 0,186 dan 0,147. Sub kriteria yang menjadi prioritas untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan ini ialah pencemaran air dan tanah akibat lindi yang dihasilkan, potensi pencemaran udara yang dalam hal ini ialah bau dan emisi gas, penyebaran vektor penyakit, peran serta masyarakat dan kemudahan operasional.Kata kunci: pengelolaan sampah berbasis masyarakat, pemilihan konsep pengelolaan sampah, metode AHP Abstract : The application of solid waste management system in Jayapura until now is still far from what people expected, because still not able to reach communities who live in the villages area on the islands around Sentani Lake region. As a result, 12.554.38 liters/day of solid waste generated by the community in this region is became dormant. This study aims to identify, develop and then selecting the best solid waste management concept that is suitable to be applied in Ifale Village, Yobeh Village, Putali Village, Atamali Village and Asei Besar Village using the Analytic Hierarchy Process (AHP) method. The AHP method calculations show that solid waste management concept in integrated solid waste treatment facility which starts with solid waste treatment on household scale has chosen as an alternative solid waste management concepts that can be applied and most suitable to the study site. This happens because this concept has the highest priority weight (2.05) compared to the other alternatives of solid waste management concept. Based on the results of this calculation, the environmental aspects, social aspects and technical aspects become the main criterias to be considered with each sequence weighting criteria are 0.534, 0.186 and 0.147. Sub-criteria with the highest priorities to be considered in making this decision are the air and soil pollution due produced lindi, air pollution potential in this case is the smell and gas emissions, vector disease deployment, public participation and ease of the operations. Key words: community based solid waste management, solid waste management concept selection, AHP method
PENGGUNAAN TANAMAN AKAR WANGI (VETIVERIA ZIZANIOIDES) UNTUK MENYISIHKAN LOGAM TIMBAL PADA TANAH TERCEMAR LINDI STUDI KASUS : LEUWIGAJAH, KOTA CIMAHI Rinarti, Aini; Kamil, Maxdoni
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 16, No 1 (2010)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.404 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2010.16.1.3

Abstract

Abstrak : Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui cara penyisihan logam timbal yang terdapat di dalam tanah tercemar lindi pada daerah sekitar leuwigajah. Cara penyisihan Pb ini dilakukan dengan menggunakan tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) yang ditanam pada tanah tercemar lindi tersebut. Pendekatan standar pembersihan lahan yang diterapkan adalah dengan melihat background level lahan di leuwigajah. Dengan melihat backgroun level daerah tercemar lindi, maka konsentrasi Pb yang harus diturunkan adalah ±30 ppm. Terjadi penurunan konsentrasi Pb pada tanah tercemar dengan menggunakan tanaman akar wangi, terlihat pada waktu tanam akar wangi sampai dengan hari ke-25. Aktivitas Pb pada tanaman akar wangi juga menunjukan bahwa penurunan konsentrasi Pb di dalam tanah karena adanya translokasi yang dilakukan oleh tanaman Akar wangi. Translokasi ini terjadi dari tanah ke akar dan daun tanaman. Nilai faktor transfer tertinggi dari tanah ke tanaman akar wangi memperlihatkan bahwa akumulasi Pb terbesar terjadi pada hari ke-25. Karena penelitian ini dilakukan secara close sistem, maka seharusnya konsentrasi Pb di awal dan di akhir selalu sama. Perbedaan konsentrasi Pb di awal dan di akhir waktu tanam dapat disebabkan karena pengambilan sampling tanah di media tumbuh yang dilakukan secara acak sehingga tidak mewakili keseluruhan konsentrasi Pb di dalam media tumbuh
IDENTIFIKASI DAN DISTRIBUSI PENCEMAR PESTISIDA ORGANOKLORIN PADA UDARA AMBIEN DI DAERAH PERTANIAN HULU SUNGAI CITARUM Prananditya, Rahardrian; Oginawati, Katharina
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 1 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1313.695 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.1.8

Abstract

Abstrak: Pestisida merupakan salah satu pencemar yang berasal dari kegiatan pertanian. Salah satu golongan pestisida yang sering digunakan adalah pestisida organoklorin. Beberapa pestisida organoklorin termasuk dalam kelompok persistent organic pollutants (POP?s) yang merupakan jenis pencemar yang dipermasalahkan di seluruh dunia akibat sifatnya yang kronis, persisten dan bioakumulatif. Meskipun penggunaan pestisida ini sudah dilarang  di Indonesia,  namun masih banyak petani yang menggunakannya, termasuk di daerah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, Jawa Barat. Penelitian/pengambilan data terutama akan difokuskan pada wilayah perkebunan, dikarenakan di wilayah perkebunan kuantitas pemakaian pestisida paling banyak digunakan, mengingat komoditas tanaman perkebunan yang ada di wilayah ini sangat rentan terkena hama. Pengambilan sampling dilakukan berdasarkan metode penentuan pestisida di udara ambien, menggunakan High Volume Sampler dan dianalisis dengan metode Gas Kromatografi (EPA Methods T04). Parameter organoklorin yang diukur yaitu Lindan, Heptaklor, Aldrin, Endosulfan, DDT, Dieldrin, dan Endrin. Penentuan lokasi titik sampling ditentukan berdasarkan 3 kriteria: dekat dengan sumber, jarak 50 meter dari sumber, dan jarak 100 meter dari sumber. Hasil pengukuran menunjukkan konsentrasi organoklorin terdeteksi pada kisaran 0 ? 0,119 mg/m3 std untuk fase partikulat dan 0 ? 0,183 mg/m3 std untuk fase gas, dengan 1 parameter Endrin melebihi baku mutu. Penyebaran organoklorin dianalisis dan dibuat peta penyebaran/pemodelan spray dengan metode dispersi atmosfer berbasis Sistem Informasi Geografis. Penyebaran organoklorin di udara dipengaruhi oleh faktor-faktor  meteorologis seperti angin, temperatur, tekanan, kelembapan, serta faktor  ukuran partikel pestisida yang disemprotkan Kata kunci: DAS Citarum, high volume sampler, organoklorin. Abstract : Pesticides are one of the pollutants that come from agricultural activities. One of themthat commonly used  is organochlorine pesticide. Some organochlorine pesticides belong to persistent organic pollutants (POP?s) which is a type of pollutant at issue all over the world due to its chronic, persistent and bioaccumulative character. Although the use of this pesticide has been already banned in Indonesia, there are still farmers who use this pesticide especially in the headwaters of Citarum watershed, West Java. Research / data sampling will primarily be focused on the plantation areas because the large use of pesticides in these areas due to highly-vulnerable commodity. Sampling method isrefers toDetermination of Pesticide in Ambient Air using High Volume Sampler and analyzedwith Gas Chromatographic method (EPA Methods T04). Parameters measured are Lindan, Heptaklor, Aldrin, Endosulfan, DDT, Dieldrin, and Endrin. Determining the location of the sampling point is determined by three criteria: close to the source, a distance of 50 meters from the source, and the distance of 100 meters from the source. The measurement results showed concentrations of organochlorines were detected in the range of 0 to 0.119 mg/m3 std for particulate phase and 0 to 0.183 mg/m3 std for the gas phase, with 1 parameter Endrin exceeds quality standards. Organochlorines spreading was analyzed and converted into spray modeling with the method of atmospheric dispersion based on Geographic Information System. Spreading of organochlorines on air is affected by meteorological factors such as windspeed and direction, temperature, pressure, humidity, and also particle size of spray drift. Key words: ambient, DAS Citarum, high volume sampler, organochlorine.
PENGARUH PENAMBAHAN LOGAM ZN PADA SERAPAN LOGAM CU OLEH TANAMAN KIAPU (PISTIA STRATIOTES L) PADA AIR Busran, Tania Pramadewi; S. Salami, Indah Rahmatiah
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 16, No 2 (2010)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.59 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2010.16.2.9

Abstract

Abstrak: Fitoremediasi merupakan salah satu metode  penggunaan tanaman hijau yang bekerja sama dengan mikroorganisme tertentu untuk membersihkan zat kontaminan atau membuat jadi berkurang atau tidak berbahaya. Teknik fitoremediasi merupakan pengolahan secara in situ, yaitu pengolahan yang langsung dilakukan di area yang terkontaminasi. Teknik ini sangat cocok untuk membersihkan area yang terkontaminasi dengan limbah organik, nutrient, atau logam berat berbahaya. Kiapu (Pistia Stratiotes) merupakan salah satu tumbuhan yang hidupnya mengapung pada permukaan air. Tanaman ini dapat hidup di daerah tropis, sub tropis dan daerah yang bertemperatur hangat di seluruh dunia. Biasanya tanaman ini banyak dijumpai di sawah, sungai, dan saluran air. Pada penelitian ini akan diuji kemampuan tanaman kiapu dalam menyerap logam Cu dan Zn yang mencemari sistem perairan tawar khususnya pada kegiatan jarring apung. Kadar logam Cu dan Zn yang terserap oleh kiapu ini diukur dengan metodologi dan teknik-teknik yang telah ada meliputi ekstraksi air, ekstraksi tanaman berupa akar dan daun, dan pengukuran kadar logam Cu dan Zn sampel dengan spektrometer Gamma. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan logam Zn pada penyerapan logam Cu di oleh tanaman kiapu. Serta mengetahui perbandingan penurunan konsentrasi campuran Cu dan Zn dengan Cu saja di dalam air serta perbandingan penyerapan konsentrasi campuran Cu dan Zn dengan Cu saja oleh tanaman kiapu. Hasil dari penelitian ini adalah dibuktikan bahwa tanaman kiapu dapat digunakan sebagai tanaman fitoremediator karena memiliki nilai faktor biokonsentrasi > 1 ml/gram.Abstract: Phytoremediation is one method of use green plants that work with certain microorganisms to clean up substances or contaminants or do not make it less dangerous. Phytoremediation is the in situ processing technique, which direct processing performed in the contaminated area.This technique is very suitable for cleaning areas contaminated by organic waste, nutrients, or dangerous heavy metals. Kiapu (Pistia stratiotes) is a plant which life is floating on water surface. These plants can live in tropical, sub tropical and warm temperature regions around the world. Usually these plants are commonly found in rice fields, rivers and waterways. This research will test the ability of kiapu to absorb Cu and Zn metals that contaminate freshwater systems, especially on floating nets activities. Metal content of Cu and Zn absorbed by this kiapu measured by the methodology and techniques that already exist include water extraction, extraction of roots and leaves of plants, and measuring the metal content of Cu and Zn samples with gamma spectrometer. The purpose of this study is to determine the effect of Zn on Cu absorption by kiapu.and reveal the comparative decline in the concentration of the mixture of Cu and Zn with Cu only in the water and the absorption ratio of mixture of Cu and Zn with Cu kiapu only by plants.The results of this research is proven that plants can be used as a plant kiapu phytoremediator because it has a bioconcentration factor values> 1 ml / gram.

Page 3 of 44 | Total Record : 438