cover
Contact Name
Nurindah
Contact Email
buletintas@gmail.com
Phone
+628123101407
Journal Mail Official
buletintas@gmail.com
Editorial Address
Balittas Jl. Raya Karangploso KM-4 Malang Indonesia
Location
Kab. malang,
Jawa timur
INDONESIA
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri
ISSN : 20856717     EISSN : 24068853     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri merupakan jurnal ilmiah nasional yang dikelola oleh Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan untuk menerbitkan hasil penelitian dan pengembangan, serta tinjauan (review) tanaman pemanis, serat buah, serat batang/daun, tembakau, dan minyak industri, dengan bidang ilmu pemuliaan tanaman, plasma nutfah, perbenihan, ekofisiologi tanaman, entomologi, fitopatologi, teknologi pengolahan hasil, mekanisasi, dan sosial ekonomi. Buletin ini membuka kesempatan kepada para peneliti, pengajar perguruan tinggi, dan praktisi untuk mempublikasikan hasil penelitian dan reviewnya. Makalah harus dipersiapkan dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan penulisan yang disajikan pada setiap nomor penerbitan atau di http://balittas.litbang.pertanian.go.id. Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan April dan Oktober, satu volume terdiri atas 2 nomor.
Articles 131 Documents
Peluang Pengembangan Pengendalian Penyakit Luka Api pada Tebu di Indonesia Nurul Hidayah
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 12, No 2 (2020): OKTOBER 2020
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/btsm.v12n2.2020.94-108

Abstract

Penyakit luka api merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman tebu. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Sporisorium scitamineum yang menginfeksi tanaman melalui mata tunas. Tanaman yang terinfeksi memiliki gejala yang sangat khas yakni terbentuknya cambuk pada bagian ujung tanaman. Cambuk ini terdiri atas teliospora jamur yang berperan sebagai sumber inokulum yang ditularkan melalui angin. Penyakit luka api akan berkembang dengan baik pada kondisi panas dan kering. Saat ini penyakit luka api telah menyebar di hampir seluruh pertanaman tebu di Indonesia. Varietas tebu yang tadinya diklaim tahan terhadap penyakit luka api, saat ini dilaporkan banyak yang terinfeksi juga. Pengetahuan tentang jamur S. scitamineum dan infeksinya pada tanaman tebu yang menyebabkan gejala penyakit luka api ini sangat penting untuk dapat menentukan metode pengendalian yang tepat. Review ini bertujuan membahas peluang teknik pengendalian luka api pada tebu yang dapat diterapkan pada agroekosistem tebu di Indonesia. Oleh karenanya dalam review ini akan memaparkan informasi tentang morfologi dan biologi jamur, mekanisme infeksi penyakit, mekanisme ketahanan tebu terhadap patogen, penyebarannya di Indonesia dan dunia, serta strategi pengendalian dan peluang pengembangannya di Indonesia.The Opportunity to Develop Control Methods of Smut Disease on Sugarcane in IndonesiaAbstractSmut disease caused by a basidiomycete fungus, Sporisorium scitamineum, is one of important diseases on sugarcane. The fungus infects the cane through the buds. The infected cane has a very distinctive symptom i.e. the emergence of whip-like structure at the top of the plant. This structure consists of fungal teliospores covered by a thin layer of plant tissue. These teliospores play a significant role as a source of primary inoculum which can be transmitted by wind assistance. The disease was favored by dry warm climates. Currently, the sugarcane smut disease has been widely spread to almost all of sugarcane plantations in Indonesia. In addition, sugarcane variety, which was previously known as a resistant variety, it becomes susceptible. It is important to understand the behavior of the pathogen, mechanism of infection and factors affecting disease development to determine a proper control method for the disease. This review aims to discuss the opportunity of strategy for the control of smut disease on sugarcane which can be applied on sugarcane agroecosystem in Indonesia. Therefore, the review will elaborate the characteristics of the pathogen including its morphology and biology, mechanism of infection, resistance mechanisms of the host to pathogen infection, distribution of the disease in Indonesia and across the world, factors affecting disease development, and management of disease control for the smut disease and its opportunity to be developed in Indonesia.
Analisis Input-Output Produksi Tebu di Provinsi Jawa Timur Duwi Yunitasari; Teguh Hadi Priyono
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol.13 No. 1 (2021) April 2021
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/btsm.v13n1.2021.36-47

Abstract

ABSTRAKTebu sebagai bahan baku industri gula merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi keterkaitan ke depan dan ke belakang komoditas tebu terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur, dan kontribusi dampak pengganda (multiplier effect) yang ditimbulkanya terhadap multiplier output dan pendapatan di Jawa Timur. Metode yang digunakan adalah perhitungan Tabel Input-Output dari data Badan Statistik Nasional tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budi daya tebu sebagai input antara untuk industri gula yang bersifat hilir, keterkaitannya sangat tinggi. Keberadaan sektor tebu kurang kuat pengaruhnya dalam meningkatkan output pada sektor tebu dan sektor-sektor ekonomi secara keseluruhan.  Pengganda pendapatan usaha tani tebu adalah tipe I dan tipe II yang bermakna bahwa sektor tebu cukup besar dalam meningkatkan pendapatan dari usaha tani tebu dan sektor-sektor ekonomi secara keseluruhan.   ABSTRACTInput-Output Analysis of Sugarcane Production in East Java Sugar cane as a raw material for the sugar industry has a strategic role in the economy in Indonesia. This study aims to analyze the contribution of forward and backward linkages of sugarcane to economic growth in East Java, and the contribution of the multiplier effect on the multiplier output and income in East Java. The method used was the calculation of the Input-Output Table from the 2015 National Statistics Agency data. The results showed that sugarcane cultivation as an intermediate input for the downstream sugar industry, had a  very high relationship. The existence of the sugarcane sector was less powerful in increasing the output of the sugarcane sector and overall economic sectors. However, the income multipliers of sugarcane farming are type I and type II, which means that the sugarcane sector is quite large in increasing the income from sugarcane farming and the overall economic sectors.  
Penggunaan Teknik Analisis AMMI Biplot Untuk Mengenali Aksesi Wijen Tahan Salin Firmansyah Firmansyah; Sri Adi Kadarsih; Taryono Taryono
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 12, No 2 (2020): OKTOBER 2020
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/btsm.v12n2.2020.86-93

Abstract

Kendala dalam produksi wijen di lahan salin yaitu salinitas yang mengakibatkan perubahan kondisi morfologi, fisiologi, biokimia dan molekuler pada tanaman. Analisis AMMI (Additive Main Effect and Multiplicative Interaction) adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan tanggapan genotipe terhadap keragaman lingkungan, mencari model yang tepat, menjelaskan interaksi antara genotipe dengan lokasi, meningkatkan keakuratan dugaan tanggapan interaksi antara genotipe dengan lokasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap bobot biji per tanaman pada enam aksesi wijen dan menentukan aksesi wijen yang stabil pada lingkungan salin dengan menggunakan analisis AMMI Biplot. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UGM  mulai bulan Maret hingga Juli 2012. Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola faktorial dua faktor yang terdiri dari tiga ulangan. Faktor pertama enam aksesi wijen dan  faktor kedua 6 konsentrasi NaCl (0 g/L, 2 g/L, 4 g/L, 6 g/L, 8 g/L dan 10 g/L). Sifat yang diamati adalah bobot biji per tanaman. Data dianalisis menggunakan metode AMMI Biplot. Hasil menunjukkan bahwa genotipe III det 36 (G2) dan Sbr 3 (G3) adalah genotipe yang stabil di lingkungan salin dengan bobot biji per tanaman di atas rerata umum sehingga berpotensi dikembangkan dilahan salin, sedangkan genotipe Lokal Hitam (G5) tergolong stabil di lingkungan salin namun dengan bobot biji per tanaman lebih rendah dari rerata umum. AMMI biplot dapat digunakan untuk mengenali aksesi wijen tahan salin.ABSTRACTConstraints to production of sesame in saline fields are salinity which causes changes in morphological, physiological, biochemical and molecular conditions in plants. AMMI (Additive Main Effect and Multiplicative Interaction) analysis is a method that can be used to explain and interpret genotypic responses to environmental diversity, find the right model, explain the interaction between genotype and location, increase the accuracy of the predicted interaction responses between genotype and location. The aim of the study was to determine the effect of salinity on seed/plant weight in six sesame accessions and determining sesame accessions that are stable in the saline environment using the AMMI Biplot. This research was conducted at Faculty of Agricultural Greenhouse, UGM from March to July 2012. The method used was a two-factor factorial completely randomized design consisting of three replications. The first factor was 6 sesame accessions and the second factor was 6 concentrations of NaCl (0 g/L, 2 g/L, 4 g/L, 6 g/L, 8 g/L and 10 g/L). The trait observed was seed weight per plant. Data were analyzed using the AMMI Biplot method. The results showed that the genotypes III det 36 (G2) and Sbr 3 (G3) were stable in the saline environment with seed/plant weights above the general average so that it has the potential genotypes to be developed in saline soil while the local black genotypes (G5) were classified as stable in the saline environment but with seed/plant weight lower than the general average. The AMMI biplot can be used to recognize saline resistant sesame accessions
Tindakan Pengembalian Residu Panen Tebu untuk Meningkatkan Kualitas Tanah dan Produktivitas Tebu (Saccharum officinarum L.) Rivandi Pranandita Putra; Muhammad Rasyid Ridla Ranomahera; Nindya Arini; Whisnu Febry Afrianto
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol.13 No. 1 (2021) April 2021
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/btsm.v13n1.2021.48-66

Abstract

Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan stretegis di Indonesia. Penanaman tebu secara monokultur yang sering dilakukan selama bertahun-tahun di suatu wilayah yang sama di Indonesia menyebabkan penurunan kualitas fisik, kimia, maupun biologi tanah. Hal tersebut berdampak pada penurunan produktivitas tebu. Implementasi metode green cane harvesting-trash blanketing dapat membantu mempertahankan, bahkan meningkatkan kualitas tanah. Green cane-trash blanketing dilakukan dengan cara memanen tebu secara manual tanpa membakar residu (green cane harvesting), kemudian residu tersebut dicacah dan dikembalikan ke lahan tebu. Cacahan residu tebu akan terdekomposisi dan menjadi sumber bahan organik di lahan tersebut. Implementasi metode green cane-trash blanketing di perkebunan tebu juga memberikan berbagai manfaat lainnya, antara lain meningkatkan populasi makro- dan mikrofauna tanah, menurunkan tingkat pertumbuhan gulma, dan mengurangi evaporanspirasi tanah atau menjaga kadar air tanah. Beberapa studi juga melaporkan peningkatan hasil dan produktivitas tebu pada lahan yang menerapkan metode green cane-trash blanketing. Dalam prakteknya, green cane-trash blanketing dapat dilakukan secara manual atau mekanis, baik pada tanaman baru maupun keprasan. Prosesnya dimulai dari pemanenan tebu secara manual atau tanpa pembakaran, pencacahan serasah tebu, aplikasi di atas lahan, penambahan (bio)aktivator, dan inkorporasi serasah dengan tanah. Green cane-trash blanketing perlu diterapkan oleh petani tebu dan pabrik gula untuk meningkatkan kualitas tanah, yang pada akhirnya berimbas pada peningkatan hasil dan produktivitas tebu.
Pengaruh Penambahan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Benih Tembakau Cerutu Besuki (Nicotiana tobacum L.) Oria Alit Farisi; Raden Soedradjad
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 12, No 2 (2020): OKTOBER 2020
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/btsm.v12n2.2020.55-66

Abstract

Penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT) secara tepat dengan dosis yang sesuai maka dapat menunjang pertumbuhan tanaman tembakau sehingga memberikan hasil pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Bibit tembakau yang berkualitas baik, media pesemaian merupakan faktor yang penting. Media tanam merupakan tempat berkembangnya akar dan hampir semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman diserap melalui akar. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian ZPT dan berbagai komposisi media tanam pada benih tembakau dengan lama simpan terhadap pertumbuhan bibit tembakau cerutu besuki. Penelitian ini smenggunakan Rancangan Acak lengkap (RAL) faktorial terdiri dari 3 faktor. Faktor pertama lama simpan yaitu Benih disimpan dalam 13 tahun (B1), Benih disimpan dalam 8 tahun (B2), Benih disimpan dalam 3 tahun (B3). Faktor kedua yaitu pencampuran IAA, BAP, dan GA3 dengan konsentrasi 100 ppm (N1), 200 ppm (N2), 300 ppm (N3). Faktor ketiga yaitu tiga komposisi media yaitu tanah (control), tanah + kompos kambing, tanah + kompos ayam. Terdapat interaksi kombinasi antara perlakuan lama simpan benih tembakau, yang terbaik dalam merespon perlakuan aplikasi pada penelitian yaitu pada benih simpan 8 tahun. Kombinasi perlakuan yang paling baik adalah media tanam dengan campuran tanah+kotoran ayam yaitu 6,0 cm, sedangkan pada dosis ZPT tertinggi yaitu 200 ppm. Pemberian ZPT dengan dosis yang lebih sedikit atau melebihi kebutuhan bibit maka dapat menurunkan luas daun. Aplikasi penambahan media tanam tanah+kotoran ayam pada pembibitan tembakau dengan dosis ZPT 200 ppm meningkatkan hasil rata-rata tertinggi sekitar 0,85 cm, dibanding dengaan perlakuan kontrol (tanah).Effect of Addition of Growth Regulatory Substances (ZPT) and Planting Media on Changes in Besuki Cigar Tobacco Seeds (Nicotiana tobacum L.) ABSTRACTThe addition of plant growth regulators (PGR) with appropriate dosages can support optimal growth of tobacco plants. Growing media is a place for root development and almost all nutrients needed by plants are absorbed through the roots. This study aims to evaluate the aplication of PGR and various composition of the planting medium to the growth of besuki tobacco seeds. This research was used a factorial completely randomized design (RAL) consisting of two factors. The first factor was the composite of IAA, BAP, and GA3 with concentrations of 100 ppm (Z1), 200 ppm (Z2), 300 ppm (Z3). The second factor was three media compositions, namely soil (control), soil + goat compost, soil + chicken compost. A total of 1 gram of tobacco seed was sown in a germination tank. All treatments were repeated 3 times. Observations were made once a week until the age of 45 days after planting. The parameters observed included plant height (cm), stem diameter (cm), number of leaves, root length (cm), root volume (mL), leaf area (cm2) and parameters of chemical compounds observed i.e protein content (mg / g) , chlorophyll levels (mg / L), and nicotine levels (%) in leaves. The results showed that the aplication of soil growing media with chicken compost and 200 ppm PGR was the optimal treatment to obtain good tobacco growing seeds.
Keragaman Mutan Wijen (Sesamum indicum L.) Berdasarkan Karakter Kualitatif Vina Eka Aristya; Rani Agustina Wulandari; Taryono Taryono
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol.13 No. 1 (2021) April 2021
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/btsm.v13n1.2021.1-13

Abstract

ABSTRAKSesamum indicum L. adalah salah satu tanaman alternatif penghasil minyak nabati penting. Pendekatan pemuliaan melalui induksi mutasi berusaha untuk menghasilkan variabilitas baru populasi wijen, yang secara umum tersusun dari individu homozigot. Karakter morfologi berguna untuk mengidentifikasi galur dan memastikan hasil pemuliaan mutasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keragaman morfologi wijen hasil mutasi berdasarkan 26 karakter kualitatif. Penggalian informasi dengan metode analisis kelompok juga dikaji untuk menggambarkan variabilitas genetik pada 57 galur mutan wijen (jenis hitam dan putih) generasi M4 dan M5. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap: tahap pertama terdiri 18 galur generasi M4, dievaluasi pada Maret-Agustus 2015; tahap kedua terdiri atas 39 galur M5, ditanam pada November 2015 hingga April 2016. Pemeriksaan penampilan kualitatif mengikuti panduan descriptor list untuk wijen. Secara umum, penilaian representatif dari sifat kualitatif pada galur mutan wijen generasi M4 akan diikuti oleh keturunan generasi M5. Dendrogram dibangun untuk membedakan galur menjadi kelompok berdasarkan matriks tingkat kemiripan. Struktur populasi utama dari 57 galur berdasarkan sifat kualitatif dikategorikan dalam dua kelompok besar. Materi genotipe kelompok I diklasifikasikan menjadi dua sub-kelompok, terdiri 17 dan 31 galur. Sub-kelompok ini menjadi bagian distribusi genotipe terbesar. Kelompok II tersusun oleh 9 galur, mayoritas dari M4. Nilai korelasi antar karakter bervariasi antara 0,7176 hingga 1,0. Keragaman morfologi antar galur wijen dipengaruhi oleh sifat genetik dibandingkan faktor lingkungan. Studi ini membantu seleksi galur terpilih berdasarkan kestabilan fenotipe. Evaluasi keragaman struktur populasi wijen mutan bermanfaat untuk program pemuliaan.ABSTRACTDiversity of Sesame Mutants (Sesamum indicum L.) Based on Qualitative CharactersSesamum indicum L. is one of the alternative crops that produces vegetative oil. The plant breeding approach through mutation induction could produce new genetic variability in sesame populations, which are generally composed of homozygous individuals. The study aims were to determine the diversity of sesame-mutant lines based on 26 qualitative characters. Cluster analysis method was carried out to describe the genetic variability of 57 sesame mutant lines (consist of black and white types) 4th (M4) and 5th generations (M5). The study was done in two phases, the first phases consisted of 18 M4 lines planted in March-August 2015; the second phase consisted 39 M5 lines planted in November 2015 to April 2016. Analyses of qualitative morphological characters followed the descriptors list for sesame. In general, a representative assessment of qualitative traits in M4 lines will be followed by the offspring of M5. Dendrogram showed that the 57 mutant lines categorized into two major clusters. Cluster I were composed of two sub-clusters, consisting 17 and 31 lines. This sub-cluster was the largest part of the genotype distribution. Cluster II composed of 9 lines, where M4 were the majority. The correlation value between characters ranged from 0.7176 up to 1.0. Morphological diversity among lines were largely influenced by genetic rather than environmental factors. This study supports the selection of lines based on phenotype stability. Evaluation of the structural diversity of mutant-sesame populations could be applied in sesame-breeding programs.
Multifungsi Biochar dalam Budi Daya Tebu Budi Hariyono
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 13, No 2 (2021): OKTOBER 2021
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/btsm.v13n2.2021.%p

Abstract

Biochar (biomassa charcoal) adalah bahan padat kaya karbon (C), berasal dari biomassa yang dipanaskan dengan suhu <700oC dalam kondisi tanpa atau sedikit oksigen, bertujuan menyimpan karbon dalam tanah dan memperbaiki kualitas tanah. Biomassa dikonversi menjadi biochar dengan pirolisis atau dengan pengarangan sederhana. Biochar memiliki sifat fisika-kimia yang dapat berfungsi memperbaiki kualitas tanah. Sifat fisik biochar yang penting adalah luas permukaan yang besar dan adanya pori mikro, yang membuatnya memiliki kemampuan menyerap sangat tinggi. Sifat kimia biochar yang penting adalah permukaannya yang memiliki gugus fungsional yang dapat bersifat hidrofilik dan hidrofobik, asam dan basa, sehingga dapat bereaksi dengan larutan di sekitarnya.  Kualitas tanah sebagai media tumbuh tanaman tebu ditentukan oleh kandungan bahan organik (C-organik). Umumnya kadar C-organik lahan pengembangan tebu rendah – sangat rendah. Upaya perbaikan status C-organik (kualitas tanah) dengan biochar lebih efisien dibanding aplikasi bahan organik lainnya, karena tahan terhadap degradasi sehingga karbon lebih stabil di dalam tanah. Aplikasi biochar menyebabkan perubahan sifat fisika tanah, yakni: struktur, porositas, distribusi ukuran pori tanah, agregasi, sehingga dapat memperbaiki aerasi tanah, kapasitas menyimpan air. Aplikasi biochar memperbaiki sifat kimia tanah: meningkatkan kapasitas tukar kation, memegang hara, mengurangi pencucian hara, bioremediasi kontaminan logam berat dan pestisida serta mendukung aktivitas mikrobia di rizosfir. Perbaikan sifat fisika dan kimia tanah akibat aplikasi biochar sangat mendukung budidaya tebu. Limbah biomassa tebu sebaiknya tidak dibakar terbuka, melainkan dikonversi menjadi biochar untuk dikembalikan ke dalam tanah, dengan demikian kualitas (karbon) tanah dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan.Biochar Multifunction in Sugarcane Cultivation ABSTRACTBiochar is a solid carbon (C)-rich material, derived from a heated biomass with a <700oC temperature without or slightly oxygen condition, aimed carbon sequestration and improving the soil quality. Biomass is converted to biochar with pyrolysis. The physical properties of the biochar are large surface areas and the presence of micro pores makes them very high absorbing capability. Biochar chemical properties in the form of a functional group on its surface make it can be hydrophilic-hydrophobic, acid-base, so as to react with the surrounding solution.  Soil quality is determined by the content of organic matter (organic-C). Generally organic-C level of sugarcane land is low to very low. The application of biochar is more efficient than other organic material in the improvement of organic-C status, because biochar is resistant to degradation so that carbon is more stable in soil. The application of biochar changed the soil physical properties (structure, porosity, distribution of soil pore size, aggregation), so that it can improve soil aeration and water holding capacity. The application of biochar improved soil chemical properties: increased cation exchange capacity, hold nutrients, reduce nutrient leaching, bioremediation of heavy metal and pesticide contaminants and support microbial activity in Rhizosphere. The improvement of soil physical and chemical properties due to biochar application strongly supports sugarcane cultivation. The waste of sugarcane biomass should not be burned, it should be converted into biochar and returned to soil, so that the soil quality can be maintained even improved.
Tanggapan Galur-galur Harapan Tembakau Cerutu Besuki Na Oogst Terhadap Pemupukan Nitrogen dan Pengaruhnya Terhadap Mutu Daun Supriyadi, Supriyadi; Basuki, Sesanti; Diana, Nunik Eka
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 13, No 2 (2021): Vol.13 No. 2 (2021) Oktober 2021
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/btsm.v13n2.2021.%p

Abstract

Tembakau besuki NO (besNO) adalah tembakau cerutu yang dibudidayakan di Jember, dan merupakan komoditas ekspor. Selama lebih dari 50 tahun galur tembakau besNO yang dibudidayakan untuk tujuan komersial adalah H 382. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi tanggap galur harapan tembakau cerutu besNO terhadap pemupukan nitrogen dan mutu yang dihasilkan.  Penelitian dilaksanakan di lahan tegal, jenis tanah Alluvial berdebu, di Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember pada bulan Januari-Desember 2019.  Penelitian ini didesain menggunakan rancangan petak terbagi yang diulang 4 kali.  Petak utama adalah 4 galur harapan tembakau cerutu besNO yaitu galur T2, T4, T6, T9, dan sebagai pembanding adalah varietas H 382; anak petak terdiri atas 3 perlakuan dosis pupuk Nitrogen yaitu: 1) 100 kg N/ha, 2) 140 kg N/ha (dosis rekomendasi), 3) 180 kg N/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur-galur harapan tembakau cerutu besNO pada umumnya memiliki penampilan tanaman yang lebih tinggi, jumlah daun yang lebih banyak, serta indeks mutu yang lebih tinggi dari varietas pembanding, walaupun produksi daun kaki dan tengah tidak berbeda dari varietas H 382.  Peningkatan dosis pupuk Nitrogen lebih dari 100 kg/ha tidak berpengaruh terhadap peningkatan ukuran dan jumlah daun, juga terhadap produksi daun kaki dan tengah, dan terhadap indek mutu dan indek tanaman.  Nilai jual daun dari galur-galur harapan tembakau cerutu besNO (kecuali galur T2) lebih tinggi 7,6 – 22,5 % dibandingkan dengan varietas H 382, sehingga diperoleh peningkatan penerimaan sebesar Rp11.516.535,00 hingga Rp41.210.685,00. Kata kunci: tembakau cerutu besuki NO, pupuk N, galur harapan, nilai jual  Response of Besuki Na Oogst's Promising Lines to Nitrogen Fertilization and Its Effect on the Leaf Quality ABSTRACT             Besuki Na Oogst tobacco (besNO) as an export commodity is a cigar tobacco cultivated in Jember. For more than 50 years, H382 is the besNO cultivated line for commercial use. The promising lines are ready for release as new superior varieties, need a technology to support for their development. One of the technologies needed is fertilization technology. The purpose of this study was to evaluate the responsiveness of the besNO tobacco promising lines to nitrogen fertilization and the leaves’ quality. The research was conducted in Wuluhan District, Jember Regency in January-December 2019. This research was designed using a divided plot design with 4 replicates. The main plots were 4 promising lines of besNO tobacco, namely: T2 line, T4 line, T6 line, T9 line, and H 382 cultivated line as a control; subplots consisted of 3 doses of nitrogen fertilizer, namely: 1) 100 kg N/ha, 2) 140 kg N/ha (recommended dose), and 3) 180 kg N/ha. The results demonstrated that the increasing the dose of nitrogen fertilizer more than 100 kg/ha does not  affect on the increasing in leaf size and number, the production of KAK and TNG leaves, and also on the quality and crop indexes. The selling value of the leaves from the besNO tobacco promising lines (except the T2 line) was 7.6 - 22.5% higher than that of the variety H 382, so that higher profits were obtained ranging from IDR 11,516,535.00 to IDR 41,210,685.00. besuki NO cigar tobacco, nitrogen fertilizer, promising lines, selling value
Peta Sebaran pH Tanah, Bahan Organik Tanah, Dan Kapasitas Pertukaran Kation Sebagai Dasar Rekomendasi Aplikasi Bahan Organik Dan Dolomit Pada Lahan Tebu Basuki Basuki; Sugeng Winarso
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 13, No 2 (2021): OKTOBER 2021
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/btsm.v13n2.2021.76-92

Abstract

ABSTRAK Program revitalisasi perkebunan tebu meliputi bagian pabrik dan lahan. Revitalisasi di lahan salah satunya adalah perbaikan kualitas tanah melalui perbaikan pH tanah dan bahan organik tanah. Tujuan penelitian yaitu menganalisis sebaran pH tanah, bahan organik, kapasitas tukar kation sebagai dasar rekomendasi pemberian bahan organik, dan dolomit di lahan tebu. Kegiatan penelitian dilakukan di Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember pada bulan Agustus sampai Desember 2020, dengan tiga tahap kegiatan.  Tahap pertama adalah menentukan titik pengambilan sampel dengan melakukan analisis overlay peta iklim, peta tanah, dan peta topografi. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel pada titik-titik yang telah ditentukan, dan analisis pH tanah dengan metode gravimetri, C-Organik tanah dengan metode walkey and Black, kapasitas pertukaran kation (KPK) tanah dengan metode ekstrak ammonium asetat pH 7. Hasil analisis digunakan untuk menetapkan rekomendasi penambahan bahan organik dan dolomit pada lahan tebu.  Rekomendasi penambahan bahan organik dengan dosis < 1 ton/ ha seluas 3227,61 ha; dosis 1,0-2,17 ton/ha seluas 1246,81 ha; dan dosis > 2,17 ton/ha seluas 280,86 ha.  Rekomendasi kebutuhan pupuk untuk dolomit dengan dosis < 1 ton/ha seluas 3134,89 ha; dosis 1,0-1,5 ton/ha seluas 1458,38 ha; sdosis > 1,5 ton/ha seluas 162,01 ha.ABSTRACT Map of Soil pH Distribution, Soil Organic Matter, and Cation Exchange Capacity as the Basic Recommendations for Application of Organic Materials and Dolomite in Sugarcane Lands The sugarcane plantation revitalization program includes part of the factory and land. One of the ways to revitalize land is to improve soil quality through improving soil pH and soil organik matter. The research objective was to analyze the distribution of soil pH, organik matter, cation exchange capacity as the basis for recommendations for providing organik matter, and dolomite in sugarcane fields. This research activity was carried out in Semboro District, Jember Regency from August to December 2020, with three stages of activity. The first stage is to determine the sampling point by analyzing the climate map overlay, soil map, and topographic map. Furthermore, sampling was carried out at predetermined points, and analysis of soil pH using the gravimetric method, soil C-organik using the Walkey and Black method, soil cation exchange capacity (KPK) using the ammonium acetate extract pH 7 recommendations for the addition of organik matter and dolomite to sugarcane fields. Recommendations for adding organik matter at a dose <1 ton / ha covering an area of 3227.61 ha; doses of 1.0-2.17 tonnes / ha covering an area of 1246.81 ha; and dosages> 2.17 tonnes / ha covering an area of 280.86 ha. Recommended fertilizer requirements for dolomite with a dose of <1 ton / ha covering an area of 3134.89 ha; doses of 1.0-1.5 tonnes / ha covering 1458.38 ha; dosage> 1.5 tons / ha covering an area of 162.01 ha.
Klon Unggul Lokal Abaka Di Kabupaten Kepulauan Talaud Mala Murianingrum; Untung Setyo-Budi; Marjani Marjani; Rully Dyah Purwati; Martje Evelin Rumouw; Spener S.M. Ipu; Yanes Kristina Wando
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 13, No 2 (2021): OKTOBER 2021
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/btsm.v13n2.2021.%p

Abstract

ABSTRAKAbaka (Musa textilis Nee.) adalah tanaman sejenis pisang yang menghasilkan serat bernilai ekonomis tinggi. Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan wilayah pengembangan abaka di Indonesia dengan sumber daya genetik abaka yang luas, sehingga perlu dilakukan observasi dengan tujuan untuk mengevaluasi potensi hasil dan mutu serat genotipe abaka yang potensial dikembangkan sebagai varietas unggul lokal. Observasi dilakukan di lahan petani, meliputi tiga Kecamatan: Esang, Beo Utara dan Rainis yang terletak di Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud pada 2017 – 2019. Pengambilan contoh tanaman dilakukan pada populasi pertanaman di tiga wilayah dengan kondisi agroklimat berbeda. Untuk masing-masing klon pada setiap wilayah diamati 10 rumpun tanaman.  Pengamatan dilakukan saat panen, mulai panen pertama hingga keempat selama dua tahun yaitu pada karakter panjang batang, lingkar batang, bobot segar batang, bobot serat kering, rendemen dan mutu serat. Hasil observasi diperoleh empat klon unggul abaka yang memiliki potensi pertumbuhan dan produksi serat tinggi. Keempat klon tersebut adalah Rote EH, Rote EMT, Rote EM dan Rote BHJ, masing-masing dengan produktivitas dan kekuatan serat secara berurutan (6,24 ton/ha/tahun dan 32,69 g/tex), (5,91 ton/ha/tahun dan 28,25 g/tex), (5,66 ton/ha/tahun dan 38,96 g/tex), dan (4,37 ton/ha/tahun dan 24,18 g/tex). Klon-klon tersebut berpotensi sebagai varietas unggul abaka dan menjadi asset daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan abaka.  ABSTRACTSuperior Abaka Local Clones in Talaud Islands Regency  Abaka (Musa textilis Nee.) produces high economic value of natural fiber. Talaud island District is one region in Indonesia that has developed abaca.  This region also has enormous abaca genetic resources. Therefore, it is required to evaluate the yield potential and fiber quality of the abaca genotypes that has the potential to be developed as a superior variety in supporting abaca development .Observations were carried out on farmers' plantation in three sub-districts: Esang, Beo Utara and Rainis on Karakelang Island, Talaud Islands, in 2017 – 2019. Samplings of observational plants were carried out on abaca populations in three different agro-climatic areas. In each region, 10 clumps of the same morphological characters of abaca plant were observed. Observations were made at harvest time, four times during two years. Observations consisted of: stem length, stem circumference, stem fresh weight, dry fiber weight, and fiber quality. Out of 25 clones observed, four superior abaka clones had very high growth potential and fiber production, namely Rote EMT, Rote EH, Rote EM and Rote BHJ. The potential fibre production and quality for each clone are Rote EH 6.24 tons/ha/yr, Rote EMT 5.91 tons/ha/yr, Rote EM 5.66 tons/ha/yr and Rote BHJ 4.37 tons/ha/yr. These clones have the potential to become superior varieties of abaca and become regional assets in improving community welfare through the development of abaca plantation.