cover
Contact Name
Jumadil
Contact Email
ahsanyunus@gmail.com
Phone
+628117571616
Journal Mail Official
ailrev.azhar@gmail.com
Editorial Address
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Azhar Gowa. Jl. Tamangapa Raya III, No. 16, Makassar 90235
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Al-Azhar Islamic Law Review
ISSN : 26547120     EISSN : 26566133     DOI : https://doi.org/10.37146/ailrev
Al-Azhar Islamic Law Review (AILREV) adalah terbitan berkala ilmiah yang diterbitkan oleh Program Studi Hukum Keluarga Islam (Ahwal Syakhshiyyah), Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Azhar Gowa. AILREV terbit dua kali dalam setahun, pada bulan Januari dan Juli.
Arjuna Subject : Ilmu Sosial - Hukum
Articles 5 Documents
Search results for , issue "VOLUME 4 NOMOR 1, JANUARI 2022" : 5 Documents clear
Peran BP4 dalam Mencegah Perceraian melalui Bimbingan Pranikah di KUA Aswar Aswar; Abdul Rahman Sakka; Safaruddin Safaruddin; Andi Magvirah
Al-Azhar Islamic Law Review VOLUME 4 NOMOR 1, JANUARI 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Azhar Gowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37146/ailrev.v4i1.142

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran BP4 dalam mencegah perceraian melalui bimbingan pranikah di KUA Kecamatan Samturu. Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat kualitatif deskriptif, dengan data yang dihimpun dari hasil wawancara dengan narasumber dan dokumen-dokumen yang diperoleh dari tempat penelitian dengan menggunakan pendekatan normatif sosiologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses bimbingan pranikah yang dilaksanakan BP4 di KUA Kecamatan Samaturu telah sesuai dengan aturan yang berlaku, mulai dari memeriksa kelengkapan berkas sampai dengan pemberian materi bimbingan pranikah, akan tetapi kurang efektif pengaruhnya bagi para peserta dikarenakan tidak adanya lembaga atau ahli dalam pemberian materi tentang psikologi perkawinan, kesehatan, dan reproduksi sehat yang menguasai langsung materi tersebut. Sedangkan keadaan kasus perceraian di Kecamatan Samaturu setelah mengikuti bimbingan pranikah meningkat pada tahun 2020 ke tahun 2021 sebagaimana hasil data yang didapatkan dari tahun 2020 sebanyak 22 kasus dengan jumlah yang telah mengikuti bimbingan pranikah sebanyak 6 orang (27%) dan tahun 2021 sebanyak 25 kasus dengan Jumlah yang telah mengikuti bimbingan sebanyak 13 orang (54%).
Fenomena Tradisi Mabakkang Perspektif Masyarakat Hukum Adat Bunga Anggraini; Nur Awalia Rezkyanti asis; Rohit Purwadi; Birkah Latif
Al-Azhar Islamic Law Review VOLUME 4 NOMOR 1, JANUARI 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Azhar Gowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37146/ailrev.v4i1.123

Abstract

Tradisi Mabbakang merupakan suatu bentuk tradisi adat yang berfungsi sebagai ajang untuk mentasbihkan pendewasaan yang dipadankan dalam proses aqiqah jika didalam Islam. Tradisi Mabbakang di Daerah Wanua Waru sangat disakralkan dan memiliki keunikan tersendiri yang mana para generasi penerus ditanamkan akan pentingnya kesehatan serta menjadi praktek turun temurun yang jika suatu pantangannya dilanggar maka akan menimbulkan akibat bagi masyarakat yang menjalankan. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini sebagian masyarakat menganggap bahwa hal tersebut tidak lagi menjadi suatu kewajiban, karena pelaksanaannya dapat digantikan dengan hal yang dianggap serupa maknanya (aqiqah). Hal itulah yang kemudian menimbulkan perspektif yang berbeda pada masyarakat dan berpengaruh terhadap penegakan hukum adat disana. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan peninjauan terhadap ritual tradisi Mabbakang dewasa ini dengan mengkaji melalui pendekatan hukum. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, deskriptif dengan pendekatan fenomenologi, yaitu memberikan gambaran mengenai arti dari pengalaman-pengalaman beberapa individu. Adapun fenomena yang digali adalah mengenai proses pelaksanaan, perkembangan, dan dampak yang ditimbulkan dari ritual adat tersebut, serta bagaimana perspektif masyarakat terhadap tradisi Mabbakang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Masyarakat Wanua Waru dalam percaya bahwa selain sebagai ajang mentasbihkan pendewasaan bagi seorang anak tradisi Mabakkang sebagai tolak bala agar terhindar dari segala bencana dan berbagai penyakit seperti penyakit bisu, buta, lumpuh dan musibah lainnya, sedangkan Masyarakat Wanua Waru luar perlahan-lahan mulai meninggalkan dan menganggap sudah tidak lagi menjadi suatu dengan alasan lebih memilih proses akikah sesuai ajaran agama. Berdasarkan dua perspektif tersebut, dewasa ini tradisi Mabbakang telah mengalami adanya perubahan, hal ini dikarenakan adanya pola pergeseran hukum adat.
MUI Dan Dinamika Sosial Politik (Studi Munculnya Fatwa Hukum Golput) Yusefri Yusefri
Al-Azhar Islamic Law Review VOLUME 4 NOMOR 1, JANUARI 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Azhar Gowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37146/ailrev.v4i1.131

Abstract

 Fatwa is recognized as having a very urgent role, because it is an instrument in responding to various legal issues that are asked by parties that require legal clarity. Because of this, fatwas will always be needed from time to time. In the context of the implementation of the democratic party, the Indonesian Ulama Council (MUI) issued a fatwa  on law forbidden (haram) for those who do not want to use their voting rights or are called the white group (Golput) during the general election (Election). This fatwa turned out to be pro and contra in the community. This article focuses on its study by raising the issue of how the construction of the socio-political dynamic conditions underlies the birth of the MUI fatwa. The analysis of the study of this article uses a qualitative descriptive method. Based on the data and analysis, the results of this study indicate that the emergence of the Haram Golput fatwa was motivated by the phenomenon of decreasing community participation (the people) giving their voting rights in elections and full of political interests of certain parties, so it can be seen that the socio-political dynamics at that time influenced the emergence of the MUI fatwa on law forbidden     
Tudang Madeceng: Transformasi Nilai Positif Sigajang Laleng Lipa' Dalam Penyelesaian Sengketa Non Litigasi Mukaromah Mukaromah; Khulaifi Hamdani; Sarping Saputra; Amel Risky Prasilia Roi Abas; Imam Hidayat; Andi Suci Wahyuni
Al-Azhar Islamic Law Review VOLUME 4 NOMOR 1, JANUARI 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Azhar Gowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37146/ailrev.v4i1.120

Abstract

Manusia sebagai makhluk sosial pernah lepas dari interaksi sesama manusia lainnya. Interaksi tersebut pun sering ditemukan pada timbulnya masalah hukum atau persengketaan. Penyelesaian sengketa litigasi belum mampu menyelesaikan perselisihan diantara pihak, disamping itu upaya mediasi di lembaga tersebut lebih banyak mengalami kegagalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam upaya mediasi di pengadilan dan untuk mnetransformasi nilai-nilai filosofis dari penyelesaian sengketa sigajang laleng lipa.Penelitian ini adalah jenis penelitian non-empirik yang dielaborasi dengan penelitian hukum, dan menggunakan pendekatan konseptual dan sejarah berbasis pada sumber data dari tinjauan pustaka dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya sigajang laleng lipa'tidak saja menimbulkan perspektif negatif karena menggunakan kekerasan dan senjata tajam, tetapi di sisi lain memiliki kandungan nilai filosofis seperti siri', aggatengeng, awaraningeng, alempureng, dan musyawarah yang akhirnya dapat terjadi perselisihan tanpa ada lagi perlawanan dan aksi balas dendam. Kesepakatan para pihak juga menjadi utama karena masyarakat bugis-makassar memegang teguh janji yang telah disepakati. Transformasi nilai-nilai tersebut ke dalam forum penyelesaian sengketa non litigasi,
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tradisi Mammanu’-Manu’ Muhammad Saleh; Jumadil Jumadil; Ilham Ilham
Al-Azhar Islamic Law Review VOLUME 4 NOMOR 1, JANUARI 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Azhar Gowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37146/ailrev.v4i1.144

Abstract

The results of the study show that the Mammanu'-manu' tradition is the initial stage in the preparation of a Bugis Makassar traditional wedding. Mammanu'-manu' is an activity carried out by a boy's family to investigate the status of the girl he wants to marry. This activity is to determine whether the girl already has a relationship with another man or not. In addition, it is also ensuring whether the girl is in an equivalent quality with the man. Usually mammanu'-manu' is represented by women from male families who are considered capable of doing this. In the process, mammanu’-manu’ certainly has two possibilities which are important aspects of whether or not a marriage is implemented. And it has become a mutual agreement depending on the result of the mammanu’-manu’ themselves. Mammanu’-manu’ in Islamic law includes in the need for tahsiniyah, the need for tahsiniyah means the human need for things that are considered commendable in the customs of their daily life and stay away from an unfavorable atmosphere

Page 1 of 1 | Total Record : 5