cover
Contact Name
Nurindah
Contact Email
buletintas@gmail.com
Phone
+628123101407
Journal Mail Official
buletintas@gmail.com
Editorial Address
Balittas Jl. Raya Karangploso KM-4 Malang Indonesia
Location
Kab. malang,
Jawa timur
INDONESIA
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri
ISSN : 20856717     EISSN : 24068853     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri merupakan jurnal ilmiah nasional yang dikelola oleh Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan untuk menerbitkan hasil penelitian dan pengembangan, serta tinjauan (review) tanaman pemanis, serat buah, serat batang/daun, tembakau, dan minyak industri, dengan bidang ilmu pemuliaan tanaman, plasma nutfah, perbenihan, ekofisiologi tanaman, entomologi, fitopatologi, teknologi pengolahan hasil, mekanisasi, dan sosial ekonomi. Buletin ini membuka kesempatan kepada para peneliti, pengajar perguruan tinggi, dan praktisi untuk mempublikasikan hasil penelitian dan reviewnya. Makalah harus dipersiapkan dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan penulisan yang disajikan pada setiap nomor penerbitan atau di http://balittas.litbang.pertanian.go.id. Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan April dan Oktober, satu volume terdiri atas 2 nomor.
Articles 131 Documents
Keragaman Pertumbuhan dan Hasil Populasi Tanaman Jarak Pagar IP-3A Elda Nurnasari; . Djumali
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 4, No 1 (2012): April 2012
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.727 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v4n1.2012.1-9

Abstract

ABSTRAK Potensi produksi jarak pagar (Jatropha curcas L.) provenan Improved Population (IP) merupakan hasil pre-diksi dari produksi individu tanaman terbaik pada umur satu tahun dari suatu populasi tanaman. Sampai saat ini produksi jarak pagar secara aktual masih jauh lebih rendah dari potensinya. Keragaman tanaman diduga menjadi salah satu penyebab kesenjangan tersebut. Penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi kera-gaman pertanaman IP-3A dilakukan pada Agustus–Desember 2010 di Kebun Percobaan Asembagus, Situ-bondo. Pertanaman IP-3A berumur 2 tahun, baik yang berasal dari benih maupun setek diambil 75 contoh ta-naman untuk diamati pertumbuhan dan produksinya. Data yang diperoleh dianalisis keragamannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman dan produksi biji per tanaman jarak pagar IP-3A, baik yang berasal dari benih maupun setek, sangat beragam. Koefisien keragaman pertumbuhan tanaman yang meliputi tinggi tanaman, diameter kanopi, diameter batang, dan panjang per ruas batang lebih kecil dari 20%, sedangkan jumlah daun, diameter batang utama, panjang batang, volume batang, jumlah ruas ba-tang, dan volume per ruas batang berkisar 20–50%. Koefisien keragaman komponen produksi yaitu jumlah tandan berbuah, jumlah buah per tandan, dan jumlah buah per tanaman berkisar 50−160%. Koefisien kera-gaman produksi biji berkisar 98−160% dengan produksi maksimum sebesar 4,30−8,55 kali produksi rerata-nya. Keragaman produksi biji yang tinggi menyebabkan adanya kesenjangan antara potensi produksi dengan aktualnya. Growth And Yield Variability of Jatropha IP-3A Plant Population ABSTRACT Potential yield of Improved Population (IP) provenances were predicted from the best yield of individual plants in one year old population. In the field, actual yield of jatropha is lower than its potency. The high va-riability in plant population may cause the divergence of the yields. A research to find out production varia-bility of IP-3A was conducted from August to December 2010 at Asembagus Experimental Station, Situbon-do. Seventy five sample plants were taken from IP-3A plantation aged 2 years from seedling and stem cutting. The sample plants were observed for their growth and yield. Variability analysis was used in this research. The result showed that plant growth and yield of jatropha IP-3A plantation, both from seedling and stem cutting were varied. Coefficient variability of plant growth including plant height, canopy diameter, stem diameter, and stem length per internode was less than 20%, whereas those of number of leaves, main stem diameter, stem length, stem volume, number of stem internodes, and volume of stem internodes ranged from 20−50%. The coefficient variability of yield components, including number of fruit bunches, the number of fruits per bunch, and number of fruit per plant ranged from 50−160%. The coefficient variability of yield ranged from 98–160%, which is 4.30 to 8.55 times of the average yields. The high variability of yield may explain the jatropha yield gap between its potency and actual.  
Keefektifan Nematoda Patogen Serangga Steinernema sp. Terhadap Achaea janata L., Serangga Pemakan Daun Jarak Kepyar (Ricinus communis) Heri Prabowo; I.G.A.A. Indrayani
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 5, No 2 (2013): Oktober 2013
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bultas.v5n2.2013.58-68

Abstract

Penggunaan pestisida kimia yang cukup tinggi pada akhir-akhir ini telah menimbulkan dampak negatif ter-hadap lingkungan, sehingga pengendalian hama yang ramah lingkungan sangat diperlukan. Saat ini, peng-gunaan nematoda entomopatogen terutama Steinernema sp., membuka peluang untuk digunakan sebagai pengendalian Achaea janata. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keefektifan Steinernema sp. ter-hadap A. Janata , dilaksanakan di laboratorium patologi serangga Balai Penelitan Tanaman Pemanis dan Serat pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2011. Penelitian menggunakan rancanagan acak lengkap (RAL) dengan empat ulangan. Setiap ulangan menggunakan 25 larva A. janata instar 2. Larva diekspose de-ngan berbagai variasi konsentrasi Steinernema sp. dan kematian larva diamati setiap hari sampai 120 jam setelah infeksi. Konsentrasi Steinernema sp. yang digunakan adalah 0, 50, 100, 200, 300, dan 400 JI/larva. Hasil penelitian pemberian Steinernema sp. pada konsentrasi 200, 300, dan 400 JI/larva cukup efektif untuk membunuh A. janata dengan persentase berkisar antara 80–94% mulai 48–120 jam setelah perlakuan. Se-makin tinggi konsentrasi nematoda, semakin tinggi mortalitas A. janata. Steinernema sp. dengan konsen-trasi 400 JI/larva paling efektif membunuh larva, menurunkan bobot larva, bobot pupa, jumlah telur yang dihasilkan, dan fertilitas telur. High intensity of chemical pesticide application has become a serious concern of environmentalists in recent years, because of various negative impacts of it. Therefore, environmentally friendly techniques of controlling insect pest are needed. Recently, the use of entomopathogenic nematodes, especially Steinernema sp., has created new possibilities of promising control techniques against insect pests. The aim of this study was to evaluate the effectiveness of Steinernema sp. to A. janata larvae in laboratory. This research was conducted at the Laboratory of Insect Pathology Laboratory of Indonesian Sweetener and Fiber Crops Research Insti-tute from March to August 2011. Tests used the 2nd stage larvae of Achaea janata, the leaf eater of castor (Ricinus communis). Treatment arranged in a completely randomized design (CRD) with 4 replicates. For each test used 25 larvae which were exposed to various concentrations of Steinernema sp. Concentration of Steinernema sp. used was 0, 50, 100, 200, 300, and 400 infective juvenile/larvae. Daily mortality A. janata larvae, larval and pupal weight, the number of eggs laid, and number of hatch eggs were recorded. Steinernema sp. on concentration of 200; 300; and 400 IJ/larvae was effective to cause mortality of A. janata larvae (80–94% mortality after 48–120 hours). The higher the concentration of the nematode the higher larval mortality. Steinernema sp. with concentration of 400 IJ/ larvae was effective decreasing larval and pupal weight, the number of eggs laid, and fertility of the eggs produced.
Variasi Karakter Biji dan Korelasinya dengan Kadar Minyak pada Plasma Nutfah Tanaman Bunga Matahari (Helianthus annus L.) Herwati, Anik; Anggraeni, Tantri Dyah Ayu
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 6, No 2 (2014): Oktober 2014
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bultas.v6n2.2014.91-98

Abstract

Tanaman bunga matahari (Helianthus annus L.) adalah salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sehat dan bermutu. Salah satu upaya peningkatan produksi minyak adalah dengan program pemuliaan ta-naman melalui perakitan varietas unggul yang mempunyai produktivitas dan kandungan minyak tinggi. Pro-ses pemuliaan tanaman memerlukan keragaman genetik dan proses seleksi. Oleh karena itu evaluasi sumber daya genetik yang ada perlu dilaksanakan, salah satunya pada karakter biji. Sedangkan untuk memudahkan proses seleksi perlu diketahui karakter yang berkorelasi positif dengan produksi minyak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi karakter biji dan korelasinya dengan kadar minyak. Kegiatan dilaksanakan pada tahun 2011 di Laboratorium Benih Balittas dan Laboratorium Kimia Universitas Brawijaya untuk uji ka-dar minyak. Jumlah aksesi bunga matahari yang diuji ada 19 aksesi bunga matahari hasil rejuvenasi tahun 2011. Dari tiap aksesi, diambil 300 gram benih hasil panen yang belum disortir, yang diambil secara acak dan diulang 3 kali. Pengamatan dilakukan pada karakter kualitatif yaitu warna biji, garis pada biji, dan ben-tuk biji, dan karakter kuantitatif yaitu bobot 100 biji, panjang, dan lebar biji, serta kadar minyak. Hasil pe-ngamatan pada karakter kualitatif menunjukkan variasi pada warna biji, garis (stripes), dan bentuk biji. Pada karakter kuantitatif, nilai koefisien keragaman (KK) pada semua karakter yang diamati mencapai lebih dari 20%. Karakter yang paling bervariasi adalah kadar minyak biji. Hasil pengujian korelasi menunjukkan karak-ter bobot 100 biji berkorelasi positif dengan karakter panjang, lebar, dan bentuk biji, dan berkorelasi negatif dengan karakter kandungan minyak. Sedangkan ukuran biji dan kadar minyak tidak menunjukkan korelasi yang nyata. Sunflower (Helianthus annus L.) is one of vegetable oil crops that produce healthy and high quality oil. In-creasing oil content could be reached by breeding programme to obtain new variety with high productivity and oil content. Breeding programme needs genetic diversity and selection process. So, germplasm evalu-ation, especially for seed characteristic must be done. To make selection process easier determination cha-racters that correlate with oil content needs to be conducted. This experiment aimed to evaluate variation in seed characteristics and to determine correlation between seed characters and oil content on sunflowers. Experiment was done in 2011 on Seed Laboratory ISFCRI and Brawijaya University Laboratory (oil content extraction). Plant materials are 19 s unflower accesions. For each accesion, 300 grams seed were taken ran-domly and replicated 3 times. Observation was done on qualitative characters i.e. seed colour, seed stripes, and seed shape and quantitative characters i.e. 100 seeds weight, seed length, and seed width, also oil con-tent. Result showed that there were variations among seed colour, seed stripes, and seed shape (qualitative characters). Coefficient variation (CV) was more than 20% for all quantitative characters and the highest was being reached by oil content. Correlation evaluation resulted that 100 seeds weight had positive corre-lations with seed length, seed width, and seed shape, but had a negative correlation with oil content. How-ever, seed size wasn’t correlate with oil content.
Potensi Diversifikasi Rosela Herbal (Hibiscus sabdariffa L.) untuk Pangan dan Kesehatan Elda Nurnasari; Ahmad Dhiaul Khuluq
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 9, No 2 (2017): Oktober 2017
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.875 KB) | DOI: 10.21082/btsm.v9n2.2017.82-92

Abstract

Tanaman penghasil serat alami dari genus Hibiscus yang cukup populer di Indonesia adalah rosela (Hibiscus sabdariffa L.). Nilai kemanfaatan rosela sangat luas baik untuk pangan dan kesehatan, sehingga potensi diversifikasi rosela cukup besar.  Tujuan penulisan review ini adalah untuk memberikan informasi kandungan fitokimia potensial tanaman rosela herbal yang memiliki efek farmakologis dan fisiologis serta beberapa diversifikasi produk makanan, minuman dan produk kesehatan. Bagian tanaman rosela herbal yang memiliki kandungan fitokimia potensial adalah daun, buah, biji, batang dan akar. Senyawa fitokimia potensial tersebut meliputi kelompok senyawa fenol, alkaloid, tannin, flavonoid, saponin, dan asam organik. Fungsi rosela herbal secara farmakologis dan fisiologis diantaranya memiliki aktivitas antibakteri, antifungal, aktivitas antiinflamasi, antidiabetes, aktivitas antioksidan, dan aktivitas antihipertensi. Diversifikasi produk rosela herbal meliputi nanokapsul ekstrak rosela, pewarna alami, pangan fungsional, obat herbal, feed additive, bahan kosmetik, minyak goreng, cat, dan bahan bakar nabati. Inovasi teknologi proses produksi dalam diversifikasi produk rosela perlu terus dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah dan optimalisasi pemanfaatan komponen bioaktif rosela herbal. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan produksi rosela herbal nasional. Potential Divercification of Herbs Roselle (Hibiscus sabdariffa L.) for Food and HealthPlants of the genus Hibiscus that produce natural fibers are roselle (Hibiscus sabdariffa L.). The benefit value of roselle is very wide for food and health, so the potential of roselle product diversification is quite large. The purpose of this review provides information on potential phytochemical content of herbs roselle plants that have pharmacological and physiological effects as well as some product diversification for food, drink, and health product. The plant part of herbs roselle that has potential phytochemical content is leaves, fruit, seed stem and root. These potential phytochemical compounds include groups compounds of phenol, alkaloids, tannins, flavonoids, saponins, and organic acids. The functions of herbs roselle for pharmacological and physiological include antibacterial, antifungal, anti-inflammatory activity, antidiabetic activity, antioxidant activity, and antihypertensive activity. Products diversification of herbs roselle includes nanocapsul of roselle extract, natural dyes, functional foods, herbal medicines, feed additives, cosmetic ingredients, cooking oil, paints, and biofuels. The innovation technological of production process in the roselle product diversification needs to be continuously done to increase the added value and optimization of bioactive herb component utilization. Therefore it is expected to improve the welfare of farmers and national production of herbs roselle.
Prospek Pengembangan Kapas Organik di Indonesia Yulianti, Titiek
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 3, No 2 (2011): Oktober 2011
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.987 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v3n2.2011.89-95

Abstract

Sistem pertanian organik pada tanaman pangan mulai diminati masyarakat karena produknya lebih sehat dan pengelolaannya memperhatikan lingkungan, siklus biologi, dan keanekaragaman hayati setempat. Kecende-rungan ini merembet ke tanaman nonpangan, seperti kapas yang menggunakan pestisida dan pupuk sintetis sangat besar. Syarat pengembangan kapas organik cukup ketat karena selain larangan menggunakan bahan kimia sintetis, juga pendokumentasian untuk memperoleh sertifikat organik. Meskipun serat kapas organik harganya lebih tinggi, namun produktivitasnya cenderung rendah. Keuntungan yang paling signifikan dalam pengembangan kapas organik adalah perbaikan lingkungan, mulai dari kesuburan lahan, aktivitas mikroba, dan siklus biologi sampai peningkatan keanekaragaman hayati. Pengembangan kapas di Indonesia masih menghadapi masalah rendahnya produktivitas dan pemenuhan kebutuhan dalam negeri sehingga pengem-bangan kapas organik belum menjadi prioritas meskipun kelestarian biologi dan lingkungan harus tetap di-perhatikan. Oleh karena itu, sistem pertanian input rendah yang berkelanjutan dan ramah lingkungan meru-pakan pilihan yang dapat dikembangkan untuk kapas. People are now paying more interest on healthy products from organic agriculture especially for food crops. Organic agriculture system based on ecological concern which enhances biodiversity, biological cycles of the land. This interest is now moving to nonfood crops, such as cotton that need high concentration of pesticide and fertilizer for its production. Developing organic cotton requires strictly standard and condition, such as no synthetic chemical fertilizers and pesticides, or detail documents to get organic sertificate. Although, price of organic cotton fiber is higher, but its production is lower compared to conventional one. However, there are still significant advantages in developing organic cotton, i.e. environmental improvements: from soil ferti-lities, microbial activities, biological cycles to promoting biodiversity. At the moment, the need of cotton fiber is mainly from import, on the other side organic cotton productivity tends to low. Hence, development of or-ganic cotton is not priority, yet biological and environmental sustainability ask for attention. Another alterna-tive choice which more practicable to develop cotton in Indonesia is a sustainable and ecofriendly with low input agricultural system.
Potensi Nematoda Patogen Serangga Steinernema spp. dalam Pengendalian Hama Utama Tanaman Kapas Prabowo, Heri; Indrayani, I.G.A.A.
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 1, No 2 (2009): Oktober 2009
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.466 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v1n2.2009.101-110

Abstract

Steinernema spp. memiliki potensi untuk mengendalikan hama tanaman kapas seperti Helicoverpa armigera dan Pectinophora gossypiella. Steinernema spp. mampu menyebabkan mortalitas P. gossypiella dan H. armi-gera berturut-turut sebesar 31,6–55,4 dan 46,3–63,8%. Steinernema spp. memiliki kemampuan membunuh lebih baik pada P. gossypiella, sedangkan kemampuan reproduksi dalam inangnya lebih baik pada H. armi-gera. Steinernema spp. mampu menginfeksi serangga inang lebih baik pada stadium ulat lebih tua diban-dingkan stadium muda. Steinernema spp. dapat diproduksi secara in vivo dan in vitro. Produksi secara in vivo dapat menggunakan Tenebrio molitor, Tirathaba rufivena, dan Attacus atlas. Produksi secara in vitro dapat menggunakan usus ayam, lemak sapi, dan minyak kedelai. Perlu dikembangkan formulasi Steinerne-ma spp. yang murah dan efektif untuk mengendalikan hama di atas permukaan tanah. Selain itu diperlukan pencarian isolat Steinernema spp. yang virulen dan cepat membunuh hama sasaran. Steinernema spp. could be potentially used for controlling H. armigera and P. gossypiella on cotton. Steiner-nema spp. causes mortality on P. gossypiella and H. armigera 31,6–55,4 and 46,3–63,8% respectively. The nematode causes a higher mortality on P. gossypiella than on H. armigera, however, produces more juvenile infective on H. armigera than on P. gossypiella. Higher successful infections of Steinernema spp. occurs on late larval stadium than on early one. Production of Steinernema spp. can be in vivo using Tenebrio molitor, Tirathaba rufivena, and Attacus atlas; and in vitro using chicken intestinum, cow lipid, and soy bean oil. For effecttively use, this nematode need to be formulated especially for controlling insect pests on soil surface, as well as finding the more virulent isolates against the target insects.
Keragaan Karakter Morfologi, Stomata, dan Klorofil Enam Varietas Tembakau Lokal Tulungagung Rochman, Fatkhur; Hamida, Ruly
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 9, No 1 (2017): April 2017
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.379 KB) | DOI: 10.21082/btsm.v9n1.2017.15-22

Abstract

Tembakau lokal tulungagung merupakan salah satu jenis tembakau yang  memiliki peran penting dalam industri rokok kretek di Indonesia. Beberapa varietas tembakau telah banyak dibudidayakan di wilayah Kabupaten Tulungagung, tetapi tingkat heterogenitas tanaman cukup tinggi, baik secara morfologi maupun anatomi. Stomata merupakan salah satu bagian struktur daun yang sering digunakan dalam klasifikasi taksonomi sehingga informasi keragaman sifat morfologi, stomata dan kadar klorofil dapat dimanfaatkan pemulia tanaman untuk melakukan perakitan varietas baru dengan produktivitas sesuai dengan kebutuhan konsumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari keragaan sifat morfologi, stomata, dan kadar klorofil serta produktivitas tanaman. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kendalbulur, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, pada bulan April sampai Oktober 2015.  Bahan penelitian terdiri atas 6 varietas tembakau yang sudah lama berkembang di Tulungagung, yaitu varietas Rejeb Arang, Rejeb Kerep, Gagang Sidi, Gagang Jembrak, Gagang Ijo, dan Rejeb Jae. Tiap-tiap varietas ditanam pada petak berukuran 12 m x 4,50 m dengan jarak tanam 60 cm x 90 cm (100 tanaman/petak).  Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa 6 varietas tembakau yang diteliti mempunyai bentuk morfologi yang beragam. Varietas Rejeb arang memiliki nilai tertinggi pada karakter tinggi tanaman, jumlah daun, dan pajang daun, sehingga dapat menunjang produktivitas tanaman.  Tipe stomata Rejeb Arang adalah Amphibraci-parasitik, Rejeb Kereb dan Gagang Jae Diasitik, Gagang Sidi dan Gagang Ijo bertipe Anisositik sedangkan Gagang Jembrak bertipe Laerositik.  Kerapatan stomata tertinggi pada Gagang Jae (44,87/mm2) dan kadar klorofil tertinggi pada varietas Rejeb Arang (34,85 unit).Performance of Morphological, Stomata, and Chlorophyll Characters of Six Tulungagung Local Tobacco Variety Tulungagung tobacco is one type of tobacco that has an important role in the cigarette industry in Indonesia. Some varieties of tobacco have been cultivated in Tulungagung, but the heterogeneity degree of the plant is quite high, so that the information of diversity of morphology, stomata and chlorophyll can be utilized to carry out the assembly of new varieties with productivity in accordance to customer needs. The aim of research is study  the morphological properties, stomata, chlorophyll content, and crop productivity. This research was conducted in the village of Kendalbulur, District Boyolangu, Tulungagung, from April to October 2015. The research material consisted of six varieties of tobacco has long been developing in Tulungagung, ie Rejeb Arang, Rejeb Kerep, Gagang Sidi, Gagang Jembrak, Gagang Ijo, and Rejeb Jae. Each variety was grown on plots sized 12 m x 4.50 m with plant spacing of 60 cm x 90 cm (100 plants/plot). This study used a randomized complete block design with three replications. The results showed that six varieties of tobacco studied have varying morphology. Varieties Rejeb charcoal has the highest value on plant height, leaf number, and leaf length, so that could support the productivity of the plant. Stomata type of Rejeb Arang is Amphibraci-parasitic, Rejeb Kereb and Rejeb Jae are Diasitic, Gagang Sidi and Gadang Ijo are Anisositic; Gagang Jembrak is Laerositik. The highest chlorophyll content was in Rejeb Arang varieties (34.85 units).
Pemetaan Tipologi Lahan dan Kesesuaian Tipe Kemasakan Varietas Tanaman Tebu di Jatiroto Lumajang; Basuki, Basuki
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 12, No 1 (2020): APRIL 2020
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (87.488 KB) | DOI: 10.21082/btsm.v12n1.2020.34-44

Abstract

Tebu merupakan tanaman industri penting di Indonesia. Produktivitas tanaman tebu menurun dari tahun ke tahun. Fakta menunjukkan bahwa varietas yang ditanam belum disesuaikan dengan tipologi lahan, sehingga diperlukan pemetaan tipologi lahan dan penataan varietas tanaman tebu yang disesuaikan dengan sinergi kesesuaian dengan tipologi wilayah.  Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pemetaan tipologi lahan dan penataan varietas tanaman tebu berdasarkan tipe kemasakan varietas di Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2019 sampai dengan Januari 2020. Metode penelitian yang digunakan adalah survei secara eksplorasi lapang dengan 3 tahap kegiatan yaitu pra survei, survei, dan pasca survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecamatan Jatiroto terbagi atas 5 tipologi lahan yaitu BPJ (3.153,444 ha), BPL (546,377 ha), RPL (660,550 ha), RHJ (143,094 ha), RHL (1.455,456 ha). Varietas VMC 76-16 dan CMG Agribun, 90% sesuai dengan tipol ogi lahan di Kecamatan Jatiroto, sedangkan varietas Kidang Kencana, PS 881, Cenning, Kentung, PSDK 923, PS 882, PS 865, TLH 1, GMP 1, X 03, PSMLG 1 Agribun, dan NXI 4T membutuhkan lahan yang spesifik di Kecamatan Jatiroto, sehingga  penanaman varietas tersebut untuk memperoleh hasil yang optimal perlu memperhatikan kondisi lahan yang sesuai dengan varietas tersebut. Land Typology Mapping and Suitable Maturity Stage of Sugarcane Varieties in Jatiroto LumajangSugar cane is an important industrial plant in Indonesia. Sugarcane productivity decreases from year to year. The facts show that the planted varieties have not been adapted to the typology of the land, so it is necessary to map the typology of land and the arrangement of sugarcane varieties that are adjusted to the synergy of confirmed typology of the area. The purpose of this study is to map the typology of land and the arrangement of sugarcane varieties according to the type of sugarcane varieties in Jatiroto District, Lumajang Regency, East Java. The study was conducted in November 2019 to January 2020. The research method used was a field survey in exploration with 3 stages pre survey, survey and post survey. The results showed that Jatiroto District was divided into 5 land typologies, namely BPJ (3.153.444 ha), BPL (546.377 ha), RPL (660.550 ha), RHJ (143.094 ha), RHL (1455.456 ha). Sugarcane VMC 76-16 and Agribun CMG varieties have 90% suitability to land typology in Jatiroto District, while Kidang Kencana, PS 881, Cenning, Kentung, PSDK 923, PS 882, PS 865, TLH 1, GMP 1, X 03, PSMLG 1 Agribun, and NXI 4T varieties require specific land in Jatiroto District, so planted these varieties, it is necessary to pay attention to the conditions of the land to obtain optimal production.
Skrining Provenan Jarak Pagar Terpilih di Beberapa Agroekosistem Sudarmo, Hadi; Mahfud, Moch.; Djumali, .; Pranowo, Dibyo; S.W., Tukimin
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 2, No 1 (2010): April 2010
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.694 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v2n1.2010.19-25

Abstract

Pengembangan jarak pagar sebagai bahan bakar nabati (BBN) memerlukan bahan tanam yang unggul. Se-leksi rekuren sederhana terhadap populasi hasil eksplorasi dari beberapa daerah telah menghasilkan tiga po-pulasi unggul, yaitu IP-1A, IP-1M, dan IP-1P yang diprediksi mempunyai potensi produksi 45 ton per ha/ta-hun mulai tahun ke-4. Namun demikian populasi terpilih tersebut apabila dibudidayakan oleh petani secara sederhana, nilai ekonomis hasilnya belum menguntungkan. Penelitian skrining provenan ini dalam rangka mendukung pengembangan varietas unggul jarak pagar berproduktivitas tinggi dan berkadar minyak tinggi. Penelitian ini diawali pada tahun 2007, berlokasi di 3 tempat yaitu Kebun Percobaan (KP) Asembagus, KP Muktiharjo, dan KP Pakuwon. Genotipe yang diskrining sebanyak 20 provenan terdiri atas 17 genotipe yang berasal dari provenan terpilih yaitu HS-49/NTT, SP-16/Sulsel, SP-8/Susel, NTB-2555, NTB-554, NTB-3189, NTB-3052, NTB-575, Puncu/Jatim, PT-3/Lampung, PT-7/Lampung, PT-13/Lampung, PT-14/Lampung, PT-15/Lampung, PT-18/Lampung, PT-26/Banten, PT-33/Lampung, dan 3 populasi terpilih hasil seleksi masa ya-itu IP-1A, IP-1M, IP-1P, yang digunakan sebagai pembanding. Perlakuan disusun dalam rancangan acak ke-lompok dengan ulangan 3 kali. Setiap perlakuan ditanam dalam petak berukuran 10 m x 8 m dengan jarak tanam 2 m x 2 m. Hasil skrining provenan terpilih jarak pagar di Asembagus, Muktiharjo, dan Pakuwon ada-lah tiga provenan yang berpotensi produksi dan berkadar minyak tinggi, yaitu HS-49, NTB-3189, dan PT-7/Lampung. Ketiganya memiliki potensi produksi pada tahun 2009 masing-masing 1.150,70 kg; 1.113,30 kg; 1.064,60 kg/ha/th dan kadar minyak 37,66%; 35,39%; dan 35,84%. The main problem in developing physic nut as a source of biofuel is unavailability of the superior plant mate-rials. Recurent selection of collected physic nut population found three superior provenances i.e., IP-1A, IP-1M, and IP-1P which have been predicted to have production potency of 45 tones/ha/year in fourth year onwards. However, if selected provenances are cultivated with a simple crop management it would not give economically profitable. Therefore, it needs to develop high yield and oil varieties. Screening of selected pro-venances was started 2007 in three Research Stations (RS) Asembagus, Muktiharjo, and Pakuwon, with dif-ferent agroecosystem. The screened genotypes were: HS-49/NTT, SP-16/Sulsel, SP-8/Susel, NTB-2555, NTB-554, NTB-3189, NTB-3052, NTB-575, Puncu/Jatim, PT-3/Lampung, PT-7/Lampung, PT-13/Lampung, PT-14/Lampung, PT-15/Lampung, PT-18/Lampung, PT-26/Banten, PT-33/Lampung, and three of mass se-lected: IP-1A, IP-1M, IP-1P as comparison. This research used randomized block design with three replica-tions. Results showed that three provenances: HS-49, NTB-3189, and PT-7/Lampung have superior potential production and oil content in those three locations. The potential production and oil content of HS-49, NTB-3189, and PT-7/Lampung in 2009 were 1,150.70 kg; 1,113.30 kg; 1,064.60 kg/ha/year; and 37.66%; 35.39%; 35,84% respectively.
Factors Influencing Net Return of Transgenic Cotton Worldwide Over Time Witjaksono, Julian
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 8, No 1 (2016): April 2016
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.085 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v8n1.2016.21-29

Abstract

Meta data tentang manfaat ekonomi dari kapas transgenik yang bersumber dari hasil-hasil penelitian lebih dari satu dekade di empat negara, yaitu Amerika, Australia, China, dan India dapat dianalisa. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kapas transgenik dari sudut pandang nilai ekonomi atau keuntungan usaha tani petani kapas dengan menggunakan data global dari lebih dari satu dekade hasil percobaan dan survei la-pangan. Indikator ekonomi yang dilihat meliputi hasil panen, biaya benih, biaya pestisida, biaya manajemen dan tenaga kerja, serta keuntungan usaha tani sebagai parameter yang dianalisis. Data dari indikator yang dikumpulkan merupakan meta data dari penelusuran literatur yang terkait dengan tujuan penelitian ini dan dilakukan analisis regresi untuk mengetahui dan memperkirakan hubungan antara variabel respon dan varia-bel penjelas pada parameter ini. Hasil penelitian menggunakan pendekatan analisis regresi menunjukkan bahwa variabel produksi adalah faktor utama yang mempengaruhi keuntungan usaha tani kapas transgenik. Dengan demikian, kapas transgenik merupakan teknologi yang dapat meningkatkan hasil dan sebagai faktor utama yang mempengaruhi tingkat keuntungan usaha tani. Teknologi kapas transgenik Bt dapat dimanfaat-kan oleh petani miskin sumber daya di negara-negara berkembang dalam upaya meningkatkan pendapatan mereka. Pemanfaatan kapas transgenik di Indonesia harus mempertimbangkan kondisi agroekosistem dan sosial ekonomi, serta dukungan kebijakan agar teknologi ini dapat bermanfaat bagi petani. Oleh karena itu, masih perlu dilakukan penelitian dan kajian lebih lanjut dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut.The evidence of metadata based on the economic benefits using genetically modified (GM) cotton with different patterns across space and time could be analysed. To this end, investigation on the effects of GM cotton using global data from more than one decade of field trials and surveys were done. More specifically, the effects of GM cotton on crop yields, seed costs, pesticide costs, management and labor costs, and net return were analyzed. Based on the literature searched, regression analysis was conducted to investigate and estimate the relationship between response variables and explanatory variables on these parameters. The results using a regression analysis approach indicated that yield gain was the high expectation of cotton growers to optimize net returns. Put in another way, yield gain is the main factor influencing net return. As such, this study concludes that GM cotton is the technology which can lead to yield increases and capture higher net return. More so, lessons from this study may contribute to the assessment of this technology especially for the poor-resource farmers in the developing countries. The application of this technology in Indonesia has to consider the agroecosystem and socioeconomic condition, as well as support from the government policy. Indeed, research and assessment in deep analysis should be done with the consideration of the factors above before implementing this technology.

Page 11 of 14 | Total Record : 131